Struk Wan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

Sistem Indra pada Hewan|Hewan menganalisis keadaan lingkungannya

melalui indra. Jenis indra setiap hewan tidak selalu sama. Indra hewan bertulang
belakang lebih kompleks daripada indra hewan tak bertulang belakang.
Kepekaan indra setiap hewan berbeda-beda bergantung pada perkembangan
sistem saraf pusatnya. Suatu jenis hewan memiliki salah satu indra yang lebih
peka dibandingkan dengan indra yang sama pada manusia. Namun, indra hewan
yang lain kurang peka dalam mengenali keadaan atau penibahan yang terjadi
pada lingkungannya.Untuk Mengetahui sistem indra pada hewan seperti
mamalia, burung, reptilia, amfibi, Ikan, serangga, cacing, protozo, Mari kita
lihat pembahasannya yang dirangkum dalam sebuah tema yakni : Sistem Indra
pada Hewan seperti dibawah ini..

Sistem Indra pada Hewan

1. Indra pada Mamalia

Pada umumnya semua jenis indra yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki oleh
mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indra. Masing-masing alat indra
tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis mamalia,
bahkan memiliki alat indra dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap
rangsangan terteKucing memiliki tiga macam indra istimewa, yaitu indra
penglihat, pendengar, dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik
meskipun pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap pada malam hari.
Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna kehijauan. Warna hijau itu
berasal dari pantulan suatu lapisan di bagian belakang matanya. Pendengaran
kucing sangat tajam karena daun telinganya mampu menangkap getaran bunyi
sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis yang panjang dan kaku
sebagai indra peraba yang sangat peka.

Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya
penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya
sampai beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian
seorang penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat
digerakkan dan ditegakkan sehigga mampu menangkap getaran bunyi dengan
sangat baik.

Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra penglihatnya kurang


berkembang. Ketika terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan bunyi
berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang
tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan
mengenai mangsa atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali
kepadanya. Pantulan gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang
berukuran besar kemudian disampaikan ke pusat pendengaran di otak. Melalui
cara inilah kelelawar mengetahui keberadaan mangsa atau rintangan di
sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai oleh manusia dalam membuat
radar.

Kesimpulan :
Beberapajenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka. Indra kucing yang
sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan pendengar Indra anjing yang
sangat peka ialah indra pencium dan pendengar Indra kelelawar yang sangat
peka ialah indra pendengar

2. Indra pada Burung

Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan baik.


Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang lurus,
menukik, atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak di
dalam rongga telinga dan berhubungan dengan otak kecil.

(Letak mata pada burung)


Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai
pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung
memiliki indra penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan
makanan, untuk menemukan musuh, maupun untuk terbang. Mata burung
mampu berakomodasi dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat
burung melihat benda yang jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya,
pada saat burung melihat benda yang dekat, lensa mata burung akan
mencembung.

(Burung Kiwi)
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat
melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis
burung pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke
depan. Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat
benda-benda yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu
benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan
menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari.
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif
terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari.
memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel
kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada retina burung juga
terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola mata.
membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi
pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra
penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati,
berkembang dengan baik.

Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra penglihat untuk mencari


makan karena indra pencium tidak berkembang dengan baik. Akan tetapi,
burung kiwi merupakan pengecualian. Indra penglihat burung kiwi kurang
berkembang dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa lubang hidung di
ujung paruhnya berkembang dengan baik dan digunakan untuk mencium bau
makanan yang terdapat di dalam tanah.
Kesimpulan :
Keunggulan mata burung hantu ialah
memiliki pandangan binokuler yang dapat memperkirakan jarak,

lebih banyak memiliki sel-sel batang sehingga dapat tetap melihat dalam
keadaan sedikit cahaya.
3. Indra pada Reptilia

Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik


adalah indra pencium. Kadal, komodo, dan ular memiliki indra pencium yang
disebut organ Jacobson. Organ Jacobson ditemukan pertama kali pada abad ke-
19 oleh seorang ilmuwan Denmark yang bernama L.L. Jacobson. Indra
tersebut terletak di langit-langit rongga mulut. Kadal, ular, dan komodo sering
menjulurkan lidahnya untuk mencium bau mangsa dengan cara mengambil bau
yang telah ditinggalkan mangsanya di udara dan di tanah. Lidah itu kemudian
ditarik dan ditempelkan pada organ Jacobson untuk menyampaikan bau.
Sebagai pemakan bangkai, kornodo memiliki indra pencium yang sangat tajam.
Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat kilometer. Namun, indra
reptilia yang lain belum berkembang dengan baik. Beberapajenis ular, misalnya
ular derik, memiliki indra yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu begitu
peka sehingga dapat membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda
sepersepuluh rib derajat celsius. Dengan indra tersebut, ular dapat berburu
mangsa pada waktu gelap.

4. Indra pada Amfibi

Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik ialah
indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh
kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran
niktitans, yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya.
Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar
komea mata tetap lembap ketika berada di darat dan menghindari gesekan
ketika katak menyelam dalam air. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat
katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi. Oleh
karena itu, katak hanya dapat melihat benda dengan jarak tertentu saja. Indra
pendengar katak adalah teliga yang terdiri atas telinga luar dan telinga dalam.
Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri
kepala. Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di bagian luarnya.

Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran
dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong.
Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke
saraf pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak
dalam bentuk impuls saraf.

5. Indra pada Ikan

Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah


indra penglihat, pencium, dan pendengar. Indra penglihat ikan terletak di kedua
sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi
oleh selaput tipis yang tembus cahaya. Ikan dapat melihat dengan jelas di dalam
air karena baik air maupun kornea ikan membiaskan cahaya pada sudut yang
sama. Sel-sel saraf penglihat pada ikan terdiri atas sel-sel batang dan sel-sel
kerucut. Sel- sel batang menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas di tempat
yang kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat warna walaupun hanya
sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat warna merah dan kuning, tetapi lebih
sulit membedakan warna hijau, biru, dan hitam.
Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara
mengubah kedudukan lensa mata ke belakang (mundur) dan ke depan (maju).
Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang disebut retraktor lentis. Ketika
melihat benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi (mengendur) sehingga
lensa bergerak ke depan. Sebaliknya, ketika melihat benda jauh, retraktor lentis
berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke belakang. Indra pencium
ikan juga berkembang dengan baik. Indra pencium tersebut terletak di ruang
kecil tepat di depan mata.

Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari


makanan, menghindari musuh, dan menemukan pasangan untuk kawin. Indra
pendengar ikan mirip dengan telinga dalam manusia dan tidak terlihat dari luar
karena terletak di dalam tengkorak. Telinga ikan membantu mendeteksi bunyi,
menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta membantu ikan merasakan perubahan
kecepatan dan arah sewaktu berenang.

Ikanmempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut
indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air. Selain
itu, alat ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat
sisi secara tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi peringatan
kalau ikan hampir menabrak karang atau benda lain.

Ketika baru dilempar ke dalam air akan menyebabkan terjadinya perubahan


lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi ikan yang terdapat
disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap isyarat perubahan itu
sebagai tanda bahaya.

6. Indra pada Serangga

Jumlah dan jenis serangga sangat banyak, bahkan paling banyak dibanding
hewan lain di dunia in i. Sebagian besar serangga memiliki indra penglihat,
pendengar, dan peraba yang berkembang dengan baik. Pada umumnya, serangga
memiliki mata majemuk (faset) sebagai indra penglihatnya. Mata majemuk ini
terdiri atas ribuan unit-unit visual atau alat penerima rangsang cahaya yang
disebut omatidium (jamak: omatidia). Tiap-tiap omatidium memiliki satu
lensa yang hanya mampu menerima rangsang cahaya yang jatuh tegak lurus
padanya. Mata majemuk ini memungkinkan serangga untuk melihat objek yang
bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya kita sulit menangkap lalat atau serangga
yang lain.

Selain mata majemuk, serangga juga memiliki


mata\tunggal yang disebut oselus. (jamak: oseli). Oselus tidak dapat mengindra
bayangan sejati. Oselus berfungsi untuk menangkap perubahan intensitas
cahaya kemudian serangga menanggapi dengan meningkatkan atau mengurangi
aktivitasnya. Rangsang cahaya yang jatuh di oselus akan meningkatkan
kecepatan berjalan atau terbang serangga. Mata serangga dapat membedakan
wama dan bentuk benda.Indra pendengar pada beberapa jenis serangga,
misalnya jangkrik dan belalang, terdapat di kedua kaki depannya, sedangkan
indra pendengar serangga jenis ngengat terletak di bagian antarruas dada. Indra
pendengar tersebut berupa selaput mirip gendang telinga.Kemampuan
mendengar pada serangga sangat bervariasi. Misalnya, kupu-kupu mampu
mendengar suara yang berfrekuensi lebih rendah daripada frekuensi suara yang
dapat didengar manusia. Lebah dapat mendengar suara dengan frekuensi 250
getaran per detik, belalang bahkan dapat mendengar bunyi yang berfrekuensi
antara 2.000-1.000.000 getaran per detik. Semua serangga dilengkapi dengan
sepasang antena sebagai indra peraba. Antena pada beberapa serangga juga
berfungsi sebagai indra pencium. Bahkan, antena pada beberapa jenis lalat dan
beberapa jenis kupu-kupu dapat menerima gelombang bunyi. Antena membantu
serangga menemukan makanan, membedakan kawan atau lawan, dan mencari
pasangan untuk kawin.

Kesimpulan : Indra penglihat serangga terdiri atas mata majemuk dan mata
tunggal. Indra pendengar serangga berupa selaput mirip gendang telinga. Indra
peraba (dan juga indra pencium,) serangga adalah sepasang antena.

7. Indra pada Cacing

Indra cacing tanah yang berkembang cukup baik adalah indra penerima
rangsang cahaya. Indra tersebut terdapat di seluruh permukaan tubuh dan hanya
berfungsi untuk membedakan gelap dan terang, tidak dapat membedakan warna.
Indra penerima rangsang cahaya pada cacing tanah tersusun oleh sel-sel yang
peka cahaya. Sel-sel tersebut terletak pada permukaan tubuh cacing terutama di
bagian punggung (dorsal).

Tanggapan atau respon cacing tanah ketika menerima cahaya yang kuat ialah
menjauhi sumber cahaya. Hal itu merupakan bentuk adaptasi cacing tanah yang
menyukai tempat-tempat yang teduh dan lembap agar permukaan kulit tetap
basah atau lembap. Indra lain pada cacing tanah yang telah diketahui
berkembang dengan baik adalah indra pengecap. Melalui indra pengecap,
cacing dapat membedakan kol hijau dan kol merah atau seledri dan wortel.
Cacing pipih, misalnya planaria, mempunyai sepasang bintik mata yang peka
terhadap cahaya. Meskipun tidak dapat digunakan untuk melihat, kedua bintik
mata tersebut dapat membantu planaria untuk mengenali lingkungan. Pada
kedua sisi tubuh bagian depan (anterior) juga terdapat indra penerima rangsang
yang dapat membantu planaria menemukan makanan.

8. Indra pada Protozoa

Pada umumnya, protozoa memiliki kepekaan terhadap rangsangan yang berupa zat kimia.
Hal ini terbukti dan bergeraknya Amoeba sp. apabila menemukan makanan. Selain itu,
Amoeba sp. juga peka terhadap rangsang sentuhan dan cahaya. Sentuhan dan cahaya yang
kuat akan merangsang Amoeba sp. untuk bergerak menjauh. Euglena sp. yang merupakan
hewan bersel satu, berbulu cambuk, dan berkiorofil akan bergerak ke arah datangnya cahaya.
Respon ini penting untuk membantu berlangsungnya fotosintesis. Akan tetapi, Euglena sp.
akan menjauh apabila mendapat cahaya secara langsung.

Sistem Respirasi pada Hewan


1. RESPIRASI PISCES
Hewan vertebrata air melakukan pernafasan dengan menggunakan
insang. Vertebrata air yang melakukan pernafasan dengan insang,
misalnya ikan dan larva ampibi. Sedangkan untuk struktur insang yang
sederhana, misalnya terdapat pada kerang. Insang pada kerang
merupakan perluasan permukaan tubuh yang membentuk lembaran tipis.
Insang tersebut berfungsi untuk meningkatkan area permukaan
pertukaran gas (Nurhayati, 2004).
Pernafasan dilakukan oleh insang ikan memiliki empat pasang kantung
insang. Terletak bersebelahan dengan pharinx dibawah operculum. Tiap
bilah insang terdiri atas lembaran ganda filamen. Setiap filamen terdiri
atas banyak plat transversal yang dibungkus oleh lapisan epitelium yang
banyak mengandung pembuluh kapiler yang terletak diantara afferent
branchalis dan efferent branchalis (lengkung insang) dan pada
perbatasannya terdapat sisir duri yang berfungsi untuk menahan
makanan dan benda-benda keras lain lewat celah pada saat berlangsung
(Jasin, 1984).
Waktu bernafas operculum menutup, melekat pada dinding tubuh,
archus branchialis mengembang kearah lateral. Air masuk melalui mulut,
kemudian menutup dan archus branchialis berkontraksi. Dengan demikian
operculum menjadi terangkat terbuka. Selanjutnya air mengalir melalui
filamen. Dan pada saat itulah, darah mengambil O 2 dan CO2 terlepas
(Jasin, 1984).
Gelembung udara atau gelembung renang (vesica pneumatica)
berdinding tebal terdapat dalam rongga tubuh sebelah dorsal. Gelembung
ini memiliki hubungan dengan pharinx melalui ductus pneumaticus.
Vesica pneumatica berisi gas-gas O2, N2, dan CO2 dan berfungsi sebagai
alat hidrostatis dengan menyesuaikan diri terhadap air, dengan jalan
mengeluarkan dan menyerap zat-zat dari pembuluh darah ikan tertentu
(Jasin, 1984).
2. RESPIRASI AMPHIBI
Pernapasan pada amphibia terdiri dari pernapasan kulit dan pernapasan
paru-paru. Kecuali pada fase berudu, berudu bernafas dengan insang
karena hidupnya di air. Pernapasan Kulit Kulit amphibia yang sangat
tipis(setebal 5-8 sel), banyak mengandung kelenjar mukosa sehingga
selalu basah dan kaya dengan kapiler darah yang merupakan lanjutan
dari arteria kutanae. Pernapasan kulit terjadi baik di darat maupun di
dalam air. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dapat terjadi di kulit. Pernapasan paru-paru Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang
masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-
gelembung di paru-paru. Dalam udara pernapasan pada amphibia adalah
sebagai berikut: Tulang hidung luar rongga hidung lubang hidung dalam
rongga mulut laring Trakhea bronkhus paru-paru (pulmo).
Sistem Pernafasan Pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru
paru. Kecuali pada fase berudu bernafas dengan insang karena hidupnya
di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernafasan
karena tipis dan banyak kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas dengan selaput
rongga mulut, katak bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karea
kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernafasan mudah berifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit
akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari
jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung di pompa ke kulit dan paru
paru lewat arteri kulit paru paru (arteri pulmokutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat terjadi di kulit.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan oto geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru paru lewat celah celah. Dalam paru
paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada
dalam kapiler dinding paru apru dan sebaliknya karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut.
Otot otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam
paru paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah
tekak menutup dan sebaliknya koane membuka bersamaan dengan itu,
otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
Alat Pernapasan pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-
paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya
di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan
karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak
kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk
lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke
jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan
paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas
juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru
mamalia.

Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung


tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat
berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang
keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara
(kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi
pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah
sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut
membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane
menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut
dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan
sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah
berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus
sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut
maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan
bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di
darat. Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di
bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang
mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut
dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam
insang.Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi
insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke
belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat,
pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen
dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut
dan juga melalui kulit.
3. RESPIRASI REPTILIA
Reptilia mempunyai kulit bersisik yang kering yang kurang dapat
ditembus oleh air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit
sedikit. Maka, reptilia tak terbatas hidup di tempat-tempat basah,
meskipun sebenarnya banyak yang hidup di tempat-tempat yang
demikian. Kadal dan ular terdapat berlimpah di gurun pasir yang
merupakan salah satu habitat yang terkering. Sementara, kulit yang
bersisik adalah suatu adaptasi untuk hidup aman dalam udara kering, dan
tidak berguna sebagi alat pertukaran gas. Untuk fungsi pertukaran gas,
reptilia tergantung pada paru-parunya. Tidak hanya paru-parunya yang
mempunyai permukaan relatif lebih besar dari pada amphibi, tetapi juga
pertukaran gas dalam paru-paru benar-benar efisien.
Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada
beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar
kloaka. Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung,
trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di
ujung kepala atau moncong. Umumnya reptilia mempunyai trachea yang
panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cincin cartilago.
Udara keluar dan masuk ke dalam paru-paru karena gerakan tulang rusuk.
Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi. Laring terletak di
ujung anterior trachea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan
kriterokoidea dan tulang rawan krikodea. Trakhea dan bronkhus berbentuk
panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Tempat
percabangan trakhea menjadi bronkhus disebut bifurkatio trakhea.
Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi.
Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah sepasang. Struktur
dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian anterior
lebih banyak berpetak daripada bagian posterior.
Paru-paru dikelilingi oleh rongga dada yang bertulang rusuk. Tulang-
tulang rusuk ini dapat secara bergantian merenggang, dan kemudian
merapat oleh karena adanya perangkap otot-otot tulang rusuk yang
berlawanan. Bila tulang-tulang rusuk merenggang, volume rongga dada
akan meningkat. Perluasan ini menimbulkan sebagian paru-paru hampa
dan segera terisi oleh karena masuknya udara segar. Udara yang segar
tentu membawa persediaan oksigen yang baru bagi jaringan paru-paru
yang basah itu. Kontraksi rongga dada kemudian mendesak udara keluar
dari paru-paru. Udara yang dihembuskan miskin akan oksigen, tetapi kaya
akan karbondioksida yang diterima ketika di dalam paru-paru (Kimball,
1999).
Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida terjadi di dalam
paru-paru. Keluar masuknya udara dari dan keluar paru-paru karena
adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih
sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas
tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks,
dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya
bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Mekanisme Pernafasan pada reptil adalah sebagai berikut :
Fase Inspirasi
Tulang rusuk merenggang dan volume rongga dada meningkat, sehingga
paru-paru yang kosong akan terisi oleh udara yang banyak mengandung
oksigen
Fase ekspirasi
Tulang rusuk merapat, sehingga udara yang mengandung CO 2 dan uap air
akan terdesak keluar dari paru-paru.
4. Respirasi Aves
Alat pernapasan aves adalah pulmo. Ukurannya bila dibandingkan
dengan besarnya tubuh adalah relative kecil, terdiri atas sepasang yang
terletak sebelah kanan dan kiri. Wujudnya sebagai spons yang hanya
dapat mengembang sedikit. Dataran dorsalnya menekan costae dan
pulmo itu tidak dilapisi oleh pleura yang kuat.
Pulmo burung terbentuk oleh bronkus primer, bronkus sekunder , dan
pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus.
Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang
menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior, yang disebut
ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan dorsobronkus buah
dihubungkan oleh parabronkus. Pulmo burung memiliki parabronkus
yang bergaris tengah 0,5 mm.
Pulmo burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang
mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah
tulang humerus, dan daerah leher. Berturut-turut dari luar ke dalam,
susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut :
a. Lubang hidung .
b. Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan trachea.
c. Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cicncin
yang tersusun di sepanjang trakea.
d. Siring (alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat
otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta
berfungsi untuk menimbulkan suara.
e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan
kiri.
f. Bronkus(cabang trakea), terletak di antara siring dan pulmo.
Burung mempunyai kantong udara sebagai tambahan untuk paru-
parunya. Kontraksi dan relaksasi kantong udara akan memfasilitasi paru-
paru, yang memaksa udara mengalir dalam satu arah melalui pipa parallel
kecil pada paru-paru yang disebut parabronki. Pertukaran gas terjadi
melewati dinding parabronki. Selama inhalasi kedua kumpulan kantong
udara itu mengembang. Kantong posterior akan terisi dengan udara segar
dari bagian luar, sementara kantong anterior akan terisi dengan udara
lama dari paru-paru. Selama ekshalasi, kedua kumpulan kantong udara itu
mengempis, sehingga memaksa udara dari kantong posterior ke dalam
paru-paru, dan udara dari kantong anterior keluar dari system itu melalui
trakea. Dua siklus inhalasi dan ekshalasi diperlukan supaya udara
melewati keseluruhan system itu dan keluar dari tubuh aves.

Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang
menjadi embrio.

Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.

Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina,
yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan
amfibi (katak).

Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang
hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan

Mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya,
yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.

Ovipar (Bertelur)

Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang.
Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur
dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi
pada burung dan beberapa jenis reptil.

Vivipar (Beranak)

Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus
(rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina
induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui),
misalnya kelinci dan kucing.

Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)

Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan
yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya
dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah
kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
1.Reproduksi Ikan

Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan


jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang
bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila
tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan
dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun
olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.

Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan
melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui
kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus
berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-
celah batu.
Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-
telur ini akan menetas dalam waktu 24 40 jam.

Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya,
yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian
banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.

2.Reproduksi Amfibi (Amphibia)


Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat
kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan
menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak
betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.

Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya
berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.

Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan
ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens
sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti
cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang
keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan
alat hisap.

Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu
awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-
celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak
depan.

Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan
menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-
paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek
hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

3.Reproduksi Reptil (Reptilia)

Kelompok reptil seperti kadal, ular dan


kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi
internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar,
seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk
betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur.
Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang
oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak
di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari
epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis
merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-
jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya
satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.

Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui
oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan
mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis
reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur
terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.

Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis
buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke
daratan ketika meletakkan telurnya.

4.Reproduksi Burung (Aves)


Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk tidak memiliki alat
kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka.

Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh
sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong
penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang
bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan
ureter dan bermuara di kloaka.

Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam
oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi
cangkang berupa zat kapur.

Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit
telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup
matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.

5.Reproduksi Mamalia (Mammalia)

Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam
liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.

Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang
dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal
ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.

Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk
mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya
akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus.
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan
banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta
(ari-ari) dan tali pusar.

Pencernaan Hewan Tingkat Tinggi


1. Sistem Pencernaan pada Pisces
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang termasuk
zona ingresif. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi gigi kecil yang berbentuk kerucut
pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, serta banyak
mengandung lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Glandula Mukosa atau kelenjar lendir
berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan. Peninggian dasar mulut pun terjadi, yaitu
diantara mandibularis dan arcus hyoideus, dilengkapi selaput lendir, disokong rangka
hyobranchial tidak dapat bergerak / gerak terbatas, tanpa kelenjar. Terdapat organ pengecap
yang sering menyelimuti lidah yang berfunsi sebagai penyeleksi makanan. Pada rongga mulut
pisces juga terdapat organ palatin yang terletak pada langit-langit bagian belakang, dan
merupakan penebalan dari lapisan mukosa. Langit langit (palatum) tidak ada hubungannya
dengan rongga mulut dan rongga hidung. Organ ini terdiri dari lapisan otot dan serat kolagen
dan berfungsi sebagai proses penelanan makanan dan membantu membuang kelebihan air
pada makanan yang dimakan
Setelah melalui mulut makanan menuju ke esophagus (Zona Progresif) melalui faring.
Dalam ikan. Rongga mulut meneruskan diri menjadi faring dengan beberapa pasang insang
sebagai jalan masuk makanan dan air. Faring yang terdapat di daerah sekitar insang ini
berbentuk kerucut dan pendek. Pada faring ini berfungsi sebagai penyaring makanan.
tetapi pada faring kadang kala masih ditemukan organ pengecap, jika ada meterial
yang bukan makanan maka material tersebut akan dibuang melalui celah insang Dari
esophagus (kerongkongan) makanan di dorong masuk ke lambung. Pada ikan, esopagusnya
pendek sekali dan batas dengan ventrikulsnya tidak jelas. Terdapat di sebelah dorsal trachea,
dinding ototnya tersusun oleh otot polos tetapi dibagian anteriornya serabut otot polos
perlahan berubah menjadi otot rangka, kemudian makanan menuju lambung (ventricilus).
Lambung pada ikan mempunyai dua fungsi, selain sebagai penampung makanan,
lambung juga sebagai pencerna makanan. Pada ikan yang tidak berlambung, fungsi
penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantung yang
membesar atau sering disebut lambung palsu. Seluruh Permukaan lambung ditutupi oleh sel
mucus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam dan berfungsi sebagai pelindung
dinding lambung dari kerja asam klorida. Pada lambung juga mempunyai sel-sel penghasil
cairan gastric yang terletak dibagian bawah dari lapisan epithelium yang berfungsi untuk
mensekresikan peptin dan asam klorida.

Proses pencernaan di lambung dilakukan ada yang kimiawi dan ada pula pencernaan
secara mekanik juga dilkukan di lambung. Pada ikan hebivora contohnya ikan ini menggerus
makanan pada lambung, lambung tersebut sering disebut gizard atau lambung khusus.
Lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Bentuknya
bervariasi, ada yang berbentuk lurus, atau huruf J. Pylorus jauh lebih kecil dari pada
cardianya.
Didalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat.
Pencernaan protein di lambung akan mengalamimdenaturasi ole kerja HCl dan dihidrolisis
oleh enzim pepsin, sehingga protein menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan
karbohidrat di lambung merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus.
Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein dilakukan pad usu
depan oleh enzim protease Dari lambung (Zona Progresif), makanan masuk ke usus (Zona
Degresif) yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya.
Usus bermuara pada anus (Zona Egresif). Bagian ini merupakan segmen terpanjang
dari saluran pencernaan atau tractus digesti. Pada bagian depan usus ini ada yang terdapat dua
saluran dan ada yang satu saluran. Dua saluran tersebut yaitu saluran yang berasal dari
kantong empedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari pancreas. Sedangkan
yang hanya mempunyai satu saluran pada depan lambung ini, karena pancreas pada ikan
tertentu tersebut menyebar pada organ hati. jadi
hanya terdapat satu saluran yaitu ductus choledochus. Lapisan mukosa usus tersusun oleh
selapis sel epithelium dengan bentuk prismatic. Pada lapisan ini terdapat tonjolan-tonjolan
atau prisma atau villi yang membentuk seperti sarang tawon pada usus bagian depan dan akan
lebih beraturan pad usus bagian belakang.
Bentuk sel yang umum ditemukan di epithelium usus adalah sel enterosit dan sel
mukosit. Sel enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah ke rongga usus. sel
ini adalah sel yang paling dominan, yang jumlahnya akan semakin meningkat kearah bagian
belakang usus. Sel enterosit memiliki tonjolan kecil atau mikrovilli kecil yang berperan
dalam penyerapan makanan. Sel mukosit atau sering disebut sel penghsil lender. Merupakan
sel yang berbentuk seperti piala, pada permukaan sel ini juga terdapat mikrovilli. Lendir ini
berfungsi sebagai pelumas dan pelindung dinding usus. Perbedaan intestinum pada ikan tiap
jenis ikan terletak pad bentuknya. Ikan jenis herbivora memiliki usus yang menggulung dan
panjang. Sedangkan untuk ikan omnivore memiliki usus yang hampir sama dengan herbivora
tetapi lebih pendek.
Sedangkan untuk ikan karnivora memiliki usus pendek dan tidak menggulung
Glandula digesti pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hepar (hati) merupakan kelenjar yang
berukuran besar, berwarna merah kecoklatan. Haepar terdiri atas 2 lobus, fungsi hati adalah
untuk menghasilkan empedu yang akan disimpan dikantung empedu untuk pencernaan
lemak. Hepar adalah organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan.
Organ ini berwarna merah kecoklatan yang tersusun oleh sel-sel hati atau hepatosit. Organ ini
terletak dibagian depan rongga badan dan mengelilingi usus.
Hepar pada ikan terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus dorsal, lobus dexter dan lobus
sinister. Pad sel-sel lemak atau hepatosit akan membentuk asam empedu yaitu asam yang
berasal dari kolesterol, yakni asam kholik, asam khenodesoksikholik, asam desoksikholik.
Selanjutnya nanti akan terbentuk garam empedu. Dan Garam empedu ini yang berperan
melarutkan lemak dalam air. Vesica felea (Kantung empedu) berbentuk bulat, berwarna
kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Fungsi
vesica felea adalah menyimpan empedu dan mengalirkannya ke usus apabila diperlukan, .
jika kekurangan cairan empedu dapat menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-
vitamin yang hanya larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, K.
Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim enzim pencernaan dan hormon insulin.
Pankreas terletak berdekatan dengan usus depan dan lambung. Saluran pankreati ini bermuara
pada usus depan. Warnanya kekuning-kuningan. Pada pancreas ini mempunyai dua tipe sel,
yang pertama adalah sel eksokrin yang berfungsi untuk mensistesis enzim. Hasil utama
pancreas eksokrin adalah enzim-enzim pencernaan, seperti protease, amylase, khitinase, dan
lipase.Sel yang kedua adalah sel endokrin yang berfungsi untuk mensistesis hormon.

2. Sistem Pencernaan Pada Amfibi


Tractus digestivus pada amfibi terbagi atas empat zona yaitu zona ingresif
(mengambil dan memasukkan makanan), zona progresif (mendorong makanan serta mulai
mengubahnya), zona degresif (berlangsung proses kimia, seleksi dan absorbsi). Dan zona
terakhir adalah zona engresif (melepaskan sisa makanan).

1. Zona ingresif yaitu rongga mulut: gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa, lidah
untuk menangkap mangsa. dan choane terletak di palatum primer. Pada pinggir lubang mulut
mempunyai 12 -20 pasang tentakel dan rambut getar lidah amfibi dapat bergerak.

2. Zona progresif esofagus: berupa saluran pendek. Esopagusnya pendek sekali dan batas
dengan ventrikulsnya tidak jelas.

3. Zona progresif ventrikulus (lambung): berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi
lebar. Ujung cardia lebar, fundus tidak terlihat jelas, ujung pylorus pendek dan sempit. Fungsi
ventriculus adalah tempat menyimpan makanan, pencernaan secara mekanik, serta
pencernaan secara kimiawi.

4. Zona Degresif intestinum (usus): Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum,
tetapi belum jelas batas-batasnya. Seperti batas intestinum crassum dan tenue yang kurang
jelas. Seluruh permukaan intestinum disusun oleh sel sel yang memiliki kemampuan
absorbsi

5. Zona Egresif yaitu Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaca
6. Kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.

Glandula digesti pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan. Contoh salah satu amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan hewan
kecil (serangga).

Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:


1. Rongga mulut : terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa.
2. Esofagus : berupa saluran pendek.
3. Ventrikulus : berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esophagus dan saluran keluar menuju
anus.
4. Intestinum (usus) : dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal.
5. Usus Halus : duodenum, jejunum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
6. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
7. Kloaka : merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi dan urin. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.
Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna
kehijauan dan pancreas bewarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas
jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.

3. Sistem Pencernaan Pada Aves


Hewan unggas memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan
sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh
karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair (Girisenta, 1980). Unggas mengambil
makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam
tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan
kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh
empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran
partikelpartikel makanan.
Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus yang disebut
duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai
fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti hanya pada spesies-spesies lainnya. Alat
tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzimenzim
amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati,
lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, memasuki pula
duodenum. Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus.
Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah
gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam-asam
amino,enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana
(monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui
villi usus halus.
Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir ke dalam
kloakadan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam kotoran ayam
sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia kebanyakan adalah
urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses
pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).
Pencernaan Karbohidrat
Setelah makanan yang dihaluskan melalui empedal ke lengkukan duodenal maka
getah pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam lekukan duodenal. Pada waktu yang
bersamaan, garam empedu alkalis yang dihasilkan dalam hati dan disimpan dalam kantong
empedu dikeluarkan pula ke dalam lekukan duodenal. Garam empedu menetralisir
keasaman isi usus di daerah tersebut dan menghasilkan keadaan yang alkalis.

Tiga macam enzim pencernaan dikeluarkan ke dalam getah pankreas. Salah satu
diantaranya adalah amilase yang memecah pati kedalam disakharida dan gula-gula kompleks.
Apabila makanan melalui usus kecil maka sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula
lainnya yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya menghidrolisis atau mencerna
senyawasenyawa gula ke dalam gula-gula sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana
adalah hasil akhir dari pencernaan karbohidrat. Pati dan gula mudah dicerna oleh unggas
sedangkan pentosan dan serat kasar sulit dicerna. Saluran pencernaan pada unggas adalah
sedemikian pendeknya dan perjalanan makanan yang melalui saluran tersebut begitu
cepatnya sehingga jasad renik mempunyai waktu sedikit untuk mengerjakan karbohidrat
yang kompleks.
Pencernaan Lemak Garam-garam empedu hati mengemulsikan lemak dalam lekukan
duodenal. Lemak berbentuk emulsi tersebut kemudian dipecah ke dalam asam lemak dan
giserol oleh enzim lipase, suatu hasil getah pankreas. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir
pencernaan lemak.

Pencernaan Protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal, campuran
pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian yang lebih
sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat dicerna dalam
lekukan duodenal maka tripsin getah pankreas memecah sebagian proteosa dan pepton ke
dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam amino. Erepsin yang dikeluarkan
ke dalam usus halus melengkapi pencernaan hasil pemecahan protein ke dalam asam-asam
amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan protein.

6. Pencernaan Zat-zat Mineral dan Vitamin


Zat-zat mineral dalam saluran pencernaan dilarutkan, bukan dicerna. Sebagian besar
zat mineral tersebut berubah dari bentuk padat ke bentuk cair di dalam empedal. Kulit
kerang dan grit misalnya dilarutkan di bagian tersebut. Pencernaan dan metabolisme
vitamin dalam tubuh belum banyak dapat diketahui. Karoten, prekursor vitamin A,
dirubah ke dalam vitamin A dalam tubuhnya dapat membantu vitamin C dari bagianbagian
makanan yang ditelan, Kholesterol dalam tubuh dirubah ke dalam vitamin D
karena penyinaran sinar matahari atau sinar ultraviolet.
Penyerapan dan Assimilasi Zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui dinding-dinding
usus ke dalam peredaran darah.

Sebagian besar penyerapan sangat dipertinggi dengan adanya villi yang


tidak terhitung jumlahnya. Zat-zat makanan yang tercerna dalam bentuk gula sederhana,
asam-asam amino dan zat zat mineral yang larut, masuk melalui permukaan dinding
usus kedalam kapiler-kapiler darah. Cara bagaimana zat-zat tersebut masuk melalui
dinding usus belum banyak diketahui. Lemak yang dicerna masuk melalui dinding usus
ke dalam cairan yan menyerupai susu sistema limfatik. Di sini zat-zat tersebut
membentuk lemak netral. Lemak dalam limfa lebih banyak merupakan lemak tubuh
daripada sebagai lemak yang diperoleh dari bahan makanan. Lemak bergerak bersamasama
limfa dan memasuki aliran darah vena dekat jantung.

Pengangkutan Zat-zat Makanan Zat-zat makanan yang telah dicerna setelah masuk ke
peredaran darah melalui kapiler kapiler dalam dinding usus dikumpulkan di dalam vena
porta. Vena porta tersebut mengangkut darah dan zat-zat makanan yang telah diserap ke hati
dalam perjalanannya ke jantung. Setelah makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-
kapiler hati, sebagian besar glukosa dirubah kedalam glikogen untuk disimpan di dalam hati
dan otot. Sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen dan
metabolisme jaringan mengalami deaminasi pada waktu zat-zat tersebut melalui hati.
Bagian-bagian karbohidrat dapat digunakan untuk panas dan kegunaan-kegunaan energi
dan bagian zat yang mengandung nitrogen diangkut ke ginjal untuk disingkirkan. Hati
memindahkan pula sebagian lemak dan aliran darah untuk disimpan. Hal tersebut dapat
dilihat pada hati yang berwarna pucat kekuning-kuningan dari ayam yang gemuk dan
anak ayam yang baru menetas. Kotoran-kotoran yang terserap dan saluran pencernaan ke
dalam peredaran darah diambil oleh sel-sel hati pada waktu darah masuk melalui kapiler
kapiler hati. Bila racun ikut terserap maka konsentrasi racun yang tinggi tersebut
biasanya terdapat pada hati.

Darah yang membawa zat-zat makanan yang telah dicerna


meninggalkan hati dengan perantaraan vena hepatika menuju ke jantung. Darah tersebut
melanjutkan perjalanannya dari jantung ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida
dan air dan mengambil oksigen. Darah kembali dari paru-paru ke jantung untuk
kemudian dialirkan melalui arteri-arteri ke seluruh jaringan tubuh. Zat-zat makanan yang
telah dicerna mengalir ke kapiler-kapiler ke limfa yang membasahi sel-sel jaringan.
Limfa berguna sebagai medium pertukaran antara kapiler kapiler dan sel-sel jaringan.
Limfa tersebut membawa makanan yang telah dicerna kesel dan mengangkut sisa-sisa
makanan dari sel.

4. Sistem Pencernaan Pada Pisces


Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke
esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk
kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya
menyempit.
Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada
umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan,
terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung,
makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok kelok dan sama besarnya.
Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas.
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di
bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas
lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses
pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di
sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi
untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan
organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain
menghasilkan enzim enzim pencernaan dan hormon insulin.

5. Sistem Pencernaan Pada Reptil


Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora
(pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah,
masingmasing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi
dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah
yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,

2) esofagus(kerongkongan),

3) ventrikulus(lambung),

4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Kelenjar
pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati padareptilian
memiliki dua lobus (glambir dan yang berwarna kemerahan). Kantung empeduterletak
pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum,berbentuk pipih kekuning-kuningan.

6. Pencernaan Pada Insecta

Terdapat dua jenis pencernaan pada serangga yaitu:


1. Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu
telah
mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim,
seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga
serangga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum
ditelan.
2. Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan
terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama
untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian
besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi.
Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam makanan
menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan kemudian diasimilasi
oleh serangga. Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida.
Kebanyakan serangga tidak memiliki enzim yang dapat memecahkan selulosa yang
biasanya terdapat didalam makanan serangga. Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus
tengah tempat dimana enzim disekresikan tetapi karena cairan-cairan usus bagian tengah
dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan dapat terjadi juga di tembolok. Enzim yang
berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam air liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim
yang terdapat di bagian usus tengah disesuaikan dengan makanan.
Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di dalam, dan sistem-sistem
pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar. Sistem percernaan ini sangat beragam
tergantung macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan
mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa biasanya
mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan
perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan. Saluran pencernaan pada serangga dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu :
1. Saluran pencernaan depan (Stomodeum)
2. Saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
3. Saluran pencernaan belakang (Proktodeum)
Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, saluran
pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan saluran pencernaan
tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh
cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan (penyesuaian - penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.
Pada banyak serangga bagian bagian utama ini terbagi menjadi bagian lain dengan
berbagai fungsi yaitu faring, esofagus, krop dan proventrikulus pada saluran pencernaan
bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta
rektum pada pencernaan bagian belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi
sistem pencernaan adalah sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem
endokrin dan sistem pernapasan.

1. Saluran Pencernaan Depan


Saluran pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap
pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan
dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya
enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan tersusun dari : a. Otot
otot yang memanjang (longitudinal) b. Otot-otot melingkar (circular) c. Sel-sel
ephitelium yang pipih d. Sel-sel yang bersifat impermiable Akibat pergerakan otot-otot
melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah.

Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
- Rongga mulut sebagai masuknya makanan
- Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang
berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada
faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap
pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.
Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi
mendorong makanan dari faring ke tembolok.
Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan.
Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal
dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami
perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan,
tembolok tersebut diisi oleh udara. Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi
di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari
makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta
enzim dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus
bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi
tidak menghalangi muntahan cairan. Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi
yang beraneka ragam pada berbagai serangga.
Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah
makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi
katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
dalam proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang
berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol
jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.
2. Saluran Pencernaan Tengah
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap
makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dansebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran
ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh :
Otot longitudinal
Otot melingkar
Sel-sel epithelium yang berbentuk kolumnar
Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
Membran peritropik pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih
disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi
lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari
makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua
pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa
lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua
mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri. Lumen memiliki
mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started border.
Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini
terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan.
Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagaitempat sintesis protein
untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada selepitelium yang kolumnar ditemukan
sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyaklekukan-lekukan dan disana banyak terdapat
mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel
lain. Saluran pencernaan tengah
terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara
enzimatis dan absorbsi nutrisi.

3. Saluran Pencernaan Belakang


Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak
terserap pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan
ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran
inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang menurut
Snogras (1935) tersusun dari :
Otot melingkar
Otot longitudinal
Sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus
Intima yang bersifat permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga
dapat menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus.
Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :
Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi
- Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan amonia
pada serangga blowfly. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat
organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982).
Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu
memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang
memanjang dan ada yang membentuk bantalan
- Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya faeses Terdapat beberapa jenis
kelenjer yang dapat beradsosiasi dengan sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjer
mandible, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.

7. Sistem Pencernaan Pada Cacing.


Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah
memiliki alat-alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
anus. Proses pencernaan di bantu oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh getah
pencernaan secara eksternal. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah
organik yang sudahlapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut
menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan
makanan dikeluarkan melalui usus.

8. Sistem Pencernaan Pada Mammalia


Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan
ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang
sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda
dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan makanan pada
hewan mammalia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar)
yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi, misalnya,
mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = gerahamdepan
M = molar = geraham belakang
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak
dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat,
yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa. Jika dibandingkan
dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat
pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan
panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5cm.Lambung sapi sangat besar, diperkirakan
sekitar 3/4 dart isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,
dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari
mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi seluIosa.
Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci
dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran
yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa
mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri
dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Di samping itu, pada hewan mamalia terdapat modifikasi lambung yang
dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).

Pencernaan Karbohidrat ,Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan


makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva
hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi
maltosa dan dekstrin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga
dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan. Mikroorganisme dalam rumen
merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang. Mikroorganisme
tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk
membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi lambung
ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase dari pankreas dikeluarkan ke
dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan
dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa. Enzim-enzim lain dalam usus halus
yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Anda mungkin juga menyukai