Anda di halaman 1dari 14

KEUANGAN DAERAH

SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DI INDONESIA

OLEH
KELOMPOK : 4
Ida Ayu Sri Mahardani 1415151052

Ni Putu Riska Aryawati 1415151053

Fahrudin Arrozi 1415151091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

NON REGULER

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
keuangan daerah/EKI 223 mengenai materi Siklus Perencanaan Dan Penganggaran Daerah
Di Indonesia. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari keterkaitan dari berbagai pihak,
maka dari itu tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Mahendra
Yasa,S.E.,M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah keuangan daerah di kelas C2.

Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengalaman penulis. Namun demikian, makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, saran dan
kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

14 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI
I. Latar Belakang
II. Rumusan masalah
III. Pembahasan
IV. Simpulan
I. Latar Belakang

Perencanaan dan penganggaran daerah merupakan suatu langkah untuk pemperbaiki


penggunaan sumber daya-sumber daya publik yang tersedia didaerah tersebut dan untuk
memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber daya swasta secara
bertanggungjawab. Dalam perekonomian daerah di Indonesia perencanaan dan penganggaran
daerah sangat diperlukan mengingat perekonomian Indonesia masih rentan akan masalah-
masalah seperti ; kegagalan pasar (market failures); ketidakpastian (uncentraintly) masa yang
akan datang; dan untuk memberikan arahan pembangunan yang jelas. Aktivitas perencanaan
dan penganggaran dapat dikatakan sebagai tahapan paling krusial dan kompleks
dibandingkan dengan aktivitas lainnya di dalam konteks pengelolaan keuangan daerah. Hal
ini dikarenakan perencanaan dan penganggaran merupakan tahap awal dari serangkaian
aktivitas atau siklus dari pembangunan daerah dan pengelolaan keuangan daerah, sehingga
apabila perencanaan yang dibuat tidak berjalan dengan lancar maka program atau kegiatan
yang direncanakan tidak akan tepat sasaran, selain itu pemerintah dalam pembuatan
perencanaan dan penganggaran juga harus melibatkan semua pihak yang terkait dalam
kepentingan pembangunan baik masyarakat, pemerintah daerah itu sendiri dan pemerintah
yang lebih tinggi yaitu provinsi dan pusat yang dilakukan melalui forum musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) untuk menyerasikan antara perencanaan
pemerintah kabupaten/kota/provinsi dan pemerintah pusat (perencanaan nasional) sehingga
pemerintah harus bertindak dengan sangat hati-hati untuk mengkoordinasikan keputusan
yang dibuat selama jangka panjang (20 tahun) yang disebut RPJPD (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah); jangka menengah (5 tahun) yang disebut RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah); dan jangka pendek (satu tahun) yang disebut
RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah). Selanjutnya untuk mengulas latar belakang
diatas pada makalah ini akan dibahas secara lebih rinci pengertian secara ringkas mengenai
perencanaan dan penagnggaran daerah serta siklus perencanaan dan penganggaran daerah di
Indonesia.

II. Rumusan Masalah


II.1bagaimana siklus perencanaan dan penganggaran daerah di Indonesia?
III.Pembahasan
III.1 Perencanaan Daerah
Menurut Conyers dan Hills (1990) Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri
dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada,
dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang;
Menurut Todaro dan Smith (2009) Dari sudut pandang ekonomi, perencanaan
adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan
ekonomi dalam jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur, dan dalam beberapa hal
mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk
mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat diartikan perencanaan daerah merupakan suatu
proses penyusunan visi, misi dan program dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan sumber daya yang dimiliki daerah secara
efesien dan efektif serta mempertimbangkan aspek keberlanjutan dari ketersediaan sumber
daya tersebut, selain itu perencaaan daerah juga merupakan proses yang paling krusial dalam
penyelenggaraan pemerintahan, karena berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan itu sendiri
untuk mensejahterahkan rakyatnya.. Dalam konteks perencanaan pembangunan
pemerintahan, penyusunan utamanya berpedoman pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

III.2 Penganggaran Daerah


Anggaran adalah instrumen atau alat utama dari kebijakan fiskal pemerintah dalam
mencapai sasaran-sasaran prioritas pembangunan, terutama dalam penyediaan dan
pemenuhan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan fiskal
merupakan penggunaan anggaran pemerintah untuk mempengaruhi suatu perekonomian,
termasuk keputusan tentang pajak yang dipungut dan dihimpun, pembiayaan transfer
termasuk subsidi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, serta size defisit dan
pembiayaan, yang mencakup semua tingkat pemerintahan. Pada intinya kebijakan fiskal
melibatkan langkah-langkah pemerintah untuk mengarahkan dan mengendalikan pengeluaran
dan perpajakan, atau penggunaan instrumen-instrumen fiskal untuk mempengaruhi
bekerjanya sistem ekonomi agar dapat memaksimumkan kesejahteraan ekonomi di Indonesia.
Penganggaran secara umum dapat di artikan sebagai suatu proses untuk menyusun
sebuah aggaran dimana dalam hal ini adalah anggaran penerimaan dan belanja negara
(APBN). Penganggaran daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disusun dan dibahas serta disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang
ditetapkan dalam peraturan daerah dimana penyusunan dasarnya berpedoman pada Undang-
Undang No 17 Tahun 2003 pasal 14 tengang pengganggaran.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai
atas beban APBD, sehingga seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik
dalam bentuk uang, barang atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan
dalam APBD.
Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban pemerintahan
daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Proses penyusunan
APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber
daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah
dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Oleh karena
itu pengaturan penyusunan anggaran merupakan hal penting agar dapat berfungsi
sebagaimana diharapkan, yaitu:
1.) Dalam konteks kebijakan, anggaran sebagai alokasi yaitu anggaran memberikan arah
kebijakan perekonomian dan menggambarkan secara tegas penggunaan sumberdaya
yang dimiliki masyarakat dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki kepada
sektor-sektor prioritas dalam rangka penyediaan dan pemenuhan pelayanan publik;
2.) Anggaran dapat menjadi alat untuk menjaga stabilitas harga, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang jika dilihat dari fungsi utama anggaran adalah untuk
mencapai keseimbangan ekonomi makro dalam perekonomian;
3.) Anggaran sebagai ditribusi yaitu menjadi alat pemerataan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan menjadi sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan
dan kesenjangan;

3.3 Siklus Perencanaan Dan Penganggaran Daerah Di Indonesia


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara merupakan dasar dari sinkronisasi siklus
perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah sebagaimana dijelaskan
melalui diagram di bawah ini :

Dalam diagram di atas, dapat dilihat keterkaitan antara beberapa


tingkatan perencanaan serta keterkaitan antara perencanaan dan
penganggaran. Perencanaan terkait dengan penentuan prioritas
tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan penganggaran
menggambarkan bagaimana alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pembangunan di
daerah tidak terpisah dari perencanaan pembangunan di tingkat
nasional, sebagaimana disebutkan dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pasal
2 ayat 1.
Berikut ini adalah proses perencanaan dan penganggaran di daerah
beserta pelaku, tahapan dan waktu penyusunannya:

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan tahap pertama yaitu :


Musrenbang Komponen masyarakat Usulan Januari
Desa/Kelurah (ketua RT/RW, kepala dusun, kegiatan
an LPM, ketua adat, kelompok desa/
perempuan, kelompok pemuda, kelurahan
ormas, pengusaha, kelompok
tani/nelayan, komite sekolah),
kepala desa/lurah dan aparat
desa/kelurahan, BPD, Camat
dan aparat kecamatan, kepala
Puskesmas, kepala sekolah,
LSM
Musrenbang Delegasi kelurahan/desa (terdapat Usulan Februari
Kecamatan perwakilan perempuan), kegiatan
organisasi masyarakat di tingkat kecamatan
kecamatan, Bappeda, perwakilan SKPD,
kepala cabang
SKPD, kepala unit pelayanan di
tingkat kecamatan, anggota
DPRD dari daerah pemilihan
kecamatan bersangkutan,
camat dan aparat kecamatan
bersangkutan, LSM, ahli/
profesional (jika dibutuhkan)
Forum SKPD Delegasi Kecamatan (terdapat Renja SKPD Maret
perwakilan kelompok
perempuan), organisasi
sektoral (misal: Dewan
Pendidikan untuk Forum
Pendidikan, IDI dan IBI untuk
Forum Kesehatan), Kepala
SKPD, LSM dengan bidang kerja
sesuai dengan fungsi SKPD,
ahli/profesi
Musrenbang Delegasi musrenbangcam, Masukan Maret
RKPD delegasi Forum SKPD, DPKAD, terhadap
kabupaten/ko DPRD, LSM yang bekerja dokumen
ta di tingkat kota/kabupaten, RKPD
perguruan tinggi, perwakilan
Bappeda Provinsi, Tim
Penyusun RKPD, Tim Penyusun
Renja SKPD, Panitia/Tim
Anggaran eksekutif maupun
DPRD
Pembahasan TAPD dan DPRD Dokumen Dokumen
KUA dan KUA dan KUA dan
PPAS PPAS PPAS
Penyusunan SKPD Dokumen Agustus
RKA SKPD RKA SKPD
Penyusunan TAPD Dokumen September-
Oktober
RAPBD RAPBD
(Kompilasi
dari
RKA)
Pembahasan TAPD dan DPRD APBD Oktober-
RAPBD di Desember
DPRD
Evaluasi oleh Tim Evaluasi Gubernur APBD Perte-
Gubernur yang lolos ngahan
evaluasi Desember
dan siap
dibuat
Perda
Penerbitan Pemda dan DPRD Perda Akhir
Perda APBD APBD Desember

Siklus APBD terdiri dari empat tahapan, yaitu 1) tahap penyusunan


yang terdiri dari perencanaan dan penganggaran, 2) tahap pembahasan
dan penetapan, 3) tahap pelaksanaan, dan 4) tahap pertanggungjawaban
APBD. Dari keseluruhan tahapan ini, tahap pertama dan kedua sangat
menentukan bentuk atau profil APBD.

Karakteristik Sistem Anggaran Pemerintah Daerah :


Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Asian Development
Bank (ADB) pada awal tahun 2006, dalam merencanakan dan mengelola keuangan daerah
diperlukan pemahaman awal tentang Karakteristik Anggaran pemerintah daerah yang
mencakup antara lain: siapa-siapa saja pelaku kunci (key person) yang terlibat; siklus dan
kalender anggaran; dan rincian proses anggaran yang merupakan siklus selama 30 (tigapuluh)
bulan atau dua setengah tahun.
Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten/kota adalah:
a) Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD, Bappeda dan
BPKD)
1. Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan kegiatan dan
pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode waktu
tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih. Dokumen
ini nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja pemerintah daerah
(RKPD).
Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu,
bupati/walikota segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen
pendukungnya kepada DPRD.

2. Sekretaris Daerah (Sekda)


Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah dalam suatu
pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang
mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada
DPRD. Kebijakan umum anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama
dalam penyusunan RAPBD.
3. Tim Anggaran Eksekutif
Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang bertugas untuk
menyusun Kebijakan Umum anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran
setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan
kabupaten/kota yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan
mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja yang
bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu pemerintahan kabupaten/kota dapat berbeda-beda
antara satu dengan lainnya tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah
masing-masing.
5. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
BAPPEDA dari suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit perencanaan
daerah yang mempunyai tugas antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan
yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan musyawarah perencanaan dan
pembangunan di daerah, menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan mengkoordinasikan
antara hasil Musrenbang dan usulan dari setiap satuan kerja sehingga tersusun Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD).
6. Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan kabupaten/kota yang bertugas
antara lain menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah (APBD)
dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. BPKD bertanggung jawab untuk menyusun
laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah yang
dipakai di suatu pemerintah kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada unit
organisasi dari suatu pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), ada juga yang memberi nama Badan Pengelola
Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD).

b) Pihak Legislatif :
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara
lain adalah:
1. Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang bertugas untuk
memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota) tentang penetapan,
perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah sebelum ditetapkan
dalam Rapat Paripurna.
2. Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD yang dibentuk
untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian dan
pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam proses
penetapan anggaran komisi-komisi merupakan kelompok kerja yang bersama-sama dengan
semua SKPD terkait membahas RKA-SKPD.
c) Pihak Legislatif :
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan pengelolaan
keuangan daerah adalah:
1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, BPK adalah satu-satunya
pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi pemeriksaan atas
laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak
termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut di atas.
2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP merupakan auditor internal
yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan internal terhadap pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah yang mengunakan dana APBN.
3. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
Bawasda adalah pengawas internal suatu pemerintah kabupaten/kota yang bertugas
meng-audit dan melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang dibiayai oleh
APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu bupati/walikota untuk melaksanakan
kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan dan
pelayanan masyarakat di daerah terkait.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karakteristik
anggaran masih mengalami perubahan-perubahan sehingga diperlukan pula informasi terkini
tentang perubahan yang telah dan sedang berlangsung mengenai proses penganggaran beserta
ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya.

Siklus Anggaran Pemerintah Daerah :


Walaupun siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya.
Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Bank Pembangunan
Asia (ADB) proses/siklus anggaran pemerintah daerah berlangsung selama 2 (dua
setengah) tahun dengan urutan sebagai berikut :
a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran (1 tahun sebelum tahun anggaran berkenaan)
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui
forum pertemuan komunitas (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas, instansi) sampai dengan penyiapan draf usulan APBD diserahkan
oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untu dibahas dan
disetujui bersama.
Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim
Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang sangat
penting.. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan prioritas
program namun pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di
masing-masing satuan kerja (SKPD).
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai
dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. Selanjutnya
DPRD akan melakukan pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan
terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif
dimana pada kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar
kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.

b. Pelaksanaan Anggaran (1 tahun saat tahun anggaran berjalan)


Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan
pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun anggaran baru
pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah.
c. Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (setengah tahun)
Tahapan ini mencakup antara penyiapan Laporan Semester pertama dan Laporan
tahunan termasuk penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu satu tahun anggaran
yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang dilakukan
oleh BAWASDA dan BPKP (untuk pembelanjaan yang menggunakan APBN), serta
pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

http://bandi.staff.fe.uns.ac.id/files/2009/09/0-mpp-apbd-
z2perencanaan_dan_penganggaran_daerah.pdf (09/02/2017)
http://unhas.ac.id/fekon/ppked/upload/1438560414-Kuliah%20Umum%20ToT
%20Perencanaan%20dan%20Penganggaran%20Daerah%20-%20Direktur%20PK.pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/838/02-Indra%20Bastian
%20_115-130_.pdf?sequence=1

http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152419.pdf

Anda mungkin juga menyukai