Karet, dikenal karena kualitas elastisnya, adalah sebuah komoditi yang digunakan di banyak
produk dan peralatan di seluruh dunia (mulai dari produk-produk industri sampai rumah
tangga). Ada dua tipe karet yang dikenal luas, karet alam dan karet sintetis. Karet alam dibuat
dari getah (lateks) dari pohon karet, sementara tipe sintetis dibuat dari minyak mentah. Kedua
tipe ini dapat saling menggantikan dan karenanya mempengaruhi permintaan masing-masing
komoditi; ketika harga minyak mentah naik, permintaan untuk karet alam akan meningkat.
Namun ketika gangguan suplai karet alam membuat harganya naik, maka pasar cenderung
beralih ke karet sintetis. Bagian ini mendiskusikan sektor karet alam Indonesia. Indonesia
adalah salah satu produsen dan eksportir karet alam terbesar.
Pohon karet memerlukan suhu tinggi yang konstan (26-32 derajat Celsius) dan lingkungan
yang lembab supaya dapat berproduksi maksimal. Kondisi-kondisi ini ada di Asia Tenggara
tempat sebagian besar karet dunia diproduksi. Sekitar 70% dari produksi karet global berasal
dari Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Memerlukan waktu tujuh tahun untuk sebatang pohon karet mencapai usia produksinya.
Setelah itu, pohon karet tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun. Karena siklus
yang panjang dari pohon ini, penyesuaian suplai jangka pendek tidak bisa dilakukan.
1. Thailand 4,070,000
2. Indonesia 3,200,000
3. Malaysia 1,043,000
4. Vietnam 1,043,000
5. India 849,000
dalam ton
Sumber: ANRPC
Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia penting untuk
pasar global. Sejak tahun 1980an, industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan
produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet negara ini - kira-kira 80% - diproduksi
oleh para petani kecil. Oleh karena itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran
yang kecil dalam industri karet domestik.
1. Sumatra Selatan
2. Sumatra Utara
3. Riau
4. Jambi
5. Kalimantan Barat
Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu dekade
terakhir. Di tahun 2015, perkebunan karet di negara ini mencapai luas total 3,65 juta hektar.
Karena prospek industri karet positif, telah ada peralihan dari perkebunan-perkebunan
komoditi seperti kakao, kopi dan teh, menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan
karet. Jumlah perkebunan karet milik petani kecil telah meningkat, sementara perkebunan
Pemerintah dan swasta telah agak berkurang, kemungkinan karena perpindahan fokus ke
kelapa sawit.
Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor. Hampir setengah dari karet yang
diekspor ini dikirimkan ke negara-negara Asia lain, diikuti oleh negara-negara di Amerika
Utara dan Eropa. Lima negara yang paling banyak mengimpor karet dari Indonesia adalah
Amerika Serikat (AS), Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, Singapura, dan Brazil.
Konsumsi karet domestik kebanyakan diserap oleh industri-industri manufaktur Indonesia
(terutama sektor otomotif).
menunjukkan prognosis
Sumber: Association of Natural Rubber Producing Countries, Indonesian Rubber Association (Gapkindo), and Food and Agriculture Organization of
the United Nations
Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini
tergantung pada impor produk-produk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-
pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya
konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85% dari
hasil produksi karetnya. Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan
(walaupun lambat) karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya konsumsi
domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik digunakan oleh
industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet, benang karet, alas kaki, ban
vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-alat lain.
Sebagai importir karet terbesar di dunia, kebijakan-kebijakan RRT bisa memiliki dampak
sangat luas bagi industri karet dunia. Di akhir tahun 2014, Pemerintah RRT memutuskan
untuk menyetujui standar baru untuk impor senyawa karet. Kandungan karet mentah yang
diizinkan dalam senyawa karet yang diimpor dikurangi dari 95-99,5% menjadi 88%,
mengimplikasikan bahwa impor senyawa karet ke RRT dikenai beacukai impor 20% (tarif
yang sama dengan beacukai impor karet alam). Kebijakan RRT yang baru ini adalah pukulan
bagi para suplier karet dari Indonesia karena menyebabkan penurunan penggunaan senyawa
karet di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Masalah lain adalah AS memindahkan ban buatan Indonesia dari sistem preferensi umumnya
(generalized system of preference). Program AS ini didesain untuk mendukung negara-negara
berkembang dengan memotong beacukai impor dan pajak untuk kira-kira 5.000 produk dari
123 negara. Ban buatan Indonesia dipindahkan dari daftar sistem ini karena AS meyakini
bahwa industri ban Indonesia sudah cukup kompetitif. Ini berarti ekspor ban ke AS kini
dikenai pajak impor 5%.
Seperti kebanyakan komoditi lain, harga karet internasional telah melemah sejak awal 2011
karena rendahnya permintaan global. Harga karet diprediksi akan tetap rendah di masa
mendatang yang dekat karena laju pertumbuhan RRT diprediksi akan semakin menurun di
tahun-tahun mendatang.
Harga Karet (data Bloomberg):
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/karet/item185?
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) akan mengurangi ekspor karet sesuai
dengan skema alokasi ekspor (agreed export tonnage scheme/AETS) mulai periode Maret
hingga Agustus 2016.
Skema AETS itu sudah disepakati pemerintah Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang
tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC). Dengan menekan ekspor,
diharapkan harga karet dunia terkerek naik.
Kementerian Perdagangan dan Gapkindo sepakat akan mengurangi ekspor 238.736 ton.
Pemerintah meminta pelaku usaha berkomitmen menjalani kesepakatan itu, ungkap Plt
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Karyanto dalam keterangannya, kemarin.
Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono menjelaskan, untuk aspal jalan, penyerapan karet
sebagai campurannya sudah sekitar 10%. Akan kita tingkatkan campurannya menjadi 15%,
kata dia.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/14670/Indonesia-Pangkas-Ekspor-Karet-
238.736-Ton
MEskipun demikian, optimisme ini disertai dengan catatan bahwa ketiga negara produsen
tidak kembali memberlakukan skema pembatasan ekspor.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menuturkan optimisme tersebut muncul karena
beberapa negara utama tujuan ekspor karet provinsi ini mengindikasikan pemulihan ekonomi.
Dia merinci, seperti China.
China industri otomotifnya kelihatan mulai naik lagi. Kami melihatnya dari penaikan
permintaan mulai November dan Desember 2016. Selain China, kami juga masih menunggu
pemulihan Amerika Serikat, Jepang dan India. Ini pasar utama ekspor Sumut, papar Edy,
saat dihubungi Bisnis, Senin (16/1/2017).
Lebih lanjut, dia mengatakan, pada awal tahun ini belum ada tanda-tanda dari ketiga negara
yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand akan memberlakukan Agreed Export Tonnage
Scheme (AETS). Berdasarkan informasi yang Edy terima, pertemuan tingkan menteri
(ministrial meeting) ketiga negara tersebut baru akan dilakukan pada bulan depan.
Tapi kalau kami melihat kondisi saat ini, harga sudah cukup baik. Sudah cukup
menggairahkan bagi petani. Jadi ya belum perlu. Apa lagi yang mau ditekan? Tapi kalau
AETS diberlakukan kembali, ya volume ekspor akan menurun, tambah Edy.
Berdasarkan data Gapkindo Sumut, volume ekspor karet sepanjang 2016 menurun 3,33%
atau 421.670 ton dari 2015 436.198 ton. Edy menjelaskan, selain akibat skema pembatasan
ekspor yang berlaku hingga 31 Desember 2016, penurunan tersebut juga akibat produksi
yang merosot. Produksi karet pada 2016 tercatat 441.220 ton dari 2015 450.801 ton.
Adapun, pasca AETS, rerata harga karet mulai merangkak naik pada tahun lalu menjadi
137,76 sen Amerika Serikat per kg dari 136,93 sen per kg. Sementara itu, penyerapan karet
lokal meningkat 33,87% yakni 19.550 ton dari 14.603 ton
Selain karena AETS, akhir tahun lalu juga cuacanya kurang bagus, jadi produksi menurun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada periode Januari-November 2016,
nilai ekspor karet mencapai US$909,66 juta atau turun 14,31% dari periode yang sama 2015
US$1,06 miliar.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sumut Bismark Pardamean merinci, negara tujuan
utama ekspor karet Sumut yakni Amerika Serikat dengan nilai US$196,84 juta pada Januari-
November 2016, diikuti Jepang US$152,25 juta dan China US$84,7 juta serta India
US$57,75 juta.
Dari keempat negara tujuan utama tersebut, ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang masih
menurun masing-masing 8,69% dan 13,36% year on year. India juga merosot 8,71%. Hanya
China yang masih meningkat yakni 2,46%, pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari 2017
mencapai 13,38 dolar Amerika Serikat atau menurun 3,21 persen dibandingkan Desember
2016. Sementara dibanding Januari 2016 meningkat 27,71 persen.
Penurunan terbesar ekspor terjadi pada sektor non migas terutama bijih, kerak, dan abu
logam. Namun, di tengah penurunan ekspor non migas, ekspor karet mengalami pertumbuhan
hingga 10,55 persen.
Sepanjang bulan lalu, ekspor karet dan barang dari karet tercatat mencapai 628,6 juta dolar
AS dari Desember tahun lalu yang hanya mencapai 568,6 juta dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan peningkatan ekspor karet menandakan tren positif
terhadap kinerja ekspor komoditas. "Ekspor karet ini meningkat signifikan terutama ke Cina,
kata Suhariyanto saat menyampaikan kinerja ekspor-impor Indonesia di Kantor BPS, Jakarta
Pusat, Kamis (16/2).
Industri karet sebelumnya memang mengalami penurunan. Sepanjang tahun lalu, BPS
mencatat ekspor karet dan barang dari karet sebesar 5,6 miliar dolar AS. Sementara sepanjang
2015, ekspor karet Indonesia masih bisa mencapai 5,9 miliar dolar AS.
Sementara dari sisi impor, BPS mencatat nilai impor Indonesia Januari 2017 mencapai 11,99
miliar dolar AS atau turun 6,21 persen dibanding Desember 2016. Namun jika dibandingkan
Januari 2016 impor meningkat 14,54 persen.
https://kumparan.com/angga-sukmawijaya/ekspor-karet-kembali-menggeliat
"Ke-10 negara tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, Singapura, Brasil,
India, Korea, Kanada, Jerman dan Turki," ujar Moenardji, di Jakarta, Kamis (4/2).
Pada 2014, Moenardji melanjutkan, total ekspor karet alam Indonesia ke berbagai negara
mencapai 2,6 juta ton. Sementara pada 2015 diperkirakan turun menjadi 2,4 juta ton.
"Di sisi lain, pemerintah berupaya untuk memperbesar serapan karet alam untuk aneka
proyek pemerintah," ucapnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya, AS merupakan negara tujuan ekspor
terbesar untuk karet alam Indonesia sejak 2010. Pada 2010, total ekspor karet alam Indonesia
ke AS mencapai 546.500 ton.
"Di 2014 sebesar 597.800 ton. Sedangkan pada 2015 diestimasi total ekspor karet alam
Indonesia ke AS diperkirakan mencapai 569.300 ton," ungkapnya.
Sementara Tiongkok, menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua sejak 2010-2013.
Sedangkan pada 2014 posisinya tergeser oleh Jepang.
"Pada 2010, total ekspor karet alam Indonesia ke Tiongkok mencapai 418.100 ton. Di 2013
sebesar 511.700 ton. Pada 2014 sebesar 367 ribu ton dan pada 2015 diestimasi sebesar
268.800 ton," tuturnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan pasar ekspor karet Indonesia terjadi di India, Brazil dan
Jepang.
"Ekspor ke India tumbuh. Di 2014 sebesar 195.800 ton dibanding 2013 sebesar 144.500 ton.
Sementara di 2015 angkanya sedang dihitung," pungkasnya.
@jitunews http://jitunews.com/read/30334/ini-10-negara-tujuan-ekspor-karet-
terbesar-indonesia-sepanjang-2015#ixzz4gbaYSkYp
http://www.jitunews.com/read/30334/ini-10-negara-tujuan-ekspor-karet-terbesar-
indonesia-sepanjang-2015
----------------------------------
Produksi karet alam Indonesia pada 2016 diperkirakan hanya sebanyak 2,95 juta
metrik ton. Jumlah ini lebih rendah dari perkiraan target produksi yang ditetapkan
sebelumnya sebesar 3,1 juta metrik ton.
Melesetnya produksi karet alam dari target itu antara lain disebabkan pengaruh La Nina dan
pergeseran musim gugur daun di belahan selatan Indonesia menyebabkan produksi karet alam
menurun.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)
Moenardji Soedargo, di sela-sela Rakernas GAPKINDO di Jakarta, Kamis (25/8). "Jadi
perkiraan saya produksi kita sendiri akan berpotensi mengalami penurunan 100 ribu hingga
150 ribu metrik ton menjadi 2,95 juta metrik ton tahun ini," katanya.
Kondisi tersebut, ungkapnya, membuat ekspor Indonesia terhadap karet alam mengalami
penurunan. Apalagi ditambah adanya pembatasan volume ekspor karet alam sesuai
kesepakatan International Tripartite Rubber Council (ITRC) melalui skema Agreed Export
Tonnage Scheme (AETS).
Ekspor karet alam Indonesia pada 2016 ini diprediksi hanya 2,4 juta ton hingga 2,5 juta ton.
Jumlah tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian realisasi ekspor
karet alam Indonesia pada tahun lalu sebesar 2,6 juta metrik ton.
Menurut Moenardji, bukan hanya Indonesia yang mengalami penurunan produksi dan ekspor
karet alam. Beberapa negara produsen karet alam terbesar dunia seperti Thailand, Malaysia,
Vietnam, dan India juga mengalami penurunan.
"Di negara lain juga diperkirakan mengalami penurunan. Kalau mereka, lebih disebabkan
karena El Nino atau musim kering di bagian bumi sebelah utara," paparnya.
Hingga 2014, produsen terbesar karet alam dunia masih diduduki Thailand sebesar 3,98 juta
metrik ton. Indonesia di posisi kedua dengan produksi sebanyak 3,2 juta metrik ton.
Sementara tempat ketiga diisi oleh Vietnam dengan jumlah produksi sebesar 1,04 juta metrik
ton.
Merujuk pada hal tersebut, pemerintah dan GAPKINDO perlu bersama-sama meningkatkan
produktivitas petani karet maupun kualitas dari bahan baku karet. Darmin juga berharap
anggota GAPKINDO bisa melihat problem karet secara komprehensif dan diselesaikan
secara bersama. Anggota GAPKINDO tidak dapat hanya berfokus pada berbisnis di hilir
tanpa bersama-sama menyelesaikan pokok permasalahan di sektor hulu, kata Darmin.
Menko Perekonomian menyatakan harapan agar GAPKINDO dapat mendorong para anggotanya untuk mengadop sifat karet yang lentur,
tahan banting, dan selalu bounce-back menghadapi tekanan. Selain itu, ia juga berharap industri ini akan kembali menjalankan peran
signifikannya.
Kita harus bersama-sama menata industri karet dari hulu sampai hilir, meningkatkan kualitas, produktivitas dan nilai tambah dari industri
karet. Dengan demikian, industri ini akan kembali menjadi salah satu pilar penting pengentasan kemiskinan di Indonesia, pungkas Darmin.
Tim Buletin
-----------------------------------------
AETS telah berjalan sejak Maret 2016 dan akan berakhir pada 31 Agustus 2016. Ini untuk
menjaga sentimen positif pasar terhadap karet alam. Selain itu, menghindari
ketidakseimbangan supply dan demand, ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (23/8).
Data Bloomberg menunjukkan harga karet global selama setahun terakhir bergerak cukup
fluktuatif dengan rata-rata 150,3 yen160,2 yen per kg.
Sepanjang tahun ini, harga karet alam sempat menyentuh harga terendah, yakni 146,9 yen per
kg pada 12 Januari. Sementara itu, harga komoditas tersebut sempat menyentuh harga
tertinggi pada 21 April, yakni di 202,2 yen per kg. Pada Selasa (23/8), harga karet alam
tercatat menyentuh 151,4 yen per kg atau turun dari posisi sehari sebelumnya yang masih
sebesar 155,1 yen per kg.
Jatah Vietnam
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Moenardji Soedargo mengungkapkan tidak ada
pemangkasan tambahan dalam perpanjangan waktu pembatasan ekspor ini, tetapi hanya menjalankan alokasi ekspor yang awalnya diberikan
kepada Vietnam. Total pengurangan ekspor adalah 700.000 metrik ton yang dibagi kepada negara-negara ITRC dan Vietnam. Nah, Vietnam
punya alokasi 85.000 metrik ton, tapi ternyata belum dilaksanakan oleh mereka dan inilah yang akan dilanjutkan Indonesia, Thailand, dan
Malaysia, jelasnya.
Dengan demikian, alokasi pengurangan ekspor karet secara keseluruhan hingga Desember 2016 tetap sebanyak 700.000 metrik ton. Namun,
tidak disebutkan berapa porsi masing-masing negara ITRC dari sisa 85.000 metrik ton itu. Adapun, alokasi ekspor Indonesia sebelumnya
adalah sebesar 238.736 metrik ton, Malaysia sebanyak 52.259 metrik ton, dan Thailand mencapai 324.005 metrik ton. Vietnam memang
belum menjadi anggota ITRC dan sekarang ini berstatus sebagai strategic partner.
Seperti diketahui, keempat negara tersebut merupakan eksportir karet terbesar dunia. Moenardji mengaku tidak mengetahui alasan pasti di
balik keengganan Vietnam mengurangi ekspornya. Tidak tertutup kemungkinan ini karena negara itu belum terikat dengan ITRC. Dia
melanjutkan dengan masih berlakunya pembatasan ini, kegiatan ekspor karet masih berada dalam pantauan dan pengawasan Kementerian
Perdagangan.
Di sisi harga, GAPKINDO memandang pascapenerapan skema AETS, pergerakan harga karet alam cukup positif. Ketika diumumkan pada
Februari 2016, harga masih US$1.000 per ton, dan sempat naik ke US$1.500 per ton. Meski pernah ada koreksi, tetapi sekarang rata-rata ada
di level US$1.300 per ton. Jadi, ada perbaikan harga, terang Moenardji. Kendati demikian, GAPKINDO menilai harga masih belum
berada di level ideal, dan berpotensi bisa kembali meningkat. Bila sudah ada keseimbangan yang ideal, diharapkan harga karet internasional
dapat naik hingga US$1,5US$2 per kg.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane juga mengakui ada efek positif terhadap harga dari pengurangan ekspor yang
dilakukan ITRC. Dekarindo, menurut Azis, sebenarnya berharap skema itu bisa berlanjut hingga tahun depan, dengan alokasi sama dengan
yang ditetapkan pada periode Maret-Agustus 2016. Harga sudah agak lumayan, kami harapkan tidak jatuh lagi. Kami juga menyadari stok
dunia, seperti di AS dan Jepang sudah mulai menipis. Kalau kami sesuaikan lagi, mudah-mudahan terus membaik, paparnya
---------------------------------------------------------------
Dia melanjutkan, hal ini karena usia tanaman perkebunan karet Indonesia merupakan yang
paling tua dibanding tiga negara produsen lainnya. Karena paling tua dan direplantasi, maka
varietasnya akan menjadi lebih baik.
"Kita merupakan produsen karet terbesar sekarang ini, tapi usia tanamnya yang paling tua. Karena paling tua sehingga paling untung
dilakukan replanting. Jika begitu, maka varietasnya lebih baik dan mempengaruhi jumlah produksi yang juga semakin baik," yakinnya.
Namun demikian, tiga negara lainnya dinilai kurang semangat mengikuti langkah Indonesia
melakukan replanting. Persaingan bisnis untuk merebut penerimaan yang paling banyak jadi
alasannya.
"Ini dia tantangannya. Oleh sebab itu saya mengundang GAPKINDO (Gabungan Perusahaan
Karet Indonesia) untuk bersama-sama pemerintah melakukan lobi ke mereka. Ini harus
dilakukan segera, sebab jika ditunda maka akan menimbulkan dampak negatif kepada para
petani karet kita," pungkas Darmin.
Seperti diketahui, harga karet global pada Juni 2016 mencapai US$1,3/kg atau mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya sebesar
US$1,5/kg. Padahal harga karet global sempat menyentuh harga tertinggi perdagangan pada 2011 sebesar US$5,5/kg.
Metrotvnews.com, 25/08/2016
---------------------------------------------------------
Pemerintah diminta mencari terobosan baru untuk mendongkrak harga karet, sehingga bisa membantu perekonomian para petani
di Sumatera Selatan.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumatera Selatan Budiarto Marsul di Palembang, Kamis
menyampaikan hal itu saat ditanya mengenai harga karet yang terus mengalami penurunan.
Menurut dia, sekarang ini Thailand dan Vietnam, mereka memproduksi karet lebih tinggi
jumlahnya dan kualitasnya juga baik.
Ia menyatakan, mereka itu tidak mau mencampur karetnya dengan serbuk dan lainnya
sehingga kualitasnya lebih tinggi, kemudian biaya tenaga kerja juga rendah sehingga biaya
produksinya rendah dan harganya rendah pula.
"Persaingan ini yang sulit untuk melawannya, karena itu pemerintah agar mencari terobosan
baru untuk mendongkrak harga karet dengan industri hilirisasi yang berkali-kali sudah
didengungkan," katanya.
Ia mengatakan, misalnya dengan membuat pabrik ban, sarung tangan yang sifatnya produk
turunan karet, jadi dibuat pabrik-pabrik, tanpa itu susah untuk meningkatkan harga karet.
Sekarang ini, lanjutnya, persoalannya kenapa orang tidak mau masuk untuk membuat pabrik
itu, dan ini harus dikaji oleh pemerintah, karena pemerintah mempunyai lembaga penelitian,
mungkin ada hambatan-hambatannya.
Ia menilai, mungkin agak panjang harga karet yang kurang menarik ini, karena di negara lain
harganya lebih murah.
Celakanya di Sumatera Selatan ini salah satu provinsi terbesar di dunia penghasil karet,
sehingga dampaknya pada masyarakat paling banyak.
Daerah penghasil karet di Sumsel itu di Kabupaten Musirawas, Lahat, Banyuasin dan
Muaraenim luar biasa, sehingga ketika harga komoditas tersebut jatuh, sulit perekonomian
masyarakat, katanya.
Antaranews.com, 11/08/2016
----------------------------------------------------------
Namun sejak kebijakan itu diambil, pemerintah ternyata masih belum menyalurkan dana
untuk replanting tersebut. Pemerintah masih membuat peta jalan (roadmap) untuk program
itu melalui dana KUR. "Kita masih harus konsolidasi kembali sebab banyak menteri-menteri
yang baru untuk membahas roadmap dulu," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution di
Jakarta.
Darmin menjelaskan, KUR untuk replanting karet memang membutuhkan dana besar, sekitar
Rp 30 triliun dengan jangka waktu tujuh tahun. Karena pembiayaan yang besar dan waktu
yang diperlukan cukup panjang, maka pemerintah masih memerlukan waktu untuk
membahas roadmap tersebut.
Dalam pembahasan roadmap tersebut, pemerintah masih harus melakukan negosiasi dengan
sejumlah negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki komoditas
serupa untuk bersama-sama mendorong harga karet lebih tinggi lagi. Sebab, pada saat
replanting akan ada produksi karet dalam negeri yang berkurang yang bisa mengubah harga
di pasaran.
Untuk itu, pemerintah mendorong agar periode kenaikan harga karet ini bisa dilakukan
bersama, karena jangan sampai ketika harga karet dari Indonesia naik karena keterbatasan
produksi, tapi harga karet di negara lain masih sama. Ditakutkan nantinya harga karet dari
Indonesia justru kalah bersaing ketika tidak ada konsolidasi antarnegara penghasil karet.
"Kalau tidak ada kesepakatan nanti mereka untung duluan, tanpa menunggu nanti mereka
bisa langsung isi produksi," jelas dia.
Sementara untuk penggantian anggaran kepada petani karet ketika replanting, pemerintah
kemungkinan melakukan replanting masing-masing 50% untuk setiap perkebunan milik
petani. Artinya, separuh lahan karet akan diremajakan dan separuh lagi untuk menanam yang
lain, sehingga petani juga masih bisa menghasilkan ketika lahan karet mereka diremajakan.
Untuk itu, menurut Darmin, pemerintah melobi negara-negara produsen utama karet di Asia
Tenggara untuk mengurangi produksi karetnya. Kuncinya adalah bagaimana bicara dengan
Vietnam, Thailand, dan Malaysia agar bersama-sama mengurangi produksi, ucapnya saat
ditemui dalam Rapat Kerja Nasional Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) di
Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, pada Kamis, 25 Agustus 2016.
Lobi ini dilakukan agar negara-negara produsen utama karet menekan jumlah produksinya
untuk meningkatkan harga. Bila peremajaan dilakukan, harga Indonesia bisa kembali bangkit.
Namun tampaknya langkah ini tak mudah.
Namun, bila mereka setuju, Indonesia akan menjadi yang paling diuntungkan. Sebab,
Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar di Asia Tenggara. Sebagai negara
dengan tanaman karet tertua, replantasi sangatlah bagus, apalagi tanaman tertua memiliki
varietas unggul.
Pemerintah, Darmin melanjutkan, sudah pasti memiliki andil dalam hal diskusi terkait dengan
penahanan produksi karet. Meski begitu, bukan berarti tanggung jawab hanya dibebankan
kepada pemerintah, tapi juga pengusaha.
---------------------------------------------------
Kelompok kerja produk berbasis karet atau Rubber Based Product Working Group (RBPWG)
yang berada di bawah the ASEAN Consultative Committee for Standards and
Quality (ACCSQ) menyepakati 61 harmonisasi standard selama pertemuan, demikian
disampaikan Chan Borin, Direktur Umum The Institute of Standards.
Chan mengatakan sepertiga dari standar baru tersebut diaplikasikan terhadap produk karet,
sedangkan sisanya diterapkan pada metodologi pengujian. Komite dan kelompok kerja juga
memformulasikan petunjuk untuk laboratorium dan lembaga penilai yang akan menerbitkan
sertifikat kesusaian terhadap standard dimaksud.
Jika kita menginginkan terjadinya pergerakan barang secara bebas kita harus menggunakan
standard yang sama yang diterima oleh semua negara ASEAN, kata dia.
Chan mengatakan dengan mengadopsi standard industri yang sama dengan negara anggota
ASEAN lainnya, akan mendorong para investor untuk membangun pabrik karet di Kamboja.
Dengan demikian karet alam kita akan memiliki pasarnya sendiri dan kita akan dapat
mengekspor produk akhir ke pasar ASEAN dan pasar internasional sehingga harga karet tidak
akan tergantung pada pasar lainnya, kata dia.
Men Sopheak, Direktur Sopheak Nika Investment Group yang mengoperasikan perkebunan
karet besar di propinsi Kampong cham, mengatakan harmonisasi standard memainkan
peranan penting dalam mempromosikan produk karet di pasar domestik, tetapi itu hanya
salah satu dari faktor yang dapat menarik investasi di sektor yang sedang tumbuh tersebut.
Tidak hanya standard yang dapat menarik investor untuk berinvestasi disini, masih ada
faktor lainnya seperti peluang pasar dan undang-undang investasi, serta bagaimana daya
saing kita dibandingkan dengan negara tetangga kita, katanya.
Sopheak mengatakan pabrik karet milik perusahaannya hanya memproduksi produk karet
setengah jadi, dan dia lebih menginginkan untuk memproduksi produk akhir.
Saya berusaha mencari investor untuk membangun pabrik disini, tapi belum berhasil, kata
dia.
Harga karet dunia telah merosot tajam dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari
melimpahnya pasokan global. Ekspor karet alam Kamboja mencapai angka tertinggi pada
tahun 2015, naik 24% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tapi nilai ekspornya justru
turun 2,5% menjadi US$150 juta, menurut data Kementerian Pertanian Kamboja. ***
Globalrubbermarkets.com, 26/08/2016
-------------------------------------
Dalam laporan bulanannya untuk bulan Juli yang berjudul Natural Rubber Trends and
Statistics, ANRPC menyatakan bahwa pasokan karet alam global tumbuh hanya 0,2%
selama tujuh bulan pertama tahun 2016 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu.
Namun setiap kenaikan harga telah ditekan oleh perkiraan lemahnya permintaan, rendahnya
harga minyak bumi dan lemahnya mata uang negara-negara pengekspor karet alam yang
menjadi kombinasi penekanan harga, tutur ANRPC dalam laporan tersebut.
Asosiasi negara-negara produsen karet dunia itu juga mengingatkan bahwa akibat
kecenderungan menggeliatnya ekonomi global, kemungkinan permintaan karet alam dunia
akan menguat pada tahun 2016 dan 2017 menjadi suram dan kemungkinan akan menahan
translasi dan antisipasi lambatnya pertumbuhan pasokan kesituasi bulish di pasar.
Faktor lain yang juga kurang membantu adalah perkiraan situasi pasar energi jangka pendek
yang mana menurut ANRPC pasar karet alam akan kembali kurang mendapatkan dukungan
dari situasi yang terjadi di pasar minyak bumi. ***
www.rubbernews.com, 30/08/2016
---------------------------------------------------
Gu Jiong, analis dari Yutaka Shojii, mengungkapkan melemahnya yen telah mengerek naik
harga karet. Dia mengungkapkan rencana produsen untuk memperpanjang pengetatan
ekspor juga memberikan sentimen positif.
Sementara itu, nilai tukar yen kemarin terpantau melemah 0.53% atau 0,54 poin ke 102,37
per dolar AS pada pukul 14.03 WIB setelah dibuka di posisi 102,07 yen per dolar.
Saat Gubernur Federal Reserve Jannet Yellen berpidato di Jackson Hole, pelaku pasar
menangkap sinyal bahwa The Fed segera melakukan penaikan suku bunga acuan.
Investor di pasar pun menangkap sinyal rencana penaikan tersebut akan dilakukan lebih cepat
dari prediksi pasar, yakni September.
Setelah Yellen berpidato, saham Asia di luar Jepang mulai jatuh. Adapun saham Tokyo
terlihat menguat sebab yen melemah. Gubernur Bank of JapanHaruhiko Kurda berjanji akan
memberikan stimulus jika diperlukan.
Suluh Wicaksono, Analis PT Cerdas Indonesia Berjangka, mengungkapkan mata uang yang
paling diuntungkan atas rencana Yellen untuk menaikkan Fed Fund Rate (FFR) adalah yen.
Atas rencana The Fed itu Gubernur BoJ Haruhiko tidak perlu mengeluarkan amunisi
kebijakan untuk melemahkan yen, namun demikian, yen sebagai aset safe haven masih
terbilang kuat sebab masih berada di level 102 yen per dolar.
Faktor Yen
Pada perdagangan Senin (29/08) nilai tukar yen terpantau melemah 0.44% atau 0,45 poin
menjadi 102,27 yen per dolar dari posisi 101,82 yen per dolar.
Pelemahan yen sangat diinginkan Jepang. Sebab, jika mata uang jepang melemah maka
ekspor akan positif, ungkapnya saat dihubungi Bisnis.
Selama ini, nilai yen tetap stabil pada level 100 yen per dolar . Namun, tidak menutup
kemungkinan perlemahan yen akan mencapai 104 yen per dolar pada saat The Fed
menaikkan FFR.
Nilai tukar yen memperpanjang pelemahannya menyusul pernyataan Gubernur Bank of Japan
Haruhiko Komda yang terus menunjukkan kesiapannya untuk melonggarkan kebijakan lebih
lanjut.
Seperti dilansir Bloomber, saham produsen alat listrik dan mesin mobil menguat pasca
pelemahan yen terhadap dolar AS sebesar 1,3% pada Jumat lalu akibat pernyataan Yellen
tentang kemungkinan kuat kenaikan suku bunga AS.
Di sisi lain, Gubernur BoJ menyatakan akan ada ruang yang cukup bagi kebijakan moneter
lebih lanjut melalui pelonggaran kuantitatif dan kualitatif maupun pemangkasan suku bunga
negatif yang lebih dalam.
Suluh menjelasan, komoditas yang langsung berpengaruh pada rencana The Fed untuk
menaikkan suku bunga adalah emas, perak, tembaga dan komoditas logam lainnya.
Adapun harga komoditas karet dan crude oil tidak berpengaruh langsung terhadap rencana
itu.
------------------------------------------------------------------
Nanti akan kami evaluasi per 3 bulan. Sekarang kami minta selama 3 bulan dievaluasi
mengenai sasarannya, jelas Bachrul di Jakarta, Jumat (2/9)/.
Pembentukan bursa regional ini, tutur Bachrul, dilakukan agar tercipta referensi harga untuk
kawasan Asia. Bursa karet regional ini bersifat sukarela atau voluntary. Skemanya, sistem
dari tiap negara akan didaftarkan dalam bursa ini. nantinya keluar referensi harga untuk
lingkup Asia.
Bappebti masih menggodok skema harga referensi yang akan dikeluarkan. Pasalnya, tiap
negara anggota di bursa ini memiliki standar karet yang berbeda. Indonesia dan Malaysia
menggunakan standar SIR 20, adapun Thailand menggunakan standar harga karet RSS3.
Nah ini akan diolah, apakah akan keluar satu-satu atau secara rata-rata. Ini yang masih kami
akan bahas. Tapi sistemnya, kuantitas delivery nya dan quatotation sudah disepakati. Ini
sudah formally run, ujar Bachrul.
Seperti diketahui, bursa karet regional ini juga dibentuk untuk menyelematkan harga karet
mentah agar lebih stabil.
Serapan Karet
Untuk menekan jatuhnya harga karet, pemerintah bersama pelaku usaha di sektor karet pun
tengah menggodok kembali rencana penerbitan Intruksi Presiden (Inpres) soal penyerapan
karet.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, Azis Pane, mengatakan pihaknya telah menggelar
diskusi dengan Kementerian Kordinasi Bidang Perekonomian (Kemenko Bidang
Perekonomian) terkait tertundanya penerbitan Inpres penyerapan karet dalam negeri tersebut.
Dari diskusi dengan Kemenko Perekonomian, Azis menyebutkan institusi itu meminta
penjelasan industri mana yang akan difokuskan dalam Inpres penyerapan karet. Tak adanya
fokus, diklaim menjadi penyebab Inpres itu tidak kunjung diterbitkan.
Dalam kajian Dewan Karet, industri yang akan diajukan untuk menyerap karet utama adalah
industri ban. Sebab, industri ini menyerap 82% produksi karet nasional. Sementara itu,
sebanyak 60% hasil produksinya diekspor ke negara lain.
Dalam Inpres itu, beberapa poin yang akan diusung yakni untuk meningkatkan industri ban.
Selain itu, Inpres tersebut juga mengandung beberapa hal terkait upaya untuk mendukung
peningkatan penggunaan karet dalam proyek infrastuktur nasional. Tujuan akhirnya, Inpres
tersebut diharapkan dapat menerek naik permintaan dan harga karet nasional.
----------------------------------
Harga karet untuk pengiriman Februari 2017, kontrak teraktif di Tokyo Commodity
Exchange, menguat menguat 0,76% atau 1,20 poin ke 158,30 yen per kilogram (kg).
Sebelumnya, pergerakan harga karet dibuka naik 0,19% atau 0,30 poin di posisi 157,40.
Di sisi lain, nilai tukar yen hari ini dibuka melemah 0,13% atau 0,14 poin ke 104,08 per dolar
AS meski kemudian berbalik menguat tipis 0,02% atau 0,02 poin ke posisi 103,92.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, International Rubber Consortium sepakat untuk
melanjutkan pemangkasan ekspor sebanyak 85.000 ton tahun ini.
Kelanjutan pembatasan ekspor memberikan sentimen positif pada harga karet, ujar Masayo
Kondo dari trader komoditas Commodity Intelligence, seperti dikutip Bloomberg, Senin
(5/9/2016).
Sementara itu, nilai tukar yen terpantau menguat 0,45 poin atau 0,43% ke posisi 103,47 yen
per dolar AS pada pukul 13.58 WIB.
Bisnis.com, 05/08/2016
-------------------------
Pergerakan harga karet berjangka untuk pengiriman Februari 2017, pada kontrak teraktif di
Tokyo Commodity Exchange, terpantau melemah hingga 2,3 poin atau 1,45% pada
perdagangan Selasa (6/9) menjadi 156,1 yen (US$1,51) per kilogram. Adapun pergerakan
harga karet sempat dibuka pada posisi 158,50 yen per kg.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menuturkan negara penghasil karet seperti
Indonesia, Thailand dan Vietnam saat ini sedang masuk musim pancaroba dan penghujan.
Musim penghujan membuat hasil panen karet tidak sebagus biasanya.
Alasannya, air hujan menurunkan kualitas karet saat menderes (menyadap) dilakukan. Ketika
musim hujan datang, katanya, komoditas karet, kakao dan gandum pun akan mengalami
penurunan harga.
Selain musim, sentimen lain yang berpengaruh pada harga karet yakni indeks dolar yang
sempat menguat, karena rencana the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan. Namun,
rencana penaikan Fed Fund Rate (FFR) terhadap karena data AS yang kurang baik dari target
yang ditetapkan.
Pengetatan harga karet belakangan ini juga disebabkan oleh rencana bank sentral Jepang atau
Bank of Japan (BoJ) yang berencana menggelontorkan stimulus untuk melemahkan nilai
tukar yen terhadap dolar. Bila yen mengalami pelemahan, katanya, komoditas yang berada di
bursa Jepang akan mengalami peningkatan.
Nilai tukar yen memperpanjang pelemahannya menyusul pernyataan Gubernur Bank of Japan
Haruhiko Kuroda yang terus menunjukkan kesiapannya untuk mengeluarkan kebijakan
moneter lebih lanjut.
Investor menahan posisi mereka setelah penguatan beberapa hari terakhir, ujar Korakod
Kittipol, marketing manager Thai Hua Rubber, seperti dilansir Bloomberg.
Dia melanjutkan, pelemahan harga karet tertahan menyusul hujan yang terus berlanjut di
Thailand sehingga mengurangi aktivitas penyadapan. Seperti dilansir Bloomberg, Otoritas
Karet Thailand menyatakan pada senin bahwa hujan yang tersebar di Thailand mencapai 40%
di kawasan selatan dan mengganggu menyadap karet.
Saat ini, harga karet bursa berjangka masih ditentukan Tokyo. Tiga negara penghasil karet,
yakni Indonesia, Thailand dan Vietnam pun ingin jadi penentu harga karet di
bursa.berjangka. Ibrahim menurutkan untuk menjadi penentu harga diperlukan kesiapan pasar
fisik, tranasksi multilateral dan bilateral atau sistem perdagangan alternatif (SPA).
Saat ini, tiga negara penghasil karet di Asia menguasai 80% produksi karet di dunia.
https://www.gapkindo.org/berita-karet-september-2016.html
Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini
secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat
ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di seluruh dunia.
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan kecenderungan
meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya
meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku minyak sawit.
1. Indonesia 33,000,000
2. Malaysia 19,800,000
3. Thailand 2,000,000
4. Kolombia 1,108,000
5. Nigeria 930,000
dalam ton metrik
Sumber: Index Mundi
Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor (lihat di tabel di bawah).
Negara-negara tujuan ekspor yang paling penting adalah RRT, India, Malaysia, Singapura,
dan Belanda.
Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian
Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Hampir 70% perkebunan kelapa
sawit terletak di Sumatra, tempat industri ini dimulai sejak masa kolonial Belanda. Sebagian
besar dari sisanya - sekitar 30% - berada di pulau Kalimantan.
1. Sumatra
2. Kalimantan
Menurut data dari Kementerian Pertanian Indonesia, jumlah total luas area perkebunan sawit
di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 8 juta hektar; dua kali lipat dari luas area di tahun
2000 ketika sekitar 4 juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa
sawit. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Perkebunan milik pemerintah memiliki peran yang menengah dalam industri minyak sawit
sementara perusahaan-perusahaan besar (seperti Wilmar Group dan Sinar Mas) memproduksi
sekitar setengah dari total produksi minyak kelapa sawit Indonesia. Para petani skala kecil
memproduksi sekitar 35% dan kebanyakan petani kecil ini sangat rentan keadaannya apabila
terjadi penurunan harga minyak kelapa sawit dunia.
Karena hal ini berarti Pemerintah kehilangan pendapatan pajak ekspor yang sangat
dibutuhkan dari industri minyak sawit, Pemerintah memutuskan untuk memperkenalkan
pungutan ekspor minyak sawit di pertengahan 2015. Pungutan sebesar 50 dollar Amerika
Serikat (AS) per metrik ton diterapkan untuk ekspor minyak sawit mentah dan pungutan
senilai 30 dollar AS per metrik ton ditetapkan untuk ekspor produk-produk minyak sawit
olahan. Pungutan-pungutan ekspor minyak sawit ini hanya perlu dibayar oleh para eksportir
ketika harga CPO acuan Pemerintah jatuh di bawah batasan 750 dollar AS per metrik ton
(secara efektif memotong pajak ekspor minyak sawit menjadi 0%). Pendapatan dari pungutan
baru ini akan digunakan untuk mendanai program subsidi biodiesel Pemerintah yang
ambisius (di tahun 2014, Pemerintah meningkatkan persyaratan kandungan campuran minyak
sawit di dalam diesel dari 7,5% menjadi 10%, dan memerintahkan pembangkit-pembangkit
listrik untuk menggunakan campuran 20%).
Pada Februari 2015, Pemerintah mengumumkan kenaikan subsidi biofuel dari Rp 1.500 per
liter menjadi Rp 4.000 per liter dalam usaha melindungi para produsen biofuel domestik.
Melalui program biodiesel ini, Pemerintah ini mengkompensasi para produsen karena
perbedaan harga antara diesel biasa dan biodiesel yang terjadi akibat rendahnya harga minyak
mentah dunia (sejak pertengahan 2014). Selain untuk mendanai subsidi-subsidi ini, hasil dari
pungutan ekspor ini akan disalurkan untuk penanaman kembali, penelitian, dan
pengembangan sumberdaya manusia dalam industri minyak sawit Indonesia. Saat harga
minyak sawit acuan Pemerintah melebihi batasan 750 dollar AS per metrik ton maka pajak
ekspor kembali, kemudian Pemerintah akan menggunakan sebagian dari pajak ekspor minyak
sawit untuk membiayai program biodiesel ini.
Kapasitas penyulingan di Indonesia diketahui telah melompat menjadi 45 juta ton per tahun
pada akhir 2014, naik dari 30,7 juta ton pada 2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di
tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton.
Pada tahun 2011, Indonesia medirikan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang
bertujuan untuk meningkatkan daya saing global dari minyak sawit Indonesia dan
mengaturnya dalam aturan-aturan ramah lingkungan yang lebih ketat. Semua produsen
minyak sawit di Indonesia didorong untuk mendapatkan sertifikasi ISPO.
Era Boom Komoditi 2000-an membawa berkat bagi Indonesia karena berlimpahnya
sumberdaya alam negara ini. Harga minyak sawit naik tajam setelah tahun 2005 namun krisis
global menyebabkan penurunan tajam harga CPO di tahun 2008. Terjadi rebound yang kuat
namun setelah tahun 2011 harga CPO telah melemah, terutama karena permintaan dari RRT
telah menurun, sementara rendahnya harga minyak mentah (sejak pertengahan 2014)
mengurangi permintaan biofuel berbahan baku minyak sawit. Karena itu, prospek industri
minyak sawit suram dalam jangka waktu pendek, terutama karena Indonesia masih terlalu
bergantung pada CPO dibandingkan produk-produk minyak sawit olahan.
Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena
alasan-alasan berikut:
Kesadaran bahwa penting untuk membuat lebih banyak kebijakan ramah lingkungan
Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan kepemilikan tanah
Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan
Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-
sawit/item166?