Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN STATUS

PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN GANGGUAN JIWA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOKERTO I
KABUPATEN PEKALONGAN

Naskah Publikasi

Disusun Oleh :

Melisa Marselina
NIM : 11.0709.S
Nur Khomsiyah
NIM : 11.0725.S

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2016
Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Pekajangan
Januari, 2016

ABSTRAK

Melisa Marselina, Nur Khomsiyah


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Personal Hygiene pada Pasien
Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten
Pekalongan
xiii + 63 halaman + 5 tabel + 1 skema + 11 lampiran

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Orang dengan gangguan jiwa memiliki ciri-ciri salah satunya
tidak mampu merawat dirinya sendiri. Kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Salah satu faktor
yang mempengaruhi Personal hygiene yaitu dukungan keluarga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga dengan status personal hygiene
pada pasien gangguan jiwa. Desain penelitian deskriptif korelatif melalui
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota
sampling dengan jumlah 82 responden. Alat pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan uji statistik yang digunakan Uji Chi Square. Hasil uji statistik
didapatkan nilai value sebesar 0,001 ( 0,05), dapat disimpulkan hasil penelitian
ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
status personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas
Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Saran agar tenaga kesehatan hendaknya
meningkatkan penyuluhan kepada pasien gangguan jiwa dan keluarga tentang
manfaat pentingnya menjaga personal hygiene, serta pentingnya dukungan dari
keluarga bagi pasien gangguan jiwa dalam memenuhi kebutuhan personal
hygiene.

Kata kunci : dukungan keluarga, status personal hygiene


Daftar pustaka : 22 buku (2005-2014), 9 jurnal
Bachelor Science of Nursing Program
Institute of health science of Muhammadiyah Pekajangan
January, 2016

ABSTRACT

Melisa Marselina, Nur Khomsiyah


The Correlation of Family Support with Personal Hygiene Status in Patients
with Mental Disorder at the Working Area Community Health Center of
Wonokerto I, Pekalongan Regency
xiii + 63 Page + 5 tables + 1 scheme + 11 appendices

The phenomenon of mental disorders currently experiencing a very significant


increase and every year in various parts of the world increases the number of
people with mental disorders. People with mental disorders have the
characteristics of one of them is not able to care for himself. Lack of self-care in
patients with mental disorders occur due to changes in thought processes so that
the ability to perform self-care activities decreased. One of the factors that affect
Personal hygiene is family support. The design research uses correlative
descriptive study through cross sectional approach. The sampling technique uses
quota sampling with 82 respondents. Data collection instrument uses a
questionnaire and the statistical test used Chi Square test. Statistical test results
obtained value of 0.001 (<0.05), this result of the study concluded that there is
significant correlation between family support with personal hygiene status in
patients with mental disorders at the Working Area Community Health Center of
Wonokerto I, Pekalongan Regency. It is suggested that health professionals are
expected to improve counseling for patients with mental disorders and families
about the benefits of the importance of maintaining personal hygiene, as well as
the importance of family support for patients with mental disorders in meeting the
needs of personal hygiene.

Keywords : Family Support, Personal Hygiene Status


Bibliography : 22 books ( 2005-2014 ), 9 journal
PENDAHULUAN jumlah gangguan jiwa berat adalah 75.900
Sehat menurut WHO (World Health orang dan yang mengalami gangguan mental
Organization) adalah keadaan sejahtera yang emosional adalah 155.100 (Riskesdas 2013).
meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak Daerah pedesaan, proporsi rumah
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tangga dengan minimal salah satu anggota
sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian rumah tangga mengalami gangguan jiwa berat
yang terintegrasi dalam kesehatan individu dan pernah dipasung mencapai 18,2 persen.
secara keseluruhan yang tidak hanya terbebas Sementara di daerah perkotaan, proporsinya
dari gangguan jiwa saja tetapi lebih kepada hanya mencapai 10,7 persen. Hal ini
kualitas untuk menjalani hidup yang lebih memberikan informasi bahwa tekanan hidup
bahagia (Efendi dan Makhfudi, 2009). yang dialami penduduk pedesaan lebih berat
Undang-Undang Republik Indonesia dibanding penduduk perkotaan. Salah satu
Nomor 18 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1 tentang bentuk tekanan hidup itu, meski tidak selalu
kesehatan jiwa, menyatakan bahwa: adalah kesulitan ekonomi ( Riskesdas, 2013 ).
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana Orang dengan gangguan jiwa seperti
seorang individu dapat berkembang secara depresi memiliki 2 kecenderungan gangguan
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga pola makan yaitu tidak nafsu makan sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan menjadi lebih kurus ataupun bertambah
sendiri, mampu mengatasi tekanan dan makan terutama yang manis sehingga menjadi
bekerja secara produktif, serta senantiasa lebih gemuk (Lubis 2009, h.41). Orang
memberikan kontribusi untuk komunitasnya dengan gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
(Videbeck 2008 dalam, Prabowo 2014, h.1). antara lain : sedih berkepanjangan, tidak
Permasalahan hidup yang semakin semangat dan cenderung malas, marah tanpa
berat dialami hampir oleh semua kalangan sebab, mengurung diri, tidak mengenali
masyarakat mulai dari masalah rumah tangga, orang, bicara kacau, bicara sendiri dan tidak
stress di tempat kerja, tingginya tingkat mampu merawat dirinya sendiri (Keliat
pengangguran dan sulitnya mencari nafkah, 2011, h.3). Hasil penelitian Stianto (2014)
kondisi tersebut menjadi pemicu gangguan menunjukkan bahwa perilaku personal
kesehatan jiwa seperti, depresi dan kejadian hygiene pada pasien gangguan jiwa di RSKJ
bunuh diri. Gangguan jiwa merupakan salah H. Mustajab Bungkanel Purbalingga tahun
satu masalah kesehatan utama di berbagai 2014 seluruhnya dikategorikan tidak baik
negara maju, modern, dan industri. Fenomena (100,0%).
gangguan jiwa pada saat ini mengalami Kurangnya perawatan diri pada pasien
peningkatan yang sangat signifikan dan setiap dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
tahun di berbagai belahan dunia jumlah perubahan proses pikir sehingga kemampuan
penderita gangguan jiwa bertambah (Wibowo untuk melakukan aktifitas perawatan diri
2009, h.2). Berdasarkan data dari World menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
Health Organisasi (WHO), ada sekitar 478,5 ketidak mampuan merawat kebersihan diri,
juta orang di dunia yang mengalami gangguan makan secara mandiri, berhias secara mandiri
jiwa (WHO 2015). Di Indonesia gangguan dan toileting (buang air besar/buang air kecil)
jiwa berat tertinggi di Yogyakarta dan Aceh (Damaiyanti 2008, dalam Muhammad 2010,
(masing-masing 2,7%), sedangkan terendah h.3).
adalah Kalimantan Barat (0,7%). Prevalensi Personal hygiene adalah upaya
gangguan jiwa berat nasional 1,7% permil. seseorang dalam memelihara kebersihan dan
Angka prevalensi seumur hidup skizofrenia kesejahteraan dirinya untuk memperoleh
dunia mencapai 1,4 persen (Riskesdas 2013). kesejahteraan fisik dan biologis (Andarmoyo
Di Jawa Tengah prefelensi gangguan 2012, h.2). Menurut Potter dan Perry (2005)
jiwa di masyarakat adalah sebesar 2,3 permil Personal hygiene adalah suatu tindakan
dan prevalensi gangguan mental emosional untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
adalah 4,7 permil. Apabila diasumsikan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
jumlah penduduka Jawa Tengah adalah 33 seseorang. Karakteristik dari perawatan diri
juta jiwa, maka dapat diperkirakan bahwa yang normal meliputi : perawatan kulit, kaki
1
2

dan kuku, rambut, mulut, toileting, berpakaian seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
dan tampil rapi. Orang yang sehat mau praktik hygiene perorangan. Sosial ekonomi
memenuhi kebutuhan kesehatannya secara yang rendah memungkinkan hygiene
mandiri, pada orang sakit terutama pada orang perorangan yang rendah pula, 4) citra tubuh,
gangguan jiwa memerlukan bantuan dari citra tubuh adalah cara pandang seseorang
orang lain terutama pada keluarganya sendiri. terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat
Macam macam personal hygiene yaitu : mempengaruhi dalam praktik hygiene
Perawatan kesehatan mulut, perawatan mata, seseorang, 5) pilihan pribadi, setiap klien
telinga, kaki dan kuku, rambut, mandi dan memiliki keinginan dan pilihan tersendiri
kulit (Tarwoto dan Wartonah 2011, h.116). dalam praktik personal hygienenya, (misalnya
Kebutuhan personal hygiene yang kapan dia harus mandi, bercukur, melakukan
tidak dipenuhi akan berdampak kepada klien perawatan rambut, dsb), termasuk memilih
berupa dampak fisik, klien mudah terserang produk yang digunakan dalam praktik
berbagai penyakit kulit, mukosa mulut dan hygienenya (misalnya sabun, sampo,
kuku. Dampak psikososial di masyarakat deodoran, dan pasta gigi), 6) kondisi fisik,
yaitu gangguan interaksi sosial dalam aktifitas orang sakit lebih banyak membutuhkan
hidup sehari-hari, klien akan ditolak oleh kebersihan diri dan personal hygienenya, 7)
masyarakat karena personal hygiene yang dukungan keluarga, kebiasaan keluarga,
tidak baik, klien mempunyai harga diri rendah jumlah orang dirumah, ketersediaan air panas
khususnya hal identitas dan perilaku, klien dan lain-lain merupakan faktor yang
menganggap dirinya tidak mampu mengatasi mempengaruhi personal hygiene dalam
kekurangannya (Wartonah 2010). keluarga (Saryono & Widianti 2010, hh.2-3).
Kebersihan diri diperlukan untuk Peran keluarga yang baik dapat memberikan
kenyamanan, keamanan dan kesehatan motivasi dan dukungan keluarga yang baik
seseorang. Personal hygiene yang tidak baik (Ratna 2010, h.109).
akan mempermudah tubuh terserang berbagai Penelitian yang dilakukan oleh
penyakit seperti penyakit kulit, penyakit Hartanto (2014) menunjukkan bahwa peran
infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran dan keterlibatan keluarga sangat penting
cerna (Saryono & Widianti 2010, h.2). untuk pasien gangguan jiwa karena peran
Masalah kesehatan pada pasien gangguan keluarga sangat mendukung untuk
jiwa adalah bahwa pada individu dan keluarga kesembuhan pasien karena keluarga mampu
sangat membutuhkan penanganan kesehatan memberikan kepercayaan dan sikap yang baik
seperti pada pasien yang mengalami defisit untuk keluarganya. Karena keluarga
perawatan diri seperti : 1) Gangguan mempunyai fungsi memberikan kasih
kebersihan diri, 2) ketidakmampuan untuk sayang, rasa aman, rasa percaya dan
berhias, 3) ketidakmampuan untuk makan dan menyiapkan peran di masyarakat. Keluarga
minum secara mandiri dan 4) merupakan unit suatu sistem, yang saling
ketidakmampuan eliminasi secara mandiri. tergantung satu sama lainnya (Achjar 2010,
Hal ini terjadi karena pasien gangguan jiwa h.2).
mengalami perubahan proses berfikir Dukungan keluarga sangat penting
sehingga untuk perawatan dirinya menurun, bagi pasien dengan gangguan jiwa. karena
sehingga pasien membutuhkan bantuan dari keluargalah yang paling lama berinteraksi
keluarga maupun tim kesehatan (Keliat dan dengan pasien. Dalam keluarga masalah dapat
Akemat 2009, h. 164). muncul dan dalam keluarga pula masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dicarikan alternatif penyelesaiannya,
Personal hygiene adalah 1) budaya, beberapa disebutkan ada empat jenis dukungan
budaya memungkinkan menganggap bahwa keluarga yaitu: dukungan instrumental,
kesehatan dan kebersihan tidaklah penting, 2) dukungan informasional, dukungan penilaian
pengetahuan individu, pengetahuan tentang (appraisal) dan dukungan emosional
hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene (Menurut Friedman dalam Setiadi 2008, h.22
seseorang, 3) ekonomi, status ekonomi ). Jenisjenis dukungan keluarga yaitu ada
3

dukungan perhatian secara emosi, dukungan b. Mengidentifikasi status personal


instrumental, dukungan informasi, dukungan hygiene pasien gangguan jiwa di
penilaian (Ratna 2010, h.113). Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto
Data yang dihimpun oleh Dinas I Pekalongan.
Kesehatan Kabupaten Pekalongan didapatkan c. Mengidentifikasi hubungan antara
jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak dukungan keluarga dengan status
1590, dari jumlah tersebut penderita dengan personal hygiene pada pasien
psikosis sebanyak 654, neurosis 705, epilepsi gangguan jiwa di Wilayah Kerja
165, keterbelakangan mental 80, Puskesmas Wonokerto I Pekalongan.
ketergantungan zat dan alkohol 10. Dari
seluruh Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Pekalongan, Wonokerto 1 memiliki jumlah
pasien gangguan jiwa tertinggi dengan 103
pasien gangguan jiwa.
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonokerto I terhadap 10 orang pasien
gangguan jiwa pada Bulan Maret 2015
terdapat 7 klien (70%) mendapat dukungan
keluarga baik dan 3 klien (30%) tidak
mendapatkan dukungan keluarga kurang baik.
Namun, dari keseluruhan klien pada studi
pendahuluan terdapat 7 klien (70%) yang
mengalami gangguan berupa personal
hygiene yang kurang bersih. Dari uraian dan
data-data di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan
dukungan keluarga dengan status personal
hygiene pada pasien gangguan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto I.

RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada
pasien gangguan jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonokerto I Pekalongan?

TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga dengan status personal hygiene
pada pasien gangguan jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonokerto I
Pekalongan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga
pada pasien gangguan jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonokerto I
Pekalongan.
4

DESAIN PENELITIAN Api-api : =9


Desain penelitian ini menggunakan
metode deskriptif korelasi dengan Dadap Tulak : = 10
Pendekatan cross sectional. Penelitian ini Pecakaran : = 12
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan status personal Rowoyoso : = 20
hygiene pada pasien gangguan jiwa. Werdi : =1

POPULASI a. Kriteria inklusi


Populasi dalam penelitian ini adalah Kriteria inklusi adalah karakteristik
keluarga dan semua gangguan jiwa dengan umum dari suatu subjek penelitian dari
status personal hygienenya yang tinggal di suatu populasi target yang terjangkau dan
wilayah Puskesmas Wonokerto I sekitar 103 akan diteliti. Kriteria inklusi pada
pasien gangguan jiwa. penelitian ini adalah :
1) Klien gangguan jiwa yang tidak
SAMPEL membahayakan bagi peneliti.
Pada penelitian ini teknik pengambilan 2) Klien gangguan jiwa yang bisa diajak
sampel menggunakan Quota Sampling, komunikasi.
merupakan pengambilan sampel yang 3) Klien gangguan jiwa yang bersedia
dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah menjadi responden.
anggota sampel secara quota atau jatah b. Kriteria Esklusi
(Notoadmojo 2010, h.125). Pengambilan Kriteria eklusi adalah menghilangkan atau
sampel dalam waktu 1 bulan. Penentuan besar mengeluarkan subjek yang memenuhi
sampel menggunakan rumus sebagai berikut criteria inklusi dari study karena berbagai
(Notoatmojo 2005 ): sebab. Kriteria eklusi dalam penelitian ini
n = adalah :
1) Klien dalam keadaan tidak dirumah,
keterangan : sakit atau dirawat di rumah sakit.
n= jumlah sampel 2) Klien gangguan jiwa yang mengalami
N= jumlah populasi gangguan pendengaran.
d= tingkat signifikansi (5%) Berdasarkan kriteria inklusi dan
Berdasarkan jumah di atas maka eksklusi hasil penelitian ini diperoleh 82
jumlah sampel (n) sebesar: responden.
n =
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian terdiri dari dua
n= bagian yaitu:
1. Bagian pertama, terdiri dari pertanyaan
n= variabel dukungan keluarga
n= 81,90 Kuesioner variabel dukungan
n= 82 keluarga. Kuesioner ini terdiri dari 28
Besar sampel per-desa sebagai berikut : pernyataan bentuk pertanyaan kuesioner
merupakan pertanyaan tertutup (closed
Wonokerto Kulon : =6
ended) dengan sistem jawaban Ya dan
Pesanggrahan : =4 Tidak. Pemberian bobot pertanyaan
favourable, jika jawaban Ya diberi
Sijambe : =7
bobot 1, Tidak diberi bobot 0.
Trateban : =4 Pemberian bobot pertanyaan
Bebel : =5 unfavourable, jika jawaban Ya diberi
bobot 0, Tidak diberi bobot 1.
Semut : =4 Pernyataan favourable nomor
5

1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,13,14,16,17,18,19,21 TEKNIK ANALISIS DATA


,24,25,26,27 dan 28. Pernyataan 1. Univariat
unfavourable nomor 8,12,15,20,22 dan Analisa univariat dalam penelitian
23. ini adalah untuk mengetahui gambaran
2. Bagian kedua, terdiri dari pernyataan dukungan keluarga dan gambaran status
variabel status personal hygiene personal hygiene pasien gangguan jiwa
Check list variabel status personal 2. Bivariat
hygiene. Check list ini terdiri dari 28 Uji statistik yang digunakan adalah
pernyataan dengan sistem jawaban Ya uji statistik Kai Kuadrat (Chi Square)
dan Tidak. Pemberian bobot pernyataan karena untuk mengetahui adanya
favourable, jika jawaban Ya diberi hubungan variabel bebas dan variabel
bobot 1, Tidak diberi bobot 0. terikat dengan skala data nominal dan
Pemberian bobot pertanyaan nominal.
unfavourable, jika jawaban Ya diberi
bobot 0, Tidak diberi bobot 1. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Pernyataan favourable nomor a. Gambaran dukungan keluarga pada pasien
1,4,5,6,7,10,13,14,16,19,22,23,26 dan 28. gangguan jiwa di Wilayah kerja
Pernyataan unfavourable nomor 2,3,8,9, Puskesmas Wonokerto I Kabupaten
11,12,15,17,18,20,21,24,25 dan 27. Pekalongan
Hasil penelitian menunjukkan
UJI VALIDITAS bahwa sebagian besar (61%) dukungan
Uji validitas dilakukan dengan jumlah keluarga pada pasien gangguan jiwa di
responden 20 dengan tingkat kemaknaan 5% Wilayah kerja Puskesmas Wonokerto I
(df = n-2), didapatkan angka r tabel 0,444. Kabupaten Pekalongan dalam kategori
Menentukan nilai r hasil perhitungan; nilai r kurang yaitu 50 responden. Dukungan
hasil dapat dilihat pada kolom Corected item yang kurang diartikan bahwa respoden
Total Correlation. Hasil pengolahan data uji kurang dalam mendapat bantuan dalam
validitas dengan menggunakan bantuan bentuk informasi, bantuan finansial,
program komputer diketahui untuk variabel bantuan secara emosi dan bantuan dalam
Dukungan Keluarga nilai r hasil dari 25 bentuk penilaian atau penghargaan. Hasil
pertanyaan di atas nilai r tabel (r=0,444) dan 3 analisa peneliti bahwa kurangnya
pertanyaan kurang dari nilai r tabel, artinya dukungan keluarga disebabkan karena
bahwa 25 pertanyaan tersebut sudah valid dan keadaan keluarga yang kurang mampu,
3 pertanyaan belum valid, selanjutnya 3 sehingga mereka terlalu sibuk masing-
pertanyaan yang belum valid direvisi dan masing untuk mencari nafkah, yang
dilakukan uji validitas ulang dengan 10 menyebabkan pasien gangguan jiwa susah
responden, didapatkan nilai r hasilnya di atas mendapatkan dukungan dari keluarga.
r tabel (r= 0,632), sehingga dapat disimpulkan Sebagian besar keluarga responden
bahwa 28 pertanyaan tersebut sudah valid. bekerja sebagai buruh yang berpendapatan
rendah. Hal ini merupakan salah satu
UJI RELIABILITAS penyebab pasien gangguan jiwa susah
Hasil pengolahan data uji reliabilitas mendapatkan dukungan dari keluarga.
dengan menggunakan bantuan program Dukungan keluarga sangat penting
komputer diketahui nilai Alpha untuk variabel bagi pasien dengan gangguan jiwa, karena
Dukungan Keluarga (0,962) berada di atas keluargalah yang paling lama berinteraksi
nilai konstanta (0,6), sehingga dapat dengan pasien. Dalam keluarga masalah
disimpulkan semua pertanyaan tersebut sudah dapat muncul dan dalam keluarga pula
reliabel. masalah dapat dicarikan alternatif
penyelesaiannya, disebutkan ada empat
jenis dukungan keluarga yaitu: dukungan
instrumental, dukungan informasional,
dukung penilaian (appraisal) dan
6

dukungan emosional (Friedman, dalam pihak yang berkepentingan, mencakup


Setiadi 2008, h.22 ). Jenis jenis organisasi-organisasi profesi kesehatan,
dukungan keluarga yaitu ada dukungan lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
perhatian secara emosi, dukungan dan para usahawan swasta. Diharapkan
instrumental, dukungan informasi, dengan adanya kerjasama lintas sektor,
dukungan penilaian (Ratna 2010, h.113). hambatan dan kendala tersebut bisa
Hal tersebut juga diperkuat hasil teratasi, adanya peningkatan kesejahteraan
penelitian yang dilakukan oleh Hartanto keluarga sehingga keluarga bisa
(2014) menunjukkan bahwa peran dan memberikan dukungan dengan optimal
keterlibatan keluarga sangat penting kepada pasien gangguan jiwa dalam
untuk pasien gangguan jiwa, peran menjaga kesehatan, termasuk kebutuhan
keluarga sangat mendukung untuk personal hygiene.
kesembuhan pasien karena keluarga 2. Gambaran status personal hygiene pada
mampu memberikan kepercayaan dan pasien gangguan jiwa di Wilayah kerja
sikap yang baik untuk keluarganya. Puskesmas Wonokerto I Kabupaten
Keluarga mempunyai fungsi memberikan Pekalongan
kasih sayang, rasa aman, rasa percaya dan Hasil penelitian menunjukkan
menyiapkan peran di masyarakat. bahwa sebagian besar (65,9%) status
personal hygiene pada pasien gangguan
Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa di Wilayah kerja Puskesmas
dukungan keluarga menurut Friedman Wonokerto I Kabupaten Pekalongan
(1998, dalam Nugraha dan Suprayitno dalam kategori kurang yaitu 54
2012, h. 54) adalah status kelas sosial responden. Kurangnya perawatan diri
yaitu berdasarkan tingkat pendapatan pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
keluarga dan sumber pendapatan akibat adanya perubahan proses pikir
keluarga, pekerjaan dan pendidikan sehingga kemampuan untuk melakukan
anggota keluarga yang dewasa aktifitas perawatan diri menurun. Kurang
mengidentifikasi status sosial keluarga. perawatan diri tampak dari
Namun, yang jadi kendala utama adalah ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
apabila keluarga pasien gangguan jiwa makan secara mandiri, berhias secara
tersebut termasuk dalam keluarga kurang mandiri,dan toileting, buang air
mampu, sehingga mereka terlalu sibuk besar/buang air kecil (Damaiyanti 2008,
masing-masing untuk mencari nafkah, dalam Muhammad 2010, h.3). Hasil
yang menyebabkan pasien gangguan jiwa penelitian ini diperkuat hasil penelitian
susah mendapatkan dukungan dari Stianto (2014) yang menunjukkan bahwa
keluarga. perilaku personal hygiene pada pasien
gangguan jiwa di RSKJ H. Mustajab
Kondisi di atas merupakan salah
Bungkanel Purbalingga tahun 2014
satu hambatan bagi petugas kesehatan
seluruhnya dikategorikan tidak baik
dalam membina keluarga pasien
(100,0%).
gangguan jiwa yang diharapkan sebagai
Status personal hygiene kurang baik
pihak yang sangat memahami, mengerti
pada pasien gangguan jiwa dalam
dan mempunyai kemampuan untuk
penelitian ini juga dapat dikarenakan
membantu pasien gangguan jiwa dalam
kurangnya dukungan yang diberikan
menghadapi dan mengatasi permasalahan
keluarga yang berupa dukungan
yang dihadapinya, seperti kebutuhan
informasional, emosional, instrumental
personal hygiene.
dan penghargaan. Hal ini dapat dilihat dari
Dalam upaya mengatasi hambatan analisa univariat dukungan keluarga yang
dan kendala tersebut selain memberikan menunjukkan lebih dari separuh (56%)
penyuluhan keluarga pasien gangguan dukungan keluarga pada pasien gangguan
jiwa, petugas kesehatan harus melakukan jiwa di Wilayah kerja Puskesmas
pendekatan lintas sektor meliputi semua
7

Wonokerto I Kabupaten Pekalongan diikuti menurunnya jumlah status


dalam kategori kurang. personal hygiene kategori baik.
Kebutuhan personal hygiene yang Hasil penelitian ini mendukung teori
tidak dipenuhi akan berdampak kepada yang menyatakan bahwa dukungan
klien berupa dampak fisik, klien mudah keluarga merupakan salah satu faktor
terserang berbagai penyakit kulit, mukosa yang mempengaruhi personal hygiene.
mulut dan kuku. Dampak psikososial di Dukungan keluarga sangat penting bagi
masyarakat yaitu gangguan interaksi pasien dengan gangguan jiwa, karena
sosial dalam aktifitas hidup sehari-hari, keluargalah yang paling lama berinteraksi
klien akan di tolak oleh masyarakat karena dengan pasien (Saryono & Widianti 2010,
personal hygiene yang tidak baik, klien hh.2-3).
mempunyai harga diri rendah khususnya Hasil penelitian yang dilakukan oleh
hal identitas dan perilaku, klien Wibowo (2009) didapatkan value 0,04
menganggap dirinya tidak mampu ( 0,05) menjelaskan bahwa ada
mengatasi kekurangannya (Wartonah hubungan antara dukungan sosial keluarga
2010, h.81). dengan perilaku perawatan diri pada
Kebersihan diri diperlukan untuk pasien halusinasi. Peran dan keterlibatan
kenyamanan, keamanan dan kesehatan keluarga sangat penting untuk pasien
seseorang. Personal hygiene yang tidak gangguan jiwa karena peran keluarga
baik akan mempermudah tubuh terserang sangat mendukung untuk kesembuhan
berbagai penyakit seperti penyakit kulit, pasien karena keluarga mampu
penyakit infeksi , penyakit mulut, dan memberikan kepercayaan dan sikap yang
penyakit saluran cerna (Saryono & baik untuk keluarganya. Karena keluarga
Widianti 2010, h.2) mempunyai fungsi memberikan kasih
3. Hubungan dukungan keluarga dengan sayang, rasa aman, rasa percaya dan
status personal hygiene pada pasien menyiapkan peran di masyarakat.
gangguan jiwa di Wilayah kerja Keluarga merupakan unit suatu
Puskesmas Wonokerto I Kabupaten sistem,yang saling tergantung satu sama
Pekalongan lainnya. Hasil penelitian lain dengan
Berdasarkan hasil analisis statistik metode kualitatif yang dilakukan oleh
dengan menggunakan uji Chi-Square Rahayu (2015) menjelaskan bahwa
didapatkan nilai value (Asymp. Sig. 2- dukungan sosial dari keluarga merupakan
sided) sebesar 0,001 (<0,05), sehingga Ho faktor pendorong yang mendukung
ditolak, berarti ada hubungan yang kemandirian untuk melakukan personal
signifikan antara dukungan keluarga hygiene.
dengan status personal hygiene pada Penelitian yang dilakukan oleh
pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Hartanto (2014) menunjukkan bahwa
Puskesmas Wonokerto I Kabupaten peran dan keterlibatan keluarga sangat
Pekalongan.. Nilai Ods Ratio didapatkan penting untuk pasien gangguan jiwa
8,143, dapat disimpulkan bahwa pasien karena peran keluarga sangat mendukung
gangguan jiwa yang mendapat dukungan untuk kesembuhan pasien karena keluarga
keluarga baik cenderung memiliki status mampu memberikan kepercayaan dan
personal hygiene yang baik 8 kali lebih sikap yang baik untuk keluarganya.
besar dibandingkan dengan pasien Karena keluarga mempunyai fungsi
gangguan jiwa yang mendapat dukungan memberikan kasih sayang, rasa aman, rasa
keluarga kurang baik. Hal ini dapat dilihat percaya dan menyiapkan peran di
dari tabel silang yang menunjukkan masyarakat.
semakin banyak dukungan keluarga Hasil penelitian ini juga sejalan
kategori baik diikuti dengan semakin dengan hasil penelitian yang dilakukan
banyak status personal hygiene kategori oleh Puspitaningrum (2012) yang
baik, begitu juga sebaliknya semakin menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sedikit dukungan keluarga kategori baik signifikan antara dukungan keluarga
8

dengan personal hygiene. Hasil penelitian pantas bagi pasien gangguan jiwa, dan
lain yang dilakukan oleh Arfandi (2014) mengajarkan pasien gangguan jiwa untuk
menjelaskana bahwa ada hubungan yang personal hygiene, mencuci dan memasak.
signifikan antara dukungan sosial Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keluarga dengan kemampuan perawatan keluarga memberikan dukungan fisik,
diri pada anak retardasi mental. psikososial, keuangan dan perkembangan
Dukungan keluarga sangat penting untuk saudaranya yang gangguan jiwa.
bagi pasien dengan gangguan jiwa, karena
keluargalah yang paling lama berinteraksi KETERBATASAN PENELITIAN
dengan pasien. Dalam keluarga masalah 1. Kualitas data
dapat muncul dan dalam keluarga pula Pengumpulan data menggunakan
masalah dapat dicarikan alternatif kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup,
penyelesaiannya, disebutkan ada empat sehingga mempunyai keterbatasan dalam
jenis dukungan keluarga yaitu: dukungan mendapatkan data. Pengumpulan data
instrumental, dukungan informasional, dengan menggunakan kuesioner sangatlah
dukungan penilaian (appraisal) dan subyektif, karena kebenaran data
dukungan emosional (Menurut Friedman tergantung kejujuran, keterusterangan dan
dalam Setiadi 2008, h.22 ). Jenisjenis harapan responden, terutama yang
dukungan keluarga yaitu ada dukungan berkaitan dengan dirinya sendiri.
perhatian secara emosi, dukungan
instrumental, dukungan informasi, 2. Rancangan penelitian
dukungan penilaian (Ratna 2010, h.113). Rancangan pada penelitian ini
Hasil Penelitian McAuliffe (2009) dengan menggunakan metode deskriptif
menjelaskan bahwa semua partisipan korelatif dengan pendekatan cross
melaporkan bahwa hidup dengan pasien sectional, yang mempunyai kelemahan,
gangguan jiwa berdampak signifikan pada dimana variabel yang diteliti diamati
seluruh keluarga dan secara nyata hanya pada saat penelitian saja tanpa
mengubah hidup mereka. Perubahan ini adanya tindak lanjut.
sebagian besar tentang peningkatan
tanggung jawab keluarga, tanggung jawab KESIMPULAN
emosional termasuk berusaha untuk 1. Sebagian besar (61%) dukungan keluarga
menjaga keluarga utuh, pemantauan yang pada pasien gangguan jiwa di Wilayah
terus menerus terhadap keadaan mental kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten
dari anggota keluarga, dan penyediaan Pekalongan dalam kategori kurang.
intervensi mendukung. Tanggung jawab 2. Sebagian besar (65,9%) status personal
keluarga yang terlibat pemantauan hygiene pada pasien gangguan jiwa di
keuangan, kepatuhan pengobatan, Wilayah kerja Puskesmas Wonokerto I
penyediaan makanan dan tempat tinggal, Kabupaten Pekalongan dalam kategori
bantuan transportasi, dan iringan untuk kurang.
kunjungan pelayanan kesehatan mental. 3. Ada hubungan yang signifikan antara
Hasil penelitian dengan metode dukungan keluarga dengan status personal
kualititiaf yang dilakukan oleh Mphelane hygiene pada pasien gangguan jiwa di
(2006) yang berjudul The Role Played By wilayah kerja Puskesmas Wonokerto I
Families In Support Of Their Mentally Ill Kabupaten Pekalongan.
Relatives In A Rural Community In
Limpopo Province menjelaskan bahwa SARAN
sebagian besar pasien gangguan jiwa 1. Bagi Komunitas
diabaikan kebersihan pribadi mereka dan Keluarga dan masyarakat disarankan
ini membutuhkan dukungan dalam untuk lebih meningkatkan dukungan
pemeliharaan kebersihan. Dalam berupa dukungan informasional,
penelitian tersebut, juga menjelaskan emosional, instrumental dan penghargaan
bahwa keluarga membelikan pakaian yang
9

kepada pasien gangguan jiwa guna Keliat 2009, Model Praktik Keperawatan
memenuhi kebutuhan personal hygiene. Profesional Jiwa, Editor
2. Bagi Peneliti Selanjutnya penyelaras,EGC,Jakarta.
Hasil dari penelitian ini dapat ______ 2011, Keperawatan Kesehatan
digunakan sebagai dasar untuk penelitian Jiwa Komunitas CHMN (basic
selanjutnya yang terkait dengan dukungan Course), EGC, Jakarta.
keluarga dengan status personal hygiene
pada pasien gangguan jiwa. Peneliti Machfoedz 2010, Metodologi penelitian
menyarankan kepada peneliti lain untuk (Kuantitatif & Kualitatif ) Bidang
mengeksplore lebih mendalam mengenai Kesehatan , Keperawatan,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi Kebidanan, kedokteran disertai
status personal hygiene pada pasien contoh KTI, Skripsi, Tesis, Edisi
gangguan jiwa dengan metode kualitatif. ketujuh, Yogyakarta.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Maramis 2005, Catatan Ilmu Kedokteran
Tenaga kesehatan hendaknya Jiwa, Airlangga University
meningkatkan penyuluhan kepada pasien Press,Surabaya.
gangguan jiwa dan keluarga tentang Nursalam 2011, Konsep & Penerapan
manfaat pentingnya menjaga personal Metodologi Penelitian Ilmu
hygiene, serta pentingnya dukungan dari keperawatan Pedoman Skripsi,
keluarga bagi pasien gangguan jiwa dalam Tesis, dan Instrumen Penelitian
memenuhi kebutuhan personal hygiene. keperawatan, Edisi kedua, Salemba
Medika, Jakarta.
Notoadmojo 2010, Metodologi Penelitian
REFERENSI
kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
A. BUKU
Prabowo 2014, Konsep & Aplikasi
Achjar 2010, Aplikasi Praktis Asuhan Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi
Keperawatan Keluarga, Jakarta
pertama, Nuha Medika, Yogyakarta.
Davies, Teifion 2009, ABC kesehatan
Ratna 2010, Sosiologi dan Antropologi
mental, EGC, Jakarta.
Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Dingwall, Lindsay 2013, Higiene keperawatan, Edisi
Personal Keterampilan Klinis pertama,Yogyakarta.
Perawat, EGC, Jakarta.
Saryono & Widianti 2010, Catatan Kuliah
Direja 2011, Buku Ajar Asuhan Kebutuhan Dasar manusia (KDM),
Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Edisi pertama, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Setiadi 2008, Konsep dan proses
Efendi, Makhfudli 2009, Keperawatan Keperawatan Keluarga, Edisi
Kesehatan Komunitas Teori dan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Praktik dalam Keperawatan ,
______ 2008, Konsep dan Penulisan Riset
Salemba Medika, Jakarta.
Keperawatan, Graha Ilmu,
Hidayat, Alimul 2011, Praktik Kebutuhan Yogyakarta.
Dasar manusia, Edisi pertama,
Sylvia, Hadisukanto 2010, Buku Ajar
Surabaya.
Psikiatri Fakultas Kedokteran
Imron 2010, Metodologi Penelitian Universitas Indonesia, Badan
Bidang Kesehatan, Edisi Penerbit FKUI, Jakarta.
pertama,Jakarta.
Tarwoto, Wartonah 2011, Kebutuhan
Isroin, Andarmoyo 2012, Personal Dasar Manusia dan Proses
Hygiene Konsep,proses dan Aplikasi Keperawatan, Edisi kedua, Salemba
dalam Praktik keperawatan, Edisi medika, Jakarta.
pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
10

Zaidin Ali, H 2009, Pengantar Personal Hygiene pada Anak


Keperawatan Keluarga, EGC, Sekolah Dasar Negeri 1 G
Jakarta. ambiran Kecamatan Pamotan
Kabupaten Rembang, Skripsi
Keperawatan, Unimus, Semarang
B. SKRIPSI
Rahayu 2015, Personal Hygiene Concepts
Arfandi 2014, Hubungan antara of Health Education for the
Dukungan Sosial Keluarga dengan Visually Impaired, International
Kemampuan Perawatan Diri pada Journal of Sciences, diakses
Anak Retardasi Mental di SLB tanggal 12 January 2016
Negeri Ungaran, Skripsi <http://gssrr.org>.
Keperawatan, STIKES Ngudi
Waluyo, Semarang. Rio 2013, Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Hartanto 2014, Gambaran Sikap dan Gangguan Jiwa di Desa Paringan
Dukungan Keluarga Terhadap Kecamatan Jenangan Kabupaten
Penderita Gangguan Jiwa di Ponorogo, Fakultas Keperawatan
Kecamatan Kartasura, skripsi Universitas Airlangga Surabaya.
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Silis , K 2012, Hubungan Tingkat
Surakarta. Pengetahuan Lansia Dengan
Perilaku Lansia Dalam
Hasriana, D S 2013, Faktor Yang Pemenuhan Pemenuhan Personal
Berhubungan Dengan Personal Hygiene di Panti Wreda Darma
Hygiene Pada Penderita Bakti Pajang Surakarta, skripsi
Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Fakultas ilmu Kesehatan
Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Universitas Muhammadiyah
, skripsi Stikes Nani Hasanuddin Surakarta.
Makassar.
Siska, C A 2012, Hubungan Dukungan
Lilis , B S 2009, Tingkat Pemenuhan Keluarga Dengan Kekambuhan
Aktivitas Sehari-hari Pasien Pasien Gastritis di Puskesmas
Skizofrenia di Lingkup Kerja Jatinangor, Fakultas Ilmu
Puskesmas Gombong II, skripsi Keperawatan Universitas
Stikes Muhammadiyah Gombong. Padjadjaran.
McAuliffe 2009, Who cares? An Stianto 2014, Perilaku Personal Hygiene
exploratory study of carer needs in pada Pasien Gangguan Jiwa di
adult mental health, diakses RSKJ H. Mustajab Bungkanel
tanggal 30 Januari 2016, Purbalingga Tahun 2014, KTI,
<www98.griffith.edu >. Stikes Harapan Bangsa,
Mphelane 2006, The Role Played By Purwokerto.
Families In Support Of Their Tahan, P H 2011, Pengaruh Dukungan
Mentally Ill Relatives In A Rural Keluarga Terhadap Kepatuhan
Community In Limpopo Province, Minum Obat Anti Tuberkulosis ,
diakses tanggal 30 Januari 2016, < Stikes Muhammadiyah Malang.
http://citeseerx.ist.psu.edu/>.
Wibowo 2009, Hubungan Dukungan
Muhammad 2010, Asuhan Keperawatan Sosial Keluarga dengan Perilaku
Dengan Masalah Utama Defisit Perawatan Diri pada
Gangguan Devisit Perawatan Diri Pasien Halusinasi di Ruang Rawat
/ Personal Hygiene, KTI, Unimus, Inap Rumah Sakit Dr. Soeharto
Semarang. Heerdjan, Jurnal Keperawatan,
Puspitaningrum 2012, Hubungan Universitas Veteran Jakarta.
Dukungan Keluarga dengan
11

Zemmy, E G 2014, Hubungan Antara


Dukungan Sosial Keluarga Di
Uengan Kemampuan Perawatan
Diri Pada Anak Retardasi Mental
Di SLB Negeri Ungaran, skripsi
Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.

Anda mungkin juga menyukai