(PKP)
OLEH :
47
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN 5 DUMOGA
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 SIKLUS
Hari dan Tanggal : Siklus 1, Hari Rabu, tanggal 17 Mei
Pelaksanaan 2017
Siklus 2 , Hari Sabtu tanggal 20 Mei
2017
47
untuk memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas
Terbuka ( UT ) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termaksud pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
FERDINAN O. TALINGON
NIM. 822893501
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa,atas berkat
limpahan kasih dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menulis
47
laporan akhir Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini.
Dalam menyelesaikan laporan ini banyak pihak yang membantu, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya semoga
dapat bernilai sedekah di mata Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi inilah yang terbaik yang dapat
penulis laporkan sebagai tugas akhir Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP). Kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penelitian dan perbaikan kinerja Guru akan penulis terima dengan senang hati.
Harapan penulis, semoga lapora tugas akhir Mata Kuliah Pemantapan
Kemampuan Prefesional (PKP) dapat menjadi bahan rujukan bagi teman-teman
guru yang memiliki tujuan dan masalah yang sama.
Ferdinan O. Talingon
NIM. 822893501
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..... i
LEMBAR PENGESAHAN...... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .... iii
47
KATA PENGANTAR......... iv
DAFTAR ISI.... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
47
LAMPIRAN. 6. Hasil Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk per siklus .......... 48
DAFTAR TABEL
Tabel. 2 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru selama Siklus tindakan ............... 21
Tabel. 3 Nilai Hasil belajar siswa pada gaya siklus 1 .......................................... 23
Tabel. 4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada gaya Siklus 2 ....................................... 24
Tabel. 5 Presentase ketuntasan belajar siswa untuk semua siklus tindakan ....... 25
Tabel Lembar pengamatan terhadap kinerja Guru........................................... 45
Tabel Jurnal Pembmbing supervisor 2 PKP .................................................... 47
Tabel Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk siklus 1 .............................. 48
Tabel Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk siklus 2 .............................. 49
47
DAFTAR GAMBAR
47
DAFTAR LAMPIRAN
47
ABSTRAK
47
Peningkatan hasil belajar siswa ini seiring dengan keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran yang juga selalu mengalami peningkatan disetiap siklusnya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran dengan menggunakan, metode demonstrasi dengan
pembagian kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA khususnya kelas IV SDN 5 Dumoga.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran.
Penelitian merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa atau negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar atau proses pembelajaran. Dalam
konteks penyelengaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian terget materi kurikulum, lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
47
penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa
hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit
peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran
tindak menjadi kondusif sehingga siswa menjadi pasif (Emildadianny, 2008).
Berdasarkan pengamatan riil, di lapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga
pendidikan yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan
dominan oleh sang guru.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP)
menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar
berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamya agar
suasana kelas lebih hidup.
IPA sebagai bagian ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata
pembelajaran yang wajib diikuti oleh semua kelas di tingkat SD. Pemahaman
pengetahuan mengenai IPA (sains) yang dilakukan melalui kegiatan belajar
mengajar di SD dapat dijadikan landasan pengetahuan untuk ilmu pengetahuan
dan teknologi pada pendidikan selanjutnya.
IPA berdasarkan pengalaman dan inkuiri siswa sendiri. Fakta di lapangan
guru sekolah kebanyakan mengajar dengan cara tradisional seperti metode
ceramah, dengan pola: informasi-contoh soal-latihan sesuai contoh. Paradigma
pembelajaran sains di Indonesia selama bertahun-tahun adalah paradigma
mengajar dan banyak dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku, bukan paradigma
belajar (Marpaung, 2003) dalam (Rochmat, 2008). Pembelajaran yang dilakukan
47
guru di Indonesia beracuan behaviorisme dengan penekanan pada transfer
pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber
utama pengetahuan.
Hasil observasi awal penelitian di SDN 5 Dumoga materi IPA pokok
bahasan gaya, pada tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh fakta bahwa hasil belajar
masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian
siswa untuk materi tersebut hanya mencapa 15,81
(37,84% siswa memperoleh nilai < 6; 18,92% siswa memperoleh nilai 6 dan
43,24% memperoleh nilai 6,5). Nilai ini masih berada di bawah nilai ketuntasan
menurut kurikulum, yakni sebesar 6,50 atau 65 %. Berdasarkan keterangan guru
IPA kelas di SDN 5 Dumoga diperoleh informasi bahwa umumnya siswa
mengalami kesulitan dalam materi yang berhubungan gaya. hal ini
dimungkinkan akibat kurangnya pemahaman konsep siswa tentang materi tersebut
ataupun metode pembelajaran yang kurang menumbuhkan motivasi siswa.
Akibatnya siswa banyak memperoleh nilai rendah ketika soal-soal latihan atau
tugas yang diberikan sehingga belum mencapai standar ketuntasan belajar
minimal (SKBM).
Permasalahan di atas tentu menjadi kendala belajar baik dari pihak siswa,
guru maupun pihak sekolah. Alternatif yang dapat dilakukan yakni perlu adanya
perbaikan pola atau model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu
strategi pembelajaran inovatif-konstruktivistik yang mungkin memberikan
dampak positif baik pada kualitas proses maupun hasil belajar siswa adalah
pembelajaran kooperatif. Metode demonstrasi dan kerja kelompok dianggap
cocok diterapkan dalam kurikulum tingkat Sekolah Dasar saat ini yaitu KTSP.
Karena Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat memotifasi siswa dalam
peran atraktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini
tidak terlepas dari anak yang masih ingin bermain, yang kemudian dapat
dimanfaatkan dalam proses transfer pengetahuan kepada anak melalui cara belajar
sambil bermain. Selain itu, Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat
mengaplikasikan konsep-konsep yang selama ini dianggap abstrak ke dalam
bentuk realita yang lebih sering dialami anak dalam kehidupan sehari-hari.
47
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian tindakan kelas dengan judul meningkatan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri 5 Dumoga pada Mata Pelajaran IPA pokok bahasan gaya melalui
penerapan metode demonstrasi dan kerja kelompok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : apakah metode demonstrasi dan kerja
kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan Gaya?Kelas
IV SD Negeri 5 Dumoga.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai setelah melaksanakan
pembelajaran IPA ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
IPA
di kelas, sehingga materi pelajaran IPA yang dianggap sulit bagi siswa
dapat dipahami lebih muda oleh siswa.
b. Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA-nya, khususnya
pada pokok bahasan gaya.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA pada khusunya.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan untuk melakukan
penelitian yang relevan
47
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda akan
tetapi diantara keduanya terdapat tujuan hubungan yang sangat erat. Bahkan
antara keduanya terjadi ikatan interaksi saling mempengaruhi dan saling
menunjang satu sama lain. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan pelajar.
Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang
diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran
yang matang oleh guru.
Arikunto (2007) bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan
pengajaran merupakan cara/teknik yang digunakan dalam mengajar, misalnya
ceramah, tanya jawab, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, eksperimen dan
sebagainya. Pengajaran merujuk pada bagaimana guru mengatur keseluruhan
proses belajar mengajar meliputi mengatur waktu, pemenggalan penyajian, proses
47
belajar mengajar meliputi mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemilihan
metode, pemilihan pendekatan dan sebagainya.
Namun menurut Slavini dalam Rochmad (2008) bahwa proses belajar
mengajar yang berpusat pada siswa dan menekankan pada aktivitas siswa
mengkonstruksi pengetahuan dalam benaknya sendiri dinamakan teori
pembelajaran kostruktivistik (contructivist theories of learning). Salah satu dari
prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat
dengan mudah menanamkan pengetahuan pada diri siswa. Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan dalam benaknya. Berkaitan dengan hal ini, guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran sehingga informasi, ketrampilan dan
konsep yang disampaikan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa dengan cara
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, serta suasana pembelajaran yang mampu menjadikan siswa
memiliki keberanian dan dengan penuh kesadaran belajar menggunakan
strateginya sendiri. Guru dapat memberi tangga kepada siswa agar dapat
digunakan untuk kepahaman yang lebih tinggi, tetapi biarkanlah siswa sendiri
yang memanjatnya.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kreativitas pembelajaran,
Mulyasa (2004) dalam Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa di samping
penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan:
1. Self steem approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut
untuk lebih mencurahkan perhatiannya pada pengembangan self esteenm
(kesadaran akan harga diri), dimana harus terjadi pengembangan sikap dan
mendapat perhatian secara operasional.
2. Creative approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini
adalah dikembangkannya problem solving, brain stornming, inquiry, dan role
playing.
3. Value clarification and moral development approch.
Dalam pendekatan ini pengembangan pribadi menjadi sasaran utama,
pendekata holistic dan humanistic menjadi ciri utama dalam mengembangkan
potensi menuju self actualization.
47
4. Multi tolent approach. Pendekatan ini mementingkan upaya
pengembangan seluruh potensi peserta didik, karena manifestasi
pengemgenbangan seluruh potensi akan mengembangkan self concept yang
menunjang kesehatan mental.
5. Inquiry approach Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah,
serta meningkatkan potensi intelektualnya.
6. Piectorial riddle appoach. Metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan
ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7. Syntetics appoach. Pada hakekatnya pendekatan ini
memuaskan perhatian pada kompetensi peserta didik untuk mengembangkan
kreativitasnya. Kegiatan dimulai dengan kegiatan membentuk kelompok yang
tidak rasional, kemudian berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan
masalah secara rasional.
Memahami uraian di atas, aktivitas dan efektivitas peserta didik dalam
belajar sangat bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran
dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif. Guru dapat mrnggunakan berbagai pendekata dalam meningkatkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik.
B. Metode Demonstrasi
Pemilihan strategi belajar mengajar harus dilandaskan pada pertimbangan
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang tidak hanya menerima
secara pasif apa yang disampaikan oleh pendidik. Pendidik harus menempatkan
peserta didiknya sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman,
pengetahuan, keinginan, dan pemikir yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik
secara individual maupun secara kelompok. Strategi yang dipilih oleh pendidik
adalah strategi yang dapat membuat peserta didik mempunyai keyakinan bahwa
dirinya mampu belajar. Juga strategi belajar mengajar yang dapat memanfaatkan
potensi peserta didik seluas-luasnya.
47
Dalam Demonstrasi pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya hasil yang akan
di capai harus di sampaikan pada peseria didik sehingga peserta didik tidak
merumuskan masalah ,berspekulasi dan menarik kesimpulan berdasarkan apa
yang disaksikannya,jadi pada dasarnya bila penerapan Metode Demonstrasi ini di
terapkan ada beberapa hal yang perluh di perhatikan diantaranya sebagai berikut:
a. Hasil yang akan di capai /di peroleh harus di sampaikan pada murid
b. Pada percobaan atau Eksprimen apa yasng akan terjadi tidak diketahui oleh
siswa
c. Hendaknya disertai/diikuti pertanyaan yang mengiringi murid memahami
suatu konsep
d. Demonstrasi di tampilkan hendaknya jelas dan menggairahkan .
C. Kerja Kelompok
Teknik pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia yaitu gotong-
royong. Anggota masyarakatnya mempunyai kesamaan tujuan dan saling
ketergantungan satu dengan lainnya. Slavin, mengemukakan bahwa teknik
pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajara yang
memungkinkan para siswa bekerja di dalam kelompok kecil saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi tertentu. Dalam pembelajaran para siswa
diharapkan saling membentu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai
pengetahuan dan pemahaman satu sama lain (Suprayekti, 2006).
47
d. Melatih keterlibatan emosi siswa.
e. Mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar.
f. Meningkatkan prestasi akademiknya secara individual dan
kelompok.
g. Meningkatkan motivasi belajar.
h. Memperoleh kemampuan belajar.
Tingkat keberhasilan teknik pembelajaran kooperatif di atas, tergantung
kepada tinggi rendahnya aspek berikut :
a. Interdepedensi ganjaran.
b. Interpendensi tugas
c. Tanggung jawab atau akuntabilitas individual.
d. Struktur yang dipaksakan oleh guru.
e. Ada atau tidak adanya kompetensi kelompok.
Pembelajaran kooperatif seperti dikemukakan oleh Slavin tidak tersirat
secara sistematis. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalkan kinerja yang telah
dilaksanakannya dengan memilih satu metode yang dikemukakan Slavin, antara
lain Student teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournament
(TGT), Team assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading
and Comprehension (CIRC) dan Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments sebenarnya
mirip dengan STAD. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan
masing-masing kelompok diberi bahan ajar yang sama. Setelah bahan ajar
dibagikan. Guru menugasi murid untuk mempelajari bahan ajar secara
berkelompok. Untuk mengarahkan perhatian murid kepada persoalan yang harus
diselesaikan, guru menyediakan LKS.
Kelas yang diajar dengan strategi belajar kelompok tipe TGT tidak hanya
membiarkan kelompok mendiskusikan bahan. Akan tetapi, guru mengkondisikan
kelas ke dalam suasana berkompetensi, sehingga masing-masing kelompok
berlomba untuk menyelesaikan persoalan yang dikemukakan oleh guru. Kelas
diberi tugas yang sama. Kelompok mana yang dapat menyelesaikan tugas dengan
benar akan memperoleh poin. Kemenangan kelompok ditentukan oleh besarnya
47
poin yang mereka raih. Artinya, semakin besar poin yang mereka raih, semakin
sering pula sebuah kelompok berhasil menyelesiakan persoalan lebih awal dan
benar dibandingkan kelompok lain. Untuk tidak menimbulkan kekecewaan di
kalangan kelompok-kelompok, yakni agar perlombaan tidak selalu dimenangkan
oleh kelompok yang reatif pandai, guru dapat mengadu kelompok yang relatif
baik dengan kelompok yang kemampuannya relatif lemah, oleh guru dapat diadu
dengan kelompok yang memiliki tingkat kamampuan rendah. Kemajuan
kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalaui jurnal kelas yang diterbitkan
secara mingguan. Dari jurnal yang diperpanjang terbuka itu, murid-murid dapat
mengikuti catatan prestai yang diraih oleh kelompoknya. Mulai jurnal ini pula,
guru dapat memperoleh informasi tentang kemajuan anak didiknya, sehingga guru
dapat memberikan bimbingan terhadap kelompok yang relatif memiliki kesulitan
belajar.
Melalui turnamen prestasi hasil pembahasan, ada 4 tahap dalam TGT
dalam Supreyekti (2006), yakni :
1) Identifikasi masalah,
2) Pembahasan masalah dalam tim,
3) Prestasi hasil pembahasan tim (tournament), dan
4) Penguatan guru.
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap
hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa
bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang serta dalam kinerja
akademik mereka yang lalu. Pada intinya model Kooperatif TGT terdiri dari
empat kegiatan yakni Persentase Kelas, Tim, Permainan, dan Turnamen. Langkah-
langkah metode kooperatif TGT sebagai berikut :
No. Langkah Metode TGT
1 Presentase Guru mempersiapkan bahan ajar yang dibutuhkan. LKS
Kelas. untuk tiap tim, lembar jawaban dan memperkenalkan
materi melalui persentase kelas, biasanya menggunakan
pengajaran langsung atau ceramah setelah mengerjakan
47
LKS dalam tim mereka.
2 Tim. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang heterogen. Setiap kelompok siswa dalam satu tim
mengerjakan LKS untuk menuntaskan bahan ajar yang
telah diterimanya
3 Permainan. Guru mempersiapkan jenis permainan dari pertanyaan-
pertanyaan kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan
pada meja-meja yang berisi tiga siswa, tiap siswa
mewakili tim yang berbeda.
4 Turnamen Guru mempersiapkan bahan turnamen yang dibutuhkan:
lembar penempatan meja turnamen, lembar permainan
untuk tiap meja turnamen, lembar skor permainan,
setumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan
-pertanyaan pada lember permainan tiap meja.
5 Penghargaan Guru menghitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau
Tim tuliskan hasil turnamen yang diumumkan pada papan
buletin. (Kriteria rata-rata tim baik = 40, tim hebat = 45,
tim super = 50), (Ghasali, 2002)
Aturan Permainan :
Permainan pertama mengambil kartu bernomor dan menemukan
pertanyaan yang sesuai dengan lembar permainan.
Membaca pertanyaan tersebut dengan keras.
Memberi jawaban
Penantang pertama: setuju dengan pembaca atau menantang dan
memberi jawaban, demikian juga penantang kedua.
Mencocokan jawaban
Pemain yang menjawab benar akan menyimpan kartu tersebut.
Apabila ada penantang yang menjawab salah ia akan mengembalikan kartu
yang dimenangkan sbelumnya (bila ada) ke tumpukan kartu. Apabila tidak
ada satupun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikan ke tumpukan.
Langkah ini dilakukan sampai akhir pelajaran, atau tumpukan kartu telah
habis.
47
Pada akhir turnamen hitunglah banyak kartu yang diperoleh tiap siswa,
siswa yang memperoleh skor tertinggi mendapat poin 60, tingkatan berikutnya
masing-masing, 50, 40 an 20.
Mata pelajaran IPA di SD, dalam hal ini kelas IV menekankan pada
fenomena alam yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Mahluk hidup dan proses kehidupan; mencakup bahasan tentang rangka
manusia, alat indra, tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan dan jenis
makanannya, daur hidup hewan, pemeliharaan hewan, hubungan antar
makhluk hidup.
2. Benda dan sifatnya; mencakup bahasan tentang sifat benda padat dan cair, sifat
gas, perubahan wujud benda serta sifat bahan dan kegunaannya.
3. Gaya; mencakup bahasan tentang gaya, energi panas dan bunyi, penerapan
konsep perubahan gerak.
4. Bumi dan alam semesta; mencakup bahasan tentang perubahan kenampakan
pada bumi, perubahan kenampakan pada langit, perubahan lingkungan dan
prosesnya, sumber daya alam.
Mata pelajaran IPA/sains perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yang membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa,
2006)
47
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SDN 5 Dumoga, Kec. Dumoga Timur, kab.
Bolaang mongondow. Sekolah ini terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 129
orang dan jumlah guru 8 orang yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
Pelaksaaan penelitian ini direncanakan pada Bulan oktober semester ganjil Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Rencana pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan tiap
siklus direncanakan 1 kali pertemuan.
3. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017, jadwal
pelaksanaan adalah sebagai berikut :
47
Siklus
Selanjutnya
Mata
Hari/Tanggal Kelas Materi Pelajaran siklus
pelajaran
Siklus 1
Rabu/17 Mei 2017 IPA IV Gaya Tarik Benda I
Siklus 2
Sabtu/ 20 Mei 2017 IPA IV Gaya Tarik Benda II
Adapun pihak yang membantu dalam pembelajaran ini yaitu guru kelas
sebagai supervisor 1 dan kepala sekolah dari sekolah SDN 5 Dumoga sebagai
supervisor 2.
SIKLUS I
Perencanaan
SIKLUS II
47
gaya selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat
pelaksanaan tindakan, yaitu sebagai berikut :
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan siklus I
b) Membuat lembar observasi untuk aktivitas guru dan siswa selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
c) enyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan
d) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas (Action)
Tindakan Siklus I
47
Tindakan Siklus II
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan model pendekatan
Metode demonstrasi dan kerja kelompok dilaksanakan sesuai RPP siklus II.
Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi tentang konsep gaya,
selanjutnya guru membagi kembali kelompok yang heterogen dan melakukan
diskusi kelas, untuk mengembangkan masalah dan pemecahannya dengan
menyajikan contoh-contoh soal yang kemudian meminta tiap siswa dalam
kelompok untuk menyelesaikan. Pada akhirnya, guru memberikan penghargaan
kepada siswa yang dapat menjawab soal dengan baik dalam bentuk pujian,
membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Selama
proses pembelajaran, peneliti mengobservasi jalannya pembelajaran.
1. Observasi dan evaluasi (Observation and Evaluation)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta
melakukan evaluasi.
2. Refleksi (Refleksion)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi, yang sebelumnya
dikumpulkan dan dianalisis, selanjutnya dilihat apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai sesuai target pada indikator kinerja. Jika belum
mencapai target, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada silkus sebelumnya akan diperbaiki pada
siklus berikutnya.
X
x100%
% aktivitas = X (Ridwan, 2005)
Keterangan :
X = jumlah siswa yang efektif
X = jumlah siswa dalam kelas
2. Menentukan nilai rata-rata
47
X
Xi
N (Ridwan, 2005)
Keterangan :
Xi = jumlah siswa yang aktif
N = Banyaknya siswa
3. Menentukan persentasi hasil belajar
X x100%
% ketuntasan = N (Ridwan, 2005)
Keterangan :
X = jumlah siswa yang tuntas belajar
N = jumlah siswa dalam kelas keseluruhan
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
1. Siswa mendengarkan dan memberikan perhatian yang penuh pada
penjelasan guru
47
2. Siswa mampu menjawab materi prasyarat yang dinyatakan oleh guru
dengan benar
3. Siswa menerima dan memastikan setiap anggota kelompoknya sudah
memiliki LKS
4. Siswa secara kelompok menyelesaikan LKS dan aktif dalam kelompoknya
ketika belajar dan meyelesaikan soal
5. Siswa sesekali bertanya kepada guru (bila perlu)
6. Siswa yang ditunjukan guru untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja
turnamen dan memilih kartu soal yang diacak
7. Siswa yang mewakili kelompknya mempresentasikan jawabannya
8. Siswa menerima skor untuk kelompoknya sesuai hasil presentasi
9. Siswa merangkum materi yang telah dibahas
10. Siswa menandai/menyalin soal pekerjaan rumah yang diberikan
Pada kegiatan awal pembelajaran, masih ada siswa yang tidak
mendengarkan penjelasan guru (29,17%) dan ada beberapa siswa yang belum
mampu menjawab materi prasyarat yang dinyatakan oleh guru dengan benar
sehingga diajukan kepada siswa lainnya (29,17%).
Berdasarkan data observasi pada Lampiran 1.a dan Tabel 1 di atas, terlihat
bahwa rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 67,08% dimana dari 10 item
yang diobservasi, hanya satu item yang nyaris tidak dilakukan yaitu item 9,
membuat rangkuman materi yang telah dibahas. Hal ini terjadi karena waktu
pelajaran yang telah selesai (tidak efisien).
Sementara itu, terdapat item yang masih sangat kurang dilakukan yaitu item
5 (12,50%). Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam
kelompok dan hanya sebagian siswa dari kelompok yang berinisiatif untuk
bertanya kepada guru, hal ini terjadi karena motivasi belajar siswa masih rendah
artinya belum terbiasa dengan model pembelajaran yang ada.
Pada kegiatan inti pembelajaran sebagian perwakilan kelompok masih
terlihat ragu-ragu untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja turnamen dan
memilih soal pada kartu yang diacak dan mewakili kelompoknya
mempresentasikan jawabannya. Untuk item menerima dan memastikan setiap
47
anggota kelompoknya sudah memiliki LKS, menerima skor untuk kelompoknya
sesuai hasil presentasi dan menandai/menyalin soal pekerjaan rumah yang
diberikan telah dilakukan sepenuhnya oleh seluruh siswa dalam kelompok belajar
(100%).
Selanjutnya pada siklus 2, data persentase aktivitas siswa disajikan pada
tabel berikut:
Pada siklus 2, aktivitas siswa naik dan secara umum sudah sangat baik
dimana rata-ratanya mencapai 95,00%. Item yang belum terlaksana sebaik yang
lain adalah item ke-5 dimana hanya 75,00% siswa yang bertanya kepada guru
(bila perlu) jika mengalami kesulitan dalam kelompok belajar. Tetapi jika dilihat
persentasenya, sudah item ini sudah terlaksana dengan cukup baik.
Walaupun persentase aktivitas siswa tersebut sudah baik, namun masih ada
temuan bahwa ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik
diantaranya tidak menyelesaikan LKS atau tidak lengkap memberikan jawaban,
dan tidak membuat rangkuman materi. Sementara itu, terlihat pada kegiatan awal
pembelajaran bahwa siswa sudah memberikan perhatian atas penjelasan guru.
Pada kegiatan inti pembelajaran, sudah tidak ada perwakilan kelompok yang ragu-
ragu untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja turnamen dan memilih soal
pada kartu yang diacak dan mewakili kelompoknya mempresentasikan
jawabannya.
47
Siklus Ke-
No Aspek-Aspek yang diobservasi
1 2
1. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar 100% 100%
2. Guru memotivasi siswa dan menginformasikan model
100% 100%
pembelajaran yang akan digunakan
3. Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek
75% 100%
pemahaman dasar siswa
4 Guru menjelaskan materi 100% 100%
5. Guru membagikan LKS kepada masing-masing
100% 100%
kelompok
6. Guru meminta setiap kelompok menyelesaikan soal
100% 100%
LKS
7. Guru memantau kerja tiap-tiap kelompok selama
25% 75%
diskusi berlangsung
8. Guru membantu/mengarahkan siswa dalam kelompok
25% 75%
yang memahami kesulitan dalam menyelesaikan soal
9. Guru memanggil wakil dari setiap kelompok untuk
75% 100%
menempati meja tournament.
10 Guru mengecek kartu yang akan dipilih wakil dari
100% 100%
. setiap kelompok
11. Guru meminta wakil dari setiap kelompok untuk
mempresentasikan jawabannya dari soal yang telah 50% 100%
dipilih melalui pengocokan kartu
12 Guru memberikan skor untuk masing-masing kelompok
50% 100%
. dari hasil presentase setiap kelompok
13 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
100% 100%
. memperoleh skor tinggi
14 Guru membimbing siswa untuk merangkum materi
25% 75%
. yang telah dibahas
15 Guru memberikan soal pekerjaan rumah
100% 100%
.
Rerata persentase aktivitas guru 75.00 95.00
47
Dua item lainnya yang dilaksanakan guru namun masih berkategori cukup adalah
pemberian skor beberapa kelompok hanya didasarkan kemampuan menjawab
pertanyaan (beberapa kelompok yang luput dari pantauan selama diskusi
berlangsung).
Hal ini dapat dipahami karena guru masih asing dengan model
pembelajaran yang digunakan pada akhirnya pelaksanaan pembelajaran, sehingga
pemanfaatan waktu menjadi kurang efisien dan pada kegiatan akhir pembelajaran
guru tidak membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.
Namun demikian, dengan adanya kegiatan refleksi maka guru dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangannya pada dua silkus selanjutnya. Hasilobservasi aktivitas
guru pada siklus 2 meningkat menjadi 95%.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan
pemahaman pengetahuan siswa dalam menangkap materi Gaya yang telah
diberikan. Evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali sebagaimana jumlah siklus
tindakan yang terlaksana pada setiap akhir pembelajaran dengan tujuan agar siswa
masih mampu menjawab pertanyaan soal-soal evaluasi dengan baik, karena materi
tersebut baru dibahas atau diberikan. Masing-masing siswa bertanggung jawab
secara individual terhadap hasil belajarnya meskipun dalam proses pembelajaran
siswa dikelompokkan.
Nilai hasil belajar siswa pada materi Gaya untuk setiap siklus tindakan
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
47
4. Jose Injilio Endeka 79 Tuntas
5. Karenina Lahopang 60 Tidak Tuntas
6. Marsendi Olii 60 Tidak Tuntas
7. Nofriando Pontolondo 80 Tuntas
8. Regita Mutahang 80 Tuntas
9. Vivia Pelawiten 80 Tuntas
10. Aisa Hikma Ano 60 Tidak Tuntas
11. 67 Tuntas
12. 53 Tidak Tuntas
13. 68 Tuntas
14. 80 Tuntas
15. 84 Tuntas
RATA-RATA 70,33
47
13. 100 Tuntas
14. 100 Tuntas
15. 67 Tuntas
RATA-RATA 81,46
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi belajar siswa siklus 1 seperti Tabel
5 di atas terlihat bahwa, jumlah siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 10
orang (66,67%) dan yang belum tuntas sebanyak 5 orang (33,33%). Hal ini berarti
indikator keberhasilan belum tercapai pada siklus 1. Setelah melalui proses
refleksi, maka guru telah berupaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada. Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar pada siklus 2 yang cenderung
meningkat hingga mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus 2 terlihat bahwa
jumlah siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 13 orang (86,67%) dan
tersisa orang siswa (13,33%) yang belum tuntas. Untuk lebih jelasnya, persentase
ketuntasan belajar siswa untuk setiap siklus dapat dilihat pada Tabel 5:
4. Kegiatan Refleksi
a. Siklus I
Pada tahap ini, peneliti bersama guru IPA secara kolaboratif menilai dan
mendiskusikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada pelaksanaan tindakan siklus 1 untuk selanjutnya diperbaiki pada tindakan
siklus 2. Pada tindakan siklus 1 berdasarkan persentase pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe metode demonstrasi dan kerja kelompok, secara umum telah
dilaksanakan dengan cukup baik. Namun masih ada beberapa item yang harus
diperbaiki. Saat kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan ada beberapa orang
47
siswa yang terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurang mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan apresepsi yang diberikan guru.
Sementara itu, pada kegiatan inti terdapat dua kelemahan yaitu:
1. Guru masih terfokus kepada beberapa kelompok dalam memantau kerja tiap-
tiap kelompok selama diskusi berlangsung dan membantu/mengarahkan siswa
dalam kelompok yang memahami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Guru masih terlihat kaku mengorganisir perwakilan kelompok siswa untuk
meminta wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan jawabannya
dari soal yang telah diberikan dalam LKS dan memberikan skor kepada
masing-masing kelompok dari hasil presentase setiap kelompok. Hal ini
terlihat dari hasil pelaksanaan games dan turnamen.
Kekurangan-kekurangan di atas terjadi karena dapat dipahami bahwa guru
dan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
metode demonstrasi dan kerja kelompok sehingga guru belum mampu mengelola
pembelajaran dengan baik dan siswa, akibatnya penggunaan waktu yang tidak
efektif. Akibatnya, pada kegiatan akhir pembelajaran guru tidak melakukan
refleksi atau memberikan rangkuman materi pembelajaran.
b. Siklus II
Seperti halnya siklus 1, guru telah mampu mengorganisir kelompok
belajar dengan mampu memberikan motivasi, mengarahkan dan memberikan
bantuan pada setiap kelompok yang kesulitan menyelesaikan soal, melaksanakan
games dengan baik, serta pemanfaatan alokasi waktu pembelajaran yang efektif.
Hal ini ditunjukan dengan aktivitas guru mencapai 95%. Peningkatan ini ditandai
dengan meningkatnya aktivitas siswa (95%) dimana siswa terlihat sangat antusias
dan berinisiatif mewakili kelompok untuk menyelesaikan soal dan bertanya jika
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Membaiknya aktivitas guru dan siswa ditandai dengan meningkatkan nilai
evaluasi, dimana persentase siswa yang mendapat nilai minimal 67 adalah 15
orang (87,5%). Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar juga mengalami peningkatan
47
dari 70,33 (siklus 1) menjadi 81,46 (siklus 2). Namun demikian, masih ada
beberapa temuan yang merupakan kekurangan di siklus 2, yaitu:
1. Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam kelompok, tidak
membuat rangkuman materi atau pun tidak lengkap mengemukakan jawaban
(terlalu bermain), walaupun jumlahnya tidak lagi sebanyak pada siklus 1 yaitu
hanya 5%.
2. Banyaknya siswa yang berinisiatif bertanya, membuat guru kewalahan
memberikan jawaban. Olehnya itu dalam pembelajaran kelompok, sebaiknya
guru saling berkolaborasi minimal 2 orang guru.
47
dan rasa sosial. Ikatan emosional ini dapat dilihat apabila pembelajaran dilakukan
menggunakan model kooperatif.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukan bahwa, indikator
penelitian tercapai setelah pelaksanaan siklus 2. Pada siklus 1, nilai rata-rata
prestasi belajar siswa telah mencapai 70,33 tetapi jumlah siswa yang telah tuntas
dalam belajar belum mencapai 70% (sebanyak 5 orang). Hal tersebut diperkuat
dengan rendahnya aktivitas siswa (67,08%) dan aktivitas guru yang baru
mencapai 75%.
Artinya, guru dan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe metode demonstrasi dan kerja kelompok. Menurut guru mata
pelajaran IPA, selama ini proses pembelajaran khususnya pada materi Gaya
disajikan masih terbawa kedalam bentuk pembelajaran langsung, sehingga guru
lebih aktif dibandingkan siswa.
Dengan adanya kegiatan refleksi pembelajaran, beberapa item yang
menjadi permasalahan di siklus 1 dapat diperbaiki di siklus 2. Diantaranya adalah
kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan materi, ketidakmampuan siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan prasyarat yang diberikan guru, sebagian besar
siswa tidak bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam menjawab soal
latihan, keragu-raguan siswa yang tampil untuk mewakili kelompoknya.
Akibatnya, guru belum mampu memanfaatkan waktu dengan efektif.
Keberhasilan perbaikan pembelajaran ini tergambar dari data-data hasil
penelitian pada siklus 2. Persentase rata-rata keaktivan siswa pada siklus 2 95%,
demikian pula aktivitas guru pada siklus 2 meningkat dengan menunjukkan angka
yang sama, yakni sebesar 95%. Sementara itu, pada siklus 2 terlihat bahwa jumlah
siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 13 orang (86,67%) dengan nilai
evaluasi rata-rata meningkat menjadi 81,46.
Rendahnya prestasi belajar pada siklus 1 dan meningkat pada siklus 2,
dipengaruhi juga oleh kemampuan siswa dalam menyerap materi yang disajikan
guru. Kesulitan menjawab soal evaluasi siklus 1 terjadi karena materi menunjukan
bahwa materi ajar yang meliputi pengertian dan bentuk gaya adalah materi
teoretik dalam bentuk hafalan, sementara pada siklus 2 dalam bentuk praktek,
47
yaitu pengaruh gaya terhadap bentuk dan keadaan benda. Artinya, tingkat
kemampuan siswa IV di SDN 5 Dumoga cenderung baik jika materi yang
diberikan berupa praktek karena siswa hanya dituntut untuk memahami konsep
nyata yang diberikan untuk menyelesaikan soal, dibandingkan dengan materi
hafalan yang kemungkinan sebagian siswa merasa jenuh. Selain itu, hasil evaluasi
pada siklus 1 terlihat bahwa siswa yang tidak tuntas akibat ketidakmampuan pada
bentuk gaya (tarikan dan dorongan) yang semestinya diberikan secara praktikum.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut
taksonomi Bloom dalam Depdiknas (2007) secara hirarkis terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat
pengetahuan, peserta didik menjawab.
pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta
didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya
sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau konsep.
Gambaran-gambaran data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa,
model pembelajan kooperatif tipe Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Secara psikologis model pembelajaran
kooperatif tipe Metode Demonstrasi Dan Kerja Kelompok ini memberikan
manfaat yang sangat besar kepada siswa, antara lain (1) memotivasi siswa untuk
giat belajar karena adanya sistem kompetisi menjawab soal-soal dan mendapatkan
poin dengan predikat terbaik, (2) memberikan suasana belajar yang
menyenangkan karena dikemas dalam bentuk permainan, (3) menghilangkan rasa
takut siswa dalam mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan, (4)
menumbuhkan kemampuan kerjasama siswa, berpikir kritis dan kemampuan
membantu teman. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Slavin dalam
Rochmad (2008) bahwa salah satu dari prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga informasi, keterampilan dan
konsep yang disampaikan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa dengan cara
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, serta suasana pembelajaran yang mampu menjadikan siswa
47
memiliki keberanian dan dengan penuh kesadaran belajar menggunakan
strateginya sendiri.
Agar hasil dan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe metode
demonstrasi dan kerja kelompok ini lebih baik, maka diharapkan guru perlu
memotivasi siswa dalam pembelajaran dengan cara memberikan pekerjaan rumah,
membimbing langsung siswa yang tidak aktif dan menciptakan suasana kompetisi
dalam menjawab soal-soal. Selain itu, untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
waktu dan kegiatan diskusi, maka dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan
guru berkolaborasi dengan guru IPA lainnya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka kesimpulan
yang dapat diambil sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk setiap siklusnya
semakin meningkat. Demikian juga dengan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung juga semakin meningkat.
2. Ketuntasan belajar siswa dapat tercapai pada siklus 1 hanya mencapai 66,67%
atau 10 orang dari 15 siswa, dengan nilai rata-rata 70,33. Pada siklus 2 nilai
ketuntasan semakin meningkat menjadi 86,67% atau 13 dari 15 siswa, dimana
nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,46.
3. Penerapan model pembelajaran Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dumoga tahun
pelajaran 2016/2017 pada pokok bahasan gaya.
47
B. Saran dan Tindak Lanjut
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, penulis menyarankan:
1. Kepada guru IPA di SD Negeri 5 Dumoga agar dapat menggunakan Metode
demonstrasi dan kerja kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar IPA
siswa dimana pelaksanaannya dengan cara berkolaborasi dengan guru IPA
lainnya.
2. Perlu adanya penelitian menggunakan model-model pembelajaran lainnya
untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar IPA siswa.
3. Bagi peneliti lainnya yang hendak menerapkan Metode demonstrasi dan kerja
kelompok agar dalam pelaksanaannya lebih ditekankan pada aspek
mengefektifkan waktu, kegiatan diskusi, membimbing langsung siswa yang
tidak aktif, menciptakan suasana yang lebih kopetitif dalam menjawab soal-
soal dan memberikan pekerjaan rumah.
DAFTAR PUSTAKA
47
Budimansyah, D., 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio, PT.
Genesindo: Bandung
Emildadiany, N. 2008. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw.
Http://akhmadsudrajat.wordprees.com/2008/07/31/cooperative-learning-
teknik-jigsaw/[juli 31,2008].
Ghasali, S. 2002. Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi
Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa. Jurnal Pendidikan &
Pembelajaran, www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/pip/kooperatif.pdf
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. [ vol. 9, No. 2, Oktober
2002: 115 131].
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Grasindo: Jakarta
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., dan Ismono, 2000. Pembelajaran Kooperatif.
University Press. Surabaya.
Kardi, S., dan Nur, M., 2000. Pengajaran Langsung. University Press. Surabaya.
47
KESEDIAAN SEBAGAI SUPERVISOR 2 DALAM PENYELENGGARAAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL ( PKP )
Kepada
Kepala UPBJJ-UT
di-
Manado
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Indriyanti Tuina, S.Pd
NIP : 198801082009022002
Tempat Mengajar : SDN 5 Dumoga
Alamat Sekolah : Desa Dumoga Kec.Dumoga Timur, Kab.
Bolaang Mongondow
Telepon : 085240314078
Menyatakan bersedia sebagai Supervisor 2 untuk membimbing mahasiswa dalam
Perencanaan Dan Pelaksanaan PKP ( PDGK 4501 ) atas :
Nama : Ferdinan O. Talingon
NIM : 822893501
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN 5 Dumoga
Alamat Sekolah : Desa Dumoga Kec.Dumoga Timur, Kab.
Bolaang Mongondow
Telepon : 085145786310
Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
47
Dumoga,2 Juni 2017
Mengetahui, Supervisor 2
Kepala Sekolah
47
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok
bahasan Gaya?
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
III. Indikator
a. Siswa dapat menyebutkan macam macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
b. Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
c. Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
V. Materi Pembelajaran
47
VI. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kontekstual Kombinasi kooperatif tipe STAD
Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya Jawab, Diskusi, &
Pemberian Tugas.
47
SOAL
dorongan!
Kunci Jawaban.
1. Gaya Grafitasi, Gaya Pegas, gaya Magnet
2. Cara melakukan tarikan dan dorongan yaitu dengan menggerakan benda yang
Supervisor 2 Mahasiswa,
Ferdinan O. Talingon
Indriyanti Tuina. S.Pd NIM : 822893501
NIP. 1988010882009022002
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 5 Dumoga
SIKLUS I
47
Kelas/ Semester : IV/I
Materi Pelajaran : Gaya
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1 x Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
III. Indikator
Siswa dapat menyebutkan macam macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
IV. Tujuan Pembelajaran
Untuk siswa : Menigkatkan pemahaman siswa tentang materi gaya
dapat merubah gerak dengan menggunakan metode demonstrasi.
Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
V. Materi Pembelajaran
47
- Diskusi tentang Contoh gaya dalam kegiatan sehari- hari.
- Demonstrasi beberapa eksperimen gaya dengan menggunakan
media pembelajaran yang tersedia.
- Menyimpulkan hasil percobaan tentang gaya yang telah dilakukan.
3. Kegiatan Akhir (25 Menit)
- Mengadakan evaluasi
- Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi.
- Memberikan tugas.
- Menutup rangkaian proses pembelajaran dengan salam dan
penutup.
SOAL
dorongan!
Kunci Jawaban.
1. Gaya Grafitasi, Gaya Pegas, gaya Magnet
2. Cara melakukan tarikan dan dorongan yaitu dengan menggerakan benda yang
akan di beri gaya.
47
3. Perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan dorongan yaitu
adanya perubahan tempat.
Dumoga,17 Mei 2017
Supervisor 2 Mahasiswa,
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 5 Dumoga
(SIKLUS II)
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
III. Indikator
47
a. Siswa dapat menyebutkan macam macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
b. Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
c. Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
V. Materi Pembelajaran
Gaya (Tarikan dan Dorongan)
47
3. Kegiatan Akhir (25 Menit)
- Mengadakan evaluasi
- Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi.
- Memberikan tugas.
- Menutup rangkaian proses pembelajaran dengan salam dan
penutup.
VIII. Alat dan Bahan
- Alat : Bola, Kursi, Kawat, Lidi, Kotak kertas kecil,
Plastisin/ permen karet.
- Bahan :
47
SOAL
1. Sebutkan macam macam Gaya dalam kehidupan sehari hari.
2. Bagaimana cara melakukan tarikan dan dorongan.?
3. Simpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan
atau dorongan!
Kunci Jawaban.
Supervisor 2 Mahasiswa,
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 5 Dumoga
47
Fokus Observasi : Kemunculan Metode Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi dan
Pemberian Tugas pada Materi Gaya
Kemunculan **)
No Aspek yang diobservasi*) Komentar *** )
Ada Tidak ada
1 Penerapan Variasi Metode :
Ceramah :
Menjelaskan pokok-pokok
materi secara sistematis
Memberikan Ilustrasi
Tanya jawab:
Mengajukan Pertanyaan
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya
Memindahkan giliran
pertanyaan
Kerja Kelompok :
Menjelaskan tugas yang
harus dikerjakan
Membagikan LKS
Melakukan Supervisi
terhadap
kegiatan kelompok
Memberikan bantuan
kepada kelompok
Keterangan :
*) dibuat rinci sesuai kebutuhan perbaikan pembelajaran
**) Beri tanda
47
***) Berikan penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian dari aspek
yang diamati dengan kriteria yang ditetapkan
Paraf
No Hasil /
Hari / Kegiatan Tindak Lanjut Mahasisw Penila
. Komentar
Tanggal a i2
Rabu, Melaksanaka Metode Pembelajaran
17 Mei n yang berikutnya
1 2017 Pembelajaran digunakan harus
Siklus 1 tidak menggunakan
bervariasi metode yang
bervariasi
47
2 Sabtu, Melaksanaka Metode Buatlah
20 Mei n yang pembelajaran
2017 Pembelajaran digunakan yang menarik
Siklus 2 sudah minat siswa
bervariasi untuk selalu
dan belajar.
membuat
siswa
termotivasi
untuk
belajar.
.
Mengetahui Dumoga,2 Juni 2017
Supervisor 1 Supervisor 2
47
JURNAL PEMBIMBING SUPERVISOR 2 PKP
Paraf
No Hasil /
Hari / Kegiatan Tindak Lanjut Mahasisw Penila
. Komentar
Tanggal a i2
Senin, Melaksanaka Metode Pembelajaran
12 Mei n yang berikutnya
1 2014 Pembelajaran digunakan harus
Siklus 1 tidak menggunakan
bervariasi metode yang
bervariasi
Mengetahui
Supervisor 1 Supervisor 2
1
HASIL PEKERJAAN SISWA YANG TERBAIK DAN TERBURUK
PERSIKLUS
Tabel 1. Data Evaluasi hasil Belajar Siklus I
Siklus I Ket
No NamaSiswa
Nilai Persentase ST BT
1 Chalista Talingon 5,3 53
2 Citra Dasinangon 7,3 73
3 Defrianto kombo 7,8 78
4 Jose Injilio Endeka 7,9 79
5 Karenina Lahopang 6 60
6 Marsendi Olii 6 60
7 Novriandi Pontolondo 8 80
8 Regita mutahang 8 80
9 Vivia Pelawiten 8 80
10 Aisa Hikma Ano 6 60
11 6,7 67
12 5,3 53
13 6,8 68
14 8 80
15 8,4 84
Jumlah 105,5 1055
Nilai Rata-Rata 7,03 70,33
% Siswa ST 85% 10
% Siswa BT 15% 5
2
Siklus I Ket
No NamaSiswa
Nilai Persentase ST BT
1 Chalista Talingon 5,8 58
2 Citra Dasinangon 9,2 92
3 Defrianto kombo 7,5 75
4 Jose Injilio Endeka 8,3 83
5 Karenina Lahopang 8,0 80
6 Marsendi Olii 5,0 50
7 Novriandi Pontolondo 10,0 100
8 Regita mutahang 9,2 92
9 Vivia Pelawiten 7,5 75
10 Aisa Hikma Ano 8,3 83
11 7,5 75
12 9,2 92
13 10,0 100
14 10,0 100
15 6,7 67
Jumlah 122,2 1222
Nilai Rata-Rata 8,14 81,46
% Siswa ST 95% 13
% Siswa BT 5% 2