SKRIPSI
OLEH :
RYO FANDY TINDAON
050308027/ TEKNIK PERTANIAN
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
i
ABSTRACT
Tea of North Sumatera which is known as black tea and still under profit.
Bah Butong Plantataion as one unit of PT. Perkebunan Nusantara IV which
produce tea, had a descend of production. To formulate programme and scenario
to ascend Bah Butong product, system approach was applied by taking
information from stakeholders. The system of tea production was interpreted into
blackbox diagram. They consisted of environmental input, controllable and
uncontrollable input, controllable and uncontrollable output, parameter, and
feed back control of production system. It was found that 79% of respondent was
between 40 to 59 years old. It means that most of them would enter unproductive
age. Beside that, 35% of respondent was less satisfied with their monthly salary.
Environmental aspect and labour condition were the most important factors
which influenced the system. Because of the significant change of climate, 187.16
Ha of tea plantation was converted into oil palm plantation. It reduced the
number of afdeling and rationalization of labour.
Key words: system, production, tea plantation, Bah Butong, blackbox diagram
ABSTRAK
Teh Sumatera Utara yang dikenal dengan teh hitam masih belum
menguntungkan. Kebun Bah Butong sebagai salah satu unit usaha PT. Perkebunan
Nusantara IV yang mengembangkan komoditas teh mengalami penurunan
produksi. Untuk merumuskan kebijaksanaan dan skenario peningkatan produksi
teh Bah Butong digunakan pendekatan sistem (system approach) dengan cara
menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder. Hasil dari identifikasi
sistem produksi teh ini diinterpretasikan kedalam diagram kotak hitam (blackbox
diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali,
output terkendali dan tidak terkendali, parameter, dan pengendalian sistem
produksi. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 79% dari jumlah responden berusia
40-59 tahun. Hal ini berarti kebanyakan dari pekerja sudah hampir memasuki usia
yang tidak produktif lagi. Disamping itu, 35% dari responden juga mengatakan
kurang puas dengan pendapatan yang mereka terima perbulannya. Aspek
lingkungan dan tenaga kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
sistem. Karena terjadinya perubahan iklim yang signifikan maka areal kebun Bah
Butong seluas 187,16 Ha dikonversi ke kelapa sawit. Hal ini menyebabkan
terjadinya penciutan jumlah afdeling dan rasionalisasi tenaga kerja.
Kata kunci: sistem, produksi, kebun teh, Bah Butong, diagram kotak hitam
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
ii
RINGKASAN
IV selama ini masih disubsidi oleh komoditas sawit. Padahal, kualitas teh
sumatera utara sangat diminati Amerika Serikat dan Eropa. Kebun Bah Butong
sebagai salah satu unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IV yang mengembangkan
dan skenario peningkatan produksi teh Bah Butong digunakan pendekatan sistem
(system approach) dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para
menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan
produksi perusahaan.
seperti tenaga kerja yang terampil dan alat-alat produksi, informasi penting
dalam menjalin kerjasama dan kemudahan administratif atau birokratif. Selain itu
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
iii
pihak ketiga yaitu Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat
kebutuhan yang relatif sama dengan kabun seinduk. Stakeholder lainnya adalah
Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem
Usia dominan dari para pekerja sistem berada pada usia 40-59 tahun. Usia ini
sudah hampir tidak produktif lagi dalam sistem sehingga keterbatasan tenaga
hidup.
Melalui analisa persentase grade I teh jadi yang di produksi selama periode 10
tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2008 dapat diperoleh
keseimbangan antara kuantitas dan kualitas sehingga kualitas teh jadi sebagian
3. Kondisi cuaca
hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
iv
produksi daun teh yang di panen juga akan mengandung banyak air yang
4. Kondisi iklim
pucuk daun teh basah yang pada akhirnya berdampak pada teh jadi yang
dihasilkan.
Butong sangat luas, karena meliputi aspek industri dan produksi yang
pemanasan global sehingga areal kebun Bah Butong seluas 187,16 Ha di konversi
ke kelapa sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya penciutan jumlah afdeling dan
rasionalisasi tenaga kerja. Evaluasi aspek yang terakhir adalah aspek sosial
ekonomi. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 79% dari jumlah responden berusia
40-59 tahun. Hal ini berarti kebanyakan dari pekerja sudah hampir memasuki usia
yang tidak produktif lagi. Disamping itu, 35% dari responden juga mengatakan
(blackbox diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
v
RIWAYAT HIDUP
anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Bernard Tindaon dan
SMU Negeri I Sidamanik Kabupaten Simalungun dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat dan
Prestasi (PMP-USU).
Prima Harapan yang beralamat di Jalan Kongsi Nomor 278 A, Mariendal, Medan.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2009 di dengan judul Identifikasi
Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah
saudaraku (Tongam Frando Tindaon, SP, Frantyka Hotdear Tindaon, S.Si, dan
Rotua Lenawati Tindaon), atas segala dukungan dan doa, dan juga seluruh
keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis
Penulis
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
vii
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian................................................................................... 3
Kegunaan Peneliatian ............................................................................ 3
Batasan Penelitian ................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Teh .......................................................................................... 4
Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis) ............................................... 7
Syarat Tumbuh ...................................................................................... 8
Iklim .......................................................................................... 8
Tanah ......................................................................................... 10
Tanaman Teh Produktif (Tanaman Teh Menghasilkan) .......................... 13
Pemetikan Daun Teh ............................................................................. 14
Pengolahan Pascapanen ......................................................................... 16
Manfaat Teh Bagi Kesehatan ................................................................. 22
Kualitas dan Strategi.............................................................................. 23
Metode Pendekatan Sistem .................................................................... 24
Sistem Produksi ..................................................................................... 25
Analisis Kebutuhan ............................................................................... 26
Identifikasi Sistem ................................................................................. 26
Formulasi Masalah ................................................................................ 29
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 30
Alat dan Bahan Penelitian...................................................................... 30
Alat ........................................................................................... 30
Bahan ......................................................................................... 30
Metode Penelitian ................................................................................. 31
Prosedur Penelitian ............................................................................... 32
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
ix
DAFTAR TABEL
Hal
1. Uraian komponen sistem ............................................................................... 28
2. Produksi daun teh basah dan teh jadi periode 1999-2008 ............................... 36
3. Produksi daun teh basah dan teh jadi per hektar periode 1999-2008 .............. 38
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Produksi Teh PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2003 hingga tahun
2007...................................................................................................... 6
15. Diagram kotak gelap sistem produksi teh kebun Bah Butong....................... 61
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Bagan alir penelitian ..................................................................................... 66
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang dilakukan oleh para pesaing sehingga dalam perdagangan global ini
karena itu mutu merupakan faktor penting bagi produsen. Namun perhatian
produsen tidak terbatas pada mutu produk yang dihasilkan saja tetapi juga pada
Teh sebagai komoditas andalan masih memiliki peluang yang besar untuk
dikembangkan. Peranan ekspor teh terhadap ekspor hasil pertanian masih rendah
Teh sumatera utara yang dikenal dengan teh hitam masih belum
Nusantara IV selama ini masih disubsidi oleh komoditas sawit. Padahal, kualitas
Selama ini, komoditas teh masih dibantu dengan sawit. Kerugian budidaya
teh bisa tertutupi dengan sawit. Di Sumatera Utara hanya tinggal tiga kebun teh
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
2
yang tersisa; kebun Sidamanik, Tobasari, dan Bah Butong. Lahan yang tercatat itu
berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan air laut (dpl). Berdasarkan data
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, ekspor teh pada Januari
2007 mencapai 404.390 kg dengan nilai 475.862 dollar AS. Ekspor pada Februari
menurun menjadi 314.300 kg dengan nilai 425.720 dollar AS. Total ekspor
selama dua bulan di tahun 2007 sebesar 718.690 kg dengan nilai 901.582 dollar
rentang waktu 5 (lima) tahun. Demikian juga dengan teh jadi (black tea
production) mengalami penurunan rata-rata 5,65%. Hal ini disebabkan antara lain
karena adanya konversi areal tanaman teh menjadi areal tanaman kelapa sawit dan
tanaman teh.
Butong sangat luas, karena meliputi aspek industri dan produksi (kualitas,
kuantitas, dan biaya produksi), aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi. Oleh
dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan yang efektif dan
sistem secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa faktor yang terkait,
kompleks dan dinamis maka pendekatan sistem akan mencari keterpaduan antar
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
3
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
1. Penulis
2. Manajemen Perusahaan
3. Mahasiswa
Batasan Penelitian
Kebun Bah Butong, mulai dari pemetikan sampai pengemasan produk yang siap
untuk dipasarkan.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Teh
Pada mulanya tanaman teh (Camellia sinensis) diduga berasal dari daratan
Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia,
merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan
untuk dipanen daunnya. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun
1684, berupa biji teh dari Jepang yang di bawa oleh orang Jerman bernama
terutama di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi
tanaman teh. Industri tanaman teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan
tahun 1941, luas perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar 200.000 ha yang
terdiri dari perusahaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh
rakyat 75.000 ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah.
rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
5
dalam komoditi teh ini tidak hanya dimanfaatkan oleh BUMN, namun juga
industri teh dari hulu hingga hilir. Sampai pada tahun 2004, terdapat 143
maupun BUMN.
berkurang dari tahun ke tahun. Jika dihitung secara keseluruhan pertumbuhan luas
areal teh pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,58%. Lahan-lahan ini
sebagian dikonversi menjadi kebun kelapa sawit, sayuran dan tanaman lainnya
Volume ekspor teh Indonesia setiap tahun turun sekitar 5%. Penurunan
tersebut disebabkan penurunan mutu teh dalam negeri. Selama 6 tahun terakhir
teh dan menggantinya dengan kelapa sawit. Pada tahun 2005 produksi teh
Indonesia sebesar 149 ribu ton dan mengalami penurunan produksi tahun 2008
menjadi sekitar 145 ribu ton. Harga teh Indonesia di pasar internasional saat ini
turun dari posisi lima ke posisi enam. Indonesia hanya menguasai 6% pangsa
pasar teh dunia. Posisi pertama ditempati Srilanka dan Kenya dengan pangsa
Pada tahun 2003 hingga tahun 2004 kebun teh PT. Perkebunan Nusantara
kebun Marjandi dan Bah Birong Ulu. Luas areal tanaman teh PT. Perkebunan
Nusantara IV tinggal hanya 5.396,11 ha. Namun dari tahun 2005 hingga tahun
2007 areal tanaman teh tidak mengalami pengurangan luas areal. Berikut ini
jumlah produksi teh hitam PT. Perkebunan Nusantara IV periode tahun 2003
Gambar 1. Produksi teh PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2003 hingga 2007
(Annual Report PTPN IV, 2007)
dan secara internasional, Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh
dapat dimanfaatkan oleh semua produsen teh di Indonesia, baik PT. Perkebunan
Negara, Perkebunan Besar Swasta, maupun perkebunan teh yang dimiliki oleh
Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari
family Theceae. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap
keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran
utama berkembang pada lapisan tanah atas dengan kedalaman 0 cm hingga 25 cm,
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
8
dari poros utama dan duduk secara filotaksis (tata letak daun) berselang-seling.
Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu
Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada
daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Pucuk dan ruas berambut. Daun tua
Syarat Tumbuh
Iklim
curah hujan, sinar matahari, suhu udara, tinggi tempat, dan angin.
Curah Hujan
Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan tahunan yang
diperlukan adalah 2000 mm sampai 2500 mm, dengan jumlah hujan pada musim
Sinar Matahari
Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat, sepanjang
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
9
tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di daerah dataran rendah
terlalu tinggi.
Suhu Udara
Tanaman teh mengkehendaki udara sejuk. Suhu udara yang baik bagi
tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 130C sampai dengan 250C, yang
diikuti oleh cahaya matahari yang cerah, dengan kelembaban relatif pada siang
Tinggi Tempat
sampai dengan 1200m dari permukaan laut (dpl). Sehingga daerah penanaman teh
a. Daerah dataran rendah: berada di ketinggian 400m hingga 800m dpl, suhu
b. Daerah dataran sedang: berada di ketinggian 800 hingga 1200m dpl, suhu
c. Daerah dataran tinggi: berada di ketinggian di atas 1200m dpl, suhu mencapai
Angin
Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara
panas dan kering. Angin yang bertiup kencang dapat menurunkan kelembaban
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
10
nisbi sampai 30%, meskipun hanya berpengaruh sedikit pada kelembapan tanah
Tanah
Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah
yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta
Sifat-sifat fisika tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup
dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur (deep
friable), mampu menahan air, dan memiliki kandungan hara yang cukup.
kesuburan yang cukup, kadar kation basa dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen
bervariasi.
sampai 6,0. Untuk pemupukan nitrogen sebaiknya digunakan pupuk yang bersifat
asam seperti ZA, sehingga tanah tetap dalam kondisi asam. Tiga unsur hara
pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, dan K. Ketiga
unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun. Daun yang
rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau, ataupun dari pohon naungan, dapat
organik tanah.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
11
Tipe Tanah
Menurut Schoorel, ada enam tipe tanah yang ditanami teh di Indonesia.
a. Tanah pegunungan tinggi, yaitu jenis tanah andosol dengan luas 35%.
d. Tanah kuarsa berasal dari tuf liparit (Podsolik merah kuning), meliputi luas
15%.
f. Tanah merah yang berasal dari batu-batuan kapur, meliputi luas 1%,
(Setyamidjaja, 2000).
teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam. Jarak tanam yang optimal
dipengaruhi beberapa faktor, jarak tanam antar barisan tanaman 120 cm dan jarak
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik dengan 7
dipetik secara terus-menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
12
yang lebih responsif terhadap pemupukan berat, dan memiliki kuantitas serta
b. Pemberian pupuk pada seluruh penanaman dengan dosis optimal, tidak hanya
pupuk N, P, dan K tetapi juga dengan pupuk yang mengandung unsur hara
e. Pengusahaan bahan tanaman (klon dan bibit kultur jaringan) yang tinggi
tanaman teh produktif dengan masa non produktif yang pendek. Tanaman teh
menjadi produktif setelah berumur lebih dari tiga tahun, dapat dipetik pucuknya
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
13
secara terus-menerus setelah umur 5 tahun. Tanaman teh produktif dan tanaman
Tanaman menghasilkan (TM) mengalami giliran atau daur petik yaitu jangka
waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya dihitung dalam hari.
1. Umur pangkas
Semakin tua umur pangkas, semakin lambat pertumbuhan pucuk tanaman teh
2. Iklim
sangat bergantung dari keadaan tajuk tanaman, umur dan waktu setelah
pangkasan. Cara pengendalian gulma terdiri atas tiga cara yaitu kultur teknis
dengan melaksanakan petikan rata agar tajuk tanaman tumbuh melebar, dan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
14
Pada kebun teh baik produktif maupun non produktif terdapat pohon
pelindung. Pohon pelindung yang umumnya terdapat pada kebun teh adalah
berserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh
pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang
optimal adalah 15 cm sampai 20 cm. Jika lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran
Pekoe
Pekoe Souchong
Souchong
P+2
P+3
Gambar 2. Pucuk daun teh
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
15
yaitu:
1. Petikan jendangan
Petikan ini dilakukan pada tanaman yang baru dipangkas yang bertujuan
2. Petikan produksi
Petikan ini disebut juga petikan biasa yaitu pemetikan yang dilaksanakan
3. Petikan gendesan
Petikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada kebun yang akan di
tunas dan daun-daun muda yang ada pada perdu, yang bila tidak dipetik akan
1. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p)
dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), biasa
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
16
2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan dua daun, tiga daun muda serta pucuk burung dengan dua atau tiga
3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan
empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis
Pengolahan Pascapanen
Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya teh
hijau, sedangkan industri teh wangi merupakan hasil olahan teh hitam.
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh
segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan
sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma
yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari
empat kelompok yaitu substansi fenol (catechin dan flavanol), substansi bukan
fenol (pectin, resin, vitamin, dan mineral), substansi aromatik, dan enzim-enzim.
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu
sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) dan sistem baru yaitu
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
17
sistem CTC (Crushing, Tearing, Curling). Sistem yang paling umum di Indonesia
Pelayuan
Penggulungan
Penggilingan
Sortasi Basah
Fermentasi
Pengeringan
Sortasi Kering
Pengemasan
Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya
yaitu daun teh yang segar hasil petikan. Mutu teh hitam yang baik sebenarnya
akan lebih mudah dicapai apabila bahan segarnya (pucuk) bermutu baik. Secara
fisik, pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar dan berwarna
kehujauan. Menurut beberapa ahli pengolahan, 75% mutu teh ditentukan di kebun
(ketinggian tempat, jenis petikan, dan penanganan hasil petikan), sisanya yang
25% ditentukan oleh proses pengolahan. Untuk mencapai tujuan, sebelum masuk
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
18
1. Masih dalam keadaan segar, tidak rusak seperti patah-patah, sobek, dan
terperam.
2. Tidak terlalu lama tertahan di kebun dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung.
optimum.
Pelayuan
30 cm atau disebut 30 cm per m2. Sementara itu, udara segar segera dialirkan
untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan palung terbuka. Setiap
selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, palung ditutup dan udara terus
dialirkan.
2. Pengaturan udara, udara yang baik digunakan untuk proses pelayuan adalah
udara yang bersih dengan kelembaban rendah (60 sampai 75%), suhu tidak
melebihi 280C (optimum 26,70C atau 800F) dan volume yang cukup sesuai
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
19
Penggulungan (Rolling)
Penggulungan akan membuat daun memar dan dinding sel rusak, sehingga
cairan sel keluar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu sudah mulai
Penggulungan dilakukan dalam alat penggulung yang disebut dengan open top
roller (OTR). Lama penggulungan pada mesin OTR ini adalah 30 sampai 40
menit.
Penggilingan
Mesin penggiling yang biasa dipakai dalam pengolahan teh adalah press
gulungan akan tergiling menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sesuai dengan
yang dikehendaki konsumen, gulungan akan berukuran lebih pendek, cairan sel
banyaknya.
ditempatkan pada tahap penggilingan kedua, ketiga, dan keempat tergantung pada
jenis mutu yang ingin dicapai. Pengolahan teh hitam sistem orthodox rotorvane,
bertujuan agar dapat memproduksi jenis-jenis mutu bubuk (broken grades) dan
jenis mutu halus (small grades) yang sesuai dengan permintaan pasar.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
20
pengeringan. Mesin sortasi basah yang dipakai adalah rotary ball breaker. Mesin
ini memasang ayakan dengan mesh yang sesuai dengan grade yang diinginkan.
Hasil sortasi terdiri dari bubuk dan badag. Setiap jenis bubuk diberi nomor
sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut dihasilkan, seperti bubuk 1,
bubuk 2, dan bubuk 3, serta badag. Badag adalah bubuk kasar yang tidak dapat
Fermentasi
enzim polifenol oxidase. Fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembaban relatif, kadar
substansi theaflavin dan theaurigin yang akan menentukan sifat air seduhan dari
theaflavin dan theaurigin pada hasil fermentasi yang baik adalah 1: 10 atau 1:12.
Komposisi ini menentukan strength, colour quality, dan briskness dari teh kering.
Pengeringan
senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung
kualitas mencapai keadaan optimal. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
21
teh bubuk akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama dalam
penyimpanan.
teh hitam ada dua macam yaitu mesin pengering jenis ECP (Endless Chain
Pressure Dryer) dan FBD (Fluid Bed Dryer). Pabrik-pabrik di Indonesia pada
Sortasi Kering
partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan. Sortasi
kering dilakukan dengan cara memasukkan teh kering ke dalam mesin pengayak
besar dan lebih panjang daripada teh bubuk (brokens), yang dalam proses
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
22
2. Teh bubuk (Broken Grades), jenis teh yang dalam proses sortasinya dapat
melewati ayakan 7 mesh dan tertahan oleh ayakan 20 mesh, terdiri dari BOP I/
(Broken Tea), BT II (Broken Tea II), BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning),
Mixed).
3. Teh halus (Small Grades), jenis teh yang dalam sortasinya lolos dari ayakan
PF ( Pekoe Fanning), PF II ( Pekoe Fanning II), Dust, Dust II, dan Dust III.
4. Teh campuran orthodox (Mixed Orthodox), yaitu campuran dari dua atau lebih
jenis mutu teh daun, teh bubuk, dan atau teh halus.
Pengemasan
atau pasar dan pengiriman produk ke luar negeri sebagai komoditi ekspor. Tujuan
Teh hitam ini mempunyai rasa dan aroma berbeda tergantung pada
ketinggian tempat tumbuh dan jenis teh serta proses pembuatannya. Teh hitam
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
23
menghasilkan larutan yang berwarna merah tembaga. Manfaat teh bagi kesehatan
antara lain:
- Meningkatkan metabolisme
Salah satu zat antioksidan non nutrient yang terkandung dalam teh, yaitu
masa depan. Semua strategi tersebut diharapkan membawa kemajuan yang berarti
pada organisasi atau perusahaan. Dalam produksi biasanya orang akan menempuh
dengan menyerang pasar. Kemajuan yang berarti itu tergambar dari keberhasilan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
24
sistem-sistem dengan cara yang intelijen. Oleh karena itu, cara pendekatan sistem
perlu kita gunakan untuk menemukan sifat-sifat penting daripada sistem yang
sistem yang dianggap efektif. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh
dua hal, yaitu mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi
yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan membuat suatu model kuantitatif
antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang
berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3) probabilistik,
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
25
Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat
kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang
tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan
Sistem Produksi
merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dengan
Teknologi Ekonomi
INPUT OUTPUT
Material Produk
Input terkontrol Proses Limbah
Dana Transformasi Informasi
Mesin
Informasi
Dana masuk Dana Keluar
Proses Manajemen
Politik Sosial Budaya
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
26
Input produksi dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan
Sub sistem dari sistem produksi antara lain adalah perencanaan dan
Analisis Kebutuhan
sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli,
Identifikasi Sistem
langkah identifikasi sistem, terdapat konsep blackbox (kotak gelap), yang tidak
diketahui apa yang terjadi di dalamnya, tetapi hanya diketahui input yang masuk
dan output yang keluar dari kotak gelap tersebut. Dalam menyusun kotak gelap,
harus diketahui 3 informasi, yaitu peubah input, peubah output, dan parameter
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
27
Input Lingkungan
Manajemen
Pengendali
Gambar 5. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)
dari sistem itu tidak diketahui sehingga perilaku dari sistem itu tidak dapat
ditentukan dan ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang
akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliput i pula
penentuan output yang diharapkan dari sistem, dan mungkin juga perhitungan
rasio biaya dan manfaat. Diagram kotak hitam (blackbox diagram) terdiri dari
input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali, output terkendali dan tidak
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
28
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
29
Formulasi Masalah
mungkin adalah sebuah gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam
dan mendasar. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan
Maksud dari tahap ini untuk mempelajari dan memahami sistem yang ada
lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan pokok-pokok
permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh pihak menajemen
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
30
METODOLOGI PENELITIAN
Kebun Bah Butong, dimulai pada bulan April hingga bulan Mei 2009.
Alat
1. Alat tulis
2. Komputer
3. Kamera digital
4. Perekam suara
Bahan
1. Data primer
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari bahan pustaka, literatur dari unit usaha, dan data
yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. Data yang
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
31
Butong.
2. Berbagai diagram alir yang berhubungan dengan produksi teh yang ada di
Metode Penelitian
menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal
penelitian.
pertanyaan yang disusun dengan baik dan matang kepada responden. Responden
jawaban berupa pendapat dan bentuk pertanyaan tertutup (closed ended question)
yang terdiri dari dichotomous choice (responden hanya boleh memilih satu
hanya boleh memilih satu diantara beberapa jawaban atau alternatif yang
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
32
Prosedur Penelitian
teh
dalam identifikasi sistem yaitu aspek industri dan produksi (meliputi kualitas,
identifikasi sistem.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
33
Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel
Maskapai (NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai beroperasi
sejak tahun 1931. Secara kelembagaan, pada tahun 1957 pemerintah Indonesaia
No. 86/1958.
Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui UU No. 141 Tahun
1961 Sumut III dan Jo PP No.141 Tahun 1961. Tahun 1963 Perkebunan Teh
melalui PP No. 27 Tahun 1963. Pada tahun 1968 terjadi perubahan menjadi
Perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP No. 141 Tanggal 13
April 1968. Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi Persero yaitu PT.
Perkebunan VIII (PTP VIII) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH No.
Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP. Nusantara IV melalui Akte
Pendirian PTPN IV No. 37 tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan PTP
VI, VII, dan VIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Sejak tahun
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
34
1998 hingga tahun 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern yang
dari kota Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di kota
Medan. Luas areal Hak Guna Usaha (HGU) adalah 2891,84 ha dengan luas
dan tanggung jawab dari tiap-tiap fungsi atau bagian yang terdapat dalam suatu
dan keahliannya serta diharapkan mampu menciptakan iklim kerja yang baik
dalam perusahaan.
mulai dari administratur kebun atau disebut juga dengan manajer unit usaha.
Manajer unit bertanggung jawab penuh terhadap jalannya proses produksi sejak
disebut dengan staf atau karyawan pimpinan. Karyawan pimpinan ini terdiri dari
kepala dinas tanaman, kepala dinas teknik (KDT), kepala dinas pengolahan
(KDP), dan asisten tata usaha. Seorang kepala dinas tanaman bertanggung jawab
(pembantu perkebunan). Dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
35
Butong terdiri dari lima afdeling. Masing-masing afdeling dipimpin oleh satu
orang asisten tanaman. Namun untuk afdeling I dan afdeling V dipimpin oleh
asisten afdeling dibantu oleh seorang mandor besar yang mengawasi langsung
Seorang mandor besar membawahi beberapa mandor petik, mandor hama dan
boyan, dan membawahi seorang juru tulis afdeling. Sementara itu pengawasan
terhadap jalannya mesin pengolahan dipercayakan pada kepala dinas teknik dan
pemetik teh, bagian pengolahan yang terdiri dari bagian pelayuan, penggulungan,
menjadi barang dan jasa. Kegiatan produksi ini dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi, bahan dan metode, serta kinerja. Nasution (2003) menyatakan bahwa
sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
36
produktifitas diukur dari keseluruhan produksi daun teh basah (tea leaves
production), produksi teh jadi (black tea production), produksi daun teh basah per
hektar, produksi teh jadi per hektar, rendemen teh jadi, dan grade I teh jadi yang
teh selama 10 tahun dari tahun 1999 hingga tahun 2008. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Setiawati dan Nasikun (1991) bahwa secara umum produktifitas
hasil di pergunakan dengan cara membagi angka produksi total dengan luas areal
tanaman menghasilkan.
Tabel 2 di bawah ini menyajikan jumlah produksi daun teh basah dan juga
teh jadi berdasarkan Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan hasil
Tabel 2. Produksi daun teh basah dan teh jadi periode 1999-2008
Total Daun Teh Basah (Kg) Teh Jadi (Kg)
Luas
Tahun TM % %
(Ha) Realisasi RKAP Terhadap Realisasi RKAP Terhadap
RKAP RKAP
1999 1.755,10 19.805.800 21.558.000 (8,13) 4.371.280 4.743.000 (7,84)
2000 1.755,10 17.348.920 23.299.000 (25,54) 3.696.917 5.047.400 (26,72)
2001 1.803,63 16.874.940 21.914.000 (22,89) 3.399.690 4.821.000 (24,98)
2002 1.991,73 17.196.000 21.772.000 (28,74) 3.516.436 4.572.000 (23,09)
2003 2.078,20 18.159.400 21.150.000 (14,14) 3.873.050 4.441.500 (12,80)
2004 2.127,16 20.218.200 23.407.000 (13,62) 4.369.282 4.938.600 (11,55)
2005 1.782,59 22.629.670 22.439.000 0,85 4.993.514 4.779.507 4,48
2006 1.969,75 21.568.760 24.092.000 (10,47) 4.766.365 5.252.000 (9,25)
2007 1.969,75 21.197.560 22.804.000 (7,04) 4.722.266 5.016.000 (5,86)
2008 1.599,64 16.050.720 18.095.000 (11,30) 3.555.269 3.997.000 (11,05)
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
37
yaitu periode tahun 1999 sampai tahun 2000. Untuk mempermudah dalam
melakukan analisis dan evaluasi, maka produksi daun teh basah dan produksi teh
Realisasi Panen
26,000,000 RKAP
24,000,000
Daun teh bas ah (K g )
22,000,000
20,000,000
18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000
10,000,000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
Gambar 6. Produksi daun teh basah periode 1999-2008
5,000,000
T eh J adi (K g )
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
Gambar 7. Produksi teh jadi periode 1999-2008
cukup besar dalam fluktuasi produktifitas baik daun teh basah maupun teh jadi
selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Dari data yang ada ternyata tidak semua
peningkatan produksi daun teh basah dan teh jadi disertai dengan peningkatan
produksi per hektarnya. Seperti pada tahun 2001 dan 2002 terjadi peningkatan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
38
dibawah RKAP. Namun demikian produksi daun teh per hektarnya merupakan
bagaimana produktifitas per hektar untuk daun teh basah dan juga teh jadi seperti
Tabel 3. Produksi daun teh basah dan teh jadi per hektar periode 1999-2008
Daun Teh Basah Per Hektar (Kg/ha) Teh Jadi Per Hektar (kg/ha)
Tahun % Terhadap % Terhadap
Realisasi RKAP Realisasi RKAP
RKAP RKAP
1999 11.284,45 12.283,06 (8,13) 2.400,62 2.702,41 (7,84)
2000 9.884,86 13.275,03 (25,54) 2.107,52 2.876,02 (26,72)
2001 9.305,10 12.140,94 (22,99) 1.884,82 2.672,94 (24,98)
2002 8.633,70 10.961,20 (21,02) 1.765,52 2.295,49 (23,09)
2003 8.738,04 10.177,80 (14,14) 1.863,66 2.137,19 (12,80)
2004 9.604,79 11.003,67 (13,62) 2.053,57 2.321,69 (11,55)
2005 12.761,11 12.587,66 1,38 2.801,27 2.681,21 4,48
2006 11.022,85 12.230,99 (9,88) 2.419,78 2.666,33 (9,25)
2007 10.821,72 11.577,10 (7,40) 2.397,39 2.546,52 (5,86)
2008 10.086,73 11.311,92 (10,83) 2.222,54 2.498,69 (11,05)
produksi daun teh basah dan produksi teh jadi per hektar dapat dibuat dalam
14,000
Realisasi
Daun teh bas ah (K g /ha)
13,000
RKAP
12,000
11,000
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
Gambar 8. Produksi daun teh basah per hektar
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
39
Mutu teh hitam yang dihasilkan berbeda setiap tahunnya dan persentasi teh
Demikian juga halnya dengan RKAP, teh jadi yang dihasilkan selalu berada
dibawah RKAP. Jika dirata-ratakan selama 10 tahun, jumlah grade I teh jadi
25,46% dibawah RKAP. Hasil teh jadi yang termasuk dalam grade I dapat dilihat
1999 258.600 131.084 548.623 148.731 45.865 633.166 402.009 2.168.078 56,67 3.015.000 (28,09)
2000 256.381 139.362 362.689 93.749 45.792 521.549 290.536 1.678.967 59,36 3.283.500 (44,96)
2001 394.542 228.047 431.694 114.014 60.054 620.416 222.486 2.071.253 62,47 3.181.860 (33,26)
2002 339.231 272.507 431.980 138.041 105.643 546.904 269.994 2.104.291 61,13 3.107.520 (28,74)
2003 233.275 306.509 548.197 88.136 201.347 472.608 252.289 2.102.361 57,81 2.886.975 (22,38)
2004 160.213 365.317 536.899 107.860 265.802 501.182 306.869 2.244.122 56,95 3.111.318 (20,02)
2005 148.449 301.920 640.822 74.270 239.817 490.844 319.449 2.215.571 53,55 2.663.463 (11,54)
2006 109.136 285.590 585.703 82.702 287.361 398.253 301.648 2.050.393 47,78 3.256.240 (30,06)
2007 114.832 32.043 606.878 92.169 395.305 406.631 306.920 2.213.165 47,50 3.009.600 (25,47)
2008 92.947 253.805 430.117 62.324 322.387 338.360 298.545 1.798.485 50,59 1.998.500 (10,01)
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
40
BP : Broken Pekoe
BT : Broken Tea
PF : Pekoe Fanning
grade I teh jadi yang dihasilkan selama periode 1999 sampai 2008 dapat dibuat
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
Pada tahun 1999 produksi daun teh basah 8,13% dibawah RKAP. Hal ini
tentu saja membuat produksi teh jadi juga dibawah target sebesar 7,84% dan
grade I teh jadi dibawah RKAP 28,09%. Diharapkan pada tahun berikutnya
mencapai anggaran yang ditetapkan. Pada tahun 2000 ternyata produksi yang
diperoleh lebih buruk dari tahun sebelumnya dimana daun teh basah hingga
25,54% dibawah RKAP yang disebabkan karena curah hujan yang tinggi dan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
41
sinar matahari yang terlalu sedikit. Penurunan produksi terus berlanjut hingga
luas areal TM ini adalah karena tanaman teh yang ditanam pada tahun 1998 telah
dimana curah hujan terlalu banyak hingga 3.686 mm dan intensitas sinar matahari
Pada tahun 2002 dan 2003 terjadi peningkatan berturut- turut dari tahun
produksi ini juga karena penambahan luas areal TM pada tahun 2002 seluas
188,10 Ha yang ada di afdeling A dan afdeling D Bah Butong. Penambahan luas
areal TM juga terjadi pada tahun 2003 seluas 86,47 Ha yang berada di afdeling A
dan afdeling F Kebun Bah Butong. Hal ini karena tanaman yang ditanam pada
tahun 1999 dan 2000 sudah menjadi tanaman muda yang menghasilkan. Namun
tahun sebelumnya namun pada tahun ini areal tanaman teh dikonversi menjadi
kelapa sawit seluas 344,57 ha. Hal ini dilakukan pihak manajemen dengan
budidaya tanaman teh sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada tahun ini juga terjadi
perubahan besar dalam hal pemetikan daun teh basah dilapangan yakni sudah
Pada tahun 2005 terjadi kenaikan teh jadi diatas anggaran sebesar 4,48%.
Hal ini juga menyebabkan kenaikan rendemen teh jadi sebesar 0,77% sedangkan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
42
pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali. Pada tahun 2007 produksi teh jadi
kembali turun dan berada di bawah RKAP hingga 9,25%. Hal ini disebabkan
karena produksi dari kebun seinduk dan termasuk pembelian dari pihak ketiga
dalam hal ini PPTK Gambung yang berada 51% diatas RKAP dan untuk produksi
sejak September 2007 hanya 25% terealisasi dari anggaran untuk pupuk. Selain
itu curah hujan yang tinggi dan udara yang lembab mempengaruhi aspek fisiologis
drastis. Produksi daun teh basah (DTB) 11,30% dibawah RKAP dan mengalami
sebelumnya yaitu tahun 2007. Hal ini disebabkan antara lain karena pengaruh
cuaca yang buruk dan iklim yang kurang baik di tahun 2008. Faktor teknis yang
bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Namun pemupukan diawal tahun 2008
baru dilakukan pada bulan Februari. Adanya penanaman ulang (replanting) seluas
101,48 Ha dan serangan jamur pada tanaman teh seluas 1,30 Ha juga
persentase perbandingan antara teh jadi yang dihasilkan terhadap daun teh basah.
Berikut ini disajikan rendemen teh jadi PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
43
rendemen teh jadi yang dihasilkan dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti
berikut ini.
21.50
21.00
20.50
20.00
19.50
19.00
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
Berdasarkan data produksi teh jadi terlihat bahwa terjadi penurunan mutu
teh hitam grade I di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong sejak
penggunaan mesin pemetik teh yaitu sejak tahun 2005 sebesar 8% hingga 10%
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
44
difokuskan pada kurun waktu satu tahun. Program anggaran yang terdapat
perusahaan.
perusahaan yang ditetapkan oleh kantor direksi PT. Perkebunan Nusantara IV.
unit kebun, kemudian RKAP ini dikirim dan diajukan ke kantor direksi. Di
kantor direksi, RKAP ini bersama RKAP unit kebun lainnya dibahas dalam rapat.
(realisasi), kondisi dan kemampuan unit kebun pada tahun sebelumnya. Setelah
RKAP diterima dan disetujui oleh kantor direksi, RKAP tersebut dikirim
kembali ke unit Kebun Bah Butong, yang kemudian RKAP ini digunakan
Oleh karena itu, PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong di dalam
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
45
sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-
orang yang mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem
yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa
lain proses budidaya teh dilapangan secara efektif, optimalisasi biaya produksi,
ketersediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil dan alat-alat
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
46
seinduk adalah kebun yang berada dalam satu grup unit usaha (GUU) di PT.
Perkebunan Nusantara IV. Grup Unit Usaha-V (GUU-V) terdiri dari 5 unit usaha
yaitu Marjandi, Bah Butong, Sidamanik, Tobasari, dan Bah Birong Ulu, serta satu
kantor GUU-V yang bertempat di Bah Jambi. Kebun seinduk ini juga mempunyai
yang sama yaitu teh seperti Sidamanik dan Tobasari. Keharmonisan dalam
Pihak ketiga yaitu Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa
perusahaan.
berada dan menetap di sekitar perkebunan. Pekerja atau karyawan yang dimaksud
infrastruktur desa.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
47
dalam sistem dan harus diselesaikan. Tunas (2007) mengatakan bahwa melalui
berpikir kesisteman dan pendekatan sistem kita akan dapat melihat permasalahan
Usia dominan dari para pekerja sistem berada pada usia 40-59 tahun. Usia ini
sudah hampir tidak produktif lagi dalam sistem sehingga keterbatasan tenaga
sistem merupakan bukti bahwa bekerja pada perkebunan teh menjadi suatu hal
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
48
yang kurang menarik. Hal ini muncul karena masyarakat yang produktif
lebih tertarik bekerja di luar sistem seperti di perkotaan yang memiliki banyak
grade I teh jadi yang di produksi selama periode 10 tahun terakhir yaitu tahun
di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun teh Bah Butong pada umumnya untuk
jadi sebagian besar masuk pada kategori mutu sedang. Adanya pemetikan
dengan menggunakan mesin petik menyebabkan produksi daun teh basah dari
lapangan kurang mendukung dalam produksi teh jadi. Hal ini terlihat bahwa
sejak penggunaan mesin pemetik teh terjadi penurunan mutu teh jadi grade I
3. Kondisi cuaca
hujan. Jika hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi
secara optimal khususnya pada pemetikan pucuk teh segar dilapangan. Hasil
produksi daun teh yang di panen juga akan mengandung banyak air yang
ada di pabrik cukup besar. Selain itu daun teh basah ini juga akan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
49
pengolahan selanjutnya.
4. Kondisi iklim
ketinggian lebih dari 400 mdpl. Tanaman teh juga menghendaki daerah
pertanaman yang lembab dan sejuk, oleh karena itu tanaman teh memerlukan
curah hujan dan sinar matahari yang optimal. Curah hujan tahunan yang
diperlukan agar tanaman teh dapat tumbuh optimal adalah 2000 mm sampai
dengan 2500 mm. Sinar matahari juga sangat berpengaruh terhadap tanaman
teh. Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat
suhu udara, suhu udara yang baik untuk tanaman teh adalah 130C sampai
dengan 250C. Apabila suhu udara mencapai 300C, maka pertumbuhan pucuk
daun teh akan terhambat. Kondisi iklim yang kurang mendukung ini
menurun yaitu pada produksi pucuk daun teh basah yang pada akhirnya
Evaluasi Aspek
Bah Butong dilakukan dengan mengevaluasi beberapa aspek yang dianggap cukup
pengevaluasian tiga aspek yaitu aspek industri dan produksi, aspek lingkungan,
mutu dan biaya produksi. Aspek lingkungan membahas tentang kondisi iklim dan
Kebun Bah Butong. Yang terakhir adalah mengkaji evaluasi aspek sosial-
laporan manajemen biaya produksi bertambah setiap tahunnya dan selalu berada
diatas RKAP. Tingginya biaya tanaman dan biaya pengolahan yang masing-
masing termasuk kenaikan upah pekerja setiap tahun, kenaikan bahan-bahan serta
14,000
13,000 Realisasi
12,000 RKAP
B iaya produks i
11,000
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
T a hun
jadi, yang akan meningkatkan pangsa pasar, sehingga pada akhirnya akan
menjadi dua bagian yaitu tanaman seedling dan tanaman klonal. Tanaman
seedling adalah tanaman teh yang ditanam secara zig-zag pada tahun 1928-1974
seluas 644,86 Ha atau sekitar 46,77%. Sedangkan tanaman klonal adalah tanaman
teh yang ditanam dengan sistem baris pada tahun 1975 sampai sekarang dengan
Sistem penanaman ini akan berpengaruh pada sistem pemetikan daun teh
karena sistem penanaman ini tidak mempunyai jalur pemetikan, dan biasanya
sistem penanaman ini terdapat pada lahan dengan topografi yang berbukit.
dimana untuk setiap mesin dikendalikan oleh 4 orang. Dengan kata lain, jika
pekerja/Ha per hari. Dengan menggunkan mesin pemetik teh ini akan mengurangi
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
52
dikeluarkan pihak perusahaan untuk komoditas teh ini sangat besar. Oleh karena
itu, salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi ini adalah dengan
mengurangi tenaga kerja sehingga biaya beban gaji pekerja akan berkurang.
Selain itu kapasitas yang diperoleh dengan menggunakan petikan manual lebih
rendah dibandingkan dengan mesin petik. Penggunaan mesin petik ini juga
mempunyai dampak negatif terhadap kualitas daun teh basah maupun teh jadi
yang dihasilkan. Gulma yang ada disekitar tanaman teh akan dipanen atau dipetik
bersamaan dengan pucuk teh segar. Pucuk teh segar ini akan diangkut ke stasiun
penerimaan daun teh basah di pabrik sehingga gulma juga akan terikut pada saat
proses pengolahan. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap pengolahan teh
penurunan.
juga turut menjadi penyebab penurunan produksi. Para pekerja tidak sepenuhnya
bekerja berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Hal ini dapat terlihat
pada jumlah produksi daun teh basah per hektar selama kurun waktu 10 tahun
Aspek Lingkungan
lingkungan seperti letak geografis, keadaan tanah dan iklim yang khas dari daerah
penghasil dapat membedakan antara produk yang satu dengan yang lainnya.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
53
Dalam kajian aspek lingkungan, kondisi iklim dan kandungan unsur hara tanah
dan pemanfaan data dan informasi iklim sangat penting untuk mengetahui secara
nyata kondisi dan karakteristik iklim di perkebunan. Data iklim hasil pengukuran
tersebut dapat digunakan sebagai sistem peringatan bagi perkebunan. Berikut ini
data iklim yang meliputi curah hujan, jumlah hari hujan, dan jumlah sinar
terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah iklim dengan curah hujan 2000 mm
hingga 2500 mm dan tanah yang berada pada ketinggian lebih dari 400 mdpl.
Kondisi iklim yang kurang baik ini menyebabkan terjadinya pengurangan luas
areal tanaman teh kebun Bah Butong karena konversi tanaman teh manjadi kelapa
sawit. Bila ditinjau dari kondisi topografinya, sebagian besar areal konsesi Bah
Butong terletak pada ketinggian 890 mdpl. Namun karena terjadi perubahan iklim
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
54
yang signifikan yakni dampak pemanasan global maka areal kebun Bah Butong
yang sangat penting dan harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati
(40%) dari jumlah biaya perawatan, sehingga bila pelaksanaan tidak mengenai
Prinsip utama dari pemupukan adalah mengganti unsur hara yang hilang
diserap oleh tanaman, sejumlah unsur-unsur hara yang terkandung oleh daun teh
akibat pengambilan hasil sepanjang tahun dan atau menambah unsur hara sampai
sehingga tanaman teh kurang berkembang dan mudah terserang hama dan
menentukan hasil akhir dari pekerjaan ini yaitu bertambahnya jumlah produksi.
pabrik juga turut mempengaruhi produktifitas sistem. Kondisi ruang kerja yang
seperti pakaian dinas, sarung tangan, dan masker juga mempengaruhi kinerja
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
55
yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong dilakukan dengan
dilakukan terhadap para pekerja sistem menunjukkan bahwa 79% dari jumlah
responden berusia 40-59 tahun. Ini berarti kebanyakan dari pekerja sudah hampir
40-49 Tahun
62%
Sedikitnya jumlah tenaga kerja yang produktif ini disebabkan oleh adanya
peningkatan taraf hidup masyarakar sekitar. Keinginan ini muncul karena 35%
dari responden mengatakan kurang puas dengan pendapatan atau upah yang
mereka terima perbulannya, dan hanya 1% yang mengatakan sangat puas dengan
upah yang diterima. Apabila ditinjau dari pekerjaan mereka, 38% mengatakan
bahwa kondisi pekerjaannya cukup berat, kondisi sedang 50% dan kondisi
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
56
S angat puas
S angat tidak
1%
puas
10%
P uas
17%
K urang puas
35%
C ukup puas
37%
Waktu pekerjaan karyawan di dalam sistem relatif sama yaitu 8 jam per
hari. Kondisi pekerjaan yang cukup berat terdapat pada pemeliharaan dan
pemetikan daun teh. Hal ini terlihat bagian pekerjaan yang sering mengalami
kendala adalah pemeliharan tanaman sebesar 46% dan pemetikan daun teh 27%.
Padahal, untuk mencapai produksi teh jadi sesuai dengan yang diharapkan sangat
yang tidak diketahui apa yang terjadi di dalamnya, tetapi hanya diketahui input
yang masuk dan output yang keluar dari kotak gelap tersebut (Eriyatno, 2003).
Perancangan diagram kotak hitam akan dibagi menjadi beberapa variabel yaitu
Input merupakan masukan yang diberikan pada sistem produksi teh untuk
mengubah sumber daya dan menambah nilai kegunaan. Variabel input terdiri atas
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
57
input terkendali, input tak terkendali dan input lingkungan. Di dalam sistem ini
pengolahan, jumlah tenaga kerja, teknologi proses dan peralatan kerja produksi,
alat dan bahan kerja, dan jumlah sarana pengangkutan dan luas lahan yang diolah.
Input yang tak terkendali pada sistem produksi ini terdiri atas jumlah
produksi daun teh basah, jumlah gulma yang ikut dalam proses pengolahan, jenis
dan jumlah serangan hama penyakit tanaman dan kandungan unsur hara tanah.
dan juga pajak yang mempengaruhi biaya produksi serta kondisi cuaca dan iklim
yang terdiri dari curah hujan, jumlah hari hujan dan intesitas sinar matahari.
Parameter rancangan sistem sendiri dapat berupa lokasi fisik, ukuran fisik
dari sistem dan komponen sistem. Parameter rancangan sistem terdiri Standar
Opersional Prosedur (SOP) tanaman teh dan pabrik teh, standar fisik tanaman teh
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
58
dan pabrik teh. SOP yang di buat oleh pihak manajemen ini merupakan acuan
bagi pekerja untuk melaksanakan tugas dalam rangka mewujudkan tujuan dari
SOP berisi tentang tujuan, ruang lingkup, peralatan, dan prosedur kerja dari
Norma atau standar fisik tanaman teh dan pabrik teh juga dibuat oleh
pihak manjemen yang berisi tentang uraian pekerjaan, norma kebutuhan alat dan
bahan pekerjaan, waktu rotasi pemberian kebutuhan dalam budidaya teh maupun
pengolahan di pabrik.
metode pengeringan dan fermentasi, serta klasifikasi mutu teh (grade I, grade II,
dan grade III). Teknis pengolahan yang paling mempengaruhi mutu teh jadi
adalah proses pelayuan. Pada tahap ini seluruh komponen pendukung proses
untuk mengurangi kadar air daun teh basah menjadi 50% hingga 52% atau dikenal
dengan layu sedang. Daun terlalu layu akan mengurangi mutu teh jadi baik dari
warna, rasa, dan aroma. Daun yang kurang layu juga akan menyebabkan air
seduhan teh kurang baik dan agak sepat di lidah, karena proses pelayuan itu
pembentuk aroma, warna, dan rasa air seduhan. Oleh karena itu diperlukan waktu
yang tepat selama proses fermentasi sesuai dengan standar agar tercapai mutu
yang baik. Demikian halnya juga dengan pengeringan harus sesuai dengan acuan
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
59
Klasifikasi mutu terdiri dari grade I, grade II, dan grade III mempunyai
standar penilaian yaitu mulai dari: (1) appearance yaitu sifat teh kering yang
dinilai secara visual sesuai dengan jenis mutu masing-masing meliputi bentuk dan
ukuran partikel, jumlah, warna dan keadaan tip, warna partikel teh kering dan
kebersihan; (2) infused leaf yaitu teh yang telah diseduh dan dipisahkan dari air
seduhan yang meliputi penampakan warna ampas, kerataan warnanya sifat hidup
dan kecerahan ampas seduhan; dan (3) liquor yaitu cairan hasil seduhan teh hitam,
setelah dipisahkan dari ampas seduhannya dengan penilaian meliputi warna yang
mencakup jenis warna, kepekatan, kejernihan, kecerahan dan sifat hidup air
Pada tahun 2006 pabrik teh Bah Butong mendapat sertifikat dari ISO
9001: 2000 dari Badan Sertifkasi Internasional TUV NORD dan juga sertifikat
Departemen Perdagangan dengan masa berlaku masing masing 3 tahun. Hal ini
sebuah lembaga. Proses transformasi input dan parameter rancangan sistem akan
menghasilkan output. Output terdiri dari output yang dikehendaki dan output tak
tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran
dikehendaki. Output tak dikehendaki dalam sistem ini adalah kenaikan biaya
polusi udara.
dalam jalannya sistem. Proses produksi dalam transformasinya dari input menjadi
output sering terdapat perbedan harapan yang tidak sesuai dengan yang telah
direncanakan. Oleh karena itu, diperlukan umpan balik agar hal-hal yang
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
61
INPUT TERKONTROL
Gambar 15. Diagram kotak gelap sistem produksi teh kebun Bah Butong
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
62
Kesimpulan
seinduk, pihak ketiga (PPTK Gambung), dan pekerja sistem selain pihak
manajemen.
atas usia tenaga kerja yang produktif, pemeliharaan konsistensi mutu, kondisi
5. Diagram kotak hitam disusun dengan variabel yang terdiri dari input,
pengawasan produksi. Input terdiri atas input terkendali, input tak terkendali
dan input lingkungan. Output terdiri atas output yang dikehendaki dan output
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
63
Saran
sistem produksi.
satu upaya penting yang harus tetap dijalankan oleh manajemen agar rasa
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
64
DAFTAR PUSTAKA
Setiawati, L., dan Nasikun. 1991. Teh: Kajian Sosial-Ekonomi. Aditya Media,
Yokyakarta.
Simatupang, T. M., 1994. Teori Sistem: Suatu Perspektif Teknik Industri, Andi
Offset, Yokyakarta.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
65
Winardi, 1989. Teori Sistem dan Analisa Sistem. Penerbit Mandar Maju,
Bandung.
Whitten, J. L., Bentley, L. C., Ditman, 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem.
McGraw Hill Education-Andi, Yokyakarta.
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
66
Mulai
Penentuan Stakeholder
Analisis Kebutuhan
Tidak
Lengkap
Ya
Identifikasi Masalah
Tidak
Cukup
Ya
Formulasi Masalah
Evaluasi Aspek
Tidak
Lengkap
Ya
Selesai
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
67
BAGIAN I
IDENTITAS RESPONDEN
No Pertanyaan Keterangan
30-39 40-49
1 Umur < 20 Tahun 20-29 Tahun Tahun Tahun 50-59 Tahun 60 Tahun Jumlah
f 0 0 33 100 28 0 161
% 0.00 0.00 20.50 62.11 17.39 0.00 100.00
16-20 21-25
3 Masa kerja <10 Tahun 10-15 Tahun Tahun Tahun 26-30 Tahun >30 Tahun Jumlah
f 0 37 38 27 34 5 161
% 0.00 22.98 23.60 16.77 21.12 3.11 100.00
5 Jumlah keluarga yang ditanggung <2 orang 3-5 orang 6-8 orang >8 orang - - Jumlah
f 70 84 7 0 - - 161
% 43.48 52.17 4.35 0.00 - - 100.0
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
Lampiran 2 (sambungan) 68
BAGIAN II
KEPUASAN KERJA (JOB SATISFACTION)
Pemeliharaan Pemetikan Pengolahan Pengawasan
1 Di bagian apa anda bekerja tanaman daun teh daun teh Pengangkutan Keuangan Produksi Teknisi Lainnya Jumlah
F 58 67 12 7 3 1 7 5 161
% 36.02 41.61 7.45 4.35 1.86 0.62 4.35 3.11 100.00
3 Jika ada berapa lama < 1 bulan 1-3 bulan > 3 bulan - - - - - Jumlah
F 45 55 30 - - - - - 130
% 34.62 42.31 23.08 - - - - - 100.00
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
69
Lampiran 2 (sambungan)
No. Pernyataan Keterangan
Besarnya gaji yang saya Sangat Kurang Cukup Sangat
7 peroleh per bulan tidak puas puas puas Puas puas Jumlah
f 16 56 59 28 2 161
% 9.94 34.78 36.65 17.39 1.24 100.00
Kesempatan
pengembangan
kemampuan/ potensi di Sangat Kurang Cukup Sangat
11 perusahaan tidak puas puas puas Puas puas Jumlah
f 2 33 61 56 10 161
% 1.24 20.50 37.89 34.78 6.21 100.00
Pengembangan karir
berdasar kondisi kerja di Sangat Kurang Cukup Sangat
12 perusahaan tidak puas puas puas Puas puas Jumlah
f 10 43 71 36 1 161
% 6.21 26.71 44.10 22.36 0.62 100.00
Tunjangan jabatan
besarnya sesuai dengan Sangat Kurang Cukup Sangat
13 tanggung jawab saya tidak puas puas puas Puas puas Jumlah
f 9 28 72 41 21 161
% 5.59 17.39 44.72 25.47 13.04 100.00
Kesempatan menggunakan
metode sendiri dalam Sangat Kurang Cukup Sangat
16 pekerjaan tidak puas puas puas Puas puas Jumlah
f 3 20 54 50 38 161
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
70
% 1.86 12.42 33.54 31.06 23.60 100.00
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
70
Lampiran 2 (sambungan)
BAGIAN III
KONDISI KERJA
No Pertanyaan Keterangan
Pendapat anda tentang pekerjaan anda
1 saat ini Ringan Sedang saja Cukup berat Terlalu Berat - - Jumlah
f 14 80 61 6 - - 161
% 8.70 49.69 37.89 3.73 - - 100.00
Kepada siapa anda bertanggung jawab Administratur
2 atas kerja anda Mandor Assisten Assisten kepala kebun - - Jumlah
f 128 29 4 0 - - 161
% 79.50 18.01 2.48 0 - - 100.00
Laporan
3 Bentuk pelaporan kepada atasan Secara lisan tertulis - - - - Jumlah
f 139 22 - - - - 161
% 86.34 13.66 - - - - 100.00
Hanya jika
4 Laporan dilakukan Sesering mungkin Sebulan sekali Setiap 2 minggu Setiap minggu ada kendala - Jumlah
f 69 16 4 10 2 - 161
% 42.86 9.94 2.48 6.21 1.24 - 100.00
5 Kelengkapan alat-alat kerja Sangat lengkap Lengkap Cukup Kurang - - Jumlah
f 12 43 59 37 - - 161
% 7.45 26.71 36.65 22.98 - - 100.00
Kondisi fisik pada bagian mana yang Pemeliharaan Pemetikan Pengolahan Pengawasan Bagian
6 sering mengalami kendala tanaman daun teh daun teh Pengangkutan produksi Teknik Jumlah
f 74 44 6 27 5 3 161
% 45.96 27.33 3.73 16.77 3.11 1.86 100.00
Kondisi fisik yang paling mendesak Alat dan bahan Keadaan
7 untuk diperbaiki kerja Pakaian dinas Transportasi Transportasi ruang kerja - Jumlah
f 100 18 12 27 3 - 161
% 62.11 11.18 7.45 16.77 1.86 - 100.00
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2009.
72
Lampiran 3. Alur proses pengolahan teh hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong
ALUR PROSES
PENGOLAHAN TEH
45 Menit
OPEN TOP
BUBUK II
ROLLER 10 Menit
AYAKAN DIBN
10 Menit
ROTOR VANE
AYAKAN DIBN 5 Menit
BUBUK III
PENGERINGAN BADAG
SORTASI
PENGEPAKAN GUDANG
GPU
PRODUKSI
BELAWAN
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
73
a. Lokasi penelitian
b. Proses pemetikan daun teh secara manual dan menggunakan mesin petik
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
74
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
75
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.
76
Ryo Fandy Tindao : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,
2009.