MR Robot
MR Robot
@2016
A. Pengertian Bencana
Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana merupakan peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 mengelompokkan bencana
menjadi bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial. Bencana alam
merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Bencana nonalam merupakan bencana yang diakibatkan oleh fenomena nonalam antara
lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi dan epidemi atau wabah penyakit.
Bencana sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh interaksi antarmanusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau konflik antarkomunitas masyarakat dan terorisme.
d. Pemulihan
Merupakan upaya pengembalian kondisi masyarakat sehingga menjadi
seperti semula. Pada fase ini pekerjaan utama yang dilakukan masyarakat
dan petugas adalah menyediakan tempat tinggal sementara bagi korban
bencana dan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak. Selama
masa pemulihan ini, dilakukan pula evakuasi terhadap langkah-langkah
penanganan bencana yang telah dilakukan.
2. Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam
Adaptasi bencana adalah penyesuaian sistem alam dan manusiaterhadap
stimulus bencana alam nyata atau yang diharapkan tidak ada dampak-
dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau mengeksploitasi
kesempatan-kesempatan yang memberi manfaat.
Adapatsi bencana alam perlu dilakukan mengingat adanya ancaman-
ancaman bencana alam yang membahayakan manusia seperti:
1) Ancaman alamiah
Proses atau fenomena alam berupa tanah longsor, tanah bergerak yang bisa
menyebabkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain,
kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan
sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
2) Ancaman biologis
Proses atau fenomena bersifat organik atau yang dinyatakan oleh vektor-
vektor biologis termasuk keterpaparan terhadap mikroorganisme yang
bersifat patogen, toksin dan bahan-bahan bioaktif yang bisa menghilangkan
nyawa, cidera, sakit atau dampak-dampak kesehatan lainnya kerusakan
harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan
ekonomi atau kerusakan lingkungan.
3) Ancaman geologis
Proses atau fenomena geologis berupa gempa bumi dan gunung meletus
bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak
kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan,
gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
4) Ancaman hidrometeorologis
Proses atau fenomena yang bersifat atmosferik, hidrologis atau oseanografis
berupa pemanasan global dan tsunami yang bisa mengakibatkan hilangnya
nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda,
hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan.
5) Ancaman sosial-alami
Fenomena meningkatnya kejadian peristiwa-peristiwa ancaman bahaya
geofisik dan hidrometeorologis tertentu seperti tanah longsor, banjir, dan
kekeringan, yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman bahaya alam
dengan sumber daya lahan dan lingkungan yang dimanfaatkan secara
berlebihan atau rusak
Hal-hal penting dalam adaptasi dan ancaman bencana alam adalah:
- Kesadaran publik
- Kesiapsiagaan
- Ketangguhan/tangguh
- Langkah-langkah struktural/nonstruktural
- Manajemen resiko bencana
- Partisipasi
Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. Berikut
contoh adaptasi dalam berbagai bidang kehidupan manusia:
- Adaptasi dalam bidang ekonomi
- Adaptasi dalam bidang kesehatan
- Adaptasi dalam ketersediaan air
- Adaptasi terhadap wilayah perkotaan yang sering dilanda banjir
3. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha pengurangan resiko bencana alam di Indonesia dapat dilakukan
dengan cara:
1) Pembuatan peta risiko bencana
Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana atau suatu wilayah berangkat
dari pemahaman terhadap kondisi dan karakteristik suatu wilayah, baik dari
segi fisik maupun sosial. Proses kajian ini dilakukan oleh berbagai ahli
dengan berbagai bidang ilmu kemudian digabungkan dan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan geografi. Hasil akhirnya adalah peta-peta yang
menggambarkan karakteristik suatu wilayah dari berbagai aspek.
Penggambaran resiko bencana yang terdapat di suatu wilayah dilakukan
dengan membuat peta resiko bencana. Secara umum, peta ini
menggambarkan tingkat resiko terjadinya suatu bencana tertentu di suatu
wilayah. Peta ancaman bencana dibuat berdasarkan beberapa indikator,
antara lain sebagai berikut:
- Zonasi wilayah rawan gempa bumi
- Arus laut
- Perkitaan ketinggian genangan tsunami
- Zonasi wilayah rawan banjir
- Zonasi wilayah rawan longsor
- Zonasi wilayah terkena dampak letusan gunung api
- Penggunaan lahan dan vegetasi
- Bentuk medan dan kelerengan
- Jenis hutan
- Jenis tanah
- Tipe iklim dan curah hujan tahunan
Peta kerentanan dibuat berdasarkan beberapa indikator yaitu:
- Kepadatan penduduk
- Rasio jenis kelamin
- Tingkat kemiskinan
- Jumlah difabel
- Rasio kelompok umur
- Luas lahan produktif
- Kontribusi pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
- Jumlah bangunan, fasilitas umum, dan fasilitas darurat
- Kepadatan bangunan
- Jenis vegetasi
2) Sistem peringatan dini bencana alam
UNISDR mendefinisikan sistem peringatan dini adalah sekumpulan kapasitas
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi
peringatan yang bermakna dan tepat waktu sehingga memungkinkan
individu, masyarakat dan organisasi yang terancam bencana untuk bersiap
dan bertindak dengan tepat dalam waktu yang cukup untuk mengurangi
kemungkinan bahaya atau kerugian.
Konsep sistem peringatan dini terdiri dari empat unsur yaitu:
a. pengetahuan tentang resiko bencana
b. layanan pengawasan dan peringatan
c. penyebaran informasi dan komunikasi
d. kemampuan merespon
Langkah mitigasi sesudah bencana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. menginventarisasi data-data kerusakan akibat bencana dan kekuatan
bencana yang terjadi
b. mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana
berdasarkan tingkat kerusakan
c. membuat rekomendasi dan saran untuk penanggulangan bencana pada
masa depan
d. membuat rencana penataan ulang wilayah, termasuk rencana tata ruang
dan penggunaan lahan
e. memperbaiki dan mengganti fasilitas pemantauan bencana yang rusak
f. melanjutkan aktivitas pemantauan rutin dan simulasi tanggap bencana
3) Simulasi bencana alam
Simulasi bencana adalah kegiatan pemberian informasi tentang cara-
cara tentang penyelamatan diri kepada masyarakat oleh petugas/instansi
terkait pada wilayah rawan bencana dan/atau disertai simulasi
penyelamatan untuk mencegah atau meminimalkan dampak bencana alam
yang mungkin terjadi. Kegiatan ini idealnya diikuti oleh seluruh anggota
masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana dan seluruh pihak yang
terlibat dalam proses mitigasi dan penanggulangan bencana.
Salah satu tujuan utama dari pelaksanaan simulasi bencana adalah
menguji kesiapan seluruh sistem, prosedur, dan perangkat mitigasi serta
penangulangan bencana.
2. Gunung meletus
Jumlah Gunung Api atau Gunung berapi di Indonesia yang masih aktif
129 buah yang tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Daftar Gunung Berapi di Indonesia (disusun berdasarkan letak)
Gunung di Papua (14 buah - termasuk puncak-puncaknya)
Gunung Puncak Carstenz Pyramid(4,884 m.dpl) merupakan gunung tertinggi
di Indonesia.
Gunung Puncak Jaya(4,860 m.dpl)
Gunung Puncak Trikora(4,730 m.dpl)
Gunung Puncak Idenberg (4,643 m.dpl)
Gunung Dom (1,332 m.dpl)
Gunung Derabaro (4,150 m.dpl)
Gunung Yamin (4,595 m.dpl)
Gunung Yaramamafaka (3,370 m.dpl)
Gunung Redoura (3,083 m.dpl)
Gunung Togwomeri (2,680 m.dpl)
Gunung Mandala (4,640 m.dpl)
Gunung Ngga Pilimsit(4,717 m.dpl)
Gunung Foja (1,800 m.dpl)
Gunung Cyrcloop (2,034 m.dpl)
Gunung di Jawa (37 buah)
Gunung Anjasmara (2.277 m)
Gunung Argapura (3.088 m)
Gunung Arjuno (3.339 m)
Gunung Bromo (2.392 m)
Gunung Bukit Tunggul (2.208 m)
Burangrang (2.057 m)
Gunung Ciremay/Cereme (3.078 m)
Gunung Cikuray (2.818 m)
Gunung Galunggung (2.167 m)
Gunung Gede (2.958 m)
Gunung Guntur (2.249 m)
Gunung Karang (1.245 m) sekitar 40 KM selatan Pandeglang
Gunung Kembar I (3.052 m)
Gunung Kembar II (3.126 m)
Gunung Krakatau
Gunung Lasem (806 m) Rembang Jawa Tengah
Gunung Lawu (3.245 m)
Gunung Semeru (3.676m) gunung tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi
ketiga tertinggi di Indonesia
Gunung Malabar (2.343 m)
Gunung Masigit (2.078 m)
Gunung Merapi (2.911 m)
Gunung Merbabu (3.145 m)
Gunung Muria (1.602 m)
Gunung Pangrango (3.019 m)
Gunung Papandayan (2.665 m)
Gunung Patuha (2.386 m)
Gunung Penanggungan (1.653 m)
Gunung Raung (3.332 m)
Gunung Salak (2.211 m)
Gunung Slamet (3.432 m)
Gunung Sumbing (3.336 m)
Gunung Sundara (3.150 m)
Gunung Tangkuban Perahu (2.084 m)
Gunung Ungaran (2,050 m)
Gunung Wayang (2.181 m)
Gunung Welirang (3.156 m)
Gunung Wilis (2.552 m)
Gunung Kelud (1.350 m)
Gunung di Kalimantan (4 buah)
Gunung Palung (1.116 m) Kalimantan Barat
Gunung Raya (2.278 m) Kalimantan Tengah
Gunung Liangpran (2.240 m) Kalimantan Timur
Gunung Halau (1.892 m) Kalimantan Selatan
Gunung di Sulawesi (10 buah)
Gunung Awu (1.320 m) Kepulauan Sangihe
Gunung Lokon (1.689 m)
Gunung Klabat(1995 mdpl)
Gunung Mekongga (2.620 m)
Gunung Mahawu (1311 mdpl)
Gunung Bawakaraeng (2.705 m)
Gunung Latimojong (3.478 m)
Gunung Lokon (1580 mdpl)
Gunung Lompobattang (2871 m)
Gunung Soputan (1783 m)
Gunung di Sumatra (13 buah)
Gunung Dempo (3159 m) Sumatra Selatan
Gunung Kerinci (3.805 m) Jambi gunung tertinggi di Sumatra, kedua di
Indonesia dan gunung berapi tertinggi di Indonesia
Gunung Sinabung (2.475 m) Sumatra Utara
Gunung Sibayak (2.212 m) Sumatra Utara
Gunung Pesagi (2.262 m) Lampung
Gunung Singgalang (2.877 m) Sumatra Barat
Gunung Marapi (2,891.3 m) Sumatra Barat
Gunung Talamau (2,912 m) Sumatra Barat
Gunung Tandikat (2438 m) Sumatra Barat
Gunung Leuser (3172 m) NAD
Gunung Perkison (2300 m) NAD
Gunung Talang (2600 m) Sumatra Barat
Gunung Sago (2500 m) Sumatra Barat
Bali & Nusa Tenggara (20 buah)
Gunung Agung (3.142 m) di Bali
Gunung Ebulolobo (2,123)
Gunung Inielika (1,559)
Gunung Kondo (2,947)
Gunung Nangi (2,330)
Gunung Rinjani (3.726 m) di Lombok, gunung berapi kedua tertinggi di
Indonesia
Gunung Sangeang (1,949)
Gunung Tambora (2.850 m) di pulau Sumbawa
Gunung Anak Ranakah (2,402)
Gunung Ebulabo (2,123)
Gunung Egon (1,703)
Gunung Iliboleng (1,659)
Gunung Iliwerung (1,486)
Gunung Inerie (2,230)
Gunung Keknemo (2,070)
Gunung Kelimutu (1,385)
Gunung Lewotobi Laki-laki (1,584)
Gunung Lewotobi Perempuan (1,703)
Gunung Lewotolo (1,319)
Gunung Loreboleng (1,117)
3. Tanah longsor
4. Banjir
5. Arus laut dan ombak besar
6. Tsunami
7. Kekeringan
8. Kebakaran hutan
9. Bencana angin: badai tropis dan puting bliung
10. Gas beracun
Menempatkan korban di suatu tempat yang aman adalah hal yang mutlak
diperlukan. Sesuai dengan deklarasiHyogo yang ditetapkan
pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Bencana, di Kobe,
Jepang,pertengahan Januari 2005 yang lalu. Berbunyi : Negara-negara
mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi orang-orang dan harta
benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan
memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan resiko bencana
dalam kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber
daya yang tersedia kepada mereka.
Memberikan Penyuluhan-penyuluhan
VISI
Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana.
MISI
a. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko
b. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal
c. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinir, dan menyeluruh
TUGAS BNPB
a. Memberikan pedoman dan pengarahan usaha penanggulangan bencana
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan PB
c. Menyampaikan informasi kepada masyarakat
d. Melaporkan penyelenggaraan PB kepada Presiden setiap bulan
e. Menggunakan dan mempertanggungjawaban sumbangan/bantuan nasional
& internasional
f. Mempertanggungjawaban penggunaan anggaran
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai peraturan perundangan
h. Menyusun pedoman pembentukan BPBD