Anda di halaman 1dari 11

Maret 2004 Bab 6

Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

Bab 6. Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program


Berhenti Merokok

6.1 Sanggahan Terhadap Asumsi: Hak Penuh Konsumen Dalam


Mengkonsumsi Tembakau

Salah satu argumen tentang konsumsi tembakau adalah bahwa perokok sendirilah
yang membuat keputusan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya (informed
decision) tentang bagaimana mereka akan menggunakan uangnya (hak konsumen).
Argumen ini didasarkan pada dua asumsi: Pertama, perokok membuat pilihan
berdasarkan pengetahuan dengan kesadaran penuh akan untung ruginya merokok;
Kedua, bahwa hanya perokok sendirilah yang akan menanggung akibatnya dan bahwa
merokok tidak mempengaruhi orang lain. Walaupun demikian, bukti menunjukkan
bahwa penggunaan tembakau menyalahi kedua asumsi tersebut. 1

6.1.1 Pengetahuan Tentang Resiko Kesehatan. Agar masyarakat dapat membuat


pilihan yang benar, diperlukan informasi yang tepat. Masih banyak diantara
anggota masyarakat di Indonesia yang tidak memahami dengan benar akan
bahaya merokok bagi kesehatan.

Salah satu kesulitan untuk mengkomunikasikan resiko kesehatan adalah


tenggang waktu 20-25 tahun yang dibutuhkan sejak seseorang mulai merokok
sampai timbulnya berbagai macam penyakit akibat rokok, misalnya kanker
paru. Namun demikian, bukti-bukti yang ada sudah cukup meyakinkan bahwa
penggunaan tembakau membunuh satu dari dua penggunanya dan
menyebabkan sejumlah besar dampak kesehatan yang serius (lihat Bab 2)

6.1.2 Penelitian yang Disponsori Industri. Untuk membuat keputusan yang


didasari pengetahuan yang benar, dibutuhkan informasi yang cukup. Salah
satu kesulitan mengkomunikasikan resiko kesehatan adalah upaya industri
tembakau yang secara sistematis menyangkal bukti ilmiah tentang dampak
merokok bagi kesehatan.

Sejak pertengahan tahun 1950-an, bukti menunjukkan bahwa perusahaan


tembakau berusaha menyembunyikan fakta tentang bahaya merokok, berusaha
untuk meremehkan undang-undang penanggulangan tembakau di banyak
negara, dan membeli pengaruh untuk melawan upaya penanggulangan
tembakau. 2 Strategi industri tembakau untuk menyangkal bukti ilmiah tentang
dampak kesehatan dari merokok telah memberikan alasan bagi perokok untuk
membenarkan perilaku mereka dan meneruskan merokok karena telah
ketagihan tembakau. 3

1
World Bank 1999. Curbing the Epidemic Chapter 3.
http://www1.worldbank.org/tobacco/pdf/indonesian.pdf
2
Report of the Committee on Experts of Tobacco Industry Documents, July 2000; Tobacco Company
Strategies to Undermine Tobacco Control at WHO.
http://tobacco.who.int/repository/stp58/who_inquiry.pdf
3
Glantz S et al. The cigarette Papers 1996. http://ark.cdlib.org/ark;/13030/ft8489p25j

85
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

6.1.3 Nikotin adalah Zat Sangat Adiktif. Bahkan seandainya perokok tahu
bahayanya terhadap kesehatan sekalipun, sangat sedikit yang berhasil berhenti
merokok karena nikotin adalah bahan yang sangat adiktif.
Rokok adalah alat penyaluran nikotin yang sangat efisien. Nikotin telah menunjukkan efek
pada sistem Dopamine otak yang sama seperti yang diperlihatkan oleh heroin dan kokain.

4
UK. Royal College of Physicians 2000

Rokok dan semua bentuk lain dari tembakau mengandung nikotin, yaitu suatu
bahan adiktif. Nikotin yang ada di alam hanya terdapat pada tembakau dan
merupakan zat perangsang (stimulan) yang kuat bagi otak dan susunan syaraf
pusat. Efek adiktif dari nikotin dihubungkan dengan kemampuannya untuk
memacu pengeluaran dopamine suatu zat kimia di otak yang berhubungan
dengan perasaan kenikmatan. Tetapi dalam jangka panjang, nikotin menekan
kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan. Dengan demikian, perokok
akan selalu memerlukan penambahan nikotin untuk mencapai tingkat
kenikmatan yang sama.

Tingkat adiktif yang tinggi dari nikotin dibuktikan dengan adanya perbedaan
antara jumlah orang yang ingin berhenti merokok dengan jumlah orang yang
berhasil berhenti.

6.1.4. Sebagian besar perokok mulai merokok ketika mereka masih anak-anak
atau remaja. Anak-anak pada umumnya tidak membuat pilihan berdasarkan
pengetahuan yang benar (informed choices).

Kira-kira 70% perokok Indonesia mulai merokok ketika mereka berumur 19


tahun. Anak dan remaja tidak memiliki kemampuan untuk menilai resiko
kesehatan akibat rokok dan sifat nikotin yang sangat adiktif.

Gambar 6.1
Persentase usia mulai merokok menurut kelompok umur 2001

%
70.00
58.93
60.00

50.00

40.00
2001
30.00 23.87
20.00
9.46
10.00 4.79 2.60
0.35
-
5 to 9 10 to 14 15-19 20-24 25-29 30+
Kelompok Umur

4
Royal College of Physicians, UK. Physical and pharmacological effects of nicotine.
http://www.rcplondon.ac.uk/puibs/books/nicotine/2-physical.htm

86
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

Global Youth Tobacco Survey pada anak sekolah yang ikut serta dalam
survey ini di Jakarta menunjukkan bahwa 20,4% diantara mereka merokok
secara teratur. Diantara remaja yang biasa merokok tersebut, 82,7% ingin
berhenti merokok tetapi tidak berhasil.5

6.1.5 Asumsi kedua dibalik hak konsumen adalah bahwa hanya perokoklah
yang menanggung beban akibat kebiasaan merokok. Yang sebenarnya
terjadi adalah bahwa perokok memaksakan beban fisik dan finansiil pada
orang lain. Beban ini termasuk resiko kesehatan perokok pasif dan biaya
kesehatan masyarakat.

Resiko kesehatan pada orang lain: Dampak asap rokok lingkungan (lihat Bab
2). Mengisap asap rokok orang lain yang dikenal dengan asap tembakau di
lingkungan (ETS) adalah sama bahayanya dengan merokok secara aktif. Asap
tembakau mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, termasuk 43 bahan
penyebab kanker (karsinogen). Asap tembakau di lingkungan bersifat
karsinogenik bagi manusia, dan tidak ada ambang aman dari paparan asap
rokok.

Lebih dari separuh (57%) rumah tangga Indonesia memiliki sedikitnya satu
orang perokok dimana hampir semuanya (91,8%) merokok di dalam rumah.

Bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai resiko terkena


kanker paru sebanyak 25-35% dan juga resiko terkena penyakit jantung. Ibu
hamil yang merokok selama kehamilannya atau ibu yang terpapar asap rokok
lingkungan di rumah dihubungkan dengan proses kelahiran yang berakibat
negatif, termasuk diantaranya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), bayi
lahir mati dan lahir cacat. Lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup bersama
perokok dan terpapar pada asap tembakau di lingkungan (ETS). Global Youth
Tobacco Survey yang dilakukan pada murid sekolah usia 13-15 tahun di
Jakarta melaporkan bahwa 83,5% anak terpapar pada asap rokok lingkungan
di tempat-tempat umum. Anak yang terpapar pada asap rokok secara pasif
akan mengalami perkembangan paru-paru yang kurang baik dan peningkatan
angka kejadian bronchitis, pnemonia dan penyakit telinga. Gangguan
kesehatan pada usia dini akan memberikan kontribusi terhadap kondisi
kesehatan yang buruk pada masa dewasa.

Di negara maju, diperkirakan 6-8% dari total biaya kesehatan disebabkan


karena penggunaan tembakau,6 dan karena itu dapat dicegah sepenuhnya.
Merokok dikaitkan dengan 90% kanker paru, 40% kematian karena kanker
kandung kencing dan 30% dari semua kematian akibat kanker, termasuk
kanker pita suara, rongga mulut, kerongkongan, lambung dan cervix. Antara
56-80% dari semua penyakit paru kronik terjadi karena tembakau, dan kira-
kira 75% kematian karena bronchitis dan emphysema terjadi karena
pemakaian tembakau. Secara umum, tembakau menyebabkan 22% dari semua
penyakit kardio-vaskuler. Merokok juga dihubungkan dengan arterioskeloris
dan tekanan darah tinggi.

5
Global Youth Tobacco Survey, Jakarta 2000.
http://www.cdc.gov/tobacco/global/gyts/factsheets/2000/indonesia_jakarta_factsheet.htm
6
Stanley K. 1993 Disease control priorities in Developing Countries.

87
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

Di Indonesia, sebagian besar biaya kesehatan untuk penyakit kronik


ditanggung oleh sistem pelayanan kesehatan pemerintah. Karena pemerintah
menyediakan sebagian besar pelayanan kesehatan secara langsung, maka
biaya perawatan untuk penyakit akibat tembakau yang diderita oleh perokok
dan keluarganya akan menjadi beban sektor kesehatan pemerintah. 7

6.2. Pengembangan Penelitian Independen.

Penelitian ilmiah yang independen dan handal yang secara sistematis


mendiseminasikan hasil-hasilnya merupakan strategi yang penting untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko dan kerugian akibat penggunaan
tembakau.

6.2.1 Penelitian yang Disponsori Industri Tembakau. Industri tembakau juga


mempersiapkan penelitiannya sendiri walaupun hal ini merupakan konflik
kepentingan karena hasil penelitian mungkin berlawanan dengan kepentingan
usaha industri tembakau.

Para peneliti di Amerika Serikat melaporkan bahwa penelitian yang disponsori


oleh industri tembakau telah diedit untuk membuang kata-kata seperti
kanker, yang mungkin memiliki efek negatif pada usaha bisnis. Mereka juga
melaporkan bahwa hasil-hasil yang bertentangan dengan tujuan penggunaan
tembakau tidak diumumkan kepada masyarakat.8

6.2.2 Penelitian tentang efek kesehatan dari rokok kretek yang disponsori oleh
industri tembakau. Pada tahun 1980an, beberapa remaja meninggal karena
kegagalan fungsi paru dimana kematian ini dikaitkan dengan merokok jenis
kretek 9 Sebagai tanggapan, dilakukan penelitian yang disponsori oleh The
Specialty Tobacco Council di UK Huntington Research Center tentang
dampak kesehatan dari kretek.10 The Specialty Tobacco Council adalah
sebuah organisasi perwakilan perusahaan rokok kretek yang mengimpor
kretek ke Inggris (UK). Penelitian ini dibiayai oleh Djarum dan Sampoerna.
Studi ini mempublikasikan hasilnya dengan menunjukkan bahwa rokok kretek
mungkin memiliki efek kesehatan yang menguntungkan, yang secara langsung
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Kanada.

Para peneliti independen menemukan bahwa rokok kretek paling sedikit


adalah sama berbahayanya atau bahkan lebih berbahaya daripada rokok
tembakau biasa. Berbagai penelitian independen melaporkan bahwa 1) kretek
terdiri dari 60-70% tembakau dan karenanya mengandung semua resiko

7
The basis for the 50 US State Attorney General Lawsuit against the tobacco industry and the financial
settlement. See Towards health with justice, WHO 2002.
http://tobacco.who.int/repository/stp69/final_jordan_report.pdf
8
WHO 2002. The Tobacco Atlas; Bab 22. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?sid=84
9
CDC Morbidity and Mortality Weekly: Epidemiologic Notes and Reports Illnesses Possibly
Associated Smoking Clove Cigarettes; May 31, 1985 31(21): 297-9.
http://www.cdc.gov/epo/mmwr/preview/mmwrhtml/00000549.htm
10
LaVoie, E. J.: Toxicity Studies on Clove Cigarette Smoke and Constituents of Clove: Determination of
the LD50 of Eugenol by intratracheal Instillation in Rats and Hamsters, Archives of Toxicology 63:1-6,
63, 1989.

88
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

kesehatan dari rokok tembakau; 2) eugenol dalam kretek memperburuk efek


kesehatan yang sudah negatif (lihat Bab 2). 11 12

6.2.3 Industri tembakau menyangkal bukti ilmiah yang bertentangan dengan


kepentingan usaha mereka. Sejak pertengahan tahun 1950an, sejumlah besar
bukti menunjukkan bahwa perusahaan tembakau telah dan sampai sekarang
masih melakukan kegiatan yang menghalangi perlindungan bagi kesehatan
masyarakat.

Banyak bukti menunjukkan bahwa perusahaan tembakau memiliki fakta


tersembunyi tentang bahaya kesehatan dari penggunaan tembakau, berjuang
untuk meremehkan undang-undang pengendalian tembakau di banyak negara
dan mencoba untuk membeli pengaruh melawan upaya penanggulangan
tembakau.8 Contoh yang jelas adalah sebuah penelitian yang memperlihatkan
bahwa perusahaan tembakau selama bertahun-tahun berusaha untuk
menggagalkan upaya penanggulangan tembakau oleh WHO (lihat Bab 9).13
Adalah penting bahwa penelitian penanggulangan tembakau dilakukan dan
dibiayai oleh peneliti-peneliti independen yang bebas dari industri tembakau.

6.3. Program Pendidikan di Sekolah

6.3.1. Hampir 70% penduduk Indonesia mulai merokok ketika mereka masih
anak-anak atau remaja. Merokok yang dimulai sejak masih anak-anak akan
mengakibatkan lebih sulit berhenti, dan menempatkan mereka pada resiko
yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit akibat tembakau pada usia
pertengahan.

6.3.2. Program pendidikan di sekolah hanya akan efektif apabila diintegrasikan


ke dalam kampanye yang menyeluruh.14 Pendidikan kesehatan di sekolah
harus masuk dalam sebuah program komprehensif yang sekaligus memberikan
lingkungan eksternal yang mendukung.15

Mempertahankan harga tembakau (rokok) tetap tinggi.


Memberlakukan pelarangan iklan dan promosi yang menyeluruh.
Memberlakukan kawasan tanpa rokok
Memberikan pendidikan tentang resiko dan kerugian akibat rokok
Membantu berhenti merokok

Komponen lain yang perlu dalam program pendidikan tentang tembakau di


sekolah antara lain adalah: meningkatkan pengetahuan tentang bahaya
11
Guidotti T. 1989 Critique of available studies on the toxicology of kretek smoke. Archive of
Toxicology 63: 7-12.
12
Guidotti et al 1989. Clove cigarettes: the basis for concern regarding health effects. Western
Journal of Medicine 151 (220-228).
13
Report of the Committee on Experts of Tobacco Industry Documents July 2000; Tobacco Company
Strategies to Undermine Tobacco Control at the World Health Organization
http://tobacco.who.int/repository/stp58/who_inquiry.pdf
14
Ling et al 2002. It is time to abandon youth access tobacco programmes; Tobacco Control 11: 3-6.
http://tc.bmjjournals.com/cgi/content/full/11/1/3
15
World Conference on Tobacco or Health 2000. School and community based programs
http://tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/programs.pdf

89
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

tembakau, bagaimana mengatasi pengaruh teman sebaya, membantu siswa


untuk mengetahui praktek-praktek pemasaran industri tembakau dan
mempromosikan berhenti merokok di kalangan guru sebagai tokoh panutan.
Keterampilan untuk membuat keputusan dan bersikap tegas dalam menolak
pengaruh teman sebaya, pengaruh iklan dan tokoh panutan yang buruk,
merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan secara umum.

6.3.3. Program berbasis masyarakat bertujuan untuk menciptakan perilaku


tidak merokok sebagai norma masyarakat dengan melibatkan
pemerintah dan swasta. Program berbasis masyarakat dapat sangat
bermanfaat untuk menjangkau remaja di sekolah maupun yang tidak
bersekolah. Beberapa ciri program berbasis masyarakat yang berhasil adalah:

Adanya dukungan tokoh masyarakat dalam disain program


Integrasi kegiatan pengendalian tembakau ke dalam kegiatan masyarakat
lainnya
Bertujuan untuk membentuk norma hidup tanpa tembakau

6.3.4. Mengapa industri tembakau mensponsori program penyuluhan


tembakau di sekolah? Industri tembakau memandang remaja sebagai
sasaran penting untuk memperluas pasar dan secara aktif mempromosikan
penggunaan tembakau di kalangan anak dan remaja.

Di banyak negara di dunia, industri tembakau mengembangkan program


pencegahan merokok bagi remaja dan program penelitian. Terbukti bahwa
program remaja yang disponsori oleh industri tembakau mengarah pada
strategi dan pembiayaan yang tidak berguna serta mengalihkan waktu dan
pembiayaan dari intervensi yang efektif.16

Suatu tanda dari semua upaya yang dirancang oleh industri tembakau adalah ketiadaan alat
yang efektif untuk memberantas penggunaan tembakau di kalangan remaja

Tobacco Free Kids, 2000 17

6.3.5. Program pengurangan akses remaja pada produk tembakau adalah tidak
efektif.
Program-program pengurangan akses remaja pada produk tembakau seperti
pelarangan penjualan pada anak-anak di bawah umur secara luas didukung
oleh industri tembakau karena mereka menekankan salah satu pesan
pemasaran industri yang mengatakan bahwa merokok adalah untuk orang
dewasa. Akibatnya, justru membuat merokok jadi lebih menarik bagi
remaja.18 Dengan mengarahkan merokok sebagai kegiatan orang dewasa,

16
WHO Western Pacific Region. The Truth about the Tobacco Industrys Youth Smoking Prevention
Programmes. http://www.wpro.who.int/tfi/docs/Seeing_bneath_d_surface.pdf
17
A long history of empty promises: the cigarette companies anti-smoking programs:
Tobacco Free Kids http://tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0010.pdf
18
WHO briefing 2003: Tobacco Industry Youth Smoking prevention programmes: a critique.
http://www.ash.org.uk/html/conduct/pdfs/yspbriefwho.pdf

90
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

berarti merangsang mereka untuk menjadi dewasa atau suatu kegiatan


memberontak, dan karenanya akan meningkatkan daya tarik.19

Apakah program pencegahan anda untuk remaja cukup efektif?


Sebuah uji cepat

a) Apakah program tersebut meng-advokasi / menganjurkan salah satu dari pesan-pesan


berikut?

Remaja tidak seharusnya merokok.


Merokok adalah sebuah keputusan dewasa.
Hanya orang dewasa yang merokok.
Katakan saja tidak.

b) Apakah program tersebut menekankan pada pengaruh teman sebaya tanpa mengakui
peran lingkungan seperti misalnya pelarangan iklan dan promosi?
c) Apakah program tersebut menekankan pada pembatasan akses remaja terhadap produk
tembakau melalui pelarangan penjualan kepada anak di bawah umur dan dukungan dari
penjual eceran?
d) Apakah program tersebut melibatkan kemitraan antara industri tembakau dengan
pemerintah, para pendidik atau LSM?
e) Apakah industri tembakau mempromosikan program pencegahan sebagai bagian dari
kebijakan pemasaran yang bertanggung jawab?
Kalau jawaban anda adalah YA untuk salah satu diantara pertanyaan-pertanyaan diatas,
maka itu berarti bahwa program pencegahan anda untuk remaja tampaknya TIDAK EFEKTIF.
Bukannya melindungi remaja dari tembakau, malahan akan mendorong peningkatan merokok
pada remaja.

Lihat The Truth about the Tobacco Industrys Youth Smoking Prevention Programmes.
WHO Western Pacific Region. http://www.wpro.who.int/tfi/docs/Seeing_bneath_d_surface.pdf

Bila kita bisa menyusun. kegiatan seputar akses remaja pada tembakau.
kita dapat memproteksi industri kita untuk tahun-tahun mendatang.

Philip Morris, 1995 20

6.4. Program Pendidikan Masyarakat

6.4.1 Advokasi Melalui Media. Media adalah alat yang ampuh untuk
mempengaruhi opini publik. Membuat wartawan untuk memahami
kompleksitas upaya pengendalian tembakau dan resiko kesehatannya
merupakan bagian penting dari penciptaan kesadaran masyarakat. Di negara-
negara lain, papan reklame (billboards), radio, TV and surat kabar merupakan
jalur penting untuk pendidikan masyarakat. Tujuannya adalah untuk merubah
persepsi masyarakat tentang merokok dari sesuatu yang normal dan

19
Ling et al 2002. It is time to abandon youth access tobacco programmes; Tobacco Control 11: 3-6.
http://tc.bmjjournals.com/cgi/content/full/11/1/3
20
In WHO 2002. The Tobacco Atlas. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm?sid=84

91
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

populer menjadi pengertian bahwa tembakau adalah berbahaya dan


merugikan. Ini juga akan mendorong debat publik.21

6.4.2. Iklan Kontra. Iklan-kontra komersial di media dapat merupakan alat yang
efektif untuk memberikan gambaran yang seimbang tentang merokok kepada
masyarakat. Pelarangan iklan yang menyeluruh mungkin bisa bertahap.
Sementara belum memberlakukan pelarangan total terhadap iklan, beberapa
negara mempraktekkan iklan kontra untuk menciptakan suatu lingkungan
informasi yang berimbang yang memberikan gambaran seimbang tentang
merokok.22 Iklan kontra tersebut dapat berupa pelaksanaan dari ketentuan
yang menetapkan industri tembakau untuk memberikan waktu yang sama pada
lembaga penanggulangan tembakau untuk menayangkan secara bebas iklan
pesan-pesan anti merokok.

6.4.3 Kelompok-kelompok advokasi andalan. Mendapatkan dukungan kelompok


seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, tokoh pendidikan
panutan merupakan andalan dalam upaya penanggulangan tembakau. Dokter
dan guru merupakan kelompok kunci yang dipandang oleh masyarakat sebagai
panutan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa di Indonesia, diperkirakan 8%
dokter laki-laki merokok.8

21
World Conference on Tobacco or Health 2000. Advertising
http://tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/advertising.pdf
22
Consumer Information and Tobacco Use 2002. In Tobacco Control in Developing Countries, Oxford
University Press. http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc.asp

92
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

6.5 Program Berhenti Merokok.

6.5.1. Penggunaan Tembakau yang Didorong oleh Ketagihan Nikotin. Bahkan


orang yang sangat berpengetahuan yang ingin berhenti merokok sekalipun
mungkin masih sulit untuk berhenti merokok karena nikotin adalah sangat
adiktif. Sangat mungkin bahwa salah satu indikator yang cukup meyakinkan
tentang efek adiktif dari nikotin adalah adanya perbedaan dari keinginan untuk
berhenti merokok dan keberhasilan berhenti merokok. Secara global,
mayoritas perokok ingin berhenti merokok tetapi angka keberhasilannya masih
sangat rendah. 23

Di Indonesia, sekitar 7,7% dari mantan perokok telah berhasil berhenti


merokok. Angka sukses ini berkisar antara 2,5% pada remaja (umur 15 sampai
19 tahun), dibandingkan dengan 19,9% pada perokok yang berumur >60
tahun.

Tabel 6.1
Proporsi perokok laki-laki yang berhenti merokok menurut kelompok umur, 2000

Kelompok Umur (tahun)


Status Merokok 15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60+ rata-
rata
% pernah merokok 43,7 72,3 75,6 76,9 79,2 82,3 70,9
% sekarang merokok 42,6 69,7 71,1 70,6 70,1 65,9 65,4
% beda 1,1 2,6 4,5 6,3 9,1 16,4 5,5
% berhenti merokok dari 2,52 3,60 5,95 8,19 11,49 19,93 7,7
yang pernah merokok

Gambar 6.2
% Perokok pria yang berhasil berhenti merokok, IFLS 2000

100
80
% pernah
% pria

60 merokok
40 % sekarang
20 merokok

0
20- 30- 40- 50- 60+
29 39 49 59
kelompok umur

6.5.2 Global Youth Tobacco Survei (GYTS) 24 mendapatkan sebanyak 68%


perokok remaja berusia 13-15 tahun yang di-survei ingin berhenti
merokok dan 63% telah mencoba berhenti pada tahun saat survei
berlangsung. Sebagian besar (80,5%) dari perokok remaja sekolah di Jakarta
ingin berhenti merokok dan bahkan hampir seluruhnya (91%) pernah mencoba
berhenti merokok. Jakarta menduduki peringkat tertinggi di dunia (nilai
maksimum 91%) untuk upaya berhenti merokok. Proporsi ini
23
ASH UK. Nicotine and Addiction http://www.ash.org.uk/html/cessation/thoraxpart2.pdf
24
The Global Youth Tobacco Survey Collaborative Group, Tobacco Use among Youth: a cross
country comparison. Tobacco Control 2002; 11: 252-270. Article is available at
http://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdf

93
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

mengindikasikan demand yang cukup tinggi untuk berhenti merokok di


kalangan remaja usia 13-15 tahun di Jakarta yang perlu mendapatkan
tanggapan yang memadai (Tabel 6.2).
Tabel 6.2
Proporsi keinginan dan upaya berhenti merokok remaja usia 13-15 tahun,
GYTS 2000

Yang Pernah merokok


Ingin Berhenti Mencoba Berhenti
Tahun ini
Jakarta 2000 80,5 91,0
Singapura 2000 61,9 78,1
Guangdong 1999 62,5 62,6
Bengal Barat 2000 77,0 61,9
Bihar 2000 68,4 59,9
Buenos Aires 2000 47,1 52,5
Santiago 2000 45,0 59,0
Lima 2000 62,0 61,6
Median: semua studi 68,4 63,1
Minimum 19,6 8,4
(Manipur, India) (Sikkim, India)
Maksimum 86,9 91,0
(Tianjin, China) (Jakarta, Indonesia)

6.5.3 Bahaya kesehatan menurun segera setelah perokok berhenti. Bahkan satu
hari setelah berhenti merokok, perbaikan dapat dilihat pada denyut jantung
dan tekanan darah. 8

Kalender berhenti merokok

1 hr kemudian : Perbaikan denyut jantung dan tekanan darah


1 th kemudian: Resiko serangan jantung berkurang separuhnya dari perokok
5-15 th kemudian: Resiko stroke berkurang dan menjadi sama dengan orang yang
tidak pernah merokok
10 th kemudian: Resiko kanker paru berkurang separuh dari orang yang terus
merokok
15 th kemudian: Resiko serangan jantung berkurang menjadi sama dengan orang
yang tidak pernah merokok apabila berhenti sebelum timbulnya
sakit.

Sekitar 75% perokok pernah mencoba berhenti merokok, meskipun jumlah


yang sama gagal berhenti atau kalau berhenti kemudian merokok kembali.
Sepertiga dari mereka yang ingin berhenti merokok telah berupaya serius
untuk berhenti merokok. Penelitian menunjukkan bahwa bila seseorang
berhenti merokok dua jam saja, maka nikotin mulai meninggalkan tubuh,
berhenti selama enam jam akan menurunkan denyut nadi dan tekanan darah
yang kemudian berangsur menuju keadaan normal dan berhenti selama 12 jam
akan membuat CO mulai meninggalkan tubuh. Bila seseorang sudah berhenti
merokok dua hari berturut-turut, maka kemampuannya untuk mengecap dan
menghirup membaik. Bila telah berhenti 2-12 minggu, maka sirkulasi darah
membaik. Bila seseorang dapat terus berhenti merokok 3-9 bulan, maka batuk
dan gangguan pernapasan mulai menghilang serta faal paru naik 10%. Lima
tahun berhenti merokok membuat resiko penyakit jantung koroner turun 50%,
dan bila telah 10 tahun berhenti merokok, maka resiko penyakit jantung

94
Maret 2004 Bab 6
Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

koroner sama seperti mereka yang tidak merokok dan resiko mendapat kanker
paru turun sekitar 50%.25

6.5.4. Keputusan untuk berhenti merokok dipengaruhi oleh sejumlah faktor;


Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah karena menderita penyakit akibat
rokok, sakit atau kematian keluarga atau teman, pengaruh media, karena harga
rokok, lingkungan bebas asap rokok dan juga adanya dukungan program
berhenti merokok serta pengobatan. Di Amerika Serikat, diperkirakan 95%
dari orang yang ingin berhenti merokok melakukan hal ini sendiri tanpa
mengikuti program berhenti merokok.26

6.5.5. Program berhenti merokok bervariasi antara pengobatan di rumah sakit,


konseling individual, dan pemberian terapi pengganti nikotin (Nicotine
Replacement Therapy=NRT).
Kombinasi antara konseling individual dan NRT diperkirakan akan
meningkatkan jumlah orang yang ingin berhenti merokok. 8

Terdapat bukti yang bervariasi yang mengatakan bahwa buku-bantu-sendiri


(self-help manuals) merupakan alat bantu yang efektif untuk berhenti
merokok. Karena bahan-bahan tersebut dapat disebarkan secara luas, strategi
ini mungkin memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap kesehatan
masyarakat dan layak untuk diteliti lebih lanjut. Program konseling baik
yang sederhana maupun yang lebih intensif terbukti mampu membantu
sejumlah besar orang untuk berhenti merokok. Pendekatan pengobatan untuk
mengatasi adiksi nikotin yang dikombinasikan dengan bimbingan melalui
pendekatan perilaku memungkinkan 20-25% perokok untuk tetap tidak
merokok sampai satu tahun setelah pengobatan dihentikan. Upaya yang
kurang intensif sekalipun, misalnya seorang dokter yang menasehatkan
pasiennya untuk berhenti merokok, memberikan hasil sebesar 5-10% untuk
berhenti merokok. 27

Badan POM menginformasikan tersedianya lagi terapi pengganti nikotin di


Indonesia dengan nama NiQuitin CQ mulai September 2003 setelah hilangnya
Nicotinell dari pasaran sejak tahun 1995. Bentuk sediaan adalah plester 7 mg,
14 mg dan 21 mg. Terapi pengganti nikotin hanya dapat diperoleh dengan
resep dokter dan tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18 tahun kecuali ada
saran lain dari dokter yang memeriksanya. Harga satu paket pengobatan
tergantung dari beratnya merokok dengan program yang telah ditentukan.
Untuk perokok berat dan sedang selama 10 minggu (6 mgg@21mg/hr, 2
mgg@14mg/hr, 2 mgg@7mg/hr); untuk perokok ringan selama 8 minggu (6
mgg@14mg/hr, 2 mgg@7mg/hr). Harga 1 paket pengobatan tanpa
penghitungan biaya konsultasi adalah Rp 1.478.400,- untuk perokok berat dan
sedang dan Rp 1.062.600,- untuk perokok ringan.

25
Aditama, Tjandra Yoga 2003. Rokok Quo Vadis dalam Harian Kompas 16 Maret 2003
26
Stanley 1993. Disease Control Priorities in Developing Countries. World Bank.
27
US Department of Health and Human Services. Reducing Tobacco Use: A Report of the Surgeon
General- Executive Summary, Atlanta, Georgia. 2000)

95

Anda mungkin juga menyukai