Anda di halaman 1dari 72

Dokumen

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


(RKS)

untuk

PEMBANGUNAN/REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA


TAMBAK DINAS DESA MARGOMULYO KEC. TAYU
RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi Spesifikasi
No Material yang Teknis yg Keterangan
disyaratkan Ditawarkan
1 Pondasi > Pondasi lajur batu belah
hitam
> Pondasi footplat setempat
mutu beton K.250 kg/cm2
2 Beton bertulang > Kolom struktur mutu Beton Readymix
beton K. 175 kg/cm2 Mutu Beton
> Balok struktur mutu beton K. K-175 kg/cm2
175 kg/cm2
> Sloof struktur mutu beton K.
175 kg/cm2
> Plat lantai struktur mutu
beton 175 kg/cm2
> Kolom Praktis mutu beton
K.175 kg/cm2
> Ringbalk mutu beton
K.175 kg/cm2
3 Besi Beton polos dan > 8,10,12, besi polos Besi beton Uji Tarik

4 Pasangan Dinding, > Batu bata lokal Kualitas Baik


5 Pasir > Pasir pasang lokal Lokal & Muntilan Kualitas Baik
> Pasir beton muntilan
6 Atap Kualitas Kw2
> Rangka Gording Kayu
Kayu Bengkirai 6/8
Bengkirai 6/8
> Rangka Konsul Kayu
Bengkirai 6/8
7 Kusen pintu, jendela dan > Kayu Bengkirai 6x12 Kayu Bengkirai Kw2 Kualitas Kw2
bovenligth
8 Kaca > Kaca pintu ryben mm Ashahimas, AGA, MSJ,
> Kaca ryben 5 mm BMG, MAGI
9 Pengunci dan > Handle, engsel selot, kunci, Kend, Fino, Kenari jaya, Brosur
penggantung grandle Deckson, Solid
10 Pelapis Lantai: > Lantai Rabat Beton K100

13 Lampu > Baret kotak DL 18 Watt Phillips, Osram, Brosur Brosur


Kabel-kabel > NYM Kawachi Brosur
Saklar dan stop kontak > Stop kontak, Stop kontak (Eterna NYM, Prima,
AC, Saklar tunggal & ganda, Supreme)
MCB Broco, Panasonic, Clipsal
14 Klosed, Pipa pvc, Kran Kloset Jongkok , Pipa PVC Toto, American Standart,
air Kran air Ina
Acacia, One Piece Brosur Brosur
Wavin, Master, Rucika, Brosur
Asiavin
Onda, Aer, Toto
15 Cat dinding Interior, Eksterior, Plafond Dulux, Vinilac Brosur,Brosur
Cat plafond Catylac Brosur
16 Waterproofing Waterprofing Coating Lemkra Sika, Masterguard, Brosur
DS-1 50 Fosrock
17 Lapisan Penutup Atap Asbes Gelombang Jabesmen, Harvlex
Bawah Reng
18 Instalasi Plumbing Intalasi Air Bersih dan Air Pipa PVC Type AW
Kotor Maspion,Wavin,Rucika
SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM
PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

1: PERATURAN TEKNIS UMUM


Peraturan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti
tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan-perubahannya hingga saat ini
seperti :
(1) Peraturan Perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah Republik
Indonesia.
(2) Standar Industri Indonesia (SII).
(3) Peraturan-peraturan Umum (Algemene Voorarden) disingkat A.V 41.
(4) Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971.
(5) Peraturan konstruksi kayu Indonesia disingkat PKKI-NI 5/1961.
(6) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja disingkat PPBBI.
(7) Peraturan tentang Instalasi Listrik PUIL-1989 dan ketetapan PLN.
(8) Pedoman Plumbing Indonesia, tahun 1979 dan Perusahaan Air Minum.
(9) Peraturan Kebakaran materi Pekerjaan umum No. 02/KMKTS/1985.
(10) Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang
penggunaan tenaga keselamatan dan kesehatan kerja.
(11) Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disebut
DTPI 1969.
(12) Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara oleh Departemen Pekerjaan Umum.
(13) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983.
(14) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983 beserta
pedomannya.
(15) American Society For Testing Materials (ASTM).
(16) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disIngkat PUBI-1982.
(17) Peraturan Cat Indonesia-N4.
(18) Peraturan Semen Portland (NI-8)
(19) Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan Gedung SK.SNI T-
15-1991-03.
(20) Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SK.SNI T-15-1991-
03.

2: URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB


PELAKSANAAN
2.1 Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari terlebih dahulu dengan
seksama gambar kerja, Rencana kerja dan Syarat-syarat beserta Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan
pengawas setiap ada pembedaan ukuran dari gambar-gambar, termasuk antara
gambar dan RKS untuk mendapat persetujuan; bila tidak, maka akibat dari kelalaian
tersebut, dalam hal ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Kontraktor.
2.2 Penyerahan Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan.
Lapangan/Area/Tempat pekerjaan segera sesudah dikeluarkan Surat Perintah Kerja
(SPK), dalam keadaan seperti waktu pemberian penjelasan pekerjaan. Kontraktor
dianggap sudah memahami benar-benar mengenai :
a. Letak bangunan yang akan dibangun.
b. Batas-batas persil / kaveling maupun keadaannya pada waktu itu.
c. Keadaan bangunan lama.
d. Segala yang ada di lokasi pekerjaan.
2.3 Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya, hingga selesai dengan lengkap
yaitu membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun
menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar
upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
2.4 Kontraktor wajib menyerahkan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan Dokumen
Kontrak (gambar-gambar, RKS, kontrak, Berita Acara) di tempat pekerjaan untuk
dapat digunakan setiap saat oleh direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas.
2.5 Atas perintah direksi pekerjaan (pemberi Tugas)/Konsultan Pengawas kepada
kontraktor dapat dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan dan perincian
bagian-bagian khusus, dengan semua biaya atas beban kontraktor.
2.6 Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang
dilakukan, kontraktor berhubungan dengan Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) /
Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk ikut menyaksikan
sejarah tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan / persetujuannya.
2.7 Setiap usul perubahan dari kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi
Pekerjaan (pemberi tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
2.8 Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini
harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu ukuran dan lain-lain yang
disesuaikan dengan standard/peraturan-peraturan yang disesuaikan dalam RKS ini.
Semua bahan-bahan tersebut di atas harus mendapatkan pengesahan / persetujuan
dari Konsultan Perencanaan dan Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebelum akan dimulaii
pelaksanaannya.
2.9 Pengawasan terus-menerus terhadap pelalaksanaan pekerjaan
penyelesaian/perapih-an, harus dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak pelaksana
yang benar-benar ahli.
2.10 Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan
2.11 Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan (di gudang) harus memenuhi
syarat teknis, dan dapat dipertanggungjawab-kan.

3: JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditelitinya Surat Penunjukan, Kontraktor diharuskan
mengajukan :
3.1 Jadwal waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara Diagram (Network Planning) dan diagram balok (Barchart)
3.2 Jadwal Pengadaan tenaga kerja
3.3 Jadwal Pengadaan bahan dan Peralatan Kerja.
3.4 Diagram arus tunai (cash-flow)
Hal yang disebutkan di atas (3.1 sampai 3.4) harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas sebagai dasar/patokan
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dan wajib mengikutinya.

4: PENENTUAN PEIL DAN UKURAN


4.1 Kontraktor wajib memperhitungkan kepada Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) /
Konsultan Pengawas bagian pekerjaan yang akan dimulai, untuk dicek terlebih
dahulu ketentuan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
4.2 Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain
dalam tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas, setiap terdapat selisih/perbedaan perbedaan
ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
4.3 Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-
peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
4.4 Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan.
Kelalaian kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Direksi Pekerjaan
(Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemebri Tugas berhak
untuk membongkar pekerjaan atas biaya Kontraktor.
4.5 Alat ukur yang dipakai minimal adalah waterpas dan theodolit yang sudah
dikalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.
4.6 Peil Dasar
4.7 Semua peil yang tertera dalam gambar adalah peil permukaan struktur lantai beton.
Peil Finishing permukaaan akan ditentukan / disesuaikan di lapangan / tergantung
dari macam-macam material finishing lantai.

5: PEMAKAIAN UKURAN
5.1 Kontraktor bertanggung jawab dalam mentaati semua ketentuan yang tercantum
da-lam Rencana kerja & syarat dan gambar-gambar serta tambahan dan
perubahannya.
5.2 Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagain-bagiannya dan memberitahukan Direksi pekerjaan (Pemberi Tugas) /
Konsultan Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam RKS
dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan.
Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya
setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas.
5.3 Pengembalian ukuran-ukuran yang keliru pelaksanaan, di dalam hal apapun
menjadi tanggung jawab kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya diwajibkan
mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

6: PERSYARATAN SKEMA ORGANISASI PROYEK


6.1 Bersamaan waktunya dengan penyerahan rencana kerja kontraktor wajib pula
menyerahkan suatu bentuk Skema Organisasi yang akan digunakan dalam
pelaksanaan proyek ini, untuk diperiksa dan mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas.
6.2 Sebagai lampiran Skema Organisasi tersebut kontraktor harus menyerahkan suatu
daftar nama-nama petugas yang akan ditugaskan di proyek ini lengkap dengan
jabatan dan daftar riwayat hidup/penaglaman kerjanya.

7: PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA KONTRAKTOR


7.1 Kontraktor wajib menempatkan seorang petugas yang akan bertindak sebagai wakil
atau kuasanya untuk mengatur dan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
(untuk selanjutnya disebut Pelaksana)
7.2 Pemberi kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi tanggung jawab kontraktor
terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagian ataupun keseluruhan.

8: TENAGA AHLI
8.1 Untuk pekerjaan yang sifat dan jenisnya adalah pabrikan, Kontraktor harus
menyiapkan tenaga ahli yang telah ditunjuk oleh pabrik pembuat, memeriksa dan
menyetel pemasangan bahan, peralatan hingga bahan peralatan tersebut bisa
berfungsi dengan sempurna.
8.2 Kontraktor harus menugaskan minimal seorang tenaga ahli yang harus selalu
berada di proyek .

9: PEMBERHENTIAN PELAKSANA / PETUGAS


9.1 Bila dikemudian hari ternyata Pelaksana dan Petugas yang ditunjuk oleh kontraktor
dinilai atau dianggap kurang atau tidak mampu menunjukkan kecakapannya maka
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas berhak memerintahkan
kontraktor untuk mengganti pelaksana / petugas tersebut.
9.2 Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah Surat Perintah Direksi
Pekerjaan tersebut keluar. Kontraktor harus sudah menunjuk seseorang Pelaksana /
Pengawas baru yang memenuhi persyaratan yang diminta.
10 : PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
10.1 Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan harus diadakan
oleh kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan
tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai adalah beban
Kontraktor Pelaksana.
10.2 Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
dari sumber air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor harus
memasang pipa-pipa sementara dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan
mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai. Biaya untuk pekerjaan
pemasangan air sementara adalah beban kontraktor.
10.3 Kontraktor tidak diperkenankan menyambung dan menghisap air dari saluran
induk dan sebaginya tanpa terlebih dahulu mendapatkan ijin tertulis dari Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas.

11 : IKLAN - IKLAN
Pelaksana tidak dijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan atau di
tanah yang berdekatan tanpa izin dari Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) /
Konsultan Pengawas.

12 : JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR


12.1 Pemakaian jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak
kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
12.2 Kontraktor diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi
beban kontraktor.
12.3 Perizinan tentang jalan keluar-masuk proyek menjadi tanggung jawab kontraktor
termasuk biaya yang timbul.

13 : PAPAN NAMA PROYEK


Kontraktor wajib menyerahkan papan nama proyek sesuai dengan ketentuan yang
ada dalam peraturan Pemerintah Daerah setempat

14 : PENYEDIAAN TEMPAT/RUANG KERJA KANTOR DIREKSI PENGAWAS


14.1 Kontraktor wajib membangun sebuah bangunan yang akan digunakan untuk
kantor petugas-petugas Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas
hingga cukup memenuhi syarat sebagai suatu ruang kerja dan mengadakan rapat-
rapat lapangan (site meeting)
14.2 Kantor Direksi Lapangan
a. Kantor Direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk
menyimpan dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan proyek.
Kelengkapan kantor Direksi adalah :
- 2 buah meja tulis ukuran 80 x 120 cm dengan 4 buah kursi
- 1 buah file cabinet ukuran 120 x 60 cm
- 1 buah rak untuk contoh bahan material ukuran ukuran 100x200 cm
- 1 buah white board 60 x200x200 cm
b. Posisi dan denah gambar kantor Direksi Lapangan disesuaikan dengan
rencana pelaksanaan proyek.
14.3 Kantor Pemborong dan Los Kerja
a. Pemborong harus menyediakan PPPK
b. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dipisah
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan lainnya.
Pemborong tidak diperkenankan :
- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun untuk
sementara.
- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Direksi Lapangan.

15 : PEKERJAAN JARING PENYELAMAT


15.1 Bila pelaksanaan pembangunan sudah dimulai pada pelaksanaan lantai satu dan
seterusnya, Kontraktor harus menyiapkan jaring penyelamat jika diperlukan.
15.2 Jaringan penyelamat ini harus dari bahan kuat sehingga dapat menahan benda-
benda atau apapun yang terjatuh khususnya untuk melindungi benda yang terjatuh.

16 : KECELAKAAAN DAN KESEHATAN


16.1 Kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban kontraktor.
16.2 Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan lengkap
dengan seorang petugas terlatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
16.3 Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
pembiayaannya menjadi beban kontraktor.
16.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis ABC
(segala jenis api), pasir dengan bak kayu, galah-galah dan lain sebagainya.
16.5 Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
16.6 Sejauh disebutkan dalam RKS ini, maka kontraktor harus mengikuti semua
ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah CQ
Undang-undang kesehatan kerja dan lain sebagainya teermasuk semua perubahan-
perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.

17 : PENGAMANAN
17.1 Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya
ialah mengenai :
a. Kerusuhan-kerusuhan yang timbul akibat kelalaian /kecerobohan yang
disengaja ataupun tidak.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru/salah
c. Keahlian-keahlian bagian alat-alat / bahan-bahan yang ada di daerahnya.
17.2 Terhadap semua kejadian sebagaimana di atas Kontraktor harus melaporkan kepada
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusuk dan diselesaikan
persoalan sementara lebih lanjut.
17.3 Untuk memecah kejadian-kejadian tersebut di atas kontraktor harus mengadakan
pengamanan sementara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara
dan sebagainya.
17.4 Setiap pekerjaan harus memakai alat-alat yang dianggap perlu.
17.5 Kontraktor harus menyediakan jaringan-jaringan pengaman dalam
pelaksanaannya, agar supaya keselamatan lingkungan dan pekerjaan dapat terjamin
dengan baik.

18 : PENGAWASAN
18.1 Setiap saat Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk
oleh Pemberi Tugas harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan kontraktor harus
mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan .
18.2 Bagian-bagain pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas menjadi tanggung jawab kontraktor. Pekerjaan tersebut jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya.
18.3 Jika kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja normal sehingga
diperlukan pengawasan oleh Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, maka segala biaya untuk itu menjadi
beban kontraktor. Permohonan oleh Kontraktor untuk mengadakan pemeriksa
tersebut harus dengan surat disampaikan kepada Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas)
/ Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas maksimal 2X24 jam
sebelumnya. Biaya pengawasan tambahan disesuaikan dengan billing rate yang
berlaku dari BAPPENAS.
18.4 Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada di tangan petugas-petugas
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum / dimasukkan di
dalam gambar-gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan daripadanya
haruslah seizin pemilik proyek.

19 : PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG


19.1 Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan
barang, maka hal ini menunjukkan standard minimal mutu/kualitas bahan dan
barang yang digunakan.
19.2 Setiap barang dan bahan yang digunakan harus disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan (Pemberi tugas) / Konsultan Pengawas oleh kontraktor untuk mendapat-
kan persetujuan pemilik proyek dan Konsultan Perencana. Waktu
penyempurnaannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaan dimulai.
19.3 Setiap usulan yang tidak sesuai petunjuk RKS,serta gambar-gambar dan Risalah
Penjelasan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Konsultan Perencana dan
Pemberi Tugas / Pemilik Proyek.
19.4 Contoh-contoh dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diajukan
dan diadakan oleh Pelaksana / Kontraktor atas biaya Pelaksanaan dan telah
disetujui oleh Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana. Contoh bahan dan barang
tersebut yang sudah disetujui akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
19.5 Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas)
/ Konsultan Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan
barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifatnya.
19.6 Dalam pengajuan harga penawaran, kontraktor harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat
jumlah tersebut, kontraktor tetap bertanggungjawab pula atas biaya pengujian
bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik Proyek atau
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas.

20 : RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT DAN GAMBAR KERJA


20.1 Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisah pada RKS ini.
20.2 Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS, Kontraktor
diwajibkan mengajukan pertanyaan tertulis kepada pengawas proyek yang ditunjuk
oleh pemilik proyek dan kontraktor diwajibkan pula mentaati dan mengikuti
keputusan Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas.
20.3 Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhir yang
berlaku, dan ukuran dengan angka adalah yang harus ditaati daripada ukuran skala
dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus mengambil dari
pekerjaan yang sudah selesai.
20.4 Jika terdapat kekurangan pekerjaan-pekerjaan dalam gamabr atau diperlukan
gambar tambahan/ gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar atau untuk
memungkinkan kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan, maka kontraktor harus dapat membuat gambar tersebut dan
dibuat 3 (tiga) rangkap atas biaya kontraktor.
20.5 Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau
dokumen kontrak lainnya, yang berlainan dan atau penjelasan-penjelasannya
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap
yang lain, tetapi untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau hal yang menyangkut
kelainan harus diinformasikan kepada Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) /
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan keputusannya.
20.6 RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), Gambar perencanaan serta Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain dan
sesuatu yang termuat di dalamnya bersifat mengikat.
21 : PEMBUATAN GAMBAR PELAKSANAAN / GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
21. 1 Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan guna pelaksanaan di lapangan
yang harus dibuat berdasarkan gambar-gambar kerja dan disampaikan kepada
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas utnuk mendapat
persetujuan.
21.2 Pekerjaan Pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum gambar pelaksanaan tersebut
disetujui Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas.
21.3 Direksi Pekerjaan (Pemberi tugas) / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Petugas
mempunyai waktu yang cukup untuk mengikuti gambar pelaksana yang
disesuaikan oleh Kontraktor.
21.4 Persetujuan terhadap gambar pelaksanaan bukan berarti menghilangkan tanggung
jawab pihak kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Tambahan atas proses ini tidak berarti kontraktor mendapat perpanjangan waktu
kontrak.
21.5 Gambar tersebut di atas harus dalam rangkap 3(tiga) berikut kakinya dan atau
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh pelaksana.

22 : PENYEDIAAN PERALATAN KERJA


22.1 Kontraktor wajib menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaannya dengan baik dan sempurna termasuk membongkar / merapikan /
membawa keluar segala peralatan tersebut setelah tidak diperlukan lagi.
22.2 Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan bentuk, ukuran, kapasitas
dan sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini
22.3 Peralatan-peralatan tersebut harus adalm keadaan baik dan selalu siap untuk
digunakan. Peralatan yang tidak bias berfungsi dengan baik harus segera diperbaiki
atau kalau tidak harus segera diganti yang masih berfungsi dengan baik.
Peralatan yang harus disediakan menyesuaikan kebutuhan pelaksanaan di lapangan
atas persetujuan direksi pekerjaan/Konsultan Pengawas. Kontraktor wajib
menyediakan operator yang mampu melayani peralatan tersebut di atas.
22.4 Segala biaya yang diperlukan untuk menyediakan peralatan dan operatornya
menjadi tanggungan kontraktor, termasuk biaya perawatan, perbaikan &
pembakaran kembali peralatan tersebut.

23 : PENYEDIAAN BAHAN
23.1 Kontraktor wajib menyediakan bahan bangunan yang diperlukan sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam AV dan PUBB. Untuk beton bertulang syarat-
syarat dalam SNI
23.2 Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas berwenang meminta
keterangan mengenai asal-usul bahan dan kontraktor wajib menjelaskannya.
23.3 Bahan-bahan yang akan digunakan, sebelumnya harus dimintai persetujuan
terlebih dahulu kepada Konsultan Perencana dan Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas)
/ Konsultan Pengawas, untuk itu kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh
bahan yang diusulkan disertai brosur-brosur asli / sertifikat-sertifikat yang
diperlukan.
23.4 Bahan-bahan yang sudah didatangkan di tempat pekerjaan tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas, harus
segera disingkirkan dari tempat kerja selambat-lambatnya 24 jam sesudah
penolakan tersebut. Bagian pekerjaan yang telah ditolak, harus segera dihentikan
dan dibongkar.
23.5 Kontraktor wajib mengirimkan contoh bahan tersebut di atas kepada Laboratorium
Penelitian Bahan yang ditentukan, apabila Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas ) /
Konsultan Pengawas masih sangsi dan merasa perlu meneliti kualitas barang yang
diusulkan tersebut.
23.6 Biaya penelitian bahan di laboratorium menjadi tanggungan kontraktor.
24 : TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN
24.1 Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan pada jenis
pekerjaan lain tidak dapat diperiksa/tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka
Kontraktor wajib meminta kepada Direksi pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas secara tertulis untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan ditutup itu.
Setelah pekerjaan yang akan tertutup tersebut dinyatakan baik, baru kontraktor
diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
24.2 Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut di atas tidak dijawab oleh Direksi
Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas, dalam waktu 2 x 24 jam sejak
jam diterimanya permohonan tersebut (tidak terhitung hari libur resmi) maka
Kontraktor boleh melanjutkan pekerjaan tersebut. Kecuali apabila Direksi Pekerjaan
(Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas meminta perpanjangan waktu pemeriksaan
dan kontraktor menyetujuinya.
24.3 Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh Kontraktor, maka
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan
untuk membongkar bagian-bagian yang sudah dikerjakan baik sebagian maupun
keseluruhan untuk keperluan pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran
dan pemasangan kembali akan dibebankan kepada Kontraktor.

25 : TATA CARA PENELITIAN PRESTASI PEKERJAAN


Pekerjaan-pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah diterima oleh
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas dapat dihitung prestasi
dengan nilai 100 % . Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke lokasi proyek tetapi
belum terpasang, tidak dapat dinilai.

26 : KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR


Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ke tiga (Sub
Kontraktor) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak, maka untuk ini
Kontraktor wajib mengatur koordinasi kerja dengan pihak ketiga tersebut.
Tanggung jawab kualitas pekerjaan yang telah diserahkan pada pihak ketiga ini
tetap berada di tangan kontraktor.

27 : PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN


Kontraktor wajib mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil pekerjaan
yang sedang dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusuhan

28 : PENYEDIAAN DOKUMEN PELAKSANAAN DI LAPANGAN


28.1 Kontraktor wajib menyediakan 2 set , seluruh dokumen pekerjaan seperti yang dise-
but dalam pasal 33 buku RKS ini. Untuk masing-masing diletakkan di kantor
pelaksana dan di kantor Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas
di lapangan.
28.2 Seluruh dokumen tersebut di atas harus dalam keadaan jelas mudah dibaca dan
sudah mencantumkan perubahan-perubahan terakhir.
28.3 Biaya penyediaan dokumen-dokumen tersebut menjadi tanggungan kontraktor.

29 : TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN


29.1 Dalam masa pemeliharaan, kontraktor tetap bertanggung jawab untuk memelihara
pekerjaan yang teklah selesai dilaksanakan. Apabila dalam masa pemeliharaan
tersebut ada pekerjaan-pekerjaan yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas,
maka kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan tersebut secepatnya.
29.2 Apabila dalam masa pemeriksaan ini kontraktor tidak melaksanakan perbaikan-
perbaikan seperti yang diminta Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan
Pengawas maka prestasi pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan
yang belum diperbaiki tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat dilaksanakan.

30 : TENAGA-TENAGA PEMELIHARA DARI PEMBERI TUGAS


30.1 Kontraktor wajib mengajarkan, melatih tenaga-tenaga memelihara (Maintenace)
dari pihak Pemberi Tugas, hingga pemakai biasa menggunakan seluruh system
dengan baik
30.2 Untuk hasil pekerjaan yang bersifat pabrikan berteknologi baru yang memerlukan
pengoperasian dan perawatan berkala, Kontraktor harus membuat Buku Petunjuk
Operasi dalam Bahasa Indonesia yang jelas sebanyak 6 (enam) set untuk Pemberi
tugas.

31 : GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN


31.1 Pelaksana pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar-gambar terakhir sesuai
dengan yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (as built drawing). Gambar
yang sesuai dengan kenyataan tersebut harus disetujui Direksi Pekerjaan (Pemberi
Tugas) / Kontraktor Pengawas.
31.2 Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut gambar aslinya
dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Pelaksana.

32 : KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA / KONTRAKTOR / SUB KONTRAKTOR


32.1 Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dari kontraktor satu dengan kontraktor
yang lain, harus selalu dalam konsultasi yang baik, agar kerusakan dari masing-
masing bidang pekerjaannya dapat dihindari.
32.2 Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari kontraktor yang bersangkutan
diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai
dan disetujui pemilik proyek atau Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas secara
tertulis.

33 : PENYERAHAN PERTAMA
Pada akhir pekerjaan menjelang penyerahan pertama ;
33.1 Semua pekerjaan sementara dibongkar setelah mendapat ijin dari Pihak Proyek
Direksi Pekerjaan (Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas atau ditunjuk oleh
Pemberi Tugas
33.2 Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih, utuh tanpa cacat.
33.3 Pelaksana diwajibkan menyerahkan kepada Pemilik Proyek / Direksi Pekerjaan
(Pemberi Tugas) / Konsultan Pengawas berupa :
d. 3 ( tiga) set gambar as built drawing dan seluruh pekerjaan yang
dilaksanakannya termasuk gambar dari rencana.
e. 3 (tiga) album photo berwarna.
33.4 Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan sampah dan lain-lain yang tidak
berguna pada pelaksanaan pembangunan
33.5 Serah Terima Pertama dilakukan setelah semua pekerjaan dilakukan pemeriksaan
dan uji terima (Acceptance Test) yang dilaksanakan pemeriksaan oleh pemberi
tugas.
33.6 14 (empat belas) hari sebelum Acceptance Test Pelaksana / Pemborong wajib
menyerahkan Protocol Uji Terima (Acceptance Test Protocol) secara lengkap untuk
mendapat pengesahan Pemberi tugas.
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan ini meliputi, pembuatan gudang sementara / direksi keet, pembuatan
papan nama pekerjaan, penyediaan air bersih dan listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan dan sarana MCK untuk tenaga kerja, dimana biaya-biaya untuk pembuatan /
pengadaannya harus sudah diperhitungkan dalam Dokumen Penawaran.
Disamping hal tersebut Pekerjaan ini mencakup penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan; seperti
pekerjaan pembersihan lapangan termasuk penebasan atau pemindahan pohon jika ada,
pengukuran, pembuatan tugu patok, pembagian dan pembuatan bangunan sementara,
akses jalan masuk serta pengadaan utilitas sementara.

2. Syarat-Syarat Teknis
1.1. Mobilisasi/ Demobilisasi
(1) Didalam melakukan penawaran kontraktor harus memperhitungkan biaya mobilisasi
dan demobilisasi selama pelaksanaan pekerjaan dalam hal ini termasuk pekerjaan
langsiran

1.2. Pekerjaan Pembersihan


Pembersihan sebelum pelaksanaan pekerjaan
(1) Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek harus dibersihkan dari sisa-sisa
bangunan lama, rumput, semak, lumpur, akar pohon, tanah humus, puing-puing dan
segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
Penebangan pohon-pohon adalah sesuai dengan petunjuk Direksi/ Pengawas.
(2) Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari tapak/ site, selambat-
lambatnya sebelum pekerjaan galian tanah dimulai.
(3) Semua pohon-pohon yang terdapat pada tapak/ site sejauh memungkinkan
diusahakan dipertahankan, dan bila selama masa pelaksanaan ada pohon yang rusak/
maka harus diganti oleh Kontraktor.
(4) Bila kemudian dilakukan pemadatan atau bila ada pengurugan baru dan dipadatkan
pada tanah asal atau bila dilakukan pengurugan yang akan dibangun harus dibuat
sesuai dengan gambar rencana keseluruhan.
Pembersihan sesudah serah terima pekerjaan
(1) Sesudah pekerjaan selesai sebelum serah terima pekerjaan kontraktor harus
membersihkan puing-puing kotoran bekas adukan yang tercecer. Lokasi harus dibuat
rata kembali sesuai keadaan semula.
(2) Kontraktor harus membersihkan bekas bedeng / direksi keet/ bangunan sementara,
dan ditumpuk/ dikumpulkan sesuai pentunjuk direksi/ konsultan pengawas dan
material bekas bangunan sementara menjadi hak milik proyek (pemberi tugas).
(3) Kontraktor harus membersihkan atau menimbun bekas galian septick tank sementara.
(4) Kontraktor harus membersihkan lantai keramik yang diakibatkan kegiatan/pekerjaan
rehabilitasi ini

1.3. Pekerjaan Pengukuran Dan Survey


(1) Sebelum pekerjaan pengukuran, Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat calibrasi
alat pesawat ukur yang masih berlaku. Pelaksanaan pengukuran harus sesuai dengan
rencana Site Plan/ Lay Out serta mendapatkan persetujuan sekaligus disaksikan
Direksi.
(2) Pengukuran dengan teliti harus dilakukan oleh Kontraktor dengan disaksikan oleh
Direksi untuk mengetahui batas-batas tapak, peil/ ketinggian tanah dan letak pohon
yang tidak akan ditebang.
(3) Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi.
Selanjutnya Kontraktor wajib melakukan penggambaran kembali tapak proyek sesuai
dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
(4) Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar. Ukuran-ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda harus
segera dilaporkan kepada Direksi/ Pengawas Lapangan. Bila dianggap perlu, Direksi
berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak, ukuran
suatu bagian pekerjaan.
(5) Untuk pembuatan Tugu Patok Dasar (TPD), Kontraktor wajib menyediakan point-
point Bench Mark minimum 4 titik atau sesuai instruksi Direksi, dan menyediakan
patok- patok kayu serta membuat bouwplank sesuai dengan panjang keliling
bangunan.
(6) TPD terbuat dari beton bertulang berpenampang 20x20 cm tertanam kuat sedalam 1
(satu) meter ke dalam tanah dengan permukaan yang muncul sesuai dengan
kebutuhan untuk memudahkan pengukuran selanjutnya. Sedikitnya dibuat 4 (empat)
buah TPD pada site. Jika dipandang perlu, Direksi berhak memerintahkan
penambahan titik TPD kepada Kontraktor. Pada TPD site harus dicantumkan peil
sesuai dengan gambar.
(7) Pekerjaan pengukuran harus diadakan lagi setelah dilakukan perataan, peninggian
penurunan tanah selesai dilaksanakan baru kemudian dengan persetujuan tertulis
dari Direksi, Kontraktor dapat melaksanakan pemasangan bouwplank.
(8) Semua bouwplank menggunakan kayu kelas II yaitu papan berukuran 3/20 cm dan
dipasang pada kayu berukuran 5/7 cm yang terpancang kuat pada tempatnya dengan
jarak maksimum 2 m. Permukaan tepi atas papan dasar (bouwplank) harus diserut
dan dipasang rata dengan menggunakan waterpass pada titik peil yang sesuai dengan
peil/ elevasi yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
(9) Seluruh ketepatan pekerjaan pengukuran baik ukuran panjang maupun sudut harus
terjamin kebenarannya dan hasil pengukuran harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi.
(10) Semua pekerjaan pengukuran harus menggunakan waterpass dan theodolith dan alat-
alat ukur yang disetujui Direksi. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau
benang hanya dibenarkan untuk bagian-bagian kecil dari pekerjaan dan harus
disetujui oleh Direksi/ Pengawas Lapangan.
(11) Kekeliruan hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.4. Pembagian Halaman dan Bangunan Sementara


(1) Kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu dengan Direksi mengenai
pembagian halaman untuk bangunan sementara. Selanjutnya Kontraktor harus
membuat bangunan sementara yang terdiri dari tempat penimbunan barang/ gudang
barang, ruang direksi, ruang kerja kontraktor, toilet, gardu jaga, barak kerja, dan
ruang-ruang lain yang dianggap perlu.
(2) Ruang kerja direksi/ keet dilengkapi dengan:
1 (satu) set meja kerja dan meja rapat kapasitas 12 orang.
Kotak P3K lengkap dengan obat-obatan.
1 (satu) set meja dan kursi tamu.

(3) Bila dipandang perlu atas instruksi Direksi, Kontraktor harus mendirikan pagar-pagar
sementara pada batas-batas yang mengelilingi tapak dengan tinggi 2,00 m terbuat
dari seng BJLS 28 bergelombang, dicat setara dengan warna yang ditentukan Direksi,
atau dengan bahan lain yang disetujui Direksi yang dipasang pada tiang dan rangka
kayu dan terpelihara keutuhannya selama pembangunan berlangsung.

1.4. Pengadaan Utilitas Sementara


(1) Kontraktor harus menyiapkan air bersih untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan,
termasuk pompa dan reservoirnya yang berukuran sekurang-kurangnya 2.000 liter
dan senantiasa terisi penuh.
Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya yang
dapat merusak kualitas air.
(2) Kontraktor harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya yang berasal dari PLN atau
dari Generator lengkap dengan lampu-lampu penerangan.
(3) Kontraktor wajib membuat saluran pembuangan air hujan dan septictank sementara.
(4) Bilamana diperlukan jalan akses sementara kontraktor harus membuat jalan akses
tersebut dan biaya menjadi tanggungan kontraktor.
(5) Semua biaya pengadaan utilitas sementara dan lain-lainnya menjadi tanggungan
Kontraktor. (Dalam mengajukan penawaran kontraktor harus sudah
memperhitungkan biaya pengadaan utilitas sementara)
PEKERJAAN TANAH

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
tanah seperti dinyatakan dalam gambar dan spesifikasi ini, termasuk semua pekerjaan
pembersihan dan penebasan pohon jika ada, galian dan urugan untuk bangunan serta
pemadatan tanah dan jalan atau pekerjaan tanah lainnya yang ditentukan kemudian oleh
Direksi/Pengawas.

2. Syarat-Syarat Teknis
2.1. Umum
(1) Persiapan daerah yang akan dikerjakan meliputi perbaikan tempat-tempat dimana
bangunan akan didirikan, penebasan atau pembabatan terhadap semua pohon,
belukar, sampah yang tertanam serta material lain yang merugikan berada dalam
daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar
atau dibuang dengan cara-cara yang disetujui oleh Direksi.
Semua sisa tanaman seperti akar-akar, batang pohon, rumput dan sebagainya harus
dihilangkan sampai kedalaman 50 cm di bawah tanah dasar. Batu atau material lain
yang sejenis jika ada harus pula dihilangkan sampai kedalaman 20 cm di bawah
tanah dasar.
(2) Semua daerah urugan harus dipadatkan baik untuk urugan yang sudah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.

2.2. Standar Rujukan


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat
Hidrometer.
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus
Pasir.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar
Pd M 29-1998-03 : Metode Pengujian untuk menentukan tanah ekspansif
SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan
Cetakan Benda Uji
Pd T-03-1998-03 : Tata cara Klassifikasi Tanah dan campuran tanah agregat
untuk konstruksi jalan

2.3. Pekerjaan Galian


Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari site plan atau sekitarnya yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
2.3.1 Galian biasa untuk material timbunan
1. Bahan galian yang memenuhi persyaratan yang akan digunakan sebagai
material timbunan harus bebas dari bahan-bahan organik dalam jumlah yang
merusak, seperti daun, rumput, akar dan kotoran
2. Material yang dikalssifikasi oleh UNIFIED sebagai OL, OH dan Pt tidak boleh
digunakan.
3. Sedangkan material yang tergolong GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC dapat
diterima, dengan syarat material itu keras dan tidak mempunyai sifat yang khas.
4. Material yang tergolong CH atau MH dapat dipergunakan untuk timbunan,
kecuali bila ditentukan lain pada gambar atau pada bagian lain, tetapi tidak
untuk dipergunakan 30 cm dibawah dasar perkerasan sebagai subgrade,
kecuali dapat mencapai nilai CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4
hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum seperti ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989.
2.3.2 Galian biasa sebagai bahan buangan
Bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan atau
material galian dianggap sebagai tidak diperlukan dalam konstruksi bila Direksi
Pekerjaan menentukan demikian
2.3.3 Galian batu tanpa menggunakan bahan peledak
Bila material galian adalah gumpalan (conglomerat) atau batuan lunak sedemikian
rupa sehingga menurut pendapat Direksi Pekerjaan material tersebut tidak cukup
padat sehingga masih dapat dibongkar dengan ripper dan tidak perlu dibelah
dengan alat bertekanan udara atau pun diledakkan.
2.3.4 Galian batu menggunakan bahan peledak
Bila menurut Direksi Pekerjaan penggalian tidak praktis dengan menggunakan
penggalian dengan alat bertekanan udara atau penggaru (ripper) hidrolis berkuku
tunggal, dan penggalian hanya praktis menggunakan peledakan.
2.3.5 Galian Struktur
1. mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut
atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
2. Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok beton
penahan tanah, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam
Spesifikasi ini.
3. Pekerjaan galian struktur mencakup : penimbunan kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai;
semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong;
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
2.3.6 Galian Perkerasan Beraspal
1. mencakup galian pada perkerasan lama termasuk agregat base atau jalan beton
yang dibongkar dengan milling machine dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas
perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh
3. Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang.
2.3.7 Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
1. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-
batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektif untuk pekerjaan timbunan atau penimbunan kembali.
2. Bahan galian yang mengandung tanah organik, tanah gambut (peat), tanah
ekspansif dengan aktivitas > 1,25 pada batasan tingi dan sangat tinggi Van Der
Merwe, tanah sensitivitas > 4, tanah jenuh air , serta sejumlah besar akar atau
bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat
Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang
akan mengakibatkan kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak
dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di sekitar site atau
lahan yang disediakan oleh Penyedia Jasa seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan.
2.3.8 Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara
1. Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementara
seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus
dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya
selesai.
2. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau
merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
3. Bahan bekas pekerjaan sementara menjadi milik Penyedia Jasa atau bila
memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan
untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang
relevan sesuai dengan yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
4. Setiap bahan galian dan bahan lainnya yang sementara waktu diijinkan untuk
ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan
berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
5. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi
dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
2.3.9 Persyaratan Pelaksanaan
1. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil
penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum
operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan
paling lambat hari sebelum pekerjaan dinilai.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar detil
seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk
digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan
dinding penahan rembesan (cut-off wall), dan gambar-gambar tersebut
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum
melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur
sementara yang diusulkan.
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian
untuk tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan
bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum
kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang
digunakan, yang menunjukkan lokasi pola serta jumlahnya, harus disimpan
oleh Penyedia Jasa untuk diperiksa Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan
tertulis tentang lokasi, kondisi susunan dan kuantitas perkerasan beraspal
yang akan dikupas atau digali.
2. Pengamanan Pekerjaan Galian
Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin
keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil
dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus
dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian
mungkin tidak stabil.
Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung
struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak
stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian
tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar
1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan
lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi
galian parit untuk goronggorong pipa atau galian pondasi untuk struktur,
terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam
galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya
untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana
mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak
yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi
galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja,
berada di bawah permukaan tanah, maka Penyedia Jasa harus
menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya
hanya memantau keamanan dan kemajuan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan,
ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian
yang ekstra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang
berlaku.
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau
penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin
bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang
berpengalaman dan bertanggungjawab.
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning
guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.
3. Metoda Kerja
Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang
mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan
dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka
untuk lalu lintas pada setiap saat.
Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasi-
operasi pekerjaan lainnya, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak yang berwenang
dan juga dari Direksi Pekerjaan.
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan maka setiap galian
perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada
hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
4. Kondisi Tempat Kerja
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut-off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam
pengeringan dengan pompa.
Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari,
maka Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci,
bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
5. Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan diatas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa sebagai berikut :
- Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai
memenuhi toleransi yang disyaratkan.
- Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi
lembek, maka material yang telah rusak harus dibuang dan ditimbun
kembali dengan bahan timbunan pilihan sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.
- Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang
melebihi yang telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan kondisi
perkerasan lama sampai mencapai elevasi rancangan dan persyaratan-
persyaratan yang seharusnya.
Utilitas Bawah Tanah
- Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk
memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang
diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak.
- Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel,
atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai
dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi
kegiatannya.
2.3.10 Pelaksanaan
1. Prosedur Umum
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan
harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang
dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan
perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat
pembelah bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku
tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan
untuk menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya,
peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan
oleh Direksi Pekerjaan.
Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan
atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi
yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat
menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau
orang harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru
maupun yang lama.
2. Galian untuk Struktur dan Pipa
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk
pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga
memungkinkan pemasangan bahan konstruksi dengan benar, pengawasan
dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan
dapat dilakukan dengan benar.
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain
untuk memungkinkan pengeringan lokasi dengan menggunakan pompa
sehingga pemasangan perancah, pemeriksaan dan pembuatan konstruksi
dapat dilakukan dengan baik. Cofferdam atau penyokong atau pengaku
yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus
diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin
kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan. Cofferdam,
penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan
atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada
timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang
diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang
dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut
dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi
tanahnya mengijinkan.
Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga
dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang
baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran
beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus
dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
Galian untuk mencapai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi
struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan
dicor.
3. Galian pada Sumber Bahan
Sumber bahan harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan
sumber galian lama harus diperoleh secara tertulis dari Direksi Pekerjaan
sebelum setiap operasi penggalian dimulai.
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan.
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian
ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
Sumber bahan yang lebih tinggi dari permukaan jalan, dapat mengalir
harus diratakan sedemikian rupa sehingga seluruh air permukaan ke
gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m
dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
2.4. Pekerjan Timbunan dan Pemadatan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah
atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali
galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui.
2.4.1 Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan
lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan,
dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor
yang kritis.
2.4.2 Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang
rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan
tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi
ini.
2.4.3 Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai
landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous yang
dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya partikel
halus tanah akibat proses penyaringan.
2.4.4 Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan alat-alat
berat, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sesuai garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2.4.5 Persyaratan
1. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
Dengan Alat Hidrometer.
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat
Konus Pasir.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah
yang mengandung Butir Kasar
Pd M 29-1998-03 : Metode Pengujian untuk menentukan tanah ekspansif
SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus
dengan Cetakan Benda Uji
Pd T-03-1998-03 : Tata cara Klassifikasi Tanah dan campuran tanah
agregat untuk konstruksi jalan
2. Toleransi Dimensi
Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih
dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
3. Persyaratan Bahan
Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui Bahan
dari Spesifikasi ini.
Timbunan Biasa
- Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dari
Spesifikasi ini.
- Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut Pd. T-03-1998-03
(AASHTO M145). Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi
tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada
bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.
- Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm
lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan
atau tanah dasar bahu jalan.
- Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI
03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum
(MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
- Tanah expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 yang
terletak pada garis batas derajat pengembangan menurut batasan Van
Der Merwe sebagai high atau very high, tidak boleh digunakan
sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas (SNI 03-1967-1990 dan SNI 03-1966-1990) dengan
prosentase kadar lempung (SNI 03-3423-1994)
Timbunan Pilihan
- Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan
telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai
timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui
sebagai hal tersebut sesuai dari Spesifikasi ini.
- Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri
dari bahan tanah atau tanah berbatu yang memenuhi semua ketentuan
di atas untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki
sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya,
seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
- Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4
hari perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
- Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan
dalam keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah
pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks
Plastisitas maksimum 6 %.
- Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering
normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau
kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang
akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa Biasa
Yang dimaksud dengan Tanah Rawa biasa adalah tanah rawa yang bukan
tanah gambut/tanah yang mengandung kadar organik sangat tinggi 75 %
- Timbunan Pasir dan Kerikil
Bahan timbunan pilihan diatas rawa haruslah pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan indeks plastisitas maksimum 5 %.
- Timbunan Batu Pilihan
Batu harus keras dan awet dan disediakan dalam rentang ukuran yang
memenuhi ketentuan dibawah ini.
Jika tidak disebutkan lain dalam gambar atau dalam spesifikasi khusus,
maka semua batu harus mempunyai volume 120 centimeter kubik
dengan berat minimal 40 kg dan mempunyai dimensi tidak kurang dari
300 mm. Untuk timbunan batu dengan manual, 75 % batu terhadap
volume total tidak boleh lebih kecil dari ukuran batu untuk riprap
sebagaimana yang disyaratkan dalam pasal 7.10.2 agar dapat mengunci
batu-batu besar tersebut sampai rapat dan yang terpenting dapat
mengisi rongga-rongga antar batuan besar yang dipasang sebagai
timbunan. Bagian muka batu yang terekspos harus seragam, tanpa
adanya tonjolan lebih dari 30 cm untuk timbunan batu dengan manual,
diluar garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
Timbunan Pilihan diatas Tanah Rawa Gambut
- Pada kasus gambut dangkal (ketebalan 2 m )
Bahan timbunan pilihan dan timbunan batu diperlakukan sama dengan
ketentuan Timbunan pilihan diatas Rawa Biasa, dengan terlebih dahulu
dipasang bahan yang berfungsi sebagai seperator seperti geotekstil atau
bahan yang sejenis.
- Pada kasus gambut kedalam sedang (ketebalan 2 sampai dengan 4
meter)
Jika tidak disebutkan lain dalam gambar atau dalam spesifikasi khusus,
maka terlebih
dahulu dapat dilakukan penimbunan dengan bahan granular.
Selanjutnya dapat
dilaksanakan seperti pada ketentuan kasus gambut dangkal.
Pada kasus gambut dalam (ketebalan 4 m)
- Sebelum dilakukan penimbunan perlu dipasang konstruksi
penambahan daya dukung sesuai kriteria beban dan penurunan yang
bekerja. Selanjutnya dapat ditimbun sebagai ketentuan kasus gambut
dangkal.
4. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah
Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi dasar
perkerasan dan tanah dasar timbunan sedalam 20 cm harus dipadatkan
sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI
03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan
yang tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
sesuai SNI 03-1976-1990 tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi dasar
perkerasan harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal dari Seksi
ini.
Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 50 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada
galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan.
Untuk timbunan, satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus
dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.
5. Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu
Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan
menggunakan pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa.
Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang
timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah
peralatan berat.
Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga
pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis
berikutnya dihampar.
Batu tidak boleh digunakan pada lapisan 15 cm teratas timbunan dan batu
berdimensi lebih besar dari 7,5 cm tidak diperkenankan untuk disertakan
dalam lapisan teratas ini.
6. Persyaratan Pelaksanaan
Pengajuan Kesiapan Kerja
- Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di
bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk
memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan :
Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan
yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai,
bilamana diperlukan menurut Pasal 3.2.3.1) di bawah ini.
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan :
Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan
selama Periode Kontrak
Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal pada seksi ini.
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk
tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,
tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan
timbunan sebelumnya :
Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal
seksi ini.
Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan
bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal pada
seksi ini dipenuhi.
Metoda Kerja
- Pelaksanaan Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan
setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu
lintas.
- Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan
tembok sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian
pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk
mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya
dapat diperkenankan untuk menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa
adanya resiko gangguan atau kerusakan pada pekerjaan jembatan.
Kondisi Tempat Kerja
- Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap
kering sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan,
dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang
yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan
air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik.
- Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus
dibuang ke dalam sistim drainase permanen.
- Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengen-dalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.
Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak
Stabil.
- Timbunan lapis akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
dalam Pasal pada seksi ini harus diperbaiki dengan memotong dan atau
menggemburkan permukaannya atau menambah bahan sebagaimana
yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan ulang.
- Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan dalam Pasal pada seksi ini atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya dan dicampur pengadukan hingga merata seluruhnya
dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang
disetujui.
- Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan
dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal pada seksi ini
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader
atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat
selama penanganan, dalam cuaca cerah.
- Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat
dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut
dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan yang memenuhi
persyaratan dan pada batas kadar air yang baik.
- Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini dan menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau karena hal lain, biasanya hanya memerlukan pekerjaan
pengupasan tipis terhadap permukaan yang menjadi gembur sepanjang
tidak ada perobahan terhadap sifat-sifat bahan dan kerataan
permukaan
- Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
- Penyedia Jasa haris melakukan perbaikan timbunan yang rusak akibat
gerusan banjir atau menjadi lembek setelah pekerjaan tersebut selesai
dikerjakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan seperti yang disyaratkan
dalam Pasal dari Spesifikasi ini.
Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa
dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan oleh Spesifikasi ini.
Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dalam
Pasal pada seksi ini.
Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi Pemeliharaan
dan Pengaturan Lalu Lintas.

2.4.6 Pelaksanaan
1. Penyiapan Tempat Kerja
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan Pasal dari Spesifikasi ini.
Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau
pembasahan bila diperlukan) sampai 20 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang
ditempatkan diatasnya.
Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan
di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus
dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama.
2. Penghamparan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal pada seksi ini.
Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan kecuali dengan
perlindungan sehingga air hujan tidak membasahi tumpukan tanah.
Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah
yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan
sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat
pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian
adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity.
Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton,
pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 14 hari.
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama
harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan dan akar-akaran
yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga
timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya pelebaran timbunan harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah perkerasan jalan lama, yang kemudian harus
ditutup secepat mungkin dengan lapis perkerasan hingga mencapai elevasi
permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan
oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat
dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
Bilamana timbunan pilihan diatas tanah rawa maka harus diletakkan sesuai
profil dalam gambar, dengan menggunakan alat dan ketebalan yang sesuai
dan disetujui Direksi Pekerjaan.
3. Pemadatan Timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal pada
seksi ini.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 cm dari bahan agregat bergradasi menerus dan dengan maksimum
ukuran 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal pada
seksi ini.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disya- ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah energi pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan
di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus
divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa
agar timbunan pada kedua sisi struktur selalu mempunyai elevasi yang
hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan
karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan pada ujung jembatan
tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment
sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg.
Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa
pipa terdukung sepenuhnya.
Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas
permukaan air dimana timbunan terendam sampai kendaraan pemadat
dapat digunakan, dengan alat pemadat yang cocok untuk pemadatan
material pasir, kerikil dan kerakal yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Kehilangan elevasi akibat penurunan harus diperhitungkan sejak awal
yakni dengan menambah bahan selama pemadatan sehingga elevasi
rencana dapat tercapai.
Pemadatan harus dilanjutkan sampai deformasi dibawah alat pemadat
sudah aman dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kepadatan bahan diatas
permukaan air diukur sesuai artikel dalam seksi ini
2.4 Perlindungan terhadap pohon existing
(1) Pohon-pohon yang ada pada lokasi sedapat mungkin dijaga oleh Kontraktor terhadap
pengrusakan.
(2) Pohon-pohon dalam daerah bangunan harus dipindahkan dan bekas-bekasnya diurug
kembali sampai rata dan padat. Lokasi penanaman kembali akan ditentukan
kemudian oleh Direksi/ Pengawas lapangan.
(3) Pohon-pohon di luar daerah bangunan tidak satupun yang dipotong. Lokasi dari
bangunan konstruksi serta gudang fasilitas dipilih lokasi yang tidak mengganggu atau
melanggar pertumbuhan tanaman.

2.5 Pengawasan dan Penelitian Lapangan


(1) Setiap penggalian dan pengurugan akan diawasi dan diberikan persetujuan dari
Direksi sebelum pekerjaan berikutnya dimulai.
(2) Pengurugan kembali tidak diperbolehkan sebelum Direksi memeriksa pekerjaan
pondasi atau pekerjaan lainnya yang akan tertutup oleh galian.
(3) Direksi harus diberitahu bahwa penelitian di lapangan sudah dapat dilaksanakan
untuk penentuan kepadatan relatif sebenarnya yang terjadi di lapangan.
(4) Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi/ Pengawas. Penelitian
tersebut dilaksanakan setiap 500 m dari timbunan dan setiap 1.000 m dari daerah
yang dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm.
(5) Sedikit pada bagian permukaan tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada
saat pemadatan.
(6) Semua biaya penelitian dan pengujian kepadatan tanah urugan di lapangan menjadi
tanggung jawab kontraktor
PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Umum
1.1 Peraturan/Ketentuan Umum
(1) Peraturan-Peraturan/ standard setempat yang biasa dipakai.
(2) Peraturan-Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2
(3) Peraturan-Peraturan Kayu Indonesia 1961, NI-5
(4) Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8
(5) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
(6) Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV)
No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.
(7) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Direksi
1.2 Lingkup Pekerjaan
(1) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan beton
bertulang seperti dinyatakan dalam gambargambar rencana dan memenuhi semua
persyaratan yang tercantum dalam bagian ini.
(2) Penyediaan pesawat alat ukur vertikal dan horizontal theodolit, pengukuran atau
survey, pembuatan point-point Bench Mark, pembuatan as-as dan elevasi
bangunan.
(3) Penyediaan acuan/ bekisting untuk beton bertulang termasuk perencanaan
konstruksi, pemasangan dan pembongkarannya.
(4) Penyediaan pembengkokan dan penempatan baja tulangan yang diperlukan.
(5) Penyediaan, pencampuran, penempatan dan perawatan semua beton biasa dan
bertulang seperti tercantum dalam gambar rencana.
(6) Penyediaan, penempatan, dan pemadatan bahan-bahan dasar untuk lantai kerja,
lantai, trotoir dan jalan dari beton dan sebagainya pada muka tanah.
(7) Pemasangan baut angkur, baji atau klos dan lain-lain yang merupakan bagian yang
diperlukan untuk ditanam atau dicor dalam beton guna mendukung konstruksi
atap, balok kayu, plafond/ langit-langit dinding tembok dan sebagainya.
(8) Pemotongan, penambahan dan atau penambalan beton.
(9) Zat tambahan atau additive yang diperlukan.
(10) Kerja sama dengan bermacam-macam jenis pekerjaan lainnya yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pekerjaan beton.
(11) Pekerjaan isian adukan encer pada bagian-bagian yang mengerut atau menciut
(non shrink grout).

2. Persyaratan Bahan
2.1 Semen Portland
(1) Harus memenuhi mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi
dan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 Pasal 3.2 dan
Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8).
(2) Semua semen terkirim harus dalam keadaan utuh, tidak rusak serta lengkap disertai
merk/ cap dari pabrik.
(3) Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan
ditumpukkan sesuai dengan syarat penumpukan semen. Semen yang telah
mengeras sebagian/ seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
2.2 Beton
Kecuali ditentukan lain mutu beton yang dipakai harus mempunyai kekuatan tekan hancur
karakteristik untuk umur 28 hari sebesar minimum 225 kg/ cm (K-225) untuk semua
pekerjaan struktur.
2.3 Additive
Kecuali ditentukan lain semua penggunaan bahan additive yang berfungsi untuk
memperbaiki pengerjaan, menambah kekuatan beton, dan lain-lain tidak boleh dipakai
tanpa ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas lapangan.
2.4 Agregat
(1) Agregat beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 Pasal
3.3, 3.4 dan 3.5.
(2) Agregat halus/ pasir dapat berupa pasir alam yaitu pasir muntilan, dan harus
terdiri dari butir-butir yang tajam, bersih, bebas dari kotoran organis atau bahan-
bahan lain yang bersifat merugikan; serta harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971. Pasir yang ditest menurut PBI 1971
Pasal 3.3 dan menghasilkan warna yang lebih keruh dari warna standar harus
ditolak.
(3) Agregat kasar, dapat berupa batu pecah atau manufactured coarse agregat, koral/
split atau kerikil dan bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan yang sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
(4) Penyimpanan/ penimbunan agregat beton harus dipisahkan satu dari yang lain,
hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton
yang tepat
2.5 Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali, dan bahan-bahan organis/ bahan lain yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI-3 Pasal 10. Apabila dipandang perlu Direksi dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Kontraktor.
2.6 Bekisting
Bahan bekisting boleh dipakai kayu, kayu lapis (multiplex/ plywood) atau bahan lain yang
disetujui Direksi, yang akan memberikan hasil yang baik pada permukaan beton serta
harus memberikan atau memudahkan diperolehnya suatu permukaan akhir beton yang
baik. Papan dengan tebal minimum 3 cm dari mutu kayu kelas 2 dapat dipakai untuk beton
biasa . Khusus untuk beton telanjang (exposed concrete) harus dipakai kayu lapis dengan
tebal minimum 12 mm dan type kedap air (moisture resistant).
2.7 Baja Tulangan
(1) Baja tulangan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 Pasal
3.7, bersih dari karat, sisik dan bahan lain yang melekat yang dapat mengurangi
daya beton.
(2) Baja tulangan yang digunakan adalah Baja polos SII produksi Krakatau Steel atau
produk lain yang disetujui Direksi.
(3) Baja tulangan baru dapat dipergunakan setelah Kontraktor menyerahkan hasil test
baja dari sejumlah sampel yang ditentukan oleh Direksi untuk setiap kali
pengiriman baja tulangan dari laboratorium pemeriksaan yang ditunjuk Direksi/
Pengawas serta memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam ayat 2 tersebut
diatas.
(4) Termasuk dalam bagian ini adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan dan pengikat tulangan pada tempatnya.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
3.1 Pekerjaan Bekisting
1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat-syarat PBI
1971 (NI-2).
2. Pemasangan bekisting harus sedemikian sehingga dapat membentuk bagian-bagian
konstruksi dengan baik dan benar, baik dalam dimensi, bentuk, kelurusan, elevasi
dan posisinya.
Perencanaan bekisting dan konstruksinya harus dipertanggung jawabkan oleh
Kontraktor, dimana bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban
vertical dan lateral dari adukan beton serta beban bergerak di atasnya termasuk pula
peninjauan terhadap beban angin, lendutan serta sesuai peraturan lain yang diatur
oleh Peraturan Pemerintah Daerah setempat.
3. Semua permukaan bekisting dan bahan atau alat yang akan ditanam dalam beton harus
dibersihkan dahulu dari gumpalan-gumpalan mortar (bekas adukan) dan atau bahan
yang bersifat merugikan dengan menggunakan alat air compresor sebelum campuran
beton ditempatkan atau dituang di atasnya.
4. Kecuali ditentukan lain atau disetujui Direksi, permukaan bekisting dapat diberlakukan
sebagai berikut :
Sebelum penempatan baja tulangan permukaan bekisting boleh dilapisi
dengan lapisan material atau bahan yang telah disetujui oleh Direksi.
Lapisan tersebut harus berfungsi mengurangi atau mencegah peresapan air
dari dalam beton serta tidak akan menodai permukaan beton akhir.
Permukaan bekisting yang akan dilapisi harus bersih, tidak kotor dan dan
lapisan tersebut tidak diperbolehkan terkena atau masuk ke dalam bagian-
bagian beton yang telah mengeras dimana adukan beton yang baru akan
dituangkan.
5. Konstruksi bekisting harus cukup rapat untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan
beton. Bekisting harus dijangkar untuk menopang atau mendukung permukaan lain
dan atau bagian-bagian lainnya dengan maksud mencegah kemungkinan pergerakan
ke arah vertical dan ke arah horizontal selama proses pengecoran berlangsung. Jalan-
jalan untuk lalu-lintas alat pengecoran dan lain-lain harus disediakan dengan papan
penopang berikut kaki-kakinya yang diletakkan langsung di atas bekisting atau
bagian konstruksi lainnya tetapi tidak diperbolehkan diletakkan di atas tulangan.
6. Direksi/ Pengawas akan memeriksa dan menyetujui secara tertulis semua pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan bekisting. Persetujuan mana tidak berarti Kontraktor
bebas atau terlepas dari tanggung jawab atas pekerjaannya.
3.2 Pekerjaan Pembesian
(1) Baja tulangan dibengkokkan serta dibentuk menurut ukuran dan bentuk yang sesuai
dalam gambar rencana.
(2) Pembengkokan semua baja tulangan harus dalam keadaan dingin kecuali ditentukan
lain oleh Direksi. Dalam hal kesalahan pembengkokan, tidak diperkenankan
membengkokkan kembali tulangan yang dapat merugikan atau merusak sifat-sifat
struktur bahan baja.
Untuk pekerjaan pemotongan dan pembengkokan baja tulangan, Kontraktor harus
menggunakan pekerja yang ahli dan terampil serta penggunaan alat yang tepat.
(3) Sebelum dilakukan penempatan, baja tulangan harus dibersihkan dari karatan, sisik
atau bahan-bahan lain yang melekat yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekatannya terhadap beton.
(4) Baja tulangan harus diletakkan pada posisi yang tepat dan kemudian dijaga terhadap
kemungkinan bergeser dengan diikatkan satu dan lainnya dengan kawat beton dan
kemudian diberi penyangga tulangan seperti metal chairs, spacers, atau gantungan
sesuai yang diperlukan. Ujung-ujung kawat beton harus dibengkokkan ke arah
sebelah dalam dan tidak boleh keluar dari selimut beton.
(5) Bilamana diperlukan sambungan tulangan pada titik yang lain daripada yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, posisi dan cara penyambungan harus ditentukan
berdasarkan perhitungan kekuatan dan yang disetujui oleh Direksi.
(6) Penyimpangan letak tulangan pokok dari letak yang direncanakan tidak boleh
melebihi batas-batas sebagai berikut :
3,0 mm untuk penampang dengan tebal tidak lebih dari 15 cm.
6,0 mm untuk penampang dengan tebal lebih dari 15 cm.
3,0 mm untuk pondasi dan poer.
(7) Bilamana diperlukan perbaikan-perbaikan dan pemotongan baja tulangan pada lokasi
penyetelan, tidak dibenarkan menggunakan alat pemanas dan fire cutting.
3.3 Beton Decking dan Selimut Beton
(1) Beton decking/ ganjal harus dibuat terlebih dahulu sebelum pekerjaan konstruksi
beton dimulai. Terbuat dari campuran 1 PC : 3 Pasir, dicetak setebal 2 cm atau sesuai
dengan ketebalan selimut beton yang diisyaratkan berukuran 4 x 4 cm lengkap
dengan kawat pengikatnya. Sesudah keras dan kering udara harus direndam air.
(2) Untuk konstruksi balok dan kolom, setiap 1 m dipasang 10 (sepuluh) buah dan
untuk pelat lantai dipasang sebanyak 5 (lima) buah utuk setiap 1 m.
(3) Selimut beton yang disyaratkan adalah mengikuti tabel berikut ini,

Tabel 1. Selimut Beton


Selimut Beton Minimum (cm)
BAGIAN KONSTRUKSI
di dalam di luar tidak terlihat
Plat dan selaput 1,0 1,5 2,0
Dinding dan keping 1,5 2,0 2,5
Balok 2,0 2,5 3,0
Kolom 2,5 3,0 3,5

(4) Untuk bagian konstruksi yang tahan api, maka selimut beton harus lebih besar dari
selimut beton minimum tersebut di atas.
(5) Tulangan yang kelihatan atau stek-stek untuk sambungan dalam rangka persiapan
perluasan di kemudian hari harus dilindungi terhadap kemungkinan karatan dengan
membungkus dengan beton atau penutup lainnya yang cukup untuk mencegah
timbulnya karatan.
3.4 Campuran Beton
(1) Kontraktor diharuskan untuk merencanakan campuran beton sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan kekuatan seperti yang ditunjukkan dalam gambar
rencana atau dalam pasal 2.2 dari peraturan persyaratan bahan.
(2) Kekentalan beton (workability) harus dipilih sedemikian sehingga disesuaikan dengan
ukuran penampang yang akan dicor, jumlah tulangan, alat pemadat/ penggetar yang
dipakai supaya pemadatan dapat dilakukan dengan baik tanpa mengakibatkan
pemisahan (segregation) agregat ataupun membawa kelebihan air ke lapisan
permukaan. Sebagai pedoman mengenai kekentalan beton jika tidak ditentukan lain
adalah sesuai tabel berikut :

Tabel 2. Kekentalan Beton


Derajat Nilai Slump
KONDISI PENGECORAN
Kekentalan (cm)
Penampang yang membutuhkan sangat rendah 0-1
penggetaran intensif
Penampang yang mempunyai tulangan
ringan rendah 1-5
Penampang yang mempunyai tulangan sedang 5 - 10
berat
Penampang yang mempunyai tulangan
sangat berat dan sulit menggunakan alat tinggi 10 - 20
penggetar

(3) Adukan beton harus cukup kompak (cohesive) untuk menghindari adanya pemisahan
selama proses pengangkutan dan pengecoran. Adukan beton yang mempunyai sifat
mudah memisah harus tidak dipakai untuk pekerjaan ini.
(4) Faktor air semen (water cement ratio) atau w/c umumnya dipilih supaya memenuhi
persyaratan kekuatan dan kekentalan beton tetapi harus dibatasi sehingga
menghasilkan mutu beton dengan daya ketahanan (durability) yang cukup.
Tabel 3. Faktor Air Semen Beton
Jenis Pekerjaan W/ C Maksimum

Penampang yang tipis (plat, pipa, ornamen beton,


0,50
dan yang mempunyai selimut beton kurang dari 2,5
cm.

Balok, kolom, tiang pondasi dan penahan tanah, dll. 0,55 0,60
(5) Campuran beton harus dinyatakan dalam perbandingan volume antara semen dan
agregat, air dapat juga dinyatakan dalam volume. Kontraktor diharuskan untuk
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi untuk setiap rencana dan atau perubahan/
penyesuaian campuran beton sehubungan dengan kekuatan dan kekentalan yang
disyaratkan.
(6) Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum persetujuan tertulis dari Direksi mengenai
rencana campuran beton dan campuran percobaan (trial mix) diberikan.
3.5 Pembuatan Beton di Lapangan
(1) Pengadukan beton harus dilakukan dengan sejumlah mesin pengaduk yang
mempunyai kapasitas seimbang dengan besarnya bagian pekerjaan beton yang akan
dicor. Jenis dan kapasitas mesin pengaduk yang akan dipakai harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi.
(2) Mesin pengaduk beserta alat-alatnya harus dipelihara supaya dalam keadaan siap
pakai, bersih, dan bebas dari gumpalan-gumpalan beton dari bekas sisa adukan beton
sebelumnya.
(3) Waktu pengadukan minimal 2 (dua) menit setelah seluruh bahan yang diperlukan
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk supaya diperoleh hasil adukan beton yang
uniform dan baik.
(4) Adukan beton yang dihasilkan dari satu kali pengadukan harus dituang seluruhnya
sebelum pengadukan berikutnya dilakukan. Tidak diperbolehkan untuk
menambahkan air pada setiap adukan yang sudah tertuang dari mesin pengaduk.
(5) Kecuali ditentukan lain pengadukan beton dengan tangan tidak diperkenankan.
(6) Semen yang dipakai harus diukur dengan volume atau kantong. Agregat halus dan
kasar diukur secara terpisah untuk memperhitungkan adanya air yang terkandung di
dalamnya. Pemakaian jumlah air harus disesuaikan dengan memperhitungkan
banyaknya kadar air yang terkandung di dalam agregat.

3.6 Campuran Percobaan (Trial Mix)


(1) Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan Kontraktor diwajibkan untuk membuat
campuran percobaan (trial mix) dan ditest di Laboratorium Beton di Perguruan Tinggi
Negeri Semarang, sehingga diperoleh rencana campuran yang memenuhi syarat-
syarat kekuatan, kelekatan dan lain-lain yang ditentukan dalam peraturan bagian
pekerjaan ini.
(2) Segala keperluan yang menyangkut persiapan, pengadaan, pengerjaan, dan
pengetesan dari campuran percobaan tersebut menjadi beban Kontraktor.
(3) Adukan beton yang diperoleh dari campuran percobaan tidak boleh dipakai untuk
pengecoran pekerjaan beton sebenarnya.
(4) Bilamana diperlukan Direksi dapat menetapkan lebih dari satu macam campuran
percobaan.
(5) Hasil evaluasi setiap campuran percobaan harus diserahkan kepada Direksi dalam
rangkap 3 (tiga) dan laporannya meliputi :
Jenis dan gradasi dari agregat.
Sumber suplai bahan agregat.
Jenis dan merk semen yang dipakai.
Rencana campuran untuk 1 m adukan beton.
Data lengkap mengenai hasil test kekuatan beton
3.7 Pengangkutan Beton
(1) Adukan beton diangkut dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran sedemikian
rupa sehingga dicegah supaya tidak menimbulkan perubahan dari sifat beton seperti
kekentalan , kelekatannya dan kekuatannya.
(2) Kontraktor diharuskan untuk menyediakan sejumlah peralatan dan pekerja yang
cukup untuk kontinuitas pengangkutan adukan beton dengan tanpa tertunda dan
dengan cara yang disetujui Direksi.
(3) Harus diadakan tindakan pencegahan supaya adukan beton tidak terjatuh di atas
bekisting, lalu lintas pengangkutan tidak merubah posisi penulangan khususnya
penulangan pelat dan proses pengangkutan tidak menimbulkan pemisahan di dalam
adukan beton.
(4) Semua alat-alat yang dipakai harus dipelihara supaya tetap bersih dan bebas dari
bekas-bekas adukan beton sebelumnya.
(5) Bila direncanakan untuk mengadakan pemompaan adukan ke tempat bagian
pekerjaan yang akan dicor, Kontraktor harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi, meliputi :
Jenis dan peralatan yang dipakai.
Pengaturan umum dan cara-cara pembagian jaringan pipa pengecoran
termasuk tumpuannya.
Cara-cara pengisian dan pengosongan pipa pengecoran adukan.
Pengaturan kontinuitas pengadaan adukan beton sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Cara-cara penanganan dalam hal terjadi kesulitan dan atau penundaan
pengecoran di lapangan.
Adukan mortar atau grout untuk melicinkan bagian dalam pipa adukan sebelum diisi
adukan beton tidak boleh dituangkan di atas bekisting, harus disediakan alat-alat
untuk menampung buangan mortar tersebut.
Penggunaan air yang dipompa untuk membersihkan pipa adukan harus dijaga supaya
air buangan yang keluar tidak mengalir ke arah adukan beton segar yang baru dicor.

3.8 Pengecoran Beton


(1) Pengecoran tidak dapat dilakukan, apabila :
Tanpa kehadiran dari Direksi/ Pengawas.
Sebelum permukaan bekisting dibersihkan dari kotoran yang dapat merugikan
kekuatan beton dan untuk pengecoran pondasi tidak boleh terdapat genangan
air dalam galian tanah.
Sebelum semua persiapan dan pembesian diperiksa dan disetujui oleh Direksi/
Pengawas secara tertulis. Persetujuan mana tidak membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.
Di luar jam kerja yang ditentukan dan pengecoran yang hendak dilakukan di
luar jam kerja yang sudah ditetapkan harus mendapatkan izin dari Direksi.
(2) Adukan beton harus sudah dituangkan tanpa tertunda dalam waktu paling lambat 15
(lima belas) menit setelah keluar dari alat pengaduk.
(3) Adukan beton dituangkan sedemikian sehingga dicegah supaya tidak menimbulkan
pemisahan (segregation) dan tidak merubah posisi penulangan. Adukan beton dari
ember beton (concrete borrow) harus diarahkan supaya dituang secara tegak lurus ke
dalam bentuk bekisting yang dalam seperti pada kolom. Pelaksanaan pengecoran
tidak boleh dilakukan dari ketinggian yang melampaui 1,50 meter (jatuh bebas)
kecuali jika dipergunakan alat khusus seperti pompa beton
(4) Pengecoran harus dilakukan terus menerus tanpa terputus diantara batas-batas
daerah pengecoran (construction joints). Untuk penampang yang tinggi penempatan
adukan beton diatur berlapis-lapis di arah horizontal dan tidak melebihi ketebalan 50
cm.
3.9 Pemadatan Beton
(1) Kontraktor harus menyediakan sejumlah alat pemadat/ penggetar adukan beton yang
siap pakai termasuk jenis, ukuran, kapasitas dan typenya yang sesuai dengan bagian
pekerjaan beton yang akan dipadatkan.
(2) Semua adukan beton harus dipadatkan dengan alat penggetar sampai dicapai
kepadatan maksimum dan mengisi penuh bagian-bagian bekisting, sekeliling
penulangan tanpa ada rongga-rongga. Terkecuali ditentukan lain, cara pemadatan
adukan beton dengan tangan tidak diperbolehkan.
(3) Pemadatan berlangsung sampai adukan beton menjadi plastis, air semen mulai
muncul di permukaan dan gelembung udara terlihat keluar. Penggetaran yang
berlebihan tidak dibenarkan.
(4) Supaya diperoleh pemadatan yang sempurna alat penggetar harus diletakkan secara
tegak lurus dan penarikan kembali harus perlahan guna menghindari terjadinya
rongga-rongga. Alat penggetar tidak boleh diletakkan di atas lapisan beton yang
sudah mulai mengeras. Alat penggetar tidak boleh dipergunakan untuk mengalirkan
adukan beton dalam arah horizontal.
(5) Penggunaan alat penggetar luar (external/ surface vibrator) hanya diperbolehkan
bilamana ada persetujuan tertulis dari Direksi .
3.10 Sambungan Pengecoran (Construction Joints)
(1) Sambungan pengecoran (construction joints) untuk balok dan pelat harus vertikal
dan harus diletakkan di dekat tengah-tengah bentangnya, kecuali bila balok-balok
bertemu satu sama lain pada daerah tersebut maka letak bidang sambungnya boleh
digeser sejauh dua kali lebar baloknya. Bidang sambungan untuk balok harus dibuat
seperti bergigi (shear key) pada tengah-tengah tinggi balok.
(2) Sambungan pengecoran untuk kolom harus dibuat lurus dan horizontal dan
diletakkan pada bagian sedikit sebelah atas dan sedikit sebelah bawah dari pertemuan
balok dan lantai.
(3) Sebelum menempatkan adukan beton baru pada bidang sambungan harus
dibersihkan dan dibuat permukaan kasar. Setiap kotoran yang melekat pada bidang
sambungan horizontal harus dihilangkan dengan disikat, disemprot dengan tekanan
air atau sand blasing. Sesaat sebelum adukan beton baru ditempatkan pada bidang
sambungan, permukaannya harus dibasahi dengan air semen atau dengan aditive
perekat beton.
Untuk sambungan horizontal pada dinding atau kolom diberi satu lapisan campuran
mortar yang mempunyai susunan semen pasir yang sama dengan adukan beton yang
akan disambung sepanjang bidang sambungan setebal 4 cm. Perhatian khusus harus
dilakukan untuk pemadatan di daerah sekitar bidang sambungan.
3.11 Dilatasi (Expansion Joint)
(1) Letak dilatasi atau expansion joint ditentukan menurut gambar rencana.
(2) Jika tidak ditentukan lain lubang dilatasi diisi dengan bahan yang fleksibel dan
dilengkapi dengan waterstop dari jenis dan type yang disetujui Direksi.
3.12 Perawatan dan Perlindungan Beton
(1) Selama proses pengerasan adukan beton berlangsung, minimal 7 (tujuh) hari setelah
pengecoran dilakukan, beton harus dijaga supaya tidak terganggu dari sengatan
panas matahari, hujan, aliran air atau benturan-benturan yang dapat merusak beton.
Semua bidang permukaan beton yang terbuka harus tetap dalam keadaan basah atau
lembab terus-menerus selama periode ini.
(2) Cara perawatan beton dapat dilakukan dengan menggenangi/ merendam dengan air,
percikan air, menutupi dengan karung-karung basah terhadap semua permukaan
beton.
(3) Tidak diperkenankan untuk menggunakan lantai yang belum cukup umur sebagai
tempat tempat penimbunan bahan dan atau sebagai jalan lalu-lintas pengangkutan
bahan-bahan yang berat.
3.13 Test Beton
(1) Semua pekerjaan test beton menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua bahan, peralatan dan fasilitas lainnya untuk melakukan
pengambilan sampel beton di lapangan.
(2) Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan percobaan pendahuluan minimal 20
benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15x15x15 cm pada umur 28 hari atau
kurang sesuai dengan Pasal 4.1 ayat 4 PBI 1971. Kubus-kubus beton dicetak dengan
cetakan terbuat dari logam yang sudah disetujui oleh Direksi.
(3) Selama masa pelaksanaan Kontraktor diwajibkan secara tetap membuat benda-benda
uji kubus beton sesuai dengan Pasal 4.1 ayat 2 PBI 1971 yaitu untuk setiap 5 m beton
minimal harus dibuat satu benda uji.
Lokasi tempat pengambilan benda uji harus disesuaikan dengan bagian pekerjaan
beton yang sedang dicor dan harus ditentukan dan disetujui oleh Pengawas/ Direksi.
Khusus untuk pengecoran kolom harus diambil menimum satu benda uji untuk tiap-
tiap kolom yang dicor.
(4) Direksi/ Pengawas berhak memerintahkan pengambilan benda uji setiap saat
bilamana diperlukan dengan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Kontraktor harus
menyiapkan segala sesuatu fasilitasnya sehubungan dengan itu.
(5) Benda uji kubus harus diberi nomor, kode, tanggal cor, susunan campuran beton,
bagian yang diambil contohnya, slump dan kemudian dibawa Kontraktor kepada
laboratorium pemeriksaan bahan yang ditunjuk oleh Direksi dan dilakukan test kubus
beton setelah beton mencapai umur 3, 7 dan 28 hari atau sesuai permintaan Direksi.
Hasil test kekuatan tekan hancur kubus beton dari waktu ke waktu harus diserahkan
kepada Direksi dalam rangkap 3 (tiga), minimal mencantumkan harga karakteristik,
deviasi standard, nilai slump, tanggal pengecoran dan pengujian.
(6) Pengujian slump ditentukan pada setiap interval tertentu sesuai yang diperlukan
untuk memeriksa derajad kekentalan adukan dan dilaksanakan mengikuti cara-cara
yang ditetapkan dalam PBI 1971 Pasal 4.4 ayat 2 dan 3. Pengujian slump tidak
berlaku untuk adukan beton yang memakai bahan pembantu (additive).
(7) Jika hasil dari test kekuatan tekan hancur kubus beton tidak memenuhi syarat yang
ditentukan, Pengawas/ Direksi akan mengadakan non destruktif test atau percobaan
curing sesuai ketentuan yang tercantum dalam PBI 1971 Pasal 4.8. Tempat
pengambilan contoh non destruktif test akan ditentukan oleh Direksi dan semua
pembiayaan untuk hal ini dibebankan kepada Kontraktor. Apabila percobaan curing
masih gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru
sesuai dengan petunjuk Direksi.
3.14 Pembongkaran Bekisting
(1) Cara pembongkaran bekisting harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam PBI
1971 Pasal 5.8.
(2) Pembongkaran harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan benturan-benturan
yang merusak kekuatan beton.
(3) Jika tidak ditentukan lain cetakan samping dari balok dan kolom dapat dibongkar
setelah beton berumur 3 (tiga) hari dan secara umum semua bekisting boleh
dibongkar setelah beton berumur 21 (duapuluh satu) hari.
(4) Pembongkaran bekisting akan dilakukan setelah Kontraktor memperoleh izin tertulis
dari Direksi.

3.15 Perbaikan Pekerjaan Beton


(1) Kontraktor diharuskan memeriksa hasil pekerjaan beton segera setelah pembongkaran
bekisting dilakukan dan melaporkan secara tertulis kepada Direksi mengenai
ketidaksempurnaan hasil pekerjaan beton seperti keropos, sarang-sarang kerikil, retak
atau susut dari permukaan beton. Kontraktor dilarang memperbaiki
ketidaksempurnaan itu sebelum Direksi memeriksa dan membarikan persetujuan
untuk diperbaiki.
(2) Bila hasil test menunjukkan bahwa kekuatan beton tidak memenuhi syarat yang
diminta dalam peraturan pekerjaan ini, Direksi akan memerintahkan untuk
membongkar dan mengganti kembali sebagian atau seluruh pekerjaan tersebut atas
biaya Kontraktor. Pembongkaran bagian pekerjaan beton yang akan diperbaiki harus
mencapai posisi yang paling baik untuk dibuat sebagai construction joint
sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi/ Pengawas.
(3) Bila ketidaksempurnaan pekerjaan beton dianggap dapat diperbaiki tanpa melakukan
pembongkaran, Kontraktor diharuskan memperoleh persetujuan tertulis dari Doreksi
mengenai cara-cara perbaikan yang diusulkannya.
Penambalan dan perbaikan tidak dapat dilakukan sebelum Direksi memeriksa
ketidaksempurnaan pekerjaan tersebut dan memberikan persetujuannya untuk
ditambal atau diperbaiki.
(4) Bila beton yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan dalam peraturan ini maka
Direksi mempunyai wewenang untuk menghentikan pekerjaan pengecoran beton.
3.16 Percobaan Pembebanan
(1) Direksi akan meminta diadakan percobaan pembebanan atas beban biaya Kontraktor
dalam hal :
Ketidaksempurnaan pekerjaan.
Overloading bagian konstruksi akibat pembongkaran bekisting terlalu awal.
atau karena alasan-alasan teknis lainnya.
(2) Cara-cara percobaan pembebanan harus mengikuti ketentuan PBI 1971 Pasal 4.8 ayat
2 dan atau standar peraturan lainnya yang disetujui oleh Direksi.

3.17 Penyelesaian Permukaan Beton


(1) Untuk menyelesaiakan permukaan beton yang direncanakan terbuka (exposed
concrete), penghalusan permukaan beton harus dengan adukan mortar yang sesuai
denga warna permukaan beton sekitarnya. Contoh-contoh adukan harus dibuat untuk
diperiksa warnanya sebelum dilakukan pengerjaan penghalusan tersebut.
Permukaan beton yang akan dihaluskan dengan adukan mortar harus dibersihkan
dan dibasahi terlebih dahulu.
(2) Permukaan pelat lantai atau atap harus dibuat rata atau sesuai elevasi yang ditentukan
dalam gambar rencana dengan alat perata dan dipadatkan sedemikian sehingga
semua agregat kasar tidak muncul di permukaan. Dilarang memercikkan air untuk
membantu proses perataan permukaan beton.

3.18 Toleransi
(1) Kecuali ditentukan lain dari gambar rencana, pemasangan, ukuran dan level dari
akhir pekerjaan harus harus dalam batas-batas maksimum toleransi yang diberikan,
sebagai berikut :
o Untuk Kolom dan Dinding
Dalam arah horizontal: 6 mm untuk setiap panjang 3 m dengan maks. 2,5 cm.
Dalam arah vertikal : 5 mm untuk setiap tinggi 5 m dengan maksimum 1,2 cm
dari keseluruhan tinggi bangunan atau untuk ketinggian sampai dengan 30 m
dan 2,0 cm untuk ketinggian sampai dengan 60 m.
o Untuk kerataan permukaan pelat, garis bawah balok dan plafon: 6 mm untuk
panjang 3 m, 1 cm untuk panjang 6 m dengan maksimum 2 cm untuk keseluruhan
bentang.
o Untuk Elevasi : 6 mm untuk tinggi lantai 3 m dan 1 cm untuk tinggi lantai 6 m
dengan maksimum 2 cm (akumulasi dari tiap toleransi) untuk keseluruhan
tinggi bangunan.
o Untuk penampang kurang dari 15 cm batas toleransi 3 mm sampai maks. 1 cm;
dan untuk penampang sampai dengan 15 cm atau lebih toleransi yang diberikan
6 mm sampai 1,2 cm

3.19 Persyaratan Beton Kedap Air


(1) Talang beton, reservoir, dak atap, lantai serta dinding yang berhubungan langsung
dengan tanah dan atau air harus dibuat kedap air.
(2) Beton kedap air dapat diperoleh dengan menggunakan faktor perbandingan air semen
minimum sedemikian sehingga plastisitas atau kekentalan yang diperoleh masih dapat
untuk dikerjakan, dicor dan dipadatkan. Untuk tujuan kedap air ini banyaknya semen
yang dipakai setiap kubik beton minimum sebesar 400 kg.
Penggunaan bahan-bahan tambahan dengan maksud untuk mendapatkan kualitas
beton kedap air yang lebih baik dapat dipakai sepanjang teknis pemakaiannya
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor diwajibkan untuk berkonsultasi
dengan seksama mengenai petunjuk-petunjuk cara pemakaiannya dengan Pihak
Supplier. Pemakaian bahan-bahan tambahan ini harus mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi .
(3) Untuk dak atap, bak air dan dinding atau lantai yang berhubungan langsung dengan
tanah atau air harus menggunakan waterproofing. Permukaan beton yang akan di-
waterproofing harus dibersihkan dan dipersiapkan sedemikian rupa sesuai dengan
petunjuk dan rekomendasi dari pabrik pembuat.
(4) Konstruksi beton kedap air yang sudah selesai dikerjakan harus diuji kekedapannya
dengan cara diisi dengan air lalu didiamkan selama minimal 7 (tujuh) hari kalender
dan penelitian terhadap kebocoran dan kerembesan dilakukan.
Bagian-bagian yang bocor, rembes atau cacat lainnya pada konstruksi harus
diperbaiki. Kontraktor mengajukan usulan tertulis mengenai cara-cara perbaikannya
untuk mendapat persetujuan dari Direksi.
Kontraktor tidak diperbolehkan memperbaiki sebelum mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi. Semua biaya perbaikan menjadi beban Kontraktor.

3.20 Pengamatan Berkala


(1) Kontraktor diharuskan untuk setiap kali mengadakan pemeriksaan mengenai
ketegakan/ kelurusan dari masing-masing kolom mulai lantai terbawah sampai
dengan lantai-lantai yang akan dikerjakan.
(2) Setiap kali ada ketidakcocokan dari hasil pengamatan rutin di atas, Kontraktor
diharuskan untuk melaporkan kepada Direksi. Semua biaya akibat pengaruh dan atau
perbaiakan akibat hal-hal tersebut menjadi beban Kontraktor.
(3) Kontraktor diharuskan untuk setiap kali mengadakan pengamatan rutin mengenai
leveling dari masing-masing lantai bangunan sampai dengan berakhirnya proyek.
Sebagai titik reference untuk keperluan ini akan ditentukan oleh Direksi.
(4) Semua hasil pengamatan di atas harus diserahkan kepada Direksi dalam rangkap 3
(tiga) paling lambat satu hari setelah pengamatan selesai dilakukan.
(5) Kontraktor harus menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk persiapan pengamatan
yang sewaktu-waktu diminta oleh Direksi/ Pengawas Lapangan berupa pesawat ukur
horizontal dan vertikal.
1) lain-lainnya yang belum/tidak tarcakup dalam gambar kerja, namun
memenuhi persyaratan pabrik.
2) Penyimpanan atap disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak boleh
berhubungan dengan tanah/lantai dan sebaiknya disimpan di dalam gudang
beratap.
3) Penyimpanan di tempat terbuka genteng harus terlindungi dengan terpal
atau plastik untuk mencegah agar air hujan/embun tidak masuk ke dalam
celah-celah tumpukan genteng. Air yang sempat masuk ke dalam celah
tersebut dapat memberikan carat terhadap permukaan genteng akibat
kondensasi.
PEKERJAAN PONDASI

1. Pekerjaan Persiapan
1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan
instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian,
pengisian / pengurugan dan pembuatan konstruksi pondasi.

1.2. Penggalian Tanah


(1) Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang
ditentukan menurut keperluan.
(2) Dasar dari semua galian harus watter pass, bilamana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedangkan
lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, dan dipadatkan sehingga mendapatkan
kembali dasae yang waterpass.
(3) Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi, harus disediakan pompa air atau pompa
lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
(4) Kontraktor harus memperhatikan pengaman terhadap dinding tepi galian agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau
lereng yang cukup.
(5) Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu, yaitu sampai mencapai ketinggian tanah asli semula, harus segera disingkirkan
dari halaman pekerjaan.
(6) Seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di lapangan harus segera
dilaporkan ke Pejabat Pembuat Komitmen dan harus dilindungi dari kerusakan dan bila
mengalami kerusakan akibat kelalaian kontraktor, maka harus diganti/direparasi oleh
kontraktor atas tanggungannya sendiri.
(7) Bila suatu alat pelayanan dinas yang masih berfungsi ditemui di lapangan dan hal
tersebut tidak tertera pada gambar dan ternyata diperlukan perlindungan atau
pemindahan, Kontraktor harus bertanggungjawab untuk mengambil setiap langkah
apapun yang diperlukan untuk perlindungan.

1.3. Pengurugan Pondasi


(1) Lingkup pekerjaan:
Untuk peninggian guna mencapai suatu level konstruksi sesuai gambar.
Urugan kembali pada akhir pekerjaan pondasi untuk pengisian dan leveling di
sekitar konstruksi pondasi.
Luas daerah pengurugan adalah sesuai gambar rencana
(2) Bahan-bahan
Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian atas
urugan, di bawah foot plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi-pondasi harus
terdiri dari urugan pasir setebal 10 cm padat.
Di bawah lapisan pasir atau di samping pondasi, urugan yang dipakai adalah jenis
tanah silty clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk serta
batuan yang telah dipecahkan.
Pemborong wajib mengusahakan agar semua bahan urugan terdiri dari mutu bahan
yang terbaik.

2. Pekerjaan Pondasi Batu Kali


2.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
(2) Pekerjaan pasangan batu kali ini meliputi pekerjaan bagian bangunan di bawah
tanah seperti pondasi batu kali/ batu pecah, penahan tanah serta seluruh detail
yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/
Pengawas.

2.2. Persyaratan Bahan


(1) Batu Kali
Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang telah dibelah/ dipecah atau batu
gunung jenis yang keras, kuat dan tidak porous, bersih serta besarnya tidak lebih
dari 30 cm dan sesuai dengan NI-3 1970. Tidak dibenarkan menggunakan batu kali
yang masih bulat utuh atau batu endapan./ lapis. Pemecahan batu harus dilakukan
di luar batas bouwplank bangunan.
(2) Portland Cement, Pasir dan Air
Bahan-bahan adukan pasangan/ perekat adalah sama yang ditentukan dalam
pekerjaan beton :
Semen Portland harus memenuhi NI-8.
Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2, yaitu Pasir Muntilan.
Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

3.3 Persyaratan Pelaksanaan


(1) Kontraktor harus membersihkan galian tanah dari barang-barang sisa, ranting,
daun-daun, sampah ataupun longsoran, kemudian dilakukan pemadatan
permukaan bekas galian dengan alat timbris tangan terbuat dari logam atau
stamper.
(2) Batu kali yang telah dibasahi dipasang dengan adukan yang ditentukan dalam
gambar. Adukan 1PC : 5 pasir-pasang digunakan untuk pasangan batu kali secara
umum atau untuk bagian detail sesuai dengan gambar kerja.
(3) Pasangan pondasi di atas susunan batu kosong/ tanpa adukan (aanstamping) yang
dipadatkan dengan ketebalan seperti ditunjukkan dalam gambar.
(4) Susunan batu kosong harus sedemikian agar saling mengunci, jadi tidak boleh
memasang batu dalam kedudukan tidur, agar kesatuan susunan menjadi kuat.
Untuk lebih meratakan beban, di bawah batu kosong harus diberikan urugan pasir
setebal 10 cm yang telah disiram air secukupnya. Untuk mengisi sela-sela bagian
yang kosong diisikan batu-batu kecil dan pasir yang kemudian disiram dengan air
sampai sela lobang batu terisi penuh. .
(5) Batu kali terpasang padat, cukup kuat dengan kedudukannya dan diantara sela-sela
rongga batu kali harus diisi adukan serta tepi atas dari pondasi harus datar.
(6) Untuk pondasi batu kali yang menumpu kolom beton bertulang harus dilengkapi
dengan stek-stek besi tulangan berdiameter sama dengan tulangan kolom yng akan
ditumpunya.
PEKERJAAN PASANGAN

1. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


1.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
(2) Pekerjaan pasangan batu kali ini meliputi pekerjaan bagian bangunan di bawah
tanah seperti pondasi batu kali/ batu pecah, penahan tanah serta seluruh detail
yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/
Pengawas.
1.2. Persyaratan Bahan
(1) Batu Kali
Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang telah dibelah/ dipecah atau batu
gunung jenis yang keras, kuat dan tidak porous, bersih serta besarnya tidak lebih
dari 30 cm dan sesuai dengan NI-3 1970. Tidak dibenarkan menggunakan batu kali
yang masih bulat utuh atau batu endapan./ lapis. Pemecahan batu harus dilakukan
di luar batas bouwplank bangunan.
(2) Portland Cement, Pasir dan Air
Bahan-bahan adukan pasangan/ perekat adalah sama yang ditentukan dalam
pekerjaan beton :
Semen Portland harus memenuhi NI-8.
Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2, yaitu Pasir Muntilan.
Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.
1.3 Persyaratan Pelaksanaan
(1) Kontraktor harus membersihkan galian tanah dari barang-barang sisa, ranting,
daun-daun, sampah ataupun longsoran, kemudian dilakukan pemadatan
permukaan bekas galian dengan alat timbris tangan terbuat dari logam atau
stamper.
(2) Batu kali yang telah dibasahi dipasang dengan adukan yang ditentukan dalam
gambar. Adukan 1PC : 5 pasir-pasang digunakan untuk pasangan batu kali secara
umum atau untuk bagian detail sesuai dengan gambar kerja.
(3) Pasangan pondasi di atas susunan batu kosong/ tanpa adukan (aanstamping) yang
dipadatkan dengan ketebalan seperti ditunjukkan dalam gambar.
(4) Susunan batu kosong harus sedemikian agar saling mengunci, jadi tidak boleh
memasang batu dalam kedudukan tidur, agar kesatuan susunan menjadi kuat.
Untuk lebih meratakan beban, di bawah batu kosong harus diberikan urugan pasir
setebal 10 cm yang telah disiram air secukupnya. Untuk mengisi sela-sela bagian
yang kosong diisikan batu-batu kecil dan pasir yang kemudian disiram dengan air
sampai sela lobang batu terisi penuh. .
(5) Batu kali terpasang padat, cukup kuat dengan kedudukannya dan diantara sela-sela
rongga batu kali harus diisi adukan serta tepi atas dari pondasi harus datar.
(6) Untuk pondasi batu kali yang menumpu kolom beton bertulang harus dilengkapi
dengan stek-stek besi tulangan berdiameter sama dengan tulangan kolom yng akan
ditumpunya.
2. Pekerjaan Pasangan Batu Bata
2.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
(2) Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/ Pengawas lapangan
2.2 Persyaratan Bahan
(1) Batu bata harus memenuhi harus memenuhi NI-10, yaitu bata Welahan.
(2) Semen Portland harus memenuhi NI-8.
(3) Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2, yaitu Pasir Muntilan
(4) Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan


(1) Pasangan batu bata/ bata merah dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 6
pasir pasang.
(2) Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 40 cm di atas permukaan lantai dasar, dinding di daerah basah
setinggi 175 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasram/ kedap air digunakan aduk rapat air dengan
campuran 1 PC : 3 pasir pasang.
(3) Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex. lokal dengan kualitas terbaik
yang disetujui Direksi, siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm.
(4) Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
(6) Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
(7) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
(8) Bidang dinding batu yang luasnya lebih besar dari 12 m ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 dia. 10mm, beugel/ sengkang dia. 6 mm jarak 15 cm.
(9) Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/ steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
(10) Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton dia. 6 mm jarak
75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan
bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali
ditentukan lain.
(11) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
(12) Pasangan batu bata untuk dinding batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
PEKERJAAN STRUKTUR ATAP

1. PEKERJAAN ATAP KAYU


Persyaratan bahan

Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak
bengkok dan mempunyai derajad kelembaban kurang dari 15% dan memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam PKKI 1970-NI.5.

Pekerjaan Konstruksi Atap

Kuda-kuda, gording, konsul, ikatan angin, klos, usuk, reng dan seluruh rangka atap
dibuat dari kayu kualitas baik tua, kering atau tidak pecah-pecah.
Papan lisplang bisa digunakan kayu atau woodplank
Baut, mur, besi strip dari bahan besi / baja.

Ukuran kayu :

Kaki kuda-kuda - ukuran 8/12 cm


Pengerat - ukuran 8/12 cm
Ander - ukuran 8/12 cm
Skoor - ukuran 8/12 cm
Nok - ukuran 8/12 cm
Pengapit - ukuran 2 x 6/12 cm
Gording - ukuran 6/12 cm
Konsol Beton - ukuran 12/15 cm
listplank kayu - ukuran 3/30 cm / 2/20 cm

Pelaksanaan Pekerjaan.

Semua pekerjaan kayu yang harus diserut rata dan licin hingga memberikan
penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.
Kaso-kaso dipasang setiap jarak 50 cm, harus waterpass menurut kemiringan atap,
sedangkan reng dipasang setiap jarak sesuai dengan ukuran genteng.
Permukaan kayu yang tampak (papan lisplank, skoor) harus diserut rata dan licin,
setiap sambungan konstruksi atas agar diperhatikan adanya pen/joint yang berfungsi
pengunci.
Pekerjaan kayu harus rata, melentur, bengkok
Pekerjaan penutup atap terdiri dari:
Pekerjaan pasang penutup atap Asbes Gelombang
Pekerjaan pasang bubung genteng beton Flat Warna
Pekerjaan lain yang berkaitan dengan penutup atap.
Material penutup atap baik asbes maupun bubungan, sebelum dilaksanakan harus
dipresentasikan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas maupun Pengawas untuk
menentukan persetujuan bahan yang akan dipakai.

Persyaratan Bahan
Penutup atap adalah semua genteng pres yang didatangkan harus mempunyai bentuk
yang utuh, tidak cacat, tidak retak yang cacat tidak boleh dipasang sebagai penutup
atap. Material penutup atap sebelum dilaksanakan harus dipresentasikan terlebih
dahulu kepada Direksi/Pengawas untuk menentukan persetujuan bahan yang akan
dipakai.
Penutup atap untuk bangunan ini menggunakan genteng keramik kualitas super
dengan syarat sebagai berikut:
Produksi : (pabrikan) dengan merek terkenal skala nasional, atau produk lokal
setara.
Kualitas : super (A)
Warna : Sesuai dengan permintaan Pemberi Tugas.
Warna harus sewarna dan seragam
Untuk penutup bubungan menggunakan bubung keramik yang semerek, sejenis dan
sekualitas.
Bahan atap yang dipasang harus bebas dari cacat.
yang lain, pengakhiran-pengakhiran dan lain-lainnya yang belum/tidak tarcakup dalam
gambar kerja, namun memenuhi persyaratan pabrik.
Penyimpanan atap disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak boleh berhubungan
dengan tanah/lantai dan sebaiknya disimpan di dalam gudang beratap.
Penyimpanan di tempat terbuka genteng harus terlindungi dengan terpal atau plastik
untuk mencegah agar air hujan/embun tidak masuk ke dalam celah-celah tumpukan
genteng. Air yang sempat masuk ke dalam celah tersebut dapat memberikan carat
terhadap permukaan genteng akibat kondensasi.
PEKERJAAN PASANGAN

1. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


1.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
(2) Pekerjaan pasangan batu kali ini meliputi pekerjaan bagian bangunan di bawah
tanah seperti pondasi batu kali/ batu pecah, penahan tanah serta seluruh detail
yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/
Pengawas.
1.2. Persyaratan Bahan
(1) Batu Kali
Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang telah dibelah/ dipecah atau batu
gunung jenis yang keras, kuat dan tidak porous, bersih serta besarnya tidak lebih
dari 30 cm dan sesuai dengan NI-3 1970. Tidak dibenarkan menggunakan batu kali
yang masih bulat utuh atau batu endapan./ lapis. Pemecahan batu harus dilakukan
di luar batas bouwplank bangunan.
(2) Portland Cement, Pasir dan Air
Bahan-bahan adukan pasangan/ perekat adalah sama yang ditentukan dalam
pekerjaan beton :
Semen Portland harus memenuhi NI-8.
Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2, yaitu Pasir Muntilan.
Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.
1.3 Persyaratan Pelaksanaan
(1) Kontraktor harus membersihkan galian tanah dari barang-barang sisa, ranting,
daun-daun, sampah ataupun longsoran, kemudian dilakukan pemadatan
permukaan bekas galian dengan alat timbris tangan terbuat dari logam atau
stamper.
(2) Batu kali yang telah dibasahi dipasang dengan adukan yang ditentukan dalam
gambar. Adukan 1PC : 5 pasir-pasang digunakan untuk pasangan batu kali secara
umum atau untuk bagian detail sesuai dengan gambar kerja.
(3) Pasangan pondasi di atas susunan batu kosong/ tanpa adukan (aanstamping) yang
dipadatkan dengan ketebalan seperti ditunjukkan dalam gambar.
(4) Susunan batu kosong harus sedemikian agar saling mengunci, jadi tidak boleh
memasang batu dalam kedudukan tidur, agar kesatuan susunan menjadi kuat.
Untuk lebih meratakan beban, di bawah batu kosong harus diberikan urugan pasir
setebal 10 cm yang telah disiram air secukupnya. Untuk mengisi sela-sela bagian
yang kosong diisikan batu-batu kecil dan pasir yang kemudian disiram dengan air
sampai sela lobang batu terisi penuh. .
(5) Batu kali terpasang padat, cukup kuat dengan kedudukannya dan diantara sela-sela
rongga batu kali harus diisi adukan serta tepi atas dari pondasi harus datar.
(6) Untuk pondasi batu kali yang menumpu kolom beton bertulang harus dilengkapi
dengan stek-stek besi tulangan berdiameter sama dengan tulangan kolom yng akan
ditumpunya.
2. Pekerjaan Pasangan Batu Bata
2.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
(2) Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/ Pengawas lapangan
2.2 Persyaratan Bahan
(1) Batu bata harus memenuhi harus memenuhi NI-10, yaitu bata Welahan.
(2) Semen Portland harus memenuhi NI-8.
(3) Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2, yaitu Pasir Muntilan
(4) Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan


(1) Pasangan batu bata/ bata merah dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 6
pasir pasang.
(2) Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 40 cm di atas permukaan lantai dasar, dinding di daerah basah
setinggi 175 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasram/ kedap air digunakan aduk rapat air dengan
campuran 1 PC : 3 pasir pasang.
(3) Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex. lokal dengan kualitas terbaik
yang disetujui Direksi, siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm.
(4) Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
(6) Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
(7) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
(8) Bidang dinding batu yang luasnya lebih besar dari 12 m ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 dia. 10mm, beugel/ sengkang dia. 6 mm jarak 15 cm.
(9) Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/ steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
(10) Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton dia. 6 mm jarak
75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan
bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali
ditentukan lain.
(11) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
(12) Pasangan batu bata untuk dinding batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

1. Pekerjaan Plesteran Dinding

1.1 Lingkup Pekerjaan


(1) Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
(2) Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan
luar serta seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar.

1.2 Persyaratan Bahan


(1) Semen Portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
pekerjaan).
(2) Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2, yaitu pasir muntilan.
(3) Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.

1.3 Syarat syarat Pelaksanaan


(1) Adukan 1 PC : 3 pasir, dipakai untuk plesteran rapat air.
(2) Adukan 1 PC : 6 pasir , dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya
(3) Seluruh permukaan plesteran di-finish acian dari bahan PC.
(4) Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan Direksi, dan persyaratan tertulis dalam Uraian
dan Syarat Pekerjaan ini.
(5) Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi sesuai Uraian dan Syarat
Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
(6) Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
(7) Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
permukaan tanah sampai ketinggian 40 cm dari permukaan lantai dan 175
cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/ toilet dan daerah
basah lainnya dipakai aduk plesteran 1 PC : 3 pasir.
Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC : 1 bagian Daily bond.
Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 5 pasir.
Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus
ditambah dengan additive plamix dengan dosisi 200-250 gram plamix
untuk setiap 40 Kg semen.
Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan
agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
(8) Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa, listrik dan plumbing untuk selmuruh bangunan.
(9) Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
(10) Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan di-finish
dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan plesterannya).
(11) Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
(12) Semua bidang yang akan menerima bahan finishing pada permukaannya diberi
alur-alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih
baik terhadap bahan finishing-nya, kecuali untuk yang menerima cat.
(13) Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan
keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.
(14) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam
untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diizinkan Direksi.
(15) Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5
cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
(16) Untuk permukaan yang datar harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung
bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2m. Jika melebihi, Kontraktor
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
(17) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan penutup
yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
(18) Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus
dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi
dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
(19) Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
(20) Selama pemasangan dinding batu bata/ beton bertulang belum di-finish, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
wajib diperbaiki.
(21) Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan pemasangan atap Asbe Gelombang
dan bubungan/nok Beton.

1. Bahan Atap :
Penutup atap Asbes Gelombang, atap yang dipasang lepas dari cacat dan harus satu jenis
dan satu type. Atap galvalume yang mempunyai cacat tidak boleh dipakai sebelum dan
sesudah pembelian atap harus sepengetahuan Pengawas Lapangan.
2. Syarat-syarat Bahan :
Lapisan pelindung seng dan alumunium (Zincalume/AZ) dengan komposisi sebagai berikut:
55 % Alumunium (Al)
43.5 % Seng (Zinc)
1.5 % Silicon (Si)
Ketebalan pelapisan : 150 gr/m
Ketebalan plat atap 0.4 mm

3. Syarat-syarat Pelaksanaan :
1. Untuk satu bidang atap yang akan dipasang, pegangkatan dan perletakan
sebelum mulai dipasang, posisi rusuk atas/rusuk bawah harus sama, agar
pemasangan dapat dilakukan dengan lancar (tidak memutar rusuk yang salah
letaknya) untuk itu pastikan terlebih dahulu arah anginnya.
2. Tumpangan rusuk dengan celah anti kapiler selalu berada di bawah rusuk
dengan celah anti kapiler. Pada kondisi kemiringan atap kurang dari 15
diharuskan pada ujung lembar puncak atap ditekuk keatas 75 dengan
menggunakan alat tekuk khusus untuk itu.
3. Bila terdapat sambungan pada satu bentang panjang maka cara
pemasangannya dimulai dan diselesaikan terlebih dahulu dari bagian bawah
selebar bentangnya sedangkan overlap sambungan minimum yang
disarankan adalah 200mm
4. Perletakan sekerup pada atap sekerup dipasang di puncak gelombang
5. Agar tumpangan rusuk memanjang kedap air, disarankan untuk
menggunkan sekerup tumpangan sisi, dipasang di tengah jarak tumpuan
pada atap dengan jarak tumpuan> 950 mm.
6. Untuk kondisi sambungan talang gunakan perekat plinkote dan kain kasa
pada alas sambungan, pengikatan dengan paku keling/ rivet minimal dua
baris selang seling, terakhir lapisan sealent dari jenis kedap air dan tahan
cuaca lebar minimal sambungan 150 mm
7. Pemasangan penutup atap harus lurus, rapi sehingga hasilnya baik, pola
pemasangan seperti petunjuk pabrik. Persyaratan pemasangan penutup atap
harus sesuai ketentuan tersebut dalam manual pabrik, serta pemasangan reng
yang terakhir harus berdiri.
8. Pemasangan bubungan harus rapi, lurus dan sesuai dengan ketentuan.
9. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik
oleh struktur atap (kuda-kuda) dan dinding, sesuai ukuran gambar.
10. Kerusakan akibat penyambungan ruangan/ bangunan harus dilakukan
penggantian seperti gambar.
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI & DINDING

1. Pekerjaan Lantai Kerja / Rabat Beton


1.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan da
alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat
diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
(2) Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam
gambar sebagai alas lantai finishing.
1.2. Persyaratan Bahan
(1) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-
2), PVBB 1956 dan NI-8
(2) Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya kepada Direksi untuk disetujui.
1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
(1) Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang sub-lantai
harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan mempergunakan alat
pemadat seperti stamper.
(2) Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras,
bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat
mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug yang diisyaratkan minimum
10 cm atau sesuai gambar, disiram air dan dipadatkan sehingga diperoleh
kepadatan yang maksimal.
(3) Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan sub lantai dengan tebal sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar detail dengan campuran PC : pasir : koral hingga
memenuhi mutu beton K-100.
(4) Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan plester (screed)
campuran 1 PC : 3 pasir setebal minimum 2 cm dengan memperhatikan kemiringan
lantai, terutama di daerah basah dan teras.
(5) Sub-lantai beton tumbuk di atas dasar permukaannya harus dibuat benar-benar
rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.

2. Pekerjaan Lantai Keramik


2.1. Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
(2) Pasangan lantai keramik tiles ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar, berikut plint dan nosing tangga.
2.2. Persyaratan Bahan
(1) Lantai keramik yang digunakan :
Produksi : setara Asia Tile, Platinum /roman
Digunakan jenis :
- keramik ukuran 40 X 40 cm berglazuur, warna dan motif ditentukan
kemudian oleh Direksi.
- keramik motif anti slip ukuran 20 x 20 untuk area WC / Toilet, warna dan
motif ditentukan kemudian oleh Direksi.
Ketebalan : minimum 5 mm atau sesuai gambar.
Kekerasan : minimum 6 shala Mohs.
Kekuatan tekan : minimum 900 kb per cm.
Daya tahan lengkung : minimum 350 kg/ cm.
Mutu : tingkat I (satu), Extruded Single Firing, tahan asam dan basa.
Chemical resistance : Konsisten terhadap PVBB 1970 (NI-3) pasal 33D,
ayat 17-23.
Warna : akan ditentukan kemudian.
Ukuran : dapat dilihat pada Gambar Desain
(2) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
(3) Semen portland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh PVBB 1970 (NI-3) dan PBI 1971 (NI-2) dan ASTM.
(4) Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya kepada Direksi.
2.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
(1) Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop-drawing
mengenai pola keramik.
(2) Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau bernoda.
(3) Adukan pasangan/ pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang dan
ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian
PC murni dan ditambah bahan perekat.
(4) Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
(5) Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-
benar rata, tidak bergelombang, dan denga memperhatikan kemiringan di daerah
basah dan teras.
(6) Pola, arah, dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau
sesuai petunjuk Direksi, serta memperhatikan lubang-lubang instalasi dan drainage
bila ada.
(7) Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama
lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
(8) Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang
telah disyaratkan di atas sesuai warna keramik yang dipasang atau sesuai petunjuk
Direksi.
(9) Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik
khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
(10) Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaannya hingga betul-betul bersih. Dihindarkan dari sentuhan/ beban
selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan
lain.
(11) Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.

3. Pekerjaan Keramik Dinding


3.1 Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksannya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.
(2) Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
3.2 Persyaratan Bahan
(1) Keramik Dinding
(1) Jenis : Ceramic tile
(2) Finishing Permukaan : Berglazuur & Motif
(3) Produksi : setara Asia Tile
(4) Bahan pengisi nat : Semen PC
(5) Bahan perekat : Adukan 1 PC : 2 Pasir
(6) Warna/ texture: ditentukan kemudian
(7) Ukuran : 20x25
(8) Lis keramik dinding : setara Asia Tile, ukuran 8x40
(9) Border keramik dinding: setara Asia Tile, ukuran 5x20
(2) Pelaksanaan seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,
Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982
(3) Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi.
(4) Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/ penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik
dari jenisnya dan harus disetujui Direksi.
3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
(1) Pada permukaan dinding beton/ bata merah yang ada, keramik dapat langsung
diletakkan dengan menggunakan perekat spesi 1 PC : 2 Pasir diaduk baik memakai
larutan supercement, jumlah pemakaian adalah 10 % dari berat semen yang dipakai
dengan tebal adukan tidak lebih dari 1,5 cm atau bahan perekat khusus, dengan
memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera pada
gambar.
(2) Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi denga baik, warna, motif tiap
keramik harus sama tidak boleh retak, gompal, atau cacat lainnya.
(3) Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu, sesuai
petunjuk pabrik.
(4) Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai
jenuh.
(5) Pola keramik harus memperhatikan ukuran/ letak dan semua peralatan yang akan
terpasang di dinding/ exhaust fan, panel, stop kontak, lemari gantung dan lain-lain
yang tertera di dalam gambar.
(6) Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.
(7) Awal pemasanga keramik pada dinding dan ke mana sisa ukuran harus ditentukan,
harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi, sebelum pekerjaan pemasangan
dimulai.
(8) Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar
lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya
harus merupakan satu garis lurus.
(9) Keramik harus disususn menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5 mm
setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-siar keramik
diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti
yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan
kemudian.
(10) Pembersihan permukaan ubin dari sisa-sisa adukan semen hanya boleh dilakukan
dengan menggunakan cairan pembersih untuk keramik atau sejenis.
(11) Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan supergrout.
PEKERJAAN FINISHING / PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh
hasil pekerjaan yang baik.
1.2. Pekerjaan pengecatan ini meliputi persiapan permukaan yang akan diberi cat, dan
pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar tetapi tidak disebutkan
secara khusus dengan bahan dan warna yang telah ditentukan dengan petunjuk Direksi.

2. Standard Pengerjaan Pengecatan (Mock Up)


2.1. Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang
untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan
contoh warna , texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi.
2.2. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi sesuai standar perencanaan,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.
2.3. Seluruh pengendalian pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan standar : NI-3 1970 dan
NI-4

3. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan


3.1. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang ukuran 30 x 30 cm. Dan pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan
jelas antara lain warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d
lapisan akhir).
3.2. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi. Jika contoh-contoh
tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Direksi, barulah Kontraktor melanjutkan dengan
pembuatan mock-up seperti tersebut di atas.
3.3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi untuk kemudian akan diteruskan kepada
Pemberi Tugas/ Pemilik, minimal 1 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-
kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan tercantum dengan jelas identitas cat yang
berada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan dan contoh untuk perawatan
oleh Pemberi Tugas/ Pemilik.

4. Pekerjaan Cat Dinding


4.1. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan/
atau bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar rencana.
4.3 Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat Catylac atau setara, dengan lapisan
dasar produk decolit atau setara, warna ditentukan Direksi.
4.4. Sebelum dinding di-cat dasar, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak-
retak, dan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
4.5. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 lapis plamir tembok, 1 lapis base coat
produk Catylac atau setara yang dilanjutkan dengan 2 lapis cat produk Catylac atau setara.
4.6. Lapisan pengecatan dinding luar terdiri dari 2 lapis base coat produk Catylac atau setara
yang dilanjutkan dengan 2 lapis cat produk Catylac atau setara.
4.7. Untuk warna-warna yang sejenis, kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
4.8. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak
ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

5. Pekerjaan Cat Minyak


6.1. Yang termasuk dalam pekerjaan cat minyak adalah cat lisplank kalsiboard.
6.2. Material finishing yang digunakan adalah jenis cat kayu/minyak produk Catylac atau
setara, warna akan ditentukan kemudian.
6.3. Prosedur pekerjaan cat minyak sesuai dengan persyratan atau rekomnedasi produsen bahan
finishing atau sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali.
6.4. Setelah finishing selesai, bidang finishing yang terbentuk harus utuh, rata, tidak ada bintik-
bintik, atau gelembung udara dan bidang finishing dijaga terhadap pengotoran.

7. Pekerjaan Cat Kayu


7.1. Yang termasuk dalam pekerjaan finishing kayu adalah daun pintu panel kayu, rangka daun
jendela, kusen kayu dan/ atau bagian-bagian lain yang terbuat dari kayu seperti yang
ditentukan gambar.
7.2. Material finishing yang digunakan merk setara Catylac, jenis water base, Warna ditentukan
kemudian oleh Direksi setelah dilakukan percobaan finishing.
7.3. Prosedure pekerjaan finishing kayu sesuai dengan persyratan atau rekomnedasi produsen
bahan finishing atau sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali.
7.4. Setelah finishing selesai, bidang finishing yang terbentuk harus utuh, rata, tidak ada bintik-
bintik, atau gelembung udara dan bidang finishing dijaga terhadap pengotoran.

8. Pekerjaan Cat Besi


7.1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi yang telah
ditentukan dalam gambar rencana.
7.2. Cat yang dipakai adalah meni besi zincromat merk Kanzai Paint atau setara.
7.3. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat diamplas halus, dibersihkan dan
bebas debu, oli dan lain-lain.
7.4. Lapisan dasar anti karat dipakai sebagai lapisan dasar 1 kali. Sambungan las dan ujung-
ujung yang tajam diberi touch up dengan dua lapis. Setelah itu lapisan tebal 40 micron
diulaskan.
7.5. Setelah kering 8 jam, diamplas kembali dan disemprot 1 lapis. Setelah 16 jam mengering
baru lapisan akhir disemprotkan 3 lapis.
7.6. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat sempot compressor.
7.7. Setelah pengecatan selesai bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada gelembung-
gelembung dan dijaga terhadap pengotoran.
PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan rapi.
Pekerjaan ini meliputi : daun pintu panil kayu, daun jendela serta kusen pintu dan jendela.

1. Persyaratan Bahan
2.1. Jenis Kayu Yang Dipakai :
(1) Kayu Kamper, yang diawetkan, Kelas Kuat I-II, Kelas awet I, Mutu A. Digunakan
untuk seluruh pekerjaan kayu yang disebutkan di atas, terkecuali dinyatakan lain
dalam dalam gambar.
(2) Harus bener-benar kayu mutu terbaik dari jenisnya masing-masing.
(3) Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah-
pecah, mata kayu, melintang basah dan lapuk.
(4) Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat PKKI,
(5) Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah yang disetujui oleh Direksi.
(6) Seluruh bahan kayu harus diawetkan dengan bahan pengawet dan sistem yang
disetujui Direksi.
2.2. Bidang Panel dan Pintu
(1) Bahan yang digunakan untuk bidang panel, kecuali ditentukan lain adalah panel
kayu Kamper.
(2) Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, kawat dan lain-lainnya harus
digalvanisasikan sesuai dengan NI-5.
(3) Penimbunan kayu ditempat pekerjaan sebelum pemasangan, harus diletakkan di
satu tempat/ ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
(1) Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi (sudah diketam halus
dan siap di finish). Kontraktor wajib menyerahkan shop drawing dan contoh jadi
untuk bagian detail tertentu pada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
(2) Semua bahan yang digunakan proses pengerjaannya harus menggunakan mesin
tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakannya ditempat pemasangan.
(3) Bahan kayu halus tidak diperkenankan dipasang dengan cara memaku atau cara
lainnya yang disetujui Direksi.
(4) Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul atau sejenisnya
yang telah disetujui Direksi.
(5) Hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu.
(6) Permukaan kayu yang terlihat harus diketam halus sedemikian rupa sehingga siap
menerima finishing. Penggunaan meni sama sekali tidak disetujui termasuk
memberi lapisan dempul atau sejenisnya, kecuali disyaratkan lain oleh Direksi.
(7) Jika diperlukan bahan perekat, maka Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu
baik kualitas maupun jenisnya kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
(8) Semua pekerjaan kayu sebelum dipasang harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi. Jika ada yang tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus mengganti
atas tanggung jawabnya.
(9) Semua pekerjaan berupa paku, baut, kawat dan lainnya harus digalvanisasi sesuai
dengan NI-5.
(10) Setelah dipasang, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturan-
benturan benda lain dan kerusakan-kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua
kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.
(11) Kayu plint atau lainnya yang melekat langsung pada dinding pasangan bata, partisi
dan beton harus diberi lapisan meni kayu 2 lapis.
(12) Untuk pekerjaan kayu yang bersifat built in seperti tertera pada gambar harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
- Kayu harus dikerjakan menurut pola dan urutan pengerjaan yang
ditentukan oleh Direksi sesuai Perencanaan. Bahan kayu dipotong menurut
pola yang telah ditentukan.
- Bahan kayu yang telah dipola diserut dengan mesin, baru kemudian dengan
serutan tangan. Sambungan tenon, ekor burung layang-layang (dove tail),
dowel atau tipe sambungan lain harus dikerjakan dengan mesin, toleransi 0
mm.
- Semua bagian-bagian kayu yang terlihat (exposed) harus di-finish,
termasuk semua permukaan yang terlihat apabila pintu ditutup atau
dibuka.
- Penyelesaian akhir, bentuk dan ukuran sesuai gambar.
- Pelaksana/Kontraktor harus mengajukan contoh material hardware dan
contoh finishing untuk disetujui Direksi.
PEKERJAAN KACA

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
1.2. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam
detail gambar.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses
tarik tembus cahaya, gilas dan pengambangan (float glass).
2.2. Toleransi lebar dan panjang : Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi
seperti yang ditentukan oleh pabrik.
2.3. Kesikuan :Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah
1,5 mm per meter.
2.4. Cacat-cacat :
(1) Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari
pabrik.
(2) Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas
yang terdapat pada kaca).
(3) Kaca yang digunakan harus bebas dri komposisi kimia yang dapat mengganggu
pandangan.
(4) Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau
seluruh tebal kaca).
(5) Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah
luar/ masuk).
(6) Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat garis
timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah
dan menggnggu pandangan.
(7) Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).
(8) Bebas dari lengkungan (bebas dari lembaran kaca yang bengkok).
(9) Mutu kaca lembaran yang digunakan adalah mutu A.
(10) Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang
ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.
2.5 Bahan Kaca :
(1) Semua bahan kaca dan cermin harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.
(2) Bahan dan ketebalan untuk kaca interior dan exterior menggunakan kaca sesuai
gambar detail.
(3) Bahan kaca cermin menggunakan Clear Float Glass, tebal 6 mm.
(4) Permukaan harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak
lainnya.
(5) Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan Direksi.
(6) Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/ dihaluskan hingga membentuk tembereng.
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
3.1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat
pekerjaan serta diperlukan keakhlian dan ketelitian Kontraktor dalam mengerjakan.
3.2. Semua bahan yang terpasang harus telah disetujui Direksi serta harus dilindungi dari
kerusakan dan benturan, diberi tanda untuk mudah diketahui. Tanda tidak boleh
menggunakan kapur tetapi harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem.
3.3. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk ke
dalam alur kaca pada kosen.
3.4. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca yang disetujui Direksi.
3.5. Hubungan kaca dengan kaca atau dengan material lain tanpa melalui kosen, harus diisi
dengan lem silikon warna transparant. Cara pemasangan dan persiapan-persiapan
pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
PEKERJAAN ALAT-ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
Pemasangan alat penggantung dan pengunci yang dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu aluminium dan daun jendela aluminium seperti yang
ditunjukkan / disyaratkan dalam detail gambar.

2. Persyaratan Bahan
Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau penggantian akibat dari pemilihan
merk, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat aluminium
berukuran 3 x 6 cm denga tebal 1 mm. Tanda pengenal ini dihubungkan dengan cincin
nikel ke setiap anak kunci.
Perlengkapan pintu dan jendela
(1) Jika tidak ditentukan lain, semua perlengkapan pintu dan jendela (lockcase,
cylinder, handle, back plat, engsel , keys, floor hinge) menggunakan peralatan kunci
merk setara Solid atau Deckson. Perincian type alat penggantung dan pengunci dari
tiap merk yang dipakai lihat pada Skedul Ironmongery, pada gambar rencana.
(2) Bilamana Kontraktor mengusulkan merk-merk lain, maka harus dari produk yang
setara dan disetujui Direksi.
(3) Warna dari logam dasar dan finish disesuaikan dengan warna kusen.
Contoh material.
(1) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan daftar perlengkapan/
peralatan alat peggantung dan pengunci dalam 3 (tiga) rangkap untuk mendapat
persetujuan Direksi.
(2) Daftar tersebut minimal mencakup antara lain: No. Referensi, Nama Barang, Nama
Produsen, dan No. Katalog dari Type yang diusulkan.
(3) Di samping daftar itu, contoh dari setiap perlengkapan harus tetap wajib diajukan
untuk mendapat persetujuan Direksi.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
Engsel atas dipasang 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel bawah dipasang
32 cm (as) dari permukaan bawah pintu, dan engsel tengah dipasang di tengah-tengah
antara kedua engsel tersebut.
Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang 28 cm (as) dari permukaan pintu,
engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersenut.
Pemasangan lockase, handle, dan backplate serta door closer harus rapi, lurus dan
sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Direksi. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
Door stopper dipasang pada tembok, letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak
membentur tembok pada saat pintu terbuka.
Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai pintunya.
Kontraktor wajib membuat shop drawing/ gambar detail pekerjaan berdasarkan
Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap.
Shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Direksi.
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH & KOTOR

1. Lingkup Pekerjaan
(1) Menyediakan tenaga dan material, alat penyambung, peralatan kerja dan alat bantu
lain yang diperlukan sehingga pekerjaan instalasi air dapat terlaksana dengan baik,
sesuai dengan peryaratan dan spesifikasi yang dimuat dalam gambar
(2) Mengerjakan pekerjaan galian, pemadatan, timbunan kembali, bobokan,
pemasangan sparing, pemasangan pipa, testing dan pekerjaan lain yang diperlukan
sehingga instalasi dapat berfungsi dengan baik dan tidak bocor
(3) Memasang semua peralatan sanitary dan asesorinya, sehingga berfungsi dngan baik
(4) Membuat shop drawing sebelum memulai suatu pekerjaan. Shop drawing harus
mendapat persetujuan Direksi
(5) Melakukan test tekan pada instalasi air bersih dan test bocor dan test alir pada
instalasi air kotor,
(6) Membuat as built drawing.

2. Persyaratan Bahan
(1) Apabila tidak ditentukan lain, material pipa adalah pipa jenis PVC tipe AW
ex.Maspion (abu-abu) untuk instalasi air bersih dan PVC tipe AW ex.Maspion
(abu-abu) untuk air kotor.
(2) Alat penyambung, elbow, Knee, Sock, Reducer dan lain sebagainya harus dari
produk yang sama seperti material pipa.
(3) Pada instalasi air kotor. Untuk belokan 90 harus menggunakan Long Elbow.
(4) Instalasi pipa yang tertanam dalam beton, harus dibungkus dengan karung goni,
untuk mencegah kerusakan selama proses pengecoran
(5) Peralatan sanitary harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam gambar
rencana

3. Syarat Pelaksanaan
(1) Kontraktor harus mempelajari gambar design dengan seksama untuk menghindari
kesalahan pelaksanaan
(2) Kontraktor terlebih dahulu mengajukan shop drawing kepada Direksi. Shop
drawing ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu, sebelum pekerjaan
dilaksanakan
(3) Semua material dan peralatan yang akan dipasang terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari Direksi
(4) Pemasangan peralatan sanitary harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
(5) Pemasangan titik kran, peralatan sanitary harus sesuai dengan gambar rencana.
Perubahan terhadap gambar rencana harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi
(6) Instalasi dan peralatan yang sudah terpasang harus dilindungi dari segala gangguan
dan kerusakan akibat pekerjaan lain.
(7) Instalasi air bersih harus ditest dan mapu menahan tekanan sebesar 7 kg/cm,
selama 4 jam
(8) Instalasi air kotor yang terpasang harus lurus dan mepunyai slooping 1.25 %.
(9) Instalasi yang tertanam ditembok, ditanah atau di atas plafond harus ditest terlebih
dahulu sebelum ditutup
PEKERJAAN INSTALASI AIR LIMBAH IPAL BIOFILTER

1. Lingkup Pekerjaan
(1) Pengadaan dan pemasangan instalasi IPAL klinis tipe Biofilter aerob dan anaerob
(2) Pengadaan pompa sirkulasi dan pompa air limbah baik input maupun output.
(3) Pengadaan panel listrik otomatis operasional IPAL.
(4) Pengadaan
Blower,
Media cell Honeycomb ( 9 set x MC-180 - 154m2/m3 - 100x50x50cm PVC )
Air Diffuser ( 9 unit x Fine Bubble Disc / Tube)
Disinfectant feeder, kap.200 ltr ( 1 unit )
Electrical Panel Control (Medium) + MCB ( 1 set )
Electrical wiring ( 50 mtr )
Mainholes ( 3 buah @ 50cm )
Inlet / Outlet pipe ( 4 )
Vent pipe ( 2 )
Internal Piping ( 1 set )
(5) Membuat as built drawing.

2. Persyaratan Bahan

Bak Equalisasi
Kapasitas : 10 m3/hr
BOD Masuk : 400 mg/lt
BOD keluar : 400 mg/lt
Waktu Tinggal (WTH) : 12 jam

Dimensi bak :
Lebar : 2,0 m
Panjang : 2,5 m
Kedalaman :2m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m
Chek Waktu Tinggal : 12 jam
Konstruksi beton bertulang K-225

Media Pembiakan Mikroba

Material : PVC sheet


Ketebalan : 0,15 0,23 mm
Luas Kontak Spsesifik : 200 226 m2/m3
Diameter lubang : 2 cm x 2 cm
Warna : bening transparan.
Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga : 0,98
Total Media Biofilter Yang Diperlukan = 10 m3

Unit Pengolahan IPAL Biofilter Aerob dan Anaerob

Material : Fiber Reinforced Plastic (FRP)


Diameter : 2,5 m
Panjang : 5,2 m
Kedalaman : 2, 5 m
Tinggi ruang bebas : 0,5 m
Media : Plastic media (tipe honeycomb tube)
Spesific area : 200 226 m2/m3

CIRCULATION PUMP: 2 (dua) unit EFFLUENT PUMP : 1 (satu) unit


Model: Submersible Sewage Pump Model: Submersible Sewage Pump
Brand: GRUNDFOS or equiv Brand: GRUNDFOS or equiv
220-240V / 50 Hz / 0,3 Kw 220-240V / 50 Hz / 0,5 Kw
Head max. 4m Head max. 6m
Particle Size max.5mm Particle Size max.10mm
Flow Rate 1 M3/H Flow Rate 3 M3/H
Low Suction Ability Up to 3mm Low Suction Ability Up to 3mm
Weight: 3.5 kg Weight: 6.5 kg
AISI 316 Stainless steel AISI 316 Stainless steel

AIR BLOWER : 2 (dua) unit DOSING PUMP : 1 (satu) unit


Model: Linear Air Pump Model: Solenoid Metering Pump
Brand: YASUNAGA or equiv Brand: TACMINA or equiv
Type: LP 80 HN Type: PZ 30 R
220-240V / 50 Hz / 30W 100-240V / 50 Hz / 16 W
Rated Pressure kgf/ cm2: 0.12 Max Discharge Volume: 30 ml / menit
Air Flow: 32 liter/ menit Max Discharge Pressure: 0,7 MPa
Outlet Diameter: 18mm Max Allowable Viscoxity: 50 mPas
Weight: 5 kg Weight: 1,7 kg

* INSIDE Fat / Grease / Oil / Detergent Neutralize & Trappers


* INSIDE Silica Sand Filtration
* INSIDE Active Carbon Filtration

3. Syarat Pelaksanaan dan Output IPAL


(1) IPAL tertanam di dalam tanah dan terlindungi dengan konstruksi pondasi dan dinding
penahan tanah dari beton bertulang
(2) Sirkulasi air limbah harus sedemikian rupa lancar baik secara gravitasi ataupun secara
pompa.
(3) PH = 6-9
(4) BOD = 30 ppm
(5) COD = 80 ppm
(6) TSS = 30 ppm
(7) Amonia bebas = 0,1 ppm
(8) Phospat = 2 ppm
(9) Deterjen = 0,5 ppm
(10) Mpn- Bakteri Coli /100ml = 10.000
(11) Output IPAL sesuai dengan peraturan teknis pembangunan terkait IPAL dan Baku Mutu Air
Limbah : (1) PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air dan Permen LH No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR

1. Pekerjaan Kloset
(1) Kloset jongkok berikut kelengkapannya yang digunakan adalah merk INA, type yang
dipakai dan warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi.
(2) Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
tidak ada bagian-bagian yang gompal, retak dan cacat lainnya dan telah disetujui oleh
direksi.
(3) Untuk kedudukan dasar kloset selain dapat dipergunakan adukan trasram, dapat pula
dipakai papan jati tua tebal 3 cm dan telah dicelup dalm larutan pengawet tahan air,
dibentuk sesuai dasar kloset. Kloset disekrupkan pada dasar tersebut dengan sekrup
kuningan.
(4) Kloset harus terpasang dengan kokoh, letak dan ketinggin sesuai dengan gambar,
waterpass. Semua noda harus dibersihkan, sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.

2. Pekerjaan Kran Air


(1) Kran dinding menggunakan kran tipe sink top merk Onda atau setara ukuran
disesuaikan dengan gambar desain. Outlet kran-kran dinding dipakai yang berleher
kikir panjang dan mempunyai ring kedudukan yang harus dipasang menempel pada
dudukan wash basin. Kran-kran yang dipasang di halaman harus mempunyai ulir
untuk sambungan pemasangan pipa penuiraman. Keran di ruang dapur dan saji
disambung dengan pipa leher angsa (extention).
(2) Stop kran yang dapat digunakan merk standart bahan kuningan dengan putaran
berwarna hijau merk Onda atau setara, diameter dan penempatan sesuai gambar.

3. Floor Drain dan Clean Out


(1) Floor drain (with ball) dan clean out yang digunakan adalah merk standart, bahan
stainless steel, lubang diameter 10 cm dilengkapi dengan siphon dan penutup
berengsel untuk floor drain dan dopverchroom dengan draad utuk clean out.
(2) Floor drain dan clean out dipasang di tempat-tempat sesuai gambar untuk itu.
(3) Floor drain dan clean out yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui
Direksi.
(4) Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilobangi
dengan rapi, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai ukuran
floor drain tersebut.
(6) Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapi, waterpass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

4. Pekerjaan Metal Sink (Wash Basin)


(1) Metal sink yang digunakan adalah merk standart tebal minimum 1 mm, bahan
alluminium, jenis basin sesuai gambar.
(2) Metal sink yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik sehingga tidak ada
bagian yang cacat dan direkatkan dengan kuat pada dasarnya sesuai dengan gambar
untuk itu.
(3) Setelah metal sink terpasang, letak ketinggian pemasangan sesuai gambar utuk itu,
baik waterpass-nya, dan bebas dari kebocoran-kebocoran.
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN BARU TELFORD

Konstruksi perkerasan dengan telpord menggunakan Konstruksi Telford yaitu susunan


batu pecah berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri dengan batu pecah yang
lebih kecil mengisi rongga diatasnya sehingga rata, kemudian dipadatkan/digilas dengan
mesin gilas, selanjutnya ditabur sirtu diseluruh permukaan untuk dibabar basah.
Pada umumnya mempunyai ketentuan sbb. :
Lebar minimal lebih dari 2,5 m - 3,0 m
Untuk tanah keras dipakai tebal konstruksi 15 cm
batu tepi ukuran 15 20 cm
batu kunci 3 5 cm
Untuk tanah sedang dipakai tebal konstruksi 20 cm
batu tepi ukuran 20 30 cm
batu kunci 5 7 cm

Berikut ini adalah tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek ini :

A. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Mobilisasi Tenaga Kerja


Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek adalah
mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja lapangan,
dalam pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas lapangan baik
dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.
b. Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat
mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan.
Oleh karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam
pekerjaan dapat menunjang kelancaran dan terlaksananya kegiatan pelaksanaan
pekerjaan di lokasi proyek, mulai dari tahap pelaksanaan sampai akhir tahap
pelaksanaan.
Alat-alat berat tersebut harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi
lapangan dan kemampuan pekerjaan yang mampu dilaksanakan, dimana
sejumlah alat berat perlu dikoordinasikan dengan secermat mungkin untuk
mendapatkan efisiensi pekerjaan yang sebaik-baiknya.

c. Mobilisasi Material
Material yang dipergunakan dalam proyek ini antara lain berupa
a. Batu Belah 15/20 cm dan batu pecah 7/7 cm untuk telford didatangkan dari
jasa penyedia.
b. Sirtu didatangkan dari jasa penyedia
c. Batu Kali untuk saluran drainase didatangkan dari jasa penyedia
d. Batu pecah bahan dasar beton didatangkan dari jasa penyedia
e. Pasir Beton dan pasir pasang didatangkan dari jasa penyedia
f. Semen didatangkan dari jasa penyedia
g. Besi beton polos didatangkan dari jasa penyedia
h. Kayu bekisting didatangkan dari jasa penyedia
B. PELAKSANAAN LAPANGAN

Pelaksanaan pekerjaan untuk proyek ini meliputi :


a. Pekerjaan Perkerasan
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (LPB) Telford
1) Material Diletakan di titik-titik yang telah ditentukan untuk
memudahkan jangkauan penghamparan/penyusunan
2) Batu Pecah 15/20 sisusun berdiri dengan batu yang lebih kecil mengisi
rongga diatasnya sehingga rata
3) Setelah pekerjaan pasangan batu pengunci selesai, dipadatkan
dengan mesin gilas
1.2 Pekerjaan Lapisan Sirtu
1) Kualitas Sirtu perlu ditentukan dengan baik sebelum pekerjaan
pelapisan permukaan jalan dimulai. Kami akan meminta persetujuan
direksi untuk menetukan kualitas material.
2) Material gravelling yang baik mengandung 35-65% batu, 20-40%
pasir dan 10-25% tanah liat.
3) Material Diletakan di titik-titik yang telah ditentukan untuk
memudahkan jangkauan penghamparan/penyusunan
4) Grader menhamparkan sirtu. Ukuran yang besar dipisahkan.
5) Setelah mendapat persetujuan dari direksi maka dilakukan
Pemadatan lapisan sirtu menggunakan Vibrator Roller dan disiram
dengan air yang cukup, untuk menjaga kadar air dalam material
optimum selama proses pemadatan.
GAMBAR-GAMBAR (terlampir)
PEKERJAAN LAIN-LAIN

Semua bahan-bahan yang akan dipergunakan dan didatangkan harus sesuai yang diminta
dalam bestek ini serta harus mendapatkan ijin dari Pengawas.Penggunaan bahan-bahan yang
tidak sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam RKS ini akan ditolak atau dikeluarkan
dari lokasi atas perintah Pengawas dan semuanya menjadi resiko Penyedia Jasa.Apabila terjadi
keraguan akan mutu bahan-bahan yang didatangkan maka pengawas minta penyelesaian
pemeriksaaan pada laboratorium bahan bangunan tersebut maka biaya yang timbul menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.Perhitungan volume yang tercantum dalam BQ adalah ancar-ancar
dan Penyedia Jasa harus melakukan perhitungan kembali.Segala sesuatu yang belum
tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk lingkup dalam pelaksanaan ini, Penyedia
Jasa harus menyelesaikan sesuai dengan petunjuk, Perintah Direksi, baik sesudah atau selama
berjalannya pekerjaan, serta perubahan-perubahan didalam Berita Acara Aanwizjing.Hal-hal
yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan
dan diatur oleh KonsultanPengawas dengan dibuat Berita Acara yang disyahkan oleh
Pengelola Proyek/Direksi.

Anda mungkin juga menyukai