Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri yang
nama ilmiahnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Ia pertama kali diisolasikan pada
tahun 1882 oleh dokter Jerman yang bernama Robert Koch yang menerima hadiah Nobel
untuk penemuan ini. TB paling umum mempengaruhi paru-paru namun juga dapat
melibatkan hampir semua organ apa saja dari tubuh. Bertahun-tahun yang lalu, penyakit ini
dirujuk sebagai konsumsi karena tanpa perawatan yang efektif, pasien-pasien ini seringkali
akan meninggal. Sekarang, tentu saja, tuberculosis biasanya dapat dirawat dengan berhasil
dengan antibiotik-antibiotik.

Ada juga kelompok dari organisme-organisme yang dirujuk sebagai atypical


tuberculosis. Ini melibatkan tipe-tipe lain dari bakteri yang ada dalam keluarga
Mycobacterium. Seringkali, organisme-organisme ini tidak menyebabkan penyakit dan
dirujuk sebagai colonizers karena mereka hanya hidup bersama dengan bakteri-bakteri lain
dalam tubuh kita tanpa menyebabkan kerusakan. Pada saat-saatnya, bakteri-bakteri ini
dapat menyebabkan infkesi yang adakalanya secara klinik seperti khas tuberculosis. Ketika
atypical mycobacteria ini menyebabkan infeksi, mereka seringkali sangat sulit
disembuhkan. Sering, terapi obat untuk organisme-organisme ini harus diberikan untuk
satu setengah sampai dua tahun dan memerlukan banyak obat-obat.

Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC melalui
kotorannya. Kotoran satwa yang terinfeksi itu terhirup oleh manusia maka membuka
peluang manusia akan terinfeksi juga penyakit TBC. Satwa yang punya potensi besar
menularkan penyakit TBC ke manusia adalah sapi perah dan primata, misalnya orang utan,
owa dan siamang.Penyakit TBC sudah ada sejak zaman Mesir kuno, terbukti dari
penemuan mummi yang mengandung tanda-tanda khas TBC tersebut. Bakteri TBC untuk
pertama kalinya ditunjukkan oleh ROBERT KOCH tahun 1882, oleh karena itu bakteri
tersebut sering disebut bakteri Koch atau Mycobacterium tuberculosis.Penyebab
tuberculosis pada mamalia adalah Mycobacterium tuberculosis
BAB II
HASIL & PEMBAHASAN

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan
yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

A. ETIOLOGI

Penyebab TB paru adalah Mycobacterium


Tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4 mm, tebal 0,3-0,6
mm sebagian besar kuman terdiri dari asam
lemak/lipid. Lipid ini yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam. Kuman ini juga
tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Ada beberapa jenis kuman ini
yang patogenik.

Mycobacterium Tubercullosis merupakan penyebab tuberculosis pada manusia


sedangkan Mycobacterium Bovis penyebab tuberculosis pada sapi dan kerbau.
Mycobacterium bovis merupakan penyebab utama tuberculosis zoonotik sehingga perlu
mendapat perhatian serius.

Disebut Tuberculosis karena penyakit ini membentuk benjolan-benjolan


(tubercles) disertai perkijuan dan perkapuran, khususnya di dalam jaringan paru-paru,
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tergolong actinomycetalse, familia
mycobacteriaceace, genus Mycobacterium yang bersifat tahan asam, berukuran antara
0,2-0,6 x 1,5-4 mikron, mempunyai granula metakhromatik yang disebut granula Much.
Bakteri ini pertama akan membentuk tuberkel dalam suatu fokus yang disebut fokus
primer, yang pada manusia dan sapi sering terjadi di dalam jaringan paru- paru, sedangkan
pada bangsa unggas tuberkel terdapat di dalam usus, kemudian melalui jalur sirkulasi limfe
(limfositik) menyebar ke jaringan lainnya.

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),
kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Kuman ini dalam jaringan tubuh dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

EHRLICH membuktikan bahwa bakteri TBC merupakan bakteri Gram positif, tetapi
bersifat tahan asam, sehingga dengan pewarnaan Ziechl Nielsen berwarna merah. Bakteri
TBC tidak membentuk spora, tidak bergerak dinding selnya berlapis lilin. Lapisan lilin
inilah yang membuat bakeri tersebut lebih tahan hidup di lingkungan alam dibandingkan
dengan bakteri yang tidak membentuk spora. Misalnya bakteri yang berada di dalam
eksudat, tinja dan di dalam air, di dalam jaringan paru-paru yang sudah membusukpun
bakteri masih bisa bertahan berbulan-bulan dan tidak mati oleh sinar matahari. Setiap
spesies hewan, memiliki kerentanan pada infeksi bakteri, masing-masing sebagai berikut:

B. EPIZOOTIOLOGI

Banyak hewan berdarah hangat dan dingin rentan terhadap infeksi satu atau lebih
spesies Mycobacterium. M. bovis adalah spesies paling penting pada hewan ternak,
menyebabkan tuberkulosis pada sapi dan babi jarang pada kambing, kuda, anjing, kucing
dan lain-lain.

C. PATOGENESIS

Manifestasi penyakit tergantung pada masuknya mikroba. Jika terjadi melalui


inhalasi, maka paru-paru dan limfoglandula tracheobronchial yang terserang. Jika melalui
ingesti, maka jalur infeksi terjadi melalui limfoglandula mesenterium, dinding usus dan
hati melalui sistem portal. Mikroba dari limfoglandula dapat mencapai duktus thorasikus
melalui infeksi umum. Hipersensitivitas dan kekebalan seluler digertak disertai dengan
penghambatan perkembangbiakan dan penyebaran mikroba. Delayed hypersensitivity
yang disebabkan jumlah antigen yang banyak menyebabkan kerusakan jaringan. Pada
umumnya lokus infeksi bersifat mikroskopik dan dapat menghilang dengan sendirinya.
Namun, beberapa mikroorganisme dapat bertahan sehingga mengakibatkan tuberkel yang
bersifat karakteristik.

Patogenitas (Perjalanan penyakit) Mycobacterium tuberculosis

Mikroba ini dapat menginfeksi manusia, primata dan kera. Primata dan kera dapat
ditulari oleh manusia. Ternak disensitisasi oleh manusia. Pada babi infeksi terjadi melalui
sisa makanan tercemar, gejala terlihat pada limfoglandula di daerah kepala. Ayam jarang
terinfeksi. Anjing dan kucing dapat terinfeksi. Hewan percobaan, marmot bersifat peka
terhadap infeksi M. tuberculosis.

Tuberkolosis dapat menyerang hewan maupun unggas dengan demikian dapat


menyerang pada manusia. Kejadian tuberkolusis pada ternak tidak terlalu menonjol
dibandingkan penyakit menular lainnya, tetapi pada manusia justru merupakan
penyakit rakyat terutama rakyat ekonomi lemah.

Tuberculosis pada manusia akan membentuk koloni tebal, kering dan keriput,
sedangkan pada tipe bovin (sapi) kasar dan kering, pada tipe avian tebal, halus dan agak
lembab. Pada pemeriksaan paska mati, akan ditemukan tuberkal-tuberkal sebagai berikut:

Sapi

Terdapat pada paru-paru, hati, limpa, peritoneum kelenjar limfe, pleura,kadang- kadang
pada kulit dan tulang. Tubercolusis ini kebanyakan
menyerang pada sapi perah baik sapi impor maupun
sapi lokal.

Babi

Ditemukan dalam kelenjar limfe pada leher (servicalis), submaksilaris, bronkhialis, portal,
mesenterika, hati, paru-paru dan limfa.

Unggas
Terdapat dalam hati, pru-paru, limpa, usus, tulang, persendian, peritonium, ginjal dan
ovari.

Kuda

Penderita memperlihatkan kekurusan, lesu, leher kaku, rambut dan kulit kusut.

Kambing dan domba

TBC pada kambing dan domba jarang terjadi, apabila ditemukan umumnya disebabkan
oleh infeksi M. bovis

Kucing

TBC pada kucing jarang sekali ditemukan, karena kucing memang tahan terhadap infeksi
bakteri ini

Anjing

TBC pada anjing banyak disebabkan oleh M. tuberculosis, M. bovis, dan jarang
ditemukan oleh M. avium. Dilaporkan bahwa anjing mendapat tuberculosis justru karena
tertular oleh manusia.

Monyet

Sangat rentan terhadap M. bovis, M. tuberculosis dan M. avium. Monyet-monyet yang


menderita TBC akan mngeluarkan mycobacterium melalui urinnya.

D. IDENTIFIKASI

Identifikasi didasarkan pada sifat biakan, pertumbuhan dan ciri biokimia. Peneguhan
biasanya dilakukan di laboratorium rujukan.

E. SIFAT BIAKAN
Koloni terlihat kering, berbutir, dan subur. Permukaan koloni terlihat kasar dan bewarna
kuning. Pertumbuhan pada media padat dengan suhu inkubasi 37C terlihat setelah 2
minggu.

Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian
tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Cara penularaan dari sapi ke manusia

Konsumsi air susu sapi dalam keadaan mentah yang sudah terinfeski tuberculosis
merupakan cara penularan yang paling ideal. Bacilli penyebab tuberculosis yang
merupakan organisme yang teremulsikan ke lemak dan emigrasi ke jaringan mukosa dan
lymphoid dipermudah karena pada saat yang sama pangan sedang dicerna oleh tubuh
penderita. Mencegah terjadinya penularan tuberculosis sebaiknya masyarakat meminum
susu setelh proses pemanasan atau meminum susu yang sudah di asamkan (yoghurt, keffir)
karena akan berakibat negatif terhadap hidupnya bacilli tuberculosis.

Penularan dari manusia ke sapi

Mycobacterium yang berperan dalam penularan dari sapi terahadap manusai yaitu M. bovis
dan M. tuberculosis. Penularan M. tuberculosis terhadap sapi secara epidemiologis tidak
mempunyai kepentingan, karena sapi sangatlah resisten terhadapnya. Kejadian penularan
tuberculosis dari sapi ke manusia banyak terjadi di peternakan-peternakan sapi.
Penderita tuberculosis pulmonal yang berasal dari sapi akan menularkannya
kembali ke sapi yang sehat. Peternakan yang sudah bebas dari tuberculosis yang
kemudain terjangkit lagi disebabkan karena pekerja-pekerja penderita tuberculosis
yang disebabkan oleh M. bovis.

Penularan dari anjing, kucing dan kera

Hewan kesayangan seperti anjing dan kucing masih harus tetap diwaspadai sebagai penular
tuberculosis, tetapi manusai yang terinfeski tuberculosis lebih sering menularkan terhadap
ajing dan kucing daripada sebaliknya. Penularan akan lebih mudah terjadi dengan adanya
hubungan yang cukup erat antara anak- anak dengan anjing dan kucing, bisa melalui
droplets dan debu. Anjing dan kucing agak resisten terhadap tuberculosis, sehingga hewan
ini jarang sekali menjadi sumber penularan terahdap manusia. Kera yang terinfeksi
tuberculosisis merupakan ancaman yang sangat serius terhadap manusia. Umumnya kera
yang hidup dihutan besab dari tuberculosis dibandingkan dengan kera yang dipelihara
di sekitar

F. RESISTENSI

Pada umumnya mycobacteria bersifat resisten terhadap berbagai faktor fisik dan
desinfektan kimia. Resisten ini disebabkan oleh kandungan lipida dalam dinding sel. Bahan
yang mengandung tuberkulosis tetap hidup dalam karkas yang membusuk dan tanah
lembab selam 1-4 tahun. Dalam tinja sapi yang kering mikroba ini dapat bertahan selam
150 hari. Pembekuan tidak mempengaruhi daya hidup mikroba. Kekeringan mempengaruhi
daya hidup mikroba bila dilakukan bersamaan dengan sinar matahari. Mikroba ini resisten
terhadap asam dan basa, namun fenol (5%), lisol (3%), dan kresol berdya kerja sedang.
G. GEJALA KLINIS

Penyakit kronik pada sapi ternak dapat tetap berjalan subklinis untuk masa yang
lama tetapi akhirnya akn menyebabkan tanda-tanda bronkopneumonia kronik. Kerusakan
jaringan paru yang luas menyebabkan kesulitan bernapas yang progresif dan kematian.
Pada anak sapi dapat timbul pembengkakan
kelenjar getah bening retrofaringeal. Sapi perah
dapat menunjukkan adanya mastitis ringan
dengan indurasi progresif dari kelenjar
susunya.Adanya benjolan-benjolan putih
(tuberkel) yang terdapat pada paru-paru

Tuberculosis pada sapi pada stadium awal


infeksi tidak menunjukkan gejala klinik. Gejala klinik baru dapat dilihat apabila penyakit
berlanjut, yaitu dengan terlihatnya kondisi tubuh yang menurun, kurang nafsu makan dan
terjadi pembengkakan permukaan kelenjar limfe (limfoglandula superfisialis) sehingga
mudah diraba.

Tuberculosis pada ternak babi akan memperliahtkan pembekakan pada kelenjar


limfoglandula superfisialis, juga terjadi pembengkakan pada tulang dan sendi-sendi. Gejala
umum tuberculosis yang sudah agak lanjut adalah kelemahan umum, tidak ada nafsu
makan, susah bernafas, kekurusan, dan demam yang turun naik.

Tuberculosis pada kelejar susu (kambing) akan memperlihatkan pengerasan,


karena terbentuknya jaringan ikat di dalam ambing yang menderita. Penderita pada ternak
unggas memperlihatkan penonjolan pada tulang dada, kepucatan pada balung dan pial,
pembengkakan sendi yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan diare.

Gejala umum TBC yaitu batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu
atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan
H. DIAGNOSA

Penentuan penyakit tuberculosis dapat berupa diagnosa klinis dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan laboratorium, yaitu berdasarkan ditemukannnya bakteri tuberculosis dalam
sekreta dan eskreta yang diperkuat dengan membuat kultur biakan Leuwenstein, Petragnani
atau gliserin-kentang dalam suasana ada udara.

Tuberculosis tipe manusia tumbuh dengn baik pada pH 7,4-8,0 dan memerlukan inkubasi
dalam biakan khusus selama 4-8 minggu, sedangkan tipe bovis (sapi) dalam pH 5,8-6,9
dan tipe unggas dalam pH > 7 (alkalis) memerlukan waktu selama 5 hari saja. Uji
tuberkulin merupakan uji yang dapat dilakukan untuk menguji tuberculosis. Uji
tuberkulin dalam kulit (intrademal) dapat dilakukan sebagai berikut: 0,1
tuberkulin disuntikan ke dalam kulit tangan menggunakan alat suntik Rautmann, yang
dilakukan pada kulit dari pangkal ekor atau vulva, pada sapi dan ternak besar lainnya.
Uji tuberkulin pada ternak babi dilakukan pada kulit telinga atau alat kelaim luar (vulva),
pada unggas dilakukan pada pial atau gelambir dengan dosis 0,05 ml.

Penilaian tuberkulinasi ini dibaca setelah 48-72 jam paska suntikan. Penebalan yang
terjadi pada kulit setelah dilakukan suntikan, yang dapat dikur dengan kutimeter
dinyatakan positif. Uji yang dapat dilakuakan selain uji intradermal, yaitu dengan cara uji
tuberkulin di bawah kulit (subkutan) atau ke dalam mata (ophtalmik). Uji tuberkulin pada
anjing sering memberikan hasil negatif-plasu (false- negative).

I. DIAGNOSA BANDING

Abses paru-paru and lympo nodus abscess, pleurisy. pericarditis, chronic contagious
pleuropneumonia, actinobacillosis, mycotic and parasitic lesions, tumours, caseous
lymphadenitis Johne's disease, adrenal gland tumour and lymphomatosis

J. PENCEGAHAN
Apabila tuberkel ditemukan pada satu organ saja, organ tersebut dapat dibuang dan lainnya
dapat dikonsumsi, sedangkan apabila tuberkel tersebut ditemukan pada sebagian besar
organ maka seluruhnya harus dibakar dan ditimbun
Pencegahan infeksi ke manusia oleh M. bovis dapat dilakukan dengan pasteurisasi susu,
vaksisnasi dengan BCG dan dapat dilakukan pengendalian serta eradikasi tuberculosis pada
sapi. Tindakan eradikasi biasanya berupa uji tuberculin secara berulang sampai kasus
tuberculosis di sapi tidak ditemukan dan memisahkan reaktor dari kawanannya. Program
ini ternyata berhasil di negara maju karena dukungan dan yang kuat sedangkan di negara
berkembang hal ini menjadi kendala terutama dalam penyediaan dana untuk ganti rugi.
Selain hal tersebut hal terpenting yang dapat dilakukan adalah perlunya pendidikan
kesehatan.

Pencegahan dini

1. Pendidikan kesehatan

Yaitu dengan cara dilakukannya penyampaian kepada masyarakat tentang pengetahuan


ilmiah dasar tentang faktor-faktor yang menyebabkan penyakit tuberculosis. Penyampaian
ini harus dirancang dengan baik, dan disampaikan oleh orang-orang yang mengetahui adat
istiadat, pola dan latar belakang budaya setempat.

2. Perlindungan individual

Pekerja-pekerja dipeternakan sapi, kebun binatang maupun di laboratorium yang selalu


kontak dengan hewan yang rentan terinfeksi tuberculosis harus dilindungi. Perlindungan
ini bisa berupa penggunaan pakaian pelindung,

kenyamanan dalam bekerja, pengetahuan tentang keselamatan kerja, kesehatan dan


kebersihan pribadi. Pekerja juga harus diperhatikan kesehatannya dengan memeriksakan ke
dokter secara berkala.

3. Imunisasi terhadap tuberculosis

Yaitu dengan melakukan vaksinasi terutama pada bayi dan anak-anak dengan vaksin
BCG (Bacillus Calmette Guerin). Vaksin ini berupa M. bovis hidup yang telah
diatenuasikan, aman dan sangat kuat dalam melindungi manusia terhadap infeksi M. bovis
dan M. tuberculosis. Vaksin ini cukup aman dan dapat mencegah 80% kasus Tuberculosis
paru-paru dan 100% meningitis tuberculosa. Revaksinasi dianjurkan dilakukan dalam
interval 5, 10 dan 15 tahun.

Vaksin BCG tidak memberikan perlindungan yang baik pada sapi dan hewan eksotik.
Tindakan vaksinasi BCG pada sapi akan mengganggu uji tuberkulinasi karena akan
bereaksi.
K. PENGOBATAN

Penggunaan obat mungkin tidak dapat diterapkan pada hewan. Obat yang paling ampuh
dalam pengobatan tuberculosis adalah isoniazid. Obat ini digunakan bersama para-
aminosalisilat atau ethambutol dan kadangkala bersama dengan streptomycin merupakan
triple therapy. Pengobatan dapat diberikan selam 3 tahun, namun untuk streptomycin
pengobatan dilakukan untuk beberapa bulan saja.

Beberapa galur dapat menjadi resisten terhadap streptomycin dan gangguan terhadap
syaraf pendengaran dapat terjadi. Selain itu terdapat pula galur yang resisten terhadap
isoniazid. Rifampin juga merupakan obat manjur dan dapat digabung dengan ioniazid.
Penggabungan kedua obat ini sering diberikan pada hewan penderita di kebun binatang

Pengobatan TBC hanya dilakukan pada penderita manusia, karena wadah sumber
(reservoir) TBC justru terutama adalah amnusia, baru kmudian ternak sapi perah.
Dihidrosteptomisin cukup efektif untuk membunuh bakteri TBC. Obat lain yang bisa
diberikan adalah Etambutol dan Rifampisin.

Tiga prinsip pengontrolan TBC di bidang veteriner:

1. Test and Slaughter

Ternak sapi yang dinyatakan TBC dengan uji tuberkulin, maka sapi tersebut dipotong. Cara
ini dilakukan hampir di semua negara.

2. Test and Segragation

Metode ini merupakan modifikasi dari butir 1 yang biasa dilakukan di negera-negara
Eropa. Penderita yang positif TBC di[pisahkan dan diisolasi, dan kalau dapat
diupayakan untuk dilakukan pengobatan.

3. Test and Chemoterapy

Yaitu upaya pengobatann dengan menggunakan INH (Isoniazil). Metode ini beresiko gagal
tinggi, karena > 205% kasus refraksi, melahirkan strain tahan obat. Bahaya lainnnya
yaitu susu yang dihailkan akan terdapat residu INH, apabila chemoterapy ini dihentikan,
maka sering menyebabkan penyakit timbul kembali.
Keberhasilan dalam penanganan TBC ini dipengarihi oleh beberapa faktor:

a) Sarana dan prasarana dalam melakukanpengobatan

b) Obat yang diberikan merupakan obat terbaiak tetapi harus dapat terjangkau oleh
penderita

c) Diadakannnya penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga tentang TBC

d) Ada tidaknya penyakit lain yang diidap

oleh penderita seperti kencing manis dan HIV.

STRATEGI PENANGGULANGAN TBC SECARA NASIONAL

Paradigma sehat

Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan penderita TB sedini mungkin,


serta meningkatkan cakupan

Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat

Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi, pada kondisi tertentu

Strategi DOTS, sesuai rekomendasi WHO

Komitmen politis dari para pengambil keputusan (tripartite), termasuk dukungan


dana.

Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.

Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan


evaluasi program penanggulangan TBC
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman
aerob yang dapat hidup terutama di paru/berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi
dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe.
Mycobacterium Tubercullosis merupakan penyebab tuberculosis pada
manusia sedangkan Mycobacterium Bovis penyebab tuberculosis pada sapi dan
kerbau. Mycobacterium bovis merupakan penyebab utama tuberculosis zoonotik
sehingga perlu mendapat perhatian serius.

B. Saran
Kiranya paper ini dapat memberikan informasi yang di perlukan , dan bisa
dijadikan sumber referensi untuk pembuatan paper berikutnya .
DAFTAR PUSTAKA

DEWI MULIATY. 1995. Diagnosis Tuberculosis.Forum Diagnosticum.

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. 2005. Program Penaggulangan TBC. Depkes


R.I. Jakarta.

DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA. 2002. Tuberculosa Paru (TB Paru)


Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta.

DHARMOJONO. 2001. Limabelas Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia. Milenia


Populer, Jakarta.

http://www.cdc.gov/nchstp/tb/faqs/qa_introduction. htm#Intro1. 2005. Questions and


Answers About TB.

http://www.pdpersi.co.id/pdpersi/news/artikel.php3? id=940.2005.Infeksi Tuberculosis.

DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN, DIREKTORAT JENDRAL PETERNAKAN,


DEPARTEMEN PERTANIAN. 1985. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular.
Jakarta.

DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN, DIREKTORAT JENDRAL PETERNAKAN,


DEPARTEMEN PERTANIAN. 1986. Petunjuk Khusus Cara Pencegahan, Pemberantasan
dan Pengobatan Penyakit Hewan Menular. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai