Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen atau dalam bentuk hadiah.
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan
pada barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha)
untuk menghasilkan atau mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
DASAR HUKUM PPn DAN PPnBM
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap dinamakan Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.
Objek ppn
PPN dikenakan atas:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha;
2. Impor Barang Kena Pajak;
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak;
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak; dan
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
DPP (dasar pengenaan pajak)
Untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan
PPnBM) digunakan nilai yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak
(DPP). Yang menjadi DPP :
1. Harga Jual
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang
Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-undang PPN 1984 dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa
Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN 1984 dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak, atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean.
3. Nilai Impor
nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut
Undang-undang PPN 1984.
4. nilai ekspor
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain yang diatur oleh Menteri Keuangan
nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan
pajak yang diatur oleh menteri keuangan.
subjek PPN dan PPn-BM ada dua kategori yaitu :
1) Pengusaha kena pajak (PKP) yang meliputi Pabrikan/Produsen,
Pengusaha real estate, Importir, Indentor. Pengusaha yang
mempunyai hubungan yang istimewa dengan pabrikan
dan/importer. Agen utama dan Penyalur utama dari Pabrikan dan
atau importir, pemegang hak paten dan merek dagang,
Pemborong / Kontraktor / Sub Kontraktor Bangunan dan harta
tetap lainnya.
2) Pengusaha yang memilih menjadi pengusaha kena pajak yang
meliputi eksportir dan Pedagang yang merupakan Barang Kena
Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak.
Bukan subjek PPN
1) Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan perkebunan. 2) Pengusaha kecil yaitu pengusaha
yang nilai peredaran setahun lebih kecil atau sama dengan Rp.
240.000.000,- atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran
brutonya tidak lebih dari Rp. 120.000.000,-00
Dari kedua jenis pengusaha yang merupakan Bukan Pengusaha
Kena Pajak ini, jika tidak melaporkan usahanya untuk ditetapkan
sebagai pengusaha kecil maka akan diperlakukan seperti
Pengusaha Kena Pajak lainnya.
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau oleh
Ditjen Bea dan Cukai karena import BKP.
Contoh Cara Menghitung PPN dan PPnBM
1. PKP A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak A.
2. PKP B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian sebesar
Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak B.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
4. Pengusaha Kena Pajak D mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan
Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut adalah:
5. Kemudian PKP D menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP
yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP
yang dihasilkan oleh PKP D atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP D menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM
yang terutang adalah :
PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi
PKP D dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP D.
Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan
PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP X.
Contoh Soal PPN dan Pembahasan
PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di
Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut :
Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000
Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar Rp.
440.000.000 (sudah termasuk PPN)
Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000
termasuk keuntungan sebesar Rp. 400.000
Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan
pergudangan sendiri Rp. 350.000.000
Diminta :
1. Hitung PPN dan PPnBM atas transaksi di atas
2. Berapakah PPN yang harus disetor ?
Pembahasan :
Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000
Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut PPN kurang bayar.
Namun, jika PPN keluaran < PPN masukan maka disebut PPN lebih
bayar.
Jadi, PPN yang harus disetor oleh PT. Munirah adalah Rp. 82.817.600
Contoh Kasus 2
Perusahaan SAKURA adalah perusahaan yang memproduksi kulkas. Barang
tersebut dikategorikan sebagai barang mewah dan dikenakan PPnBM dengan
tarif sebesar 20%. Dalam bulan Desember 2010 perusahaan SAKURA
menjual 15 buah kulkas pada Toko HINATA dengan harga jual @
Rp4.500.000. Maka PPN dan PPnBM yang terutang oleh perusahaan SAKURA
sebesar:
Catatan:
Dalam hal ini Toko HINATA tidak boleh memungut PPnBM karena PPnBM
hanya dikenakan satu kali, yaitu pada saat barang tersebut dijual oleh
produsen / pabrikan.
Contoh :
PKP "A" bulan Januari 1996 menjual tunai kepada PKP "B"
100 pasang sepatu @ Rp.100.000,00 = Rp.10.000.000,00
PPN terutang yang dipungut oleh PKP"A"
10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
PKP "D" pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian. Mesin cuci pakaian
dikategorikan sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM
dengan tarif sebesar 20%. Dalam bulan Januari 1996 PKP "D" menjual 10
buah mesin cuci kepada PKP "E" seharga Rp.30.000.000,00.
PPN yang terutang
10% x Rp.30.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
PPn BM yang terutang
20% x Rp. 30.000.000,000 = Rp 6.000.000,00
PPN dan PPn BM yang terutang PKP "D" = Rp. 9.000.000,00
PKP "E" bulan Januari 1996 menjual 10 buah mesin cuci tersebut diatas
seharga Rp.40.000.000,00
PPN yang terutang
10% x Rp.40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00
Catatan :
PKP "E" tidak boleh memungut PPn BM, karena PKP "E" bukan pabrikan dan
PPn BM dikenakan hanya sekali.
Contoh :
PT. Amrico Jaya Jakarta yang beralamat di Jl. Juanda No.1 Jakarta Selatan, NPWP : 02.133.222.1.041.000 pada
bulan november 2009 membeli alat alat kantor untuk keperluan operasional nya sebagai berikut :
1. Pada tanggal 5 November 2009 membeli 10 unit pesawat telex dari toko Elektronik yang beralamat di Jl. Cik
Ditiro No. 7 Jakarta NPWP : 04.873.111.3.041.000 dengan harga Rp 9.100.000 / unit ( harga ini termasuk PPN
10%, Discoun 20% )
2. Pada tanggal 15 November 2009 membeli 5 set AC untuk ruang kepala bagian dari took AC yang beralamat di
Jl. Ring Road No.98 Jakarta Selatan NPWP : 04.712.333.2.041.000 dengan harga Rp 4.800.000 / unit ( harga
tersebut termasuk PPN 10% dan PPnBM 10% )
3. Pada tanggal 29 November 2009 membeli 1000 box kabel dengan harga per box Rp 500.000 dari PT. Kabelindo
Persada, yang beralamat di Jl. Kemerdekaan No. 101 Jakarta Selatan, NPWP : 01.331.224.1.022.0000 ( harga
tersebut tidak termasuk PPN ) tetapi ditambah ongkos angkut 10% yang ditanggung oleh pembeli.
Jawab :
1. 10 unit pesawat telex @Rp 9.100.000 Rp 91.000.000
Disc 20% x Rp 91.000.000 Rp 18.200.000 -
Rp 72.800.000
DPP 100 x Rp 72.800.000 Rp 66.181.818
110
PPN 10% x Rp 66.181.818 Rp 6.618.181
Dinas P & K Jakarta Selatan beralamat di Jl. Bendi No.10 Jakarta Selatan NPWP : 02.133.224.1.022.0000 pada
bulan Agustus 2009 membeli alat alat kantor untuk keperluan operasional nya sebagau berikut :
1. Pada tanggal 10 Agustus 2009 membeli 10 unit alat laboratorium dari PT. Santosa yang beralamat di Jl. Cik
DitiroNo.9 Jakarta Selatan NPWP : 04.873.111.3.041.000 dengan harga Rp 5.000.000 / unit ( harga ini termasuk
PPN 10% )
2. Pada tanggal 15 Agustus 2009 membeli 6 unit AC untuk ruang kantor dari PT. Santosa yang beralamat di Jl.
Cikokol Raya No.12 Serpong NPWP : 04.712.333.2.041.000 dengan harga Rp 6.000.000 / unit
3. Pada tanggal 25 Agustus 2009 membeli barang elektronik dari PT. Elektronik Nusantara yang beralamat di Jl.
Serpong Raya No.10 Tengerang NPWP : 04.897.224.2.071.000 senilai Rp 130.000.000 ( harga ini termasuk PPN
10% dan PPnBM 20% )
Jawab :
1. 10 unit alat laboratorium @Rp 5.000.000 Rp 50.000.000
DPP 100 x Rp 50.000.000 Rp 45.454.545
110
PPN 10% x Rp 45.454.545 Rp 4.545.454
Kasus III
PT. Pratama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang real estate, dengan jual beli rumah dan tanah
mateng ( tanah siap bangun ) sebagai berikut :
Jawab :
1. 20 unit rumah tipe 80 / 200 @Rp 250.000.000 Rp 5.000.000.000
Disc 10% x Rp 5.000.000.000 Rp 500.000.000 -
DPP Rp 4.500.000.000
PPN 10% x Rp 4.500.000.000 Rp 450.000.000 +
Harga jual Rp 4.950.000.000
Kasus IV
Dealer B adalah jual beli kendaraan bermotor baik berbentuk sasis maupun yang telah di karoseri, dengan data
data sebagai berikut :
1. Dealer B membeli 2 buah sasis dari main dealer A seharga Rp 100.000.000 / sasis dengan potongan harga
Rp 1.000.000 / sasis ( harga temasuk PPN )
2. Dealer B menyuruh karoseri C mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor angkutan orang dengan
biayay sebesar Rp 22.000.000 ( termasuk PPN )
3. Dealer B kemudian menjual kendaraan hasil karoseri tersebut kepada pembeli D seharga Rp 175.000.000 / unit (
termasuk PPN dan PPnBM 15% )