(NSTEMI)
Oleh :
Heru Fahlefi Harahap
Pratama Putra Nasution
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT ........................................................................
BAB 4 FOLLOW UP.............................................................................................
BAB 5 DISKUSI KASUS .....................................................................................
BAB 6 KESIMPULAN .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard non
elevasi segmen ST (NSTEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus infark miokard non elevasi segmen ST (NSTEMI) serta
melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga
mendapatkan prognosis yang baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Sindrom Koroner Akut (SKA)
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan gangguan aliran darah koroner
parsial hingga total ke miokard secara akut 5. Sindrom koroner akut dibagi
berdasarkan gambaran EKG, yaitu:
Angina Pektoralis Tidak Stabil (APTS) adalah keadaan pasien dengan
simptom iskemia sesuai SKA, tanpa terjadi peningkatan enzim
petanda jantung (CK-MB, troponin) dengan atau tanpa perubahan
EKG yang menunjukkan iskemia (depresi segmen ST, inversi
gelombang T dan elevasi segmen ST yang transien).
Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST adalah keadaan pasien
dengan manisfestasi sama seperti APTS, tetapi disertai peningkatan
enzim penanda jantung.
Infark Miokard Dengan Elevasi Segmen ST adalah sindrom koroner
akut yang menggambarkan cedera miokard transmural, akibatoklusi
total arteri koroner oleh trombus.
1.4.1. Anamnesis
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium
dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering
ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan
bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina/terakselerasi
memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada
waktu istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada
NSTEMI telah diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual,
diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65
tahun.
1.4.2. Elektrokardiografi
Segmen ST merupakan hal penting yang menentukan risiko pada
pasien. Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI) III Registry, adanya
depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupkan prediktor outcome
yang buruk. Kaul et al. menunjukkan peningkatan resiko outcome yang
buruk meningkat secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST
maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi
prognosis pasien-pasien dengan NSTEMI
Empat komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI yaitu :
Terapi antiiskemia
Clopidogrel : 150-300 mg
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2016
Tlp : - Hp :
ANAMNESIS
Autoanamnesis Alloanamnese
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP R+2 cmH2O
Dinding toraks: Batas Jantung
Inspeksi : Simetris fusiformis Atas : ICS II sinistra
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri Bawah : Diafragma
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru Kanan : 1 cm LSD
Kiri : 1cm LMSC
Auskultasi
Jantung : S1 (+) N S2 (+) N S3 (-) S4 (-) Reguler
Murmur : (-) Tipe : - Grade : -
Punctum maximum : - Radiasi : -
Kesan EKG :
Sinus Rhythm + STEMI
Gambar 3.2 Hasil Foto Thorax (15/03/16)
Hasil Laboratorium
Darah Lengkap
Hb : 18,2 g/dL
Eritrosit : 5,95 x 106/mm3
Leukosit : 17,08 x 103/mm3
Hematokrit : 53 %
Trombosit : 397 X 103/mm3
MCV : 89 fL
MCH : 30,6 pg
MCHC : 34,3 g/dl
RDW : 13,2 %
MPV : 9 fL
PCT : 0,36 %
PDW : 9,7 %
Hitung Jenis
Neutrofil : 87,1 %
Limfosit : 10,1 %
Monosit : 2,3 %
Eosinofil : 0,1 %
Basofil : 0,4 %
Netrofil Absolut : 14,88 x 103/L
Limfosit Absolut : 1,72 x 103/L
Monosit Absolut : 0,4 x 103/L
Eosinofil Absolut : 0,01 x 103/L
Basofil Absolut : 0,07 x 103/l
Morfologi
Eritrosit : Normokrom normositik
Leukosit : Bentuk normal
Trombosit : Bentuk normal
Ginjal
BUN : 12 mg/dl
Ureum : 26 mg/dl
Kreatinin : 0,71 mg/dl
Elektrolit
Natrium : 138 mEq/dl
Kalium : 4,5 mEq/dl
Klorida : 105 mEq/dl
Faal Hemostasis
PT :16 detik
APTT : 22,7 detik
Waktu Trombin : 11,8 detik
Kimia Klinik
Troponin T : 0,84 ng/L
Analisa Gas Darah
pH : 7,351
pCO2 : 19,5 mmHg
pO2 : 193,9 mmHg
HCO3 : 10,5 mmol
Total CO2 : 11,1 mmol/L
BE : -12,8 mmol/L
Sat. O2 : 99,5 %
Metabolisme Karbohidrat
Kgd Sewaktu : 123 mg/dl
Enzim Jantung
CK-MB : 629 U/L
Diagnosa kerja :
STEMI antero lateral onset 5 jam Killip III TIMI Risk 6/14 tanpa fibrinolitik
Diferensial Diagnosa :
Diseksi aorta
Emboli Paru
Pengobatan:
Bed rest
02 2-4 L/i
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro)
Inj.Furosemide 40 mg drips 1 cc/jam
Clopidogrel 300 mg (1x75 mg)
Aspilet (2x80 mg)
Prognosis:
Dubia ad Bonam
16
BAB 4
FOLLOW UP
TGL S O A P
14 April 2016 Nyeri Dada Sens: CM NSTEMI TIMI risk 5/7 Bed Rest
TD : 100/80 mmHg CHF FC II-III ec CAD
(+) O2 2-4 L/i via nasal kanul
HR: 82 x/i 3VD
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i
RR : 22 x/i
mikro
Temp : 36 C
UOP : 2900 cc/24 jam Novorapid 5m/jam
BC : - 1760 cc/24 jam
Furosemide 20
Pemeriksaan fisik:
Aspilet 1x80mg
Kepala
Mata: anemia (-/-), ikterik (-/-) Clopidogrel 1x75mg
Leher: TVJ R+2 cm H2O
Thoraks ISDN 3x5 mg
Cor: S1(N), S2(N), regular.
Murmur (-), gallop(-). Bisoprolol 1x2,5mg
Pulmo: Captopril 3x 6,25 mg
SP: vesikuler
ST: ronkhi basah basal (+) Simvastatin 1x20mg
Abdomen: soepel, BU (+) N
Ekstremitas: akral hangat, edema KSR 2x600mg
Kristal : -
19
Irama : SR, Rate : 87 x/i, gelombang P normal dengan durasi 0,08 s, Interval PR 0,16 s, Kompleks QRS normal dengan durasi 0,08,
20
5 April 2016 Sesak nafas Sens: CM STEMI antero lateral onset Bed Rest
(-) TD : 100/70 mmHg 5 jam Killip III TIMI Risk O2 2-4 L/i via nasal kanul
Nyeri dada
HR : 80 x/i 6/14 tanpa fibrinolitik
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i
(-)
RR : 18 x/i
BAB (-) mikro
Inj. Furosemide 20 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik:
Kepala Inj. Arixtra 2,5 mg/ 24 jam
Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), (H3) sc
Leher: TVJ R+2 cmH2O
Thoraks Clopidogrel 1x75 mg
Cor: S1(N),S2(N), regular.
Murmur (-) , gallop(-), Aspilet 1x80 mg
Pulmo: ISDN 3x5 mg
SP: vesikuler
ST: - Captopril 3x6,25 mg
Abdomen: soepel; BU (+) N
Ekstremitas: akral hangat, oedem -/- Simvastatin 1x40 mg
Bisoprolol 1x2,5 mg
Laxadyn 1 x c1 , bantu
dengan Dulcolax supp.
Clobazam 1x10 mg (malam)
21
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Faktor Resiko SKA13
Yang tidak dapat dimodifikasi : Pada kasus, didapatkan pasien
Usia memiliki faktor resiko PJK yaitu :
Resiko meningkat dengan Jenis kelamin Laki-laki
bertambahnya usia, >45 tahun pada
pria dan >55 tahun pada wanita
Jenis kelamin
Laki-laki > perempuan walaupun
setelah menopause, tingkat kematian
perempuan akibat penyakit jantung
meningkat namun tidak sebanyak
tingkat kematian pada laki-laki
Riwat Keluarga
Anak dengan orangtua dan saudara
kandung memiliki riwayat penyakit
jantung lebih beresiko untuk terkena
penyakit jantung
Diagnosa :11
Anamnesis Pada kasus :
Keluhan nyeri dada tipikal, riwayat Berdasarkan anamnesis dijumpai
nyeri sebelumnya, faktor resiko PJK, adanya nyeri tipikal disertai dengan
serta riwayat keluarga dengan PJK. gejala penyerta berupa keringat
Perlu juga ditanyakan apa yang dingin dan mual. Pasien mempunyai
dilakukan oleh pasien sebelum faktor risiko yaitu : usia,
terjadi serangan hiperkolesterolemia, dan merokok
Pemeriksaan fisik Berdasarkan EKG ditemukan
Sebagian besar pasien akan cemas kelainan berupa Aksis : LAD, ST
dan tidak bisa istirahat. Seringkali elevasi (+) di lead V1-V5. Kesan
disertai keringat dingin. Selain itu EKG :Sinus rhythm + STEMI
dari pemeriksaan fisik dapat Berdasarkan pemeriksaan enzim
mengidentifikasi komplikasi iskemia jantung didapatkan Troponin T : 0,84
(regurgitasi katup mitral akut, S3, ng/L, CKMB : 629 U/L
ronki basah atau edema paru) dan
juga dapat menyingkirkan diagnosa
banding
EKG
Diagnosis STEMI ditegakkan
dengan berdasarkan EKG yaitu
adanya ST elevasi 2mm, minimal
pada 2 sadapan prekondrial yang
29
Klasifikasi Killip
Proporsi Mortalitas
Kelas Definisi
pasien (%)
BAB 6
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
DLP, lakilaki berusia 36 tahun, mengalami STEMI antero lateral onset 5 jam
Killip III TIMI Risk 6/14 tanpa fibrinolitik diberi pengobatan:
Bed Rest
O2 2-4 L/i via nasal kanul
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i mikro
Furosemide oral 1x1 tab
35
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2008. The Top Ten Causes of Death. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Depkes RI. Jakarta.
Available from: http://
labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2013/Lap
oran_riskesdas_2013_final.pdf
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015. Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi ke-3
4. Grundy SM, Pasternak R, Greenland P, Smith S, Fuster V. Assessment of
cardiovascular risk by use of multiple-risk-factor assessment equations.
1999. Circulation; 100: 1481-92. Dalam: Torry, S.R.V., Panda, A.L., dan
Ongkowijaya, J. 2013. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsrat.
5. The Top Ten Causes of Death. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf. [Accessed 8
April 2016]
6. Rilantono, L.L, 2013. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
8. Myrtha. R, 2012. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut. Available from:
http://dokumen.tips/documents/jurnal-patofisiologi-sindrom-koroner-
akut.html
9. Rilantono,L.L., dkk. 2001. Buku ajar kardiologi. Jakarta: Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.
10. Alwi, I..2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam.
11. Liwang F and Wijaya I.P., 2014. Penyakit Jantung Koroner. Dalam :
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta : Media Aesculapius.
12. Dharma, S. 2015. Cara Mudah Membaca EKG. Jakarta : EGC
37