Jika suatu rumah sakit membeli perbekalan farmasi dalam jumlah banyak, maka
biaya penyimpanan menjadi besar, dilain pihak rumah sakit juga harus pandai
mengatur pengelolaan keuangannya agar kegiatan operasional lainnya dapat
berjalan. Sebaliknya jika rumah sakit tidak mempunyai persediaan perbekalan
farmasi yang cukup akan dapat mengurangi pendapatan dan menurunkan citra
rumah sakit (Blackburn, 2010). Sebagaian besar perusahaan memperkirakan
biaya penyimpanan adalah sebesar 25% sampai dengan 30% dari nilai
persediaan (Quick et al, 1986) sedangkan menurut Handoko,(1992) besarnya
antara 12% sampai dengan 14%.
Pengendalian persediaan perbekalan farmasi di gudang jika tidak dimonitor dapat
mengakibatkan terjadinya stock out, selain itu juga mungkin akan terjadi over
stock sehingga biaya yang akan ditimbulkan akan menjadi semakin besar.
Analisis model ini telah dikembangkan pada rumah sakit Universitas Michigan, di
mana karakteristik persediaan, yang meliputi: jumlah persediaan, sumber daya
keuangan yang digunakan dan kritisnya terhadap pelayanan pasien tercakup
didalalmnya pada suatu nomor indeks.Pada penetapan persediaan dengan
katagori ABC, nomor indeks ini digunakan sehingga pengendalian dan
pengawasan dapat lebih baik (Calhoun, 1985).
Penggunaan analisis model ini dapat dilakukan pada pengadaan dan pengawasan
obat dengan prioritas sesuai hasil analisis ABC Indeks Kritis yang bertujuan untuk
efisiensi dalam penggunaan dana dan efektif terhadap efek terapi obat terhadap
pasien (Suciati et al, 2006)
Menurut Sari (2008), untuk menetapkan indeks ini, user (dokter) dilibatkan
dengan mengisi lembar kuisioner yang berisi daftar persediaan obat. User dapat
menentukan klasifikasi berdasarkan tingkat kritis dalam pelayanan di RS.
Kalsifikasi tingkat kritis menurut Suciati et al (2006) adalah:
Menurut Sari (2008), metode Analisi ABC Indeks Kritis ini mempunyai keuntungan
dan kerugian. Keuntungan Analisisi ABC Indeks Kritis:
a. Dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional pada rumah sakit dan dapat
mencegah terjadinya kekosongan persediaan perbekalan farmasi dengan
pengendalian persediaan perbekalan farmasi
b. Pencatatan yang baik dalam setiap pemakaian dan pembalian pada setiap
jenis perbekalan yang dibeli
c. Pada saat penilaian kategori obat, dapat terjadi bias pada saat penilaian nilai
kritis suatu obat. Hal ini diantisipasi dengan user (dokter) yang dimintai
penilainnya adalah dokter yang menangani pasien
b. Safety stock
Safety Stock adalah bagian dari total persediaan yang memberikan perlindungan
terhadap ketidak pastian di dalam permintaan lead time selama beberapa siklus
(Ristono,2009). Safety stock merupakan dilema, dimana dengan adanya stock
out akan berakibat terganggunya proses produksi sedangkan adanya stock yang
berlebih akan meningkatkan biaya persediaan. Dalam penentuan safety stock
harus memperhatikan keduanya ( stock out dan over stock ), dengan kata lain
bahwa dengan safety stock akan megusahakan terjadinya kesimbangan. Menurut
Zulfikarijah (2005) tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya
stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out
total, biaya penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya
penambahan yang berasal dari reorder poit karena adanya safety stock.
Keuntungan dari safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami
lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untk menutup
permintaan tersebut. Untuk menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi
persediaan pengaman, yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya stock out akibat ketidakpastian dalam
permintaan dan penyediaan (Ristono, 2009). Jumlah Safety stok dipengaruhi
oleh:
Merupakan banyaknya persediaan yang dibutuhkan selama lead time agar tidak
terjadi kekosongan persediaan. Permintaan selama lead time dipengaruhi oleh:
i. Lead Time
Led time merupakan waktu yang dibutuhkan mulai saat memesan hingga barang
tersedia di gudang, sehingga lead time berhubungan dengan Reorder Poin (ROP).
Lead time muncul karena setiap pemesanan membutuhkan waktu dan tidak
semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu yang
terjadi.
Dengan mengalikan lead time dan rata-rata pemakaia perhari maka diperoleh
nilai nilai persediaan selama lead time.
b. Persediaan Antisipasi
Jumlah ( dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu, misalnya 1
tahun
Harga satuan
4
Biaya Penyimpanan
Tujuan EOQ adalah untuk meminimumkan total biaya persediaan per periode.
Biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan menjadi biaya pemesanan ( set up cost /
ordering cost ) dan biaya penyimpanan ( holding cost / carrying cost ).
Sedangkan menurut Ristono (2009), biaya persediaan meliputi: Ongkos
pembelian ( purchase cost ), ongkos pemesanan atau biaya persiapan ( Order
cost/set up cost ), ongkos simpan ( carrying cost / holding cost / storage cost )
dan biaya kekurangan persediaan ( stockout cost )Semua biaya tersebut dalam
persediaan merupakan biaya yang konstan, maka apabila diinginkan
meminimalkan jumlah biaya pemesanan dan penyimpanan juga akan
meminimalkan biaya total.
2. Efisiensi
Dua konsep utama yang digunakan untuk mengukur prestasi kerja dari suatu
manajemen adalah dengan mengukur efisiensi dan efktifitasnya (Safrina,2001).
Efisiensi adalah suatu keadaan yang ketersedaan obatnya tidak menambah
beban atau dapat menurunkan biaya (Suryawati, 2004).
Turn Over Ratio akan tinggi bila nilai persediaannya kecil. Tetapi nilai persediaan
yang kecil bukan berarti efisien dan efektif. Untuk menentukan persediaan yang
paling optimal ditentukan mulai dari proses perencanaan, proses pengadaan dan
pengendalian persediaan, sehingga tingkat persediaanya tetap terjaga sehingga
biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin ( Pudjaningsih, 1996).