240310140007
tidak terlalu besar sehingga dapat menghemat penggunaan Luff Schoorl. Dari
larutan yang telah diencerkan dipipet 25 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 25 ml larutan Luff Schoorl kemudian direfluks selama 15 menit.
Saat itu terjadi reaksi reduksi kupri oleh gula reduksi menghasilkan endapan
merah bata. Reaksi yang terjadi antara gula reduksi dan kupri oksida yaitu:
R-COH + CuO Cu2O + R-COOH
merah bata
Pada metode ini, yang ditentukan bukannya kupro oksida yang mengendap
tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi (titrasi balnko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi
(titrasi sampel). Selisih titrasi blanko dengan sampel ekuivalen dengan jumlah
gula reduksi yang ada dalam bahan/larutan (Sudarmadji, 2007).tri.
Kupri oksida yang tidak tereduksi kemudian ditentukan dengan titrasi
iodometri.Larutan yang telah direaksikan dengan Luff Schoorl ditambahkan 10 ml
KI 30% dan 25 ml asam sulfat 6N. KI berfungsi sebagai pengikat komponen yang
ada di luff schoorl dan asam sulfat berfungsi untuk membebaskan kupro dari
oksidanya menjadi kuprosulfat. Kuprosulfat dan KI akan bereaksi membebaskan
iod (I2). Iod yang dibebaskan ekuivalen dengan kuprooksida, dimana jumlah iod
yang dibebaskan diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tio sulfat.
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Setelah terbentuk warna kuning jerami (mendekati TA) kemudian ditambahkan
amylum sebagain indikator yang akan membentuk warna biru. Jika indikator
amilum masih menyebabkan larutan berwarna biru menandakan bahwa proses
titrasi belum selesai.
Penambahan amylum ditambahkan ketika menjelang titik akhir karena
kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air
sehingga jika amylum ditambahkan sejak awal, yaitu ketika jumlah I 2 masih
tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh disebelah kanan, kompleks iod-amilum
yang terbentuk banyak dan akan terjadi endapan sehingga warna kompleks iod-
amilum agak sukar hilang dan penentuan titik akhir titrasi menjadi salah (Bassett,
J. dkk., 1994).
Kamilah Samrotul Fuadah
240310140007
Saat titik akhir ketika I2 habis, kesetimbangan akan bergerak ke keiri yaitu
kompleks iod-amilum akan terurai menjadi I2 dan amylum sehingga warna biru
hilang dan terbentuk warna putih susu dan I2 bereaksi dengan Na-tiosulfat. Gula
reduksi dari hasil hidrolisis pati dapat dihitung dari hasil titrasi tersebut.
Perhitungan :
Maizena A1:
V blankoV sampel x N Na2 S 2O 3
Nilai a = 0,1
(25,1015,1) x 0,098
Nilai a = 0,1 = 9,8
Maizena A2
(25,1015,2) x 0,098
Nilai a = 0,1 = 9,072
1.
Tapioka A1
(25,1017,7) x 0,098
Nilai a = 0,1 = 7,252
Tapioka A2
(25,1016,3) x 0,098
Nilai a = 0,1 = 8,624
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Semakin tinggi kadar pati yang terdapat dalam sampel tersebut maka semakin
tinggi juga kadar gula yang terdapat dalam sampel tersebut.
2. % Kadar pati teringgi yaitu terkandung pada tepung Maizena A1 dengan
sebanyak 71,2548 %.
3. % Kadar pati terendah yaitu terkandung pada tepung Tapioka A1 dengan
sebanyak 50,3720 %.
5.2 SARAN
Pemahaman dan keterampilan dalam penentuan kadar gula akan lebih baik
bila metode lainnya dilakukan.
Kamilah Samrotul Fuadah
240310140007
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina Sri Satya. 2004. Teknologi pengolahan komoditas unggulan mendukung
pengembangan agroindustri di lahan lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa.
Koswara S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati [terhubung berkala].
http://ebookpangan.net. (diakses pada tanggal 30 Maret 2015)
Singh S et al. 2008. Effect of Incoporating Sweet potato Flour to WheatFlour on
The Quality Characteristics of Cookies. African Journal of Food Science.
Sulistijani, D.A. 1999. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta: Penebar Swadaya.