Struk Wan
Struk Wan
Struk Wan
melalui indra. Jenis indra setiap hewan tidak selalu sama. Indra hewan bertulang
belakang lebih kompleks daripada indra hewan tak bertulang belakang.
Kepekaan indra setiap hewan berbeda-beda bergantung pada perkembangan
sistem saraf pusatnya. Suatu jenis hewan memiliki salah satu indra yang lebih
peka dibandingkan dengan indra yang sama pada manusia. Namun, indra hewan
yang lain kurang peka dalam mengenali keadaan atau penibahan yang terjadi
pada lingkungannya.Untuk Mengetahui sistem indra pada hewan seperti
mamalia, burung, reptilia, amfibi, Ikan, serangga, cacing, protozo, Mari kita
lihat pembahasannya yang dirangkum dalam sebuah tema yakni : Sistem Indra
pada Hewan seperti dibawah ini..
Pada umumnya semua jenis indra yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki oleh
mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indra. Masing-masing alat indra
tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis mamalia,
bahkan memiliki alat indra dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap
rangsangan terteKucing memiliki tiga macam indra istimewa, yaitu indra
penglihat, pendengar, dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik
meskipun pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap pada malam hari.
Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna kehijauan. Warna hijau itu
berasal dari pantulan suatu lapisan di bagian belakang matanya. Pendengaran
kucing sangat tajam karena daun telinganya mampu menangkap getaran bunyi
sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis yang panjang dan kaku
sebagai indra peraba yang sangat peka.
Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya
penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya
sampai beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian
seorang penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat
digerakkan dan ditegakkan sehigga mampu menangkap getaran bunyi dengan
sangat baik.
Kesimpulan :
Beberapajenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka. Indra kucing yang
sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan pendengar Indra anjing yang
sangat peka ialah indra pencium dan pendengar Indra kelelawar yang sangat
peka ialah indra pendengar
(Burung Kiwi)
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat
melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis
burung pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke
depan. Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat
benda-benda yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu
benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan
menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari.
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif
terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari.
memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel
kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada retina burung juga
terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola mata.
membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi
pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra
penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati,
berkembang dengan baik.
lebih banyak memiliki sel-sel batang sehingga dapat tetap melihat dalam
keadaan sedikit cahaya.
3. Indra pada Reptilia
Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik ialah
indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh
kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran
niktitans, yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya.
Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar
komea mata tetap lembap ketika berada di darat dan menghindari gesekan
ketika katak menyelam dalam air. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat
katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi. Oleh
karena itu, katak hanya dapat melihat benda dengan jarak tertentu saja. Indra
pendengar katak adalah teliga yang terdiri atas telinga luar dan telinga dalam.
Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri
kepala. Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di bagian luarnya.
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran
dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong.
Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke
saraf pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak
dalam bentuk impuls saraf.
Ikanmempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut
indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air. Selain
itu, alat ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat
sisi secara tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi peringatan
kalau ikan hampir menabrak karang atau benda lain.
Jumlah dan jenis serangga sangat banyak, bahkan paling banyak dibanding
hewan lain di dunia in i. Sebagian besar serangga memiliki indra penglihat,
pendengar, dan peraba yang berkembang dengan baik. Pada umumnya, serangga
memiliki mata majemuk (faset) sebagai indra penglihatnya. Mata majemuk ini
terdiri atas ribuan unit-unit visual atau alat penerima rangsang cahaya yang
disebut omatidium (jamak: omatidia). Tiap-tiap omatidium memiliki satu
lensa yang hanya mampu menerima rangsang cahaya yang jatuh tegak lurus
padanya. Mata majemuk ini memungkinkan serangga untuk melihat objek yang
bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya kita sulit menangkap lalat atau serangga
yang lain.
Kesimpulan : Indra penglihat serangga terdiri atas mata majemuk dan mata
tunggal. Indra pendengar serangga berupa selaput mirip gendang telinga. Indra
peraba (dan juga indra pencium,) serangga adalah sepasang antena.
Indra cacing tanah yang berkembang cukup baik adalah indra penerima
rangsang cahaya. Indra tersebut terdapat di seluruh permukaan tubuh dan hanya
berfungsi untuk membedakan gelap dan terang, tidak dapat membedakan warna.
Indra penerima rangsang cahaya pada cacing tanah tersusun oleh sel-sel yang
peka cahaya. Sel-sel tersebut terletak pada permukaan tubuh cacing terutama di
bagian punggung (dorsal).
Tanggapan atau respon cacing tanah ketika menerima cahaya yang kuat ialah
menjauhi sumber cahaya. Hal itu merupakan bentuk adaptasi cacing tanah yang
menyukai tempat-tempat yang teduh dan lembap agar permukaan kulit tetap
basah atau lembap. Indra lain pada cacing tanah yang telah diketahui
berkembang dengan baik adalah indra pengecap. Melalui indra pengecap,
cacing dapat membedakan kol hijau dan kol merah atau seledri dan wortel.
Cacing pipih, misalnya planaria, mempunyai sepasang bintik mata yang peka
terhadap cahaya. Meskipun tidak dapat digunakan untuk melihat, kedua bintik
mata tersebut dapat membantu planaria untuk mengenali lingkungan. Pada
kedua sisi tubuh bagian depan (anterior) juga terdapat indra penerima rangsang
yang dapat membantu planaria menemukan makanan.
Pada umumnya, protozoa memiliki kepekaan terhadap rangsangan yang berupa zat kimia.
Hal ini terbukti dan bergeraknya Amoeba sp. apabila menemukan makanan. Selain itu,
Amoeba sp. juga peka terhadap rangsang sentuhan dan cahaya. Sentuhan dan cahaya yang
kuat akan merangsang Amoeba sp. untuk bergerak menjauh. Euglena sp. yang merupakan
hewan bersel satu, berbulu cambuk, dan berkiorofil akan bergerak ke arah datangnya cahaya.
Respon ini penting untuk membantu berlangsungnya fotosintesis. Akan tetapi, Euglena sp.
akan menjauh apabila mendapat cahaya secara langsung.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang
menjadi embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina,
yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan
amfibi (katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang
hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan
Mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya,
yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
Ovipar (Bertelur)
Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang.
Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur
dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi
pada burung dan beberapa jenis reptil.
Vivipar (Beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus
(rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina
induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui),
misalnya kelinci dan kucing.
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan
yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya
dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah
kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
1.Reproduksi Ikan
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan
melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui
kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus
berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-
celah batu.
Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-
telur ini akan menetas dalam waktu 24 40 jam.
Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya,
yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian
banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya
berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan
ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens
sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti
cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang
keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan
alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu
awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-
celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak
depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan
menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-
paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek
hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui
oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan
mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis
reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur
terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis
buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke
daratan ketika meletakkan telurnya.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh
sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong
penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang
bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan
ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam
oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi
cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit
telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup
matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam
liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang
dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal
ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk
mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya
akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus.
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan
banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta
(ari-ari) dan tali pusar.
Proses pencernaan di lambung dilakukan ada yang kimiawi dan ada pula pencernaan
secara mekanik juga dilkukan di lambung. Pada ikan hebivora contohnya ikan ini menggerus
makanan pada lambung, lambung tersebut sering disebut gizard atau lambung khusus.
Lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Bentuknya
bervariasi, ada yang berbentuk lurus, atau huruf J. Pylorus jauh lebih kecil dari pada
cardianya.
Didalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat.
Pencernaan protein di lambung akan mengalamimdenaturasi ole kerja HCl dan dihidrolisis
oleh enzim pepsin, sehingga protein menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan
karbohidrat di lambung merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus.
Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein dilakukan pad usu
depan oleh enzim protease Dari lambung (Zona Progresif), makanan masuk ke usus (Zona
Degresif) yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya.
Usus bermuara pada anus (Zona Egresif). Bagian ini merupakan segmen terpanjang
dari saluran pencernaan atau tractus digesti. Pada bagian depan usus ini ada yang terdapat dua
saluran dan ada yang satu saluran. Dua saluran tersebut yaitu saluran yang berasal dari
kantong empedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari pancreas. Sedangkan
yang hanya mempunyai satu saluran pada depan lambung ini, karena pancreas pada ikan
tertentu tersebut menyebar pada organ hati. jadi
hanya terdapat satu saluran yaitu ductus choledochus. Lapisan mukosa usus tersusun oleh
selapis sel epithelium dengan bentuk prismatic. Pada lapisan ini terdapat tonjolan-tonjolan
atau prisma atau villi yang membentuk seperti sarang tawon pada usus bagian depan dan akan
lebih beraturan pad usus bagian belakang.
Bentuk sel yang umum ditemukan di epithelium usus adalah sel enterosit dan sel
mukosit. Sel enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah ke rongga usus. sel
ini adalah sel yang paling dominan, yang jumlahnya akan semakin meningkat kearah bagian
belakang usus. Sel enterosit memiliki tonjolan kecil atau mikrovilli kecil yang berperan
dalam penyerapan makanan. Sel mukosit atau sering disebut sel penghsil lender. Merupakan
sel yang berbentuk seperti piala, pada permukaan sel ini juga terdapat mikrovilli. Lendir ini
berfungsi sebagai pelumas dan pelindung dinding usus. Perbedaan intestinum pada ikan tiap
jenis ikan terletak pad bentuknya. Ikan jenis herbivora memiliki usus yang menggulung dan
panjang. Sedangkan untuk ikan omnivore memiliki usus yang hampir sama dengan herbivora
tetapi lebih pendek.
Sedangkan untuk ikan karnivora memiliki usus pendek dan tidak menggulung
Glandula digesti pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hepar (hati) merupakan kelenjar yang
berukuran besar, berwarna merah kecoklatan. Haepar terdiri atas 2 lobus, fungsi hati adalah
untuk menghasilkan empedu yang akan disimpan dikantung empedu untuk pencernaan
lemak. Hepar adalah organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan.
Organ ini berwarna merah kecoklatan yang tersusun oleh sel-sel hati atau hepatosit. Organ ini
terletak dibagian depan rongga badan dan mengelilingi usus.
Hepar pada ikan terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus dorsal, lobus dexter dan lobus
sinister. Pad sel-sel lemak atau hepatosit akan membentuk asam empedu yaitu asam yang
berasal dari kolesterol, yakni asam kholik, asam khenodesoksikholik, asam desoksikholik.
Selanjutnya nanti akan terbentuk garam empedu. Dan Garam empedu ini yang berperan
melarutkan lemak dalam air. Vesica felea (Kantung empedu) berbentuk bulat, berwarna
kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Fungsi
vesica felea adalah menyimpan empedu dan mengalirkannya ke usus apabila diperlukan, .
jika kekurangan cairan empedu dapat menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-
vitamin yang hanya larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, K.
Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim enzim pencernaan dan hormon insulin.
Pankreas terletak berdekatan dengan usus depan dan lambung. Saluran pankreati ini bermuara
pada usus depan. Warnanya kekuning-kuningan. Pada pancreas ini mempunyai dua tipe sel,
yang pertama adalah sel eksokrin yang berfungsi untuk mensistesis enzim. Hasil utama
pancreas eksokrin adalah enzim-enzim pencernaan, seperti protease, amylase, khitinase, dan
lipase.Sel yang kedua adalah sel endokrin yang berfungsi untuk mensistesis hormon.
1. Zona ingresif yaitu rongga mulut: gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa, lidah
untuk menangkap mangsa. dan choane terletak di palatum primer. Pada pinggir lubang mulut
mempunyai 12 -20 pasang tentakel dan rambut getar lidah amfibi dapat bergerak.
2. Zona progresif esofagus: berupa saluran pendek. Esopagusnya pendek sekali dan batas
dengan ventrikulsnya tidak jelas.
3. Zona progresif ventrikulus (lambung): berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi
lebar. Ujung cardia lebar, fundus tidak terlihat jelas, ujung pylorus pendek dan sempit. Fungsi
ventriculus adalah tempat menyimpan makanan, pencernaan secara mekanik, serta
pencernaan secara kimiawi.
4. Zona Degresif intestinum (usus): Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum,
tetapi belum jelas batas-batasnya. Seperti batas intestinum crassum dan tenue yang kurang
jelas. Seluruh permukaan intestinum disusun oleh sel sel yang memiliki kemampuan
absorbsi
5. Zona Egresif yaitu Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaca
6. Kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
Glandula digesti pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan. Contoh salah satu amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan hewan
kecil (serangga).
Tiga macam enzim pencernaan dikeluarkan ke dalam getah pankreas. Salah satu
diantaranya adalah amilase yang memecah pati kedalam disakharida dan gula-gula kompleks.
Apabila makanan melalui usus kecil maka sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula
lainnya yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya menghidrolisis atau mencerna
senyawasenyawa gula ke dalam gula-gula sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana
adalah hasil akhir dari pencernaan karbohidrat. Pati dan gula mudah dicerna oleh unggas
sedangkan pentosan dan serat kasar sulit dicerna. Saluran pencernaan pada unggas adalah
sedemikian pendeknya dan perjalanan makanan yang melalui saluran tersebut begitu
cepatnya sehingga jasad renik mempunyai waktu sedikit untuk mengerjakan karbohidrat
yang kompleks.
Pencernaan Lemak Garam-garam empedu hati mengemulsikan lemak dalam lekukan
duodenal. Lemak berbentuk emulsi tersebut kemudian dipecah ke dalam asam lemak dan
giserol oleh enzim lipase, suatu hasil getah pankreas. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir
pencernaan lemak.
Pencernaan Protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal, campuran
pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian yang lebih
sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat dicerna dalam
lekukan duodenal maka tripsin getah pankreas memecah sebagian proteosa dan pepton ke
dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam amino. Erepsin yang dikeluarkan
ke dalam usus halus melengkapi pencernaan hasil pemecahan protein ke dalam asam-asam
amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan protein.
Pengangkutan Zat-zat Makanan Zat-zat makanan yang telah dicerna setelah masuk ke
peredaran darah melalui kapiler kapiler dalam dinding usus dikumpulkan di dalam vena
porta. Vena porta tersebut mengangkut darah dan zat-zat makanan yang telah diserap ke hati
dalam perjalanannya ke jantung. Setelah makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-
kapiler hati, sebagian besar glukosa dirubah kedalam glikogen untuk disimpan di dalam hati
dan otot. Sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen dan
metabolisme jaringan mengalami deaminasi pada waktu zat-zat tersebut melalui hati.
Bagian-bagian karbohidrat dapat digunakan untuk panas dan kegunaan-kegunaan energi
dan bagian zat yang mengandung nitrogen diangkut ke ginjal untuk disingkirkan. Hati
memindahkan pula sebagian lemak dan aliran darah untuk disimpan. Hal tersebut dapat
dilihat pada hati yang berwarna pucat kekuning-kuningan dari ayam yang gemuk dan
anak ayam yang baru menetas. Kotoran-kotoran yang terserap dan saluran pencernaan ke
dalam peredaran darah diambil oleh sel-sel hati pada waktu darah masuk melalui kapiler
kapiler hati. Bila racun ikut terserap maka konsentrasi racun yang tinggi tersebut
biasanya terdapat pada hati.
2) esofagus(kerongkongan),
3) ventrikulus(lambung),
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Kelenjar
pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati padareptilian
memiliki dua lobus (glambir dan yang berwarna kemerahan). Kantung empeduterletak
pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum,berbentuk pipih kekuning-kuningan.
Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
- Rongga mulut sebagai masuknya makanan
- Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang
berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada
faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap
pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.
Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi
mendorong makanan dari faring ke tembolok.
Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan.
Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal
dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami
perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan,
tembolok tersebut diisi oleh udara. Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi
di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari
makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta
enzim dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus
bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi
tidak menghalangi muntahan cairan. Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi
yang beraneka ragam pada berbagai serangga.
Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah
makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi
katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
dalam proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang
berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol
jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.
2. Saluran Pencernaan Tengah
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap
makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dansebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran
ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh :
Otot longitudinal
Otot melingkar
Sel-sel epithelium yang berbentuk kolumnar
Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
Membran peritropik pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih
disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi
lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari
makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua
pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa
lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua
mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri. Lumen memiliki
mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started border.
Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini
terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan.
Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagaitempat sintesis protein
untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada selepitelium yang kolumnar ditemukan
sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyaklekukan-lekukan dan disana banyak terdapat
mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel
lain. Saluran pencernaan tengah
terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara
enzimatis dan absorbsi nutrisi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,
dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari
mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi seluIosa.
Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci
dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran
yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa
mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri
dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Di samping itu, pada hewan mamalia terdapat modifikasi lambung yang
dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).