Askep Angiofibroma by Me
Askep Angiofibroma by Me
Search
Askep Angiofibroma Nasofaring Belia meliputi pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
penegakkan diagnosa, penatalaksanaan, komplikasi, stadium, diagnosa
keperawatan, intervensi, daftar pustaka
Etiologi Angiofibroma Nasofaring Belia masih belum jelas, berbagai jenis teori
banyak diajukan. Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan
hormonal
Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau
bagian dalam dari fossa pterigoid. Setelah mengisi nasofaring, Angiofibroma
Nasofaring Belia meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi dan orbita
serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak.
Gejala klinik terdiri dari hidung tersumbat (80-90%); merupakan gejala yang paling
sering, diikuti epistaksis (45-60%); kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala
(25%); khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal, pembengkakan wajah (10-
18%) dan gejala lain seperti anosmia, rhinolalia, deafness, pembengkakan palatum
serta deformitas pipi.
Angiofibroma Nasofaring Belia sangat sulit untuk di palpasi, palpasi harus sangat
hati-hati karena sentuhan jari pada permukaan tumor dapat menimbulkan
perdarahan yang ekstensif.
Biopsi tidak dianjurkan mengingat resiko perdarahan yang masif dan karena teknik
pemeriksaan radiologi yang modern sekarang ini dapat menegakkan diagnosis
dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Angiofibroma Nasofaring Belia dapat
didiagnosis banding dengan polip koana, adenoid hipertrofi, dan lain-lain.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan yang berlebihan dan transformasi
maligna.
STADIUM ANGIOFIBROMA
Untuk menentukan perluasan tumor, dibuat sistem staging. Ada 2 sistem yang
paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fisch.
Klasifikasi menurut Sessions sebagai berikut :
Stage III :Tumor menginvasi fossa infra temporal, orbita dan/atau daerah
parasellar sampai sinus kavernosus.
Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan
riwayat kanker payudara
Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu.
Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan
makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan (daging dan
ikan).
Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan
dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)
Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah,
epistaksis/perdarahan hidaung.
Integritas ego
Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan
bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairan
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di
daerah leher karena fibrosis jaringan
Pernapasan
Keamanan
(Doenges, 2000)
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
sekunder
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan
toleransi pasien
Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat,
kaji masukan dan haluaran.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat.
Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)
Kriteria hasil :
Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi
dan infeksi respiratori
Intervensi Keperawatan :
Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam,
menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa
perih saat berkemih
Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi
pengunjung yang mengalami infeksi.
Pantau suhu
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
Kepustakaan
Averdi R, Umar SD. Angiofibroma Nasofaring Belia. Dalam : Efiaty AS, Nurbaiti I.
Buku ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke 5,
Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2001. 151-2.
Adams GL, et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1997.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ;
1997
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
FacebookTweetGoogle+
Askep Appendixcitis
Luka Bakar merupakan luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan kalor atau zat-zat yang bersifat membakar.
DEFINISI Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh
panas pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metab
Hak Cipta KapukOnline.com. Didukung Oleh Kang Kapuk. Template Oleh Askep ID