Salah satu adsorben yang digunakan untuk menyerap zat warna adalah semen
Portland. Semen Portland dipilih dengan pertimbangan karena semen merupakan
hasil industri dari paduan bahan baku seperti batu kapur/gamping sebagai bahan
utama dan lempung /tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir
berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya,
yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Selain itu semen
mempunyai sifat hidrofobik dan luas permukaan yang besar. Misalnya pada
lempung alam atau lempung terpilar terjadi interaksi lain yaitu pertukaran kation
dalam daerah antar lapisnya, dengan demikian kation atau senyawa-senyawa yang
bermuatan positif dalam perairan akan sangat mungkin terikat pada lempung.
Semen Portland adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu
kapur/gamping sebagai bahan utama lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Batu kapur / gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calsium Oksida (CaO), sedangkan
lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida
(SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3), dan Magnesium
Oksida (MgO).
Semen Portland merupakan hasil industri dari perpaduan bahan baku batu
kapur/ gamping sebagai bahan utama lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Komposisi semen
Portland diantaranya kapur (CaO) sekitar 60 % - 65 %, silica (Si O2 ) sekitar 20
% - 25% dan oksida besi serta alumina (Fe2O3 dan Al2O3 ) sekitar 7 % - 12 % (
Alizar, 2005)
Semen Portland
Semen Portland dibentuk terutama dari bahan kapur (CaO), silica (SiO2),
alumina (Al2O3), dan oksida besi (Pe2O3). Isi kombinasi dari total 4 oksuda
tersebut kira kira 90% dari berat semen, karenanya dikenal sebagai unsure
utama atau major oxides di dalam semen. 10% yang lainnya terdiri dari magnesia
(MgO), oksida alkali (Na2O dan K2O), titania (TiO2), fosforus-pentoksida
(P2O5), dan gypsum, yang dikenal sebagai unsure minor atau minor oxides di
dalam semen.
Dengan demikian, karakteristik dan perilaku spesifik dari semen akan banyak
tergantung pada jenis dan komposisi spesifik dari bahan bahan dasar yang
digunakan dalam campuran produksi semen tersebut.
Sebagian besar semen modern mempunyai kandungan kapur yang tinggi, dan
biasanya melampaui 65%. Semen dengan kandungan kapur dibawah 65%,
pengerasannya seringkali agak lambat. Alam hal lain, kandungan kapur
maksimum dibatasi oleh kebutuhan untuk menghindari kapur bebas dalam semen.
Keberadaan kapur bebas bisa menjadi sumber kelemahan pada permukaan
interface antara pasta semen dengan agregat, dan juga bisa menyebabkan
ketidakstabilan pada proses pengerasan pasta semen.
Dalam proses hidrasi dan pengerasan semen, kapur dan silica akan menjadi
penyumbang kekuatan yang terbesar,. Sedangkan alumina dan oksida besi akan
lebih berfungsi untuk mengatur kecepatan proses hidrasi. Namun dalam proses
produksi semen, terutama dalam proses pembakarannya, alumina dan oksida besi
akan bertindak sebagai suatu media pembakaran yang bisa berfungsi untuk
mengurangi tingkat suhu pembakaran semen. Kandungan minimum dari alumina
dan oksida besi seringkali lebih ditentukan oleh kebutuhan untuk menghindari
kesulitan produksi klinker pada suhu tinggi, dan bukan oleh kebutuhan komposisi
kimianya. Sementara itu kandungan maksimumnya pada umunya dibatasi oleh
kebutuhan untuk mengendalikan waktu pengikatan hidrasi semen. Dalam hal ini,
semen dengan rasio SiO2/(Al-2O3 + Fe2O3) yang kurang dari 1,5 pada umumnya
menunjukan waktu pengikatan yang cepat, yang biasanya sukar dikontrol lagi
oleh proporsi campuran gypsum yang ditambahkan.
Dalam proses pembakaran klinker, oksida oksida silica, alumina, dan besi
akan bereaksi dengan kalsium-oksida untuk menghasilkan empat unsure utama
semen Portland, yaitu: