Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba
fallopi menuju ke uterus. Telur tersebut akan berimplantasi pada rahim dan mulai
tumbuh menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya.1
Lokasi Kehamilan Ektopik1,2
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah

Tuba falopi (98%),
1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)
2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)
Ovarium (indung telur),
Rongga abdomen (perut),
Serviks (leher rahim)

Lokasi Kehamilan Ektopik

1
1.2 ETIOLOGI
Etiologi pasti tak diketahui.
Faktor Risiko
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik.
Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa
faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:8
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar
15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah
kehamilan ektopik kedua.
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga
meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah :
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari
indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan
penurunan kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran
tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena
infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba

2
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,
pengobatan infertilitas seperti bayi tabung menyebabkan parut pada rahim
dan saluran tuba.
1.3 PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu:1,2
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.9

a. Abortus Tuba

3
Perjalanan Lebih Lanjut dari Abortus
Tuba

Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah


fimbriae dan ampula. Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan
lepasnya dan yang diikuti dengan kematian ovum.
Perjalanan selanjutnya adalah :
1. Absorbsi lengkap secara spontan.
2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum
peritoneum.
3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan
darah yang menyebabkan distensi tuba.
4. Pembentukan tubal blood mole.

b. Ruptur Tuba

4
Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur Tuba

Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan
ektopik dengan implantasi didaerah isthmus. Ruptura pars ampularis umumnya
terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun ruptur pada pars isthmica dapat
berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal. Pada keadaan ini trofoblast
menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba, ruptura dapat
berlangsung secara akut atau gradual. Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba
maka dapat terjadi hematoma ligamentum latum. Pada kehamilan ektopik pars
interstitisialis, rupture dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih tua dan
menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.

Patologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya
sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya

5
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresobsi. Setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya
bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba
dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.10
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai
10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba

Komplikasi Kehamilan Ektopik (Perdarahan)

1.4 GAMBARAN KLINIK


Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya menunjukkan
gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa

6
agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Disamping
gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri perut bawah yang tidak
khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.1,2
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.1,2

Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri


dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,
atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut
yang sangat menyiksa pada suatu rupture kehamilan ektopik, disebabkan oleh
darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat
nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada
perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul
nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.1,2
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada
kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena
kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.1-3
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda
yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian
janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya
sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermitten atau terus-menerus.1,2
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks
uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Douglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastik.1-3

7
2.5 DIAGNOSIS1,2
1. Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda
kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada
nyeri perut kanan / kiri bawah.
2. Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai
buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal
touch, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio).
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis
(ditemukan darah di kavum Douglas), USG.
4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
1. Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif.
Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat
setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan
titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan
titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu
masalah seperti kehamilan ektopik.11,12

Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat
melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain
Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik
sudah diganti oleh USG

8
D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien
tak menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan
desidua, maka kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan.
Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi
transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum
Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya
perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.

1.6 DIAGNOSIS BANDING


Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia
kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut
abdomen sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula disertai
gejala perdarahan. Diagnosa banding dari kehamilan ektopik yaitu:11
1) abortus biasa
2) salpingitis akut
3) appendicitis akut
4) rupture korpus luteum
5) torsi kista ovarium
6) mioma submukosa yang terpelintir
7) retrofleksi uteri gravida inkarserata
8) ruptur pembuluh darah mesenterium

1.7 PENATALAKSANAAN
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:13,14
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik,
terutama pada kehamilan ektopik terganggupp dimana terjadi abortus atau ruptur

9
pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan sendiri dibagi atas dua yaitu pembedahan
konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tuba. Ada dua kemungkinan
prosedur yang dapat dilakukan yaitu salpingotomi linier, atau reseksi segmental.
Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini dilakukan apabila diagnosis
kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.
a. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan
pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari
75% kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini
dimulai dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba.
b. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai
satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan
mengangkat bagian implantasi, jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan
kehamilan tuba yang terjadi berikutnya. Hanya pasien dengan perdarahan
yang sedikit dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini.
c. Salpingektomi
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami
ruptur, karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera
diatasi. Hemoperitoneum yang luas akan menempatkan pasien pada
keadaan krisis kardiopulmonal yang serius.
d. Salpingooforektomi
Tidak jarang ovarium termasuk dalam gumpalan darah dan sukar
dipisahkan sehingga dilakukan salpingooforektomi.

2. Mediakmentosa13,14
Dapat diberikan apapbila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Terapi
medisinalis yang utama pada kehamilan ektopik adalah methotrexate (MTX).
Methotrexate merupakan analag asam folat yang akan mempengaruhi sintesis
DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate
reduktase. Methotrexate ini akan menghentikan proliferasi trofoblas.

10
Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tunggal
MTX 50 mg/m2 luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperiksa dulu
kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7
setelah pemberian MTX kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar hCG
transvaginal berkuran 15% atau lebih dari kadar yang yang diperiksa pada hari
ke-4 maka MTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu
sampai hasilnya negatif atau evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
USG transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau
sebaliknya meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama
interval setiap minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m 2 kedua. Selain
dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau
kombinasi dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

1.8 PROGNOSIS
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya
bersifat bilateral.
Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai risiko 10%
untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang sudah
mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan
50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang.4,15
Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas
wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60%
kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih
10% mengalami kehamilan ektopik berulang.1

11
BAB II
DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. SK
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 03-03-2017 , Jam : 10:36 WIB
No.RM : 07.03.27
Alamat : Ds. Batang Malas

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah yang semakin hebat 1 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang :
10 hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, nyeri
terasa hilang timbul, nyeri tidak terlalu hebat, mual (-), muntah (-),
demam (-), sehingga pasien memutuskan untuk tidak berobat dan tidak
mengonsumsi obat apapun karna berfikir hanya nyeri perut biasa.
3 hari SMRS pasien merasakan nyeri perut kanan bawah cukup hebat,
mual (-), muntah (-), keluar darah dari kemaluan berupa flek-flek
hitam (-), keluar darah segar (-), keluar lendir (-).
1 hari SMRS pasien merasakan nyeri perut kanan bawah yang semakin
memberat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus-menerus,
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-), nyeri berkurang dengan
perubahan posisi (-), nyeri bertambah dengan beraktifitas (+), Keluar
lendir campur darah (-), keluar darah dari kemaluan (-). Kemudian

12
keesokan harinya pasien berobat ke Poliklinik Bedah RSUD Kab.
Kepulauan Meranti.
HPHT : pasien tidak ingat.

Riwayat Persalinan :
Anak I : Lahir spontan pervaginam, di bidan, BBL pasien tidak
ingat, usia 19 tahun, laki-laki
Anak II : Lahir spontan pervaginam, di bidan, BBL pasien tidak
ingat, usia 14 tahun, perempuan
Anak III : Lahir spontan pervaginam, di bidan, BBL pasien tidak
ingat, usia 12 tahun, perempuan
Anak IV : Lahir spontan pervaginam, di bidan, BBL pasien tidak
ingat, usia 4 tahun, perempuan
Anak V : Hamil sekarang

Riwayat ANC :
Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke bidan atau sarana
kesehatan manapun karna pasien tidak menyangka sedang hamil.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Keputihan banyak dan berbau (-)
- Riwayat sakit radang panggul (-)
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluhan serupa (-)
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
- Penyakit jantung (-)

Riwayat Haid :
Menarche umur 13 tahun, haid teratur setiap bulan, lama siklus 1x
sebulan, lama haid 5-7 hari, nyeri haid (+) sesekali. Namun sejak

13
menggunakan KB suntik 3 bulan sejak 3 tahun yang lalu, haid pasien
menjadi tidak teratur, biasanya pasien haid 3 bulan sekali.

Riwayat KB :
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sejak 3 tahun yang lalu.

Riwayat Minum Obat :


Pasien tidak mengonsumsi obat apapun.

Riwayat Perkawinan :
Menikah 1x, usia 19 tahun hingga sekarang

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 96x/menit, isian kuat, reguler
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,4C
Status Generalis :
Mata : Konjungtiva anemis (+/+) , sklera tidak ikterik,pupil
isokor (3cm/3cm)
Refleks cahaya (+/+)
THT : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ditemukan kelainan
Thoraks
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris
Palpasi : Fremitus ka=ki
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangan paru, rh(-/-), wh(-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordi tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordi tidak teraba

14
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Kulit : Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : Oedem (-), CRT < 2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 3/3/2017
Hb : 9,7 gr/dl Ureum : 11 mg/dl
Ht : 28,2 vol% Creatinin : 0,48 mg/dl
Trombosit : 200.000/mm3 HbSag : (-)
Leukosit : 13.400/mm3 Natrium : 134,53 mmol
Eritrosit : 3,20 jt/mm3 Kalium : 3,48
mmol
PT : 11,1 detik Clorida :
105,44 mmol
APTT : 35 detik Kalsium : 1,07 mmol
Gol. Darah: A+

V. DIAGNOSIS BANDING
- Kehamilan Ektopik Terganggu
- Abortus
- Kista Ovarium Terpuntir

VI. DIAGNOSIS
Appendisitis Akut

VII. TATALAKSANA DI POLIKLINIK BEDAH


Rawat inap
Persiapan Appendictomi Cito

15
RESUME

Ny.SK, 39 tahun G5P4A0 gravid diperkirakan 8-10 minggu datang ke


Poliklinik Bedah RSUD Kab.Kep Meranti dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah yang semakin hebat 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri memberat dengan aktifitas. Nyeri awalnya dirasakan
10 hari SMRS, namun pasien tidak berobat kemanapun karna berfikir hanya sakit
perut biasa. Hasil pemeriksaan fisik tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi 96
x/menit, pernafasan : 20x/menit, suhu : 36,4C , konjungtiva anemis, abdomen
distensi (+), nyeri tekan (+), nyeri lepas (+). Dari pemeriksaan penunjang didatkan
anemia, leukositosis, hiponatremia, hipokalemia dan hipokalsemia.

Follow up :
Tanggal Perjalanan penyakit Terapi

16
3-3-2017 S : Nyeri perut kanan - IVFD RL 20gtt/i
12:00 bawah hebat (+) - Inj. Ketorolac 30 mg
- Inj. Ceftriaxon 1 gram, skin test
- Appendictomi Emergency
O : KU : Sedang
- Persiapan darah 1 kantong
Kes : CM
TD : 120/80
HR : 106x/i
RR : 22x/i
T : 36,7C

Konjungtiva : Anemis +/
+
Palpasi abd : Nyeri
tekan (+) nyeri lepas (+)

Hb : 9,7 gr/dl
Leukosit :
3
13.400/mm
Trombosit :
3
200.000/mm

A : Appendicitis Akut

13:30 Laporan Operasi Instruksi Post Operasi


14:45 - IVFD RL : D5% 30gtt/i
Diagnosis Pre Operasi:
- Inj.Ceftriaxon 1 gr /12 jam (3 hari)
Appendicitis Akut - Inj. Paracetamol 1 g/8 jam drip
infus
Diagnosis Post Operasi : - Cek Hb 6 jam post operasi, bila <

Post Laparatomi + 7 gr% transfuse WB 2 kantong

Salpingektomi Dextra a/i


KET.

- Pasien tidur telentang


dengan anastesi RA-
SAB
- Antiseptik dan
aseptic lapangan

17
operasi
- Insisi Rocky-Davis
4 cm, buka
peritoneum , keluar
darah segar, cuci
abdomen dengan
NaCl 0,3%
- Identifikasi
appendiks dalam
batas normal,
identifikasi massa
berada pada tuba
kanan KET.
Konsul durante
operasi dengan TS
Obgyn
- Operasi dilanjutkan
oleh TS Obgyn
(13:50 WIB)
- Dalam stadium
narkose dilakukan
preparasi medan
operasi
- Dilakukan irisan
Rocky-Davis 5 cm
- Tampak peritoneum
warna kebiruan,
setelah peritoneum
dibuka, tampak
perdarahan dengan
gumpalan darah,
terdapat gumpalan
darah di
retroperitoneal.

18
Dilakukan eksplorasi
dan identifikasi
- Tuba dan ovarium
kiri dalam batas
normal
- Tuba kanan ukuran
membesar, tampak
rupture pars
ampularis dextra
- Ditegakkan diagnosis
abortus tuba oleh
karena kehamilan
tuba kanan
- Ovarium kanan
dalam batas normal
- Diputuskan untuk
dilakukan
salpingektomi dextra
dan pengangkatan
produk kehamilan
- Cavum abdomen
dicuci dengan NaCl
0,9% hangat
- Kontrol perdarahan :
tidak ada
- Reperitonealisasi
parietale
- Dinding abdomen
dijahit lapis demi
lapis sampai dengan
subcutis
- Kulit dijahit
intrakutan
- Operasi selesai

19
14:50 S : Pasien sadar , nafas - IVFD RL : D5% 30gtt/I
spontan , nyeri LO - Inj.Ceftriaxon 1 gr /12 jam
(+) , pusing (+) , - Inj. Paracetamol 1 g/8 jam drip
mual (-). infus
- Cek Hb 6 jam post operasi, bila <
O : TD : 130/90 mmHg 7 gr% transfusi WB 2 kantong
HR : 80x/i
RR : 22x/i
T : 36,6oC

A : Post Laparatomi +
Salpingektomi Dextra a/i
KET.

4-3-2017 S : Nyeri Luka operasi - IVFD RL : D5% 30gtt/I


(+) , pusing (-) , mual - Inj.Ceftriaxon 1 gr /12 jam
(-). - Inj. Paracetamol 1 g/8 jam drip
infuse
O : KU : Baik - Diet MB TKTP
Kes : CM
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/i
RR : 22x/i
T : 36,6oC.

Abdomen :

20
Inspeksi : Luka operasi
tertutup verban,
rembesan darah (-), Push
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)

Vulva uretra : tenang,


perdarahan aktif (-)

Hasil Laboratorium 6
jam post operasi :
Hb : 9,5 gr/dl
Leukosit :
3
15.480/mm
Trombosit :
3
306.000/mm

A : Post Laparatomi +
Salpingektomi Dextra a/i
KET H+1

5-3-2017 S : Nyeri Luka Operasi - IVFD RL : D5% 30gtt/I


(+) - Inj.Ceftriaxon 1 gr /12 jam
- Inj. Paracetamol 1 g/8 jam drip
O : KU : Baik infuse
Kes : CM - Diet MB TKTP
TD : 124/72 mmHg
HR : 90x/i
RR : 22x/i
T : 36,4oC

Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi
tertutup verban,

21
rembesan darah (-), Push
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)

Vulva uretra : tenang,


perdarahan aktif (-)

A : Post Laparatomi +
Salpingektomi Dextra a/i
KET H+2

- GV
6-3-2017 S : Nyeri Luka Operasi - ACC Pulang
(+)
Terapi pulang :
O : KU : Baik
Kes : CM 1. Co-Amoxiklav 3 x 625
TD : 110/60 mmHg mg
HR : 80x/i 2. Paracetamol 3 x 500
RR: 20x/i mg
T : 36,6oC 3. Sulfas Ferosus 1 x 1
mg
Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi

22
tertutup verban,
rembesan darah (-), Push
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)

Vulva uretra : tenang,


perdarahan aktif (-)

A : Post Laparatomi +
Salpingektomi Dextra a/i
KET H+3

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada laporan kasus ini antara lain :

1. Kehamilan ektopik merupakan telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan


tumbuh di tempat yang tidak semestinya.
2. Gejala Klinis kehamilan ektopik terganggu ditegakkan sesuai dengan trias
klasik dari kehamilan ektopik terganggu yaitu perdarahan pervaginam,
nyeri perut, dan riwayat amenorea

23
3. Pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggua adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
ginekologi, peeriksaan laboratorium, tes kehamilan, kuldositesis, USG.
4. Penanganan utama kehamilan ektpoik terganggu adalah tindakan operatif
gawat darurat (Laparotomi emergency)

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Gangguan bersangkutan dengan konsepsi


dalam ilmu Kandungan. Edisi II. Editor. Wiknjosastro HG, Saifuddin AB,
Rachimhadi T. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2005.
250-8.

2. Rachimhadhi T. Kehamilan ektopik dalam ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2005. 198-10.

3. Robbins SL, Kumar V. Sistem genitalia wanita dan payudara (kehamilan


Ektopik) dalam buku ajar patologi II. Edisi IV. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC;1997. 374-15.

4. Wibowo B, Rachimhadhi T. Kehamilan ektopik dalam ilmu Kebidanan. Edisi


III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2002. 362-85.

24
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom
KD. Kehamilan Ektopik dalam Obstetri William (Williams Obstetri). Edisi
XVIII. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2005. 599-26.

6. Jones HW. Ectopic Pregnancy. In: Novaks Text Book of Gynecology. 3rd
Edition. Balltimore, Hongkong, London, Sydney: William & Wilkins;
1997.p.8830.

7. Ezeddin HP. Gambaran kasus kehamilan ektopik di bagian Obstetri dan


Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode 1 Januari 2003 31
Desember 2015 [skripsi]. Pekanbaru: Universitas Riau; 2008.

8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta


Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Media
Aesculapius; 2001. 267-271.

9. Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri dalam Ilmu Kandungan. Edisi II.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2002. 247

10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid II. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
1998.

11. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro HG, Waspodo D. Buku acuan


Nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.

12. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
1998. 226-235.

13. Ben-Zion T.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


Penerbit buku kedokteran EGC; 1994.
14. Schwart SI, Shires TS. Kehamilan ektopik dalam intisari prinsip-prinsip
ilmu bedah. Edisi VI. Editor. Spencer FC. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC. 2000; 599-06.

25

Anda mungkin juga menyukai