Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

MATA KULIAH : LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA

Eksistensi Keberlanjutan Lingkungan Hidup di Tengah Pembangunan


Studi Kasus Dampak Lingkungan Waduk Sermo dan Bandara Kulon
Progo

Disusun oleh :
Basanda Etavita (14/363754/TK/41780)
Dini Febriani (14/363576/TK/41670)
Nanda Nur Ilmayanti (14/364310/TK/41951)
Pandu Setiabudi (14/369704/TK/42659)
Pascalis Michael D. (14/367175/TK/42381)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

Tahun 2016
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
diberi kesempatan dalam menyusun laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan
Sumber Daya dengan tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dwita
Hadi Rahmi selaku dosen pengampu yang telah memberikan arahan pengetahuan
dan bimbingan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan angkatan
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 2014, Departemen Teknik Arsitektur
dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada atas semangat dan dukungan dalam
proses menimba ilmu bersama.
Perjalanan Kuliah Lapangan dengan sasaran Kabupaten Kulon Progo
menjadi suatu wawasan baru bagi kami, khususnya dalam mengkritisi intervensi
pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang terjadi dalam pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat lokal dan keberlanjutan lingkungan. Somoga pengalaman ini
menjadi suatu pembelajaran yang membekas bagi kami untuk menjadi insan
perencana pembangunan yang lebih baik dan bijak di masa depan.
Terima kasih.

Yogyakarta, Juni 2016

Penulis

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


2
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ...................................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ....................................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 4
3. Tujuan ....................................................................................................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisik ........................................................................................................................................... 6
a. Gambaran Umum dan Potensi Lahan ................................................................................... 7
b. Guna Lahan dan Kegiatan ....................................................................................................... 10
2. Ancaman Masalah Lingkungan .................................................................................................... 12

BAB III : REKOMENDASI .............................................................................................................................. 15

REFERENSI .......................................................................................................................................................... 18

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dewasa ini seiring dengan pertumbuhan manusia yang secara langsung
bersamaan dengan peningkatan kebutuhan primer, sekunder, dan tersier juga
memberikan dampak kasat mata yaitu kebutuhan pemanfaatan ruang lahan beserta
eksploitasi sumber daya lingkungannya. Dalam hal ini, sering kali usaha manusia
dalam memenuhi motif kebutuhan ekonominya tidak mengindahkan aspek
keberlanjutan lingkungan. Seringkali, apa yang dilakukan manusia menjadi suatu
intervensi terhadap ketidakseimbangan lingkungan hidup. Sehingga, hal itu
mengakibatkan degradasi atau penurunan kualitas lingkungan dan pada akhirnya
menimbulkan risiko bencana alam akibat ulah manusia itu sendiri (bencana
antropeogenik).
Oleh karena itu, strategi pertahanan karakter dan kesesuaian lahan
seharusnya menjadi pertimbangan dalam hal ini. Hal ini dilakukan dengan
pemahaman karakteristik suatu lahan dan analisis dampak lingkungan perlu
dilakukan untuk meminimalisir hal tersebut. Studi kasus membawa objek kajian
Kabupaten Kulon Progo yang dinilai memiliki karakteristik unik secara bentang
alam, khususnya Waduk Sermo di elevasi tinggi yang berkait dengan Pantai Glagah
sebagai lanskap elevasi rendahnya. Terlebih lagi, pada masa sekarang Kulon Progo
menjadi daerah sasaran mega proyek infrastruktur dari pengembangan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan infrastruktur tersebut tentunya akan
memiliki bangkitan-bangkitan ekonomi di satu sisi, namun juga akan membawa
ancaman lingkungan bila tidak direncanakan dengan baik. Studi kasus ini akan
membahas tentang ketepatan keberadaan infrastruktur vital Kulon Progo berupa :
Waduk Sermo, pelabuhan, bandara, dan kawasan tambang pasir di area Pantai
Glagah terhadap keberlanjutan dan konflik-konflik lingkungan hidup. Kaca mata
dampak sosial masyarakat pun tidak akan bisa terlepas dalam kajian ini.

2. Rumusan Masalah
Dalam studi kasus ini dirumuskan masalah yang akan dijawab yaitu :
a. Bagaimana karakteristik lahan di kawasan Kulon Progo (Waduk Sermo dan
Pantai Glagah)?

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


4
b. Apa potensi dan masalah lingkungan di kawasan Kulon Progo (Waduk Sermo
dan Pantai Glagah)?
c. Apa rekomendasi yang dapat diberikan untuk pengembangan dan keberlanjutan
lingkungan kawasan Kulon Progo terkait adanya infrastruktur vital tersebut
(Waduk Sermo, rencana pelabuhan dan pertambangan pasir, serta bandara)?

3. Tujuan
Dalam studi kasus ini, kajian didasarkan dengan tujuan :
a. Mengetahui karakteristik lahan dan kesesuaian pemanfaatannya dari kawasan
infrastruktur vital Kulon Progo (Waduk Sermo dan Pantai Glagah).
b. Mengetahui potensi masalah lingkungan dari emanfaatannya dari kawasan
infrastruktur vital Kulon Progo (Waduk Sermo dan Pantai Glagah).
c. Memberikan rekomendasi perencanaan yang dapat dikembangkan untuk
mendukung keberlanjutan lingkungan hidup di kawasan tersebut.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kondisi Fisik
Kabupeten Kulon Progo yang merupakan bagian dari Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki karakter relief/topografi bentang lahan yang cukup
beragam dan kompleks. Secara geomorfologi, Kabupaten Kulon Progo dapat
diklasifikasikan dalam tiga strata bentang lahan yaitu, hulu, tengah, dan hilir. Daerah
hulu dengan ketinggian lebih dari 600 meter memiliki fungsi utama sebagai daerah
penyangga dan kontrol hidrologis. Daerah hilir dengan elevasi 0-200 meter
merupakan dataran rendah dan kawasan pesisir. Sedangkan daerah tengah berupa
peralihan lembah ke dataran rendah. Pada umumnya, dataran rendah Kulon Progo
didominasi oleh tanah aluvial hasil endapan sungai Serang dan Progo, namun
terdapat beberapa daerah dengan komposisi kapur/karst. Kabupaten Kulon Progo
juga memiliki titik-titik rawan kekeringan khususnya di dataran rendah, sehingga
peran daerah hulu sangatlah berarti di sini.
Studi kasus mengkaji tentang ketepatan karakter lahan, yaitu kemampuan
lahan (land capability) dan kaitannya dengan kesesuaian guna (land suitability)
lahan dari bentang alam di mana infrastruktur vital Kulon Progo berada, yaitu
kawasan Waduk Sermo dan kawasan mega proyek di area Pantai Glagah.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


6
Kemampuan lahan didefinisikan sebagai kemampuan dukung suatu lahan dalam
penyediaan ruang dan sumber daya untuk dimanfaatkan, seperti kondisi
geomorfologi, iklim, maupun natural resource. Sedangkan kesesuaian lahan
didefinisikan sebagai tingkat kecocokan sebidang lahan/lingkungan dalam
penggunaan aktivitas tertentu. Keunikan kajian studi kasus ini adalah
memperbandingkan kondisi Waduk Sermo yang berada di topografi tinggi dan
Pantai Glagah yang merupakan morfologi pesisir (seashore).

a. Gambaran Umum dan Karakter Lahan

Waduk Sermo
Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk yang ada di Provinsi DIY.
Secara astronomis, Waduk Sermo berada pada koordinat -7o 49 27.67 LS dan 110o
7 13.24 BT dengan ketinggian 100-500 mdpl dan kelerengan 15-55% berupa
tebing. Secara administrasi Waduk Sermo menjadi bagian dari Desa Hargowilis,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo sekitar 30 Km sebelah barat Kota
Yogyakarta.

Gambar 1. Suasana Waduk Sermo saat ini

Daerah sekitar Waduk Sermo merupakan bagian dari perbukitan Menoreh.


Waduk Sermo dibangun dengan membendung sungai Ngrancah dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang diresmikan pada bulan November 1996.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


7
Waduk Sermo memiliki panjang 190 m, lebar 8 m, tinggi maksimum 58,60 m dan
volume urugan 568.000 m3. Air tampungan waduk berasal dari sungai dan air hujan
yang mana Kecamatan Kokap mempunyai curah hujan tertinggi di Kabupaten Kulon
Progo, yaitu sebesar 214 mm dengan jumlah hari hujan 14 hh per bulan. Volume
tangkapan waduk sebanyak 25 juta m3 dan luas daerah genangan 157 hektar.
Waduk Sermo dikatakan sebagai bendungan terbaik se-Indonesia dengan alasan
batuan sekitar waduk berlitologi batuan tipe breksi dan andesit tua yang sudah
mencapai tingkat sedimentasi yang rendah. Sehingga, tampungan air dari Waduk
Sermo relatih bersih dan bening dengan pertumbuhan lumut yang rendah.
Fungsi utama dari waduk ini ialah sebagai penampung air yang kemudiaan
dikelola sebagai kawasan ketsmen (catchment) area, pariwisata, serta penyediaan
air bersih (air minum) Kabupaten Kulon Progo, dan irigasi/pengairan bagi pertanian
sekitar. Pengairan merupakan hal yang urgen di daerah Sermo terkait karakter
bentang lahan di sini berupa perpaduan tanah aluvial di permukaan dan morfologi
karst/tanah kapur. Karakter umum bentang lahan karst memiliki air permukaan
yang minim dikarenakan tingginya diaklas/pori-pori batuan kapur sehingga
langsung meloloskan air ke sistem bawah tanah.
Proyek Waduk Sermo dibangun pada era pemerintahan Presiden Soeharto
pada 1996 setelah melalui studi kelayakan bendungan sejak tahun 1980. Proyek
pembangunan Waduk Sermo didanai langsung oleh APBD dan bantuan dari ADB
(Asian Development Bank) dengan mekanisme pembebasan lahan melalui bedhol
desa. Hal ini berkaitan dengan adanya tujuan Repelita yaitu swasembada pangan
dari intensifikasi pertanian pada saat itu.

Pantai Glagah
Kawasan pesisir Pantai Glagah terletak di desa Glagah, kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo pada letak astronomis 110o 03 194 BT 110o 05 121 BT
dan 7o 53 29 LS 7o 55 021 LS dan berada pada ketinggian 5-7 mdpl dan tingkat
kemiringan 0-1 persen . Pantai glagah sendiri memiliki areal seluas 450 Ha yang
belum semua termanfaatkan. Kawasan Pantai Glagah berjarak sekitar 40 kilometer
arah Barat Jogja, dan 15 kilometer dari Kota Wates Ibukota Kabupaten Kulonprogo.
Fenomena alam unik dari kawasan Pantai Glagah yaitu, adanya bentang laguna dan
muara Sungai Serang. Laguna semacam telaga atau danau yang diakibatkan oleh
terjebaknya masa air laut di daratan yang berupa cekungan cukup dalam. Peralihan

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


8
muara sungai dan laut tersebut mengakibatkan laguna memiliki kadar air yang
payau.

Gambar 2. Kondisi pesisir Pantai Glagah dan pemecah ombak tinggi

Pantai Glagah merupakan salah satu kawasan garis pantai selatan yang
menghadap langsung ke Samudra Hindia. Karena berhadapan langsung dengan laut
lepas maka dari itu tingkat pengikisan bibir pantai oleh ombak (abrasi) di pesisir ini
relatif tinggi. Lahan pantai berjenis tanah regosol/pasiran yang berciri khas material
tidak terkonsolidasi/lepas-lepas dengan unsur hara yang rendah. Tanah pasir
memiliki kemampuan meloloskan air/porositas yang tinggi dan kemampuan
menyimpan air yang rendah. Sehingga, ancaman instrusi air laut terhadap air tanah
sekitar pantai memang sudah menjadi isu umum. Selain itu, kecepatan angin di
pantai selatan sangat tinggi yaitu sekitar 50 km per jam, sehingga memberikan
kerentanan tumbuh pada vegetasi.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


9
b. Guna Lahan dan Kegiatan

Gambar 3. Area sekitar Waduk Sermo yang berkontur


Kawasan sekitar Waduk Sermo, sebagai kawasan berbasis wisata alam dan
laboratorium satwa dan vegetasi alami, dapat dikatakan masih didominasi oleh
hutan alami tanpa terlihat suatu konversi lahan yang signifikan. Kegiatan utama
berupa pertanian lahan kering, yaitu kebun dan ladang. Vegetasi umum yang
ditemukan berupa pinus, kayu putih, jati, sengon, dan mahoni serta tanaman buah-
buahan oleh warga setempat berupa durian, manga, nangka, coklat, rambutan,
alpukat, dan kopi. Peruntukan sebagai daerah lindung serta morfologi berkontur
menjadikan daerah ini memiliki penduduk yang rendah. Hal ini juga merupakan
akibat dari kebijakan transmigrasi bedhol desa pada awal pembangunan bendungan
yang mengurangi 5 ribu jiwa penduduk. Area perdagangan yang ada mayoritas
sifatnya non permanen tergantung pada kondisi pengunjung pada puncak wisata.
Akses menuju infrastruktur bendungan sudah beraspal dengan kondisi yang sudah
cukup baik dan didapati rumah-rumah tradisional di pinggir jalan dengan total KDB
yang rendah, yaitu hanya berkisar 30-50%.
Sedangkan kawasan pantai Glagah, khususnya Desa Glagah penggunaan
lahan lebih bervariasi, yaitu permukiman, pariwisata yang dilengkapi fasilitas umum
jasa dan perdagangan, maupun pertanian yang terdiri dari tegalan dan sawah
dengan koefisien lahan terbangun sudah mencapai 50-60%.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


10
Gambar 4. Aktivitas tambahan masyarakat dalam prospek wisata
Masyarakat yang tinggal di sekitar pantai Glagah pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani dan atau merangkap sebagai nelayan
tradisional, serta mengambil potensi usaha kecil rumah tangga dari adanya wisata
Pantai Glagah.
Sisi utara dari pantai merupakan daerah rawa belakang yang berfungsi
sebagai daerah resapan dan tampungan air tanah. Daerah rawa belakang ini sangat
baik untuk pertanian seperti buah-buahan dan palawija. Jenis tumbuhan yang
terdapat di Pantai Glagah adalah pandan, kelapa, tanaman semak, dan rerumputan.
Bahkan, saat ini warga lokal Desa Glagah sudah mengembangkan agrowisata
Kusuma Wanadri sebagai wadah potensi budidaya perkebunan buah naga dan
tanaman herbal dengan area 3,5 ha. Pantai Glagah juga mempunyai daya tarik
wisata budaya, yaitu upacara adat Merti Desa. Upacara ini merupakan ritual untuk
keselamatan penduduk Desa Glagah.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


11
Gambar 5. Anak-anak penduduk Pantai Glagah yang bermain di laguna

2. Ancaman Masalah Lingkungan


Masalah merupakan suatu aspek negatif yang tidak diinginkan dari suatu
kegiatan. Permasalahan lingkungan merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan
kondisi alami yang diakibatkan oleh adanya input/masukan perubahan.
Permasalahan fisik lingkungan merupakan suatu masalah yang dapat disebabkan
secara alami oleh proses alam atau pun sebagai akibat aktivitas manusia yang
berlebihan dan menurunkan kualitas lingkungan. Dewasa ini, seiring dengan
kemajuan prospek ekonomi dan pembangunan telah digaungkan rencana-rencana
pengembangan kawasan pariwisata maupun pembangunan infrastruktur baru mega
proyek Kulon Progo. Dalam studi kasus ini, didapati prediksi ancaman dampak
lingkungan apabila terjadi konversi lahan yang tidak terkendali, baik di kawasan
Waduk Sermo mau pun Pantai Glagah.

1. Kawasan Waduk Sermo


Waduk Sermo sebagai bentang buatan manusia yang saat ini dipergunakan
sebagai kawasan ketsmen area dan sumber penyediaan air baku dan irigasi
pertanian memiliki isu ancaman apabila manajemen pariwisata berbasis alam tidak

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


12
diberlakukan aturan lindung yang tepat. Bangkitan rencana pengembangan
pariwisata tanpa adanya perencanaan yang matang, mampu mengakibatkan
pertumbuhan komersil yang tidak terkendali sehingga mengancam ketepatan guna
lahan. Khususnya apabila terjadi konversi hutan lindung sermo menjadi lahan
terbangun yang signifikan, kawasan tersebut sangat rawan terhadap :
a. peningkatan erosi kawasan sekitar waduk, hal ini akan berpengaruh bagi mutu
air waduk maupun kesuburan dan tingkat denudasi/leaching hara kawasan
bawahnya
b. besarnya potensi longsor, hal ini terkait dengan kelerengan kawasan Waduk
Sermo yang tinggi sehingga apabila terdapat kekurangan tanaman keras potensi
longsor dan amblesan/subsidensi meningkat
c. risiko banjir Kabupaten Kulon Progo daerah tengah dan hulu, dalam hal ini perlu
dipertimbangkan bahwa status kawasan lindung Waduk Sermo merupakan
kawasan penyangga hidrologis
d. potensi krisis air bersih dan irigasi jangka panjang

Gambar 6. Kealamian kawasan sekitar Waduk Sermo yang harus dijaga


Sehingga, perencanaan kawasan pariwisata harus berlandaskan pada perlindungan
bentang lahan alami.

2. Kawasan Pantai Glagah


Keseimbangan merupakan kunci utama dari pembangunan. Saat ini sudah
diinisiasi proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran berupa bandara,

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


13
kawasan tambang pasir, dan pelabuhan di sepanjang pesisir area Pantai Glagah. Hal
ini tentunya patut mendapatkan perhatian terkait dengan ancaman kelestarian bibir
pantai yang akan berpengaruh pada keberlanjutan dan keberlangsungan hidup
warga lokal. Ancaman lingkungan yang akan terjadi :
a. tidak terkendalinya abrasi pantai dan kecepatan pengurangan sempadan dan
peisisir pantai yang tinggi, terlebih lagi kekuatan ombak di pantai selatan yang
tergolong kuat
b. potensi intrusi air laut, yaitu pergerakan air asin yang masuk menuju lapisan
akuifer air tanah yang berisi air tawar tergantikan oleh air asin
c. potensi subsidensi pesisir, yaitu akibat pembebanan infrastruktur baru yang
tidak mampu ditopang oleh lahan pesisir

Gambar 7. Protes masyarakat lokal terhadap pembangunan mega proyek Kulon Progo
Dalam hal ini, analisis kelayakan lingkungan mega infrastruktur pada
ketepatan daya dukung lingkungan lahan pesisir harus dipertimbangkan dan
diregulasikan dengan tepat agar tidak mengganggu kelestarian alam dan kehidupan
publik.
Selain harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan
social yang meliputi keadilan ekonomi, minimalisisir kesenjangan/disparitas social
ekonomi, dan jaminan hak-hak keberlangsungan hidup masyarakat lokal harus tetap
menjadi pertimbangan mutlak.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


14
BAB III
REKOMENDASI

Melalui pemaparan kondisi eksisting maupun prediksi ancaman lingkungan


di kawasan infrastruktur vital Waduk Sermo dan Pantai Glagah beserta konsep
mega proyeknya, maka diberikan beberapa rekomendasi utama, yaitu :
1. Pengembangan teknologi energi terbarukan (renewable energy)
Melihat dari kondisi dan potensi fisik serta alam yang dimiliki Waduk Sermo,
teknologi terbarukan sangat diperlukan guna memaksimalkan potensi-potensi
tersebut. Salah satu teknologi terbarukan yang dapat diterapkan di waduk ini adalah
teknologi Upper Pams Storage (pompa air penghasil listrik). Prinsip kerja dari Upper
Pams Storage ini adalah mengangkat air yang telah dibuang dari waduk oleh turbin
sehingga mampu menghasilkan pasokan tambahan energi listrik.

Gambar 8. Lingkungan selalu memiliki nilai bergantung pada waktu, lokasi, dan
teknologi
Pengembangan teknologi terbarukan ini perlu karena pada setiap potensi
sumber daya yang ada perlu dimanfaatkan secara optimal dan bijaksana untuk
meningkatkan daya guna serta kebermanfaatannya, khususnya pada Waduk Sermo.
Sasaran dari pengembangan teknologi terbarukan ini adalah guna membantu PLN
dalam hal pengoptimalan pasokan listrik pada kawasan Waduk Sermo pada
khususnya, dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya. Sehingga, melalui
rekomendasi ini dapat dikembangkan fungsi Waduk Sermo tidak hanya sebagai
penyedia layanan air bersih namun juga pembangkit listrik.
2. Peningkatan penataan tata hijau
Dalam hal ini, tata hijau sebagai paru-paru kawasan serta sebagai
penyeimbang alam yang ada. Maka dari itu, perlu dilakukan penataaan terkait hal
tersebut agar perkembangan dan pertumbuhannya lebih terarah, khususnya pada
kawasan Waduk Sermo dan Pantai Glagah. Penataan tata hijau di kawasan Waduk
Sermo dapat dilakukan dengan penambahan pohon peneduh di sekitar waduk dan

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


15
di sepanjang jalan pada Waduk Sermo itu sendiri. Dan penataan tata hijau untuk
Pantai Glagah adalah disekitar sempadan pantainya. Hal ini guna menciptakan iklim
mikro yang lebih teduh dan nyaman. Peran dari tata hijau itu sendiri adalah sebagai
penyeimbang iklim mikro yang ada, pembatas daerah, serta peredam suara
kendaraan maupun kebisingan oleh kegiatan lainnya.
3. Pengembangan wisata berwawasan lingkungan
Pengembangan wisata berwawasan lingkungan dapat diterapkan untuk
meningkatkan sektor pariwisata tetapi tetap memperhatikan keseimbangan
lingkungan. Dalam hal ini, pengembangan wisata berwawasan lingkungan dapat
diterapkan pada kawasan Waduk Sermo dan Pantai Glagah.
Pengembangan wisata berwawasan lingkungan di Waduk Sermo dapat
berupa penyediaan wisata berbasis edukasi teknologi dan lingkungan. Dalam
penerapannya, wisata berbasis edukasi teknologi dan lingkungan ini memanfaatkan
potensi alam yang ada, dan juga ada pengenalan teknologi waduk didalamnya.
Pengenalan ini terkait dengan pengenalan sejarah perkembangan waduk, teknologi
yang digunakan, dsb.
Sedangkan untuk pengembangan wisata berwawasan lingkungan di Pantai
Glagah dapat berupa penyediaan wisata dengan berbasis pada lingkungan dan
komoditas lokal oleh masyarakat. Dalam penerapannya, wisata ini menawarkan
sensasi dan keindahan dari bentangan alam di kawasan Pantai Glagah. Selain itu,
wisata berwawasan lingkungan ini juga menawarkan pengetahuan tentang
komoditas-komoditas lokal yang dihasilkan dan dikembangkan oleh masyarakat
sekitar dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti produksi camilan
undur-undur goreng khas Pantai Glagah, tambak ikan, dsb.

Gambar 9. Keberlanjutan adalah keseimbangan antara lingkungan alam dan


lingkungan sosial

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


16
4. Proteksi masyarakat lokal
Hakikat suatu pembangunan dan pengadaan infrastruktur sebagai growth
pole aktivitas ekonomi suatu wilayah adalah untuk memberikan suatu peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Upaya pemberdayaan
masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu terobosan baru untuk
menjadikan masyarakat tanggap, sigap, dan siap terhadap perubahan dinamika
kompetisi ekonomi saat ini. Pembangunan fisik pun seharusnya diorientasikan
untuk meningkatkan kualitas human capital, bukan hanya pembangunan semu yang
hanya mengedepankan keuntungan langsung dengan mengeksploitasi masyarakat
sebagai pekerja dan lingkungan sebagai sumber material eksploitasi tanpa
mempertimbangkan keberlanjutannya di masa depan.

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


17
REFERENSI

http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Projects/288973-
1118033888998/1218077-1150284192230/2654894-1150284734474/Atlas.pdf

http://www.thejakartapost.com/news/2015/05/21/kulon-progo-airport-
development-violates-human-rights-komnas-ham.html

http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Kondisi-Umum_6_hal

Laporan Kuliah Lapangan Lingkungan dan Sumber Daya


18

Anda mungkin juga menyukai