Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kepentingan Nasional (National Interest)

Kepentingan nasional didefinisikan oleh Adam Smith

sebagai akumulasi dari kepentingan individu (individual self-

interets). Menurut Carr, konsep kepentingan nasional yang

dikemukakan oleh Smith membentuk sebuah simbiosis tertentu

dan komunitas kepentingan. Hal ini dapat memberikan sintesis

bahwa kepentingan terbesar dari individu dan kepentingan

terbesar dari komunitas terbentuk secara alami dalam waktu

yang bersamaan. Dalam mencapai kepentingannya, individu

membentuk komunitas, dan dalam mempromosikan kepentingan

komunitasnya, mereka mempromosikan hal itu dengan

sendirinya. Ini adalah sebuah doktrin yang terkenal mengenai

harmonisasi kepentingan.1

Berdasarkan penjelasan mengenai kepentingan nasional

yang telah didefinisikan oleh Adam Smith, dinyatakan bahwa

kepentingan nasional merupakan akumulasi dari kepentingan

individu. Hal itu dapat memberikan gambaran bahwa

1Scott Burchill, The National Interest in International Relation Theory,


New York: Palgrave Macmillan, 2005, hlm.107.

22
23

kepentingan nasional bercermin pada kepentingan masyarakat

sebagai kelompok individu di dalam sebuah negara. Sedangkan

Carr menjelaskan bahwa kepentingan nasional sebagai

akumulasi dari kepentingan individu dan kepentingan komunitas

yang mana dalam komunitas tersebut individu lah yang menjadi

anggotanya.

Dalam penelitian ini, kepentingan nasional rakyat Ukraina

tergambar sebagai bentuk akumulasi dari individual self-interest

sangat besar dalam menentukan masa depan bangsanya.

Kepentingan nasional rakyat Ukraina dapat dilihat dalam

peristiwa yang terjadi pada tanggal 21 November 2013, di mana

seluruh rakyat Ukraina secara langsung menentang kebijakan

Viktor Yanukovych yang membatalkan tanda tangan kerjasama

dengan Uni Eropa melalui perjanjian asosiasi. Peristiwa tersebut

menggambarkan dikotomi dari kepentingan pemerintah sepihak

dengan kepentingan rakyat secara menyeluruh.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa ide Smith

dikemukakan untuk mengoptimalkan hubungan antara negara

untuk mendukung perdagangan bebas serta non-intervensi dari

negara. Menurut Smith pasar bebas tidak hanya untuk

meningkatkan kemakmuran masyarakat, dengan merealisasikan

pasar bebas maka secara otomatis pemerintah telah

mengizinkan masyarakat untuk mencapai kepentingannya tanpa


24

intervensi.2 Jadi, dapat disimpulkan bahwa realisasi pasar bebas

merupakan sebagai bentuk capaian dari kepentingan nasional

sesuai dengan keinginan rakyat.

Dalam penelitian sangat terlihat jelas bahwa perdagangan

bebas sebagai salah satu upaya Ukraina agar dapat berintegrasi

dengan Uni Eropa. Bentuk perdagangan bebas dengan Uni Eropa

lah yang sesuai dengan aspirasi rakyat Ukraina, bukanlah

kerjasama dengan Rusia. Sehingga teori yang dikemukakan oleh

Adam Smith sangat relevan untuk mengupas permasalahan

dalam penelitian ini.

Ada sebuah pernyataan yang tepat untuk menggambarkan

permasalahan penelitian ini. Pernyataan tersebut dikemukakan

oleh Joseph Frankel yang menyatakan bahwa adanya dinamika

hubungan timbal balik (dynamics of interrelationship) antara

aspirasi dengan tingkat operasional atau pelaku politik yang

sangat signifikan dalam menentukan dinamika politik. 3 Hubungan

timbal balik ini dapat digambarkan dengan aspirasi rakyat

sebagai kepentingan nasional Ukraina dan kepentingan

Yanukovych sebagai seorang pemimpin. Dalam perihal tersebut,

terdapat perbedaan antara kepentingan rakyat dengan

2Ibid, hlm.107.

3Joseph Frankel, National Interest, London: Palgrave Macmillan, 1970,


hlm.33.
25

kepentingan pemerintah sepihak. Sehingga menimbulkan

dikotomi yang menyebabkan disintegrasi kepentingan antara

rakyat dengan pemerintah.

Karena adanya disintegrasi antara kepentingan rakyat

dengan pemerintah dalam menentukan dinamisme politik

sebagai kepentingan nasional bersama, maka terjadi lah kudeta

yang menyebabkan krisis politik di Ukraina. Sehingga hal ini

berdampak pada posisi Yanukovych sebagai penentu kemana

arahnya kepentingan nasional Ukraina.

Dalam hal ini, posisi Yanukovych memang lah sulit karena

harus memilih satu pilihan diantara dua pilihan yang ada untuk

menentukan arah politik Ukraina sebagai kepentingan nasional.

Seperti yang dikatakan oleh Joseph Frankel bahwa membuat

suatu pilihan merupakan sebuah pekerjaan yang sulit dan tidak

menyenangkan. Beberapa hal ada yang diabaikan untuk

mencapai tujuan. Pilihan tersebut akan membuktikan sikap dari

seseorang yang membuat pilihan dan hal itu dapat membantu

untuk keluar dari krisis politik.4

Namun, ironisnya Yanukovych mengabaikan aspirasi rakyat

sebagai kepentingan nasional Ukraina dan secara sepihak ia

lebih mempertimbangkan tekanan demi tekanan yang diberikan

oleh pihak Rusia. Sehingga arah kepentingan nasional Ukraina

4Ibid, hlm.119.
26

yang dibuat pun mengarah kepada Rusia. Hal ini yang menjadi

dikotomi dan disintegrasi dalam menentukan kepentingan

nasional yang berakhir pada krisis politik di Ukraina.

Padahal dalam proses pencapaian kepentingan nasional

dikenal adanya istilah freedom and will yang berarti kebebasan

dan keinginan. Sehingga pada dasarnya, sebuah permasalahan

yang muncul dalam proses penentuan kepentingan nasional

merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mempengaruhi serta menghambat dari kebebasan tujuan yang

ingin dicapai tersebut.5 Jadi, dapat dikatakan bahwa

permasalahan dalam menentukan kepentingan nasional

merupakan salah satu penghambat untuk memberikan pengaruh

terhadap tujuan yang akan dicapai.

Dalam penelitian, ada faktor eksternal yang menjadi

penghambat Yanukovych untuk menentukan tujuan kepentingan

nasional yaitu ancaman dan tekanan dari Rusia. Saat pemerintah

Rusia mengetahui bahwa Yanukovych sebagai presiden Ukraina

harus menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa

yang jatuh tempo di akhir tahun 2013. Maka pihak Rusia

langsung memberikan ancaman dan tekanan untuk

mempengaruhi Yanukovych dalam menentukan arah kepentingan

nasional Ukraina. Padahal dalam kepentingan nasional itu

5Ibid, hlm.123.
27

mencakup unsur freedom and will yang berarti adanya

kebebasan bagi sebuah negara untuk menentukan kepentingan

nasional yang diinginkannya. Apalagi Ukraina sebagai negara

berdaulat yang telah merdeka sejak tahun 1991, sehingga

Ukraina berhak secara bebas untuk menentukan arah

kepentingan nasionalnya.

George Washington dan Lord Palmerston menyatakan

bahwa kepentingan nasional negara berkaitan dengan diplomasi

dari negara tersebut. Kepentingan nasional sebagai pusat

rasionalitas dalam pembuatan kebijakan.6 Jadi, kepentingan

nasional untuk menentukan arah pencapaian politik sebuah

negara dapat dicapai melalui kebijakan. Kebijakan tersebut yang

menjadi penentu keberhasilan dalam sebuah pencapaian

kepentingan nasional.

Di abad ke-21, perdebatan mengenai kepentingan nasional

yang telah dikemukakan oleh para pakar menimbulkan dilema,

seperti: apakah kepentingan nasional dapat dikurangi beberapa

kriteria, seberapa jauh hal itu dapat menghadirkan keseluruhan

(bahkan mayoritas) dari keinginan dan kebutuhan warga negara,

6Timothy Edmunds, James Gaskarth, dan Robin Porter, British Foreign


Policy and The National Interest: Identity, Strategy, and Security, UK:
Palgrave Macmillan, 2014, hlm.4.
28

dan sebagainya.7 Berdasarkan pengertian tersebut, ada

kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.

Permasalahan yang terjadi di Ukraina yaitu Yanukovych

sebagai sosok presiden yang menjadi pemangku kebijakan untuk

mencapai kepentingan nasional Ukraina dianggap belum dapat

menghadirkan keseluruhan dari apa yang diinginkan oleh rakyat

Ukraina. Hal itu terbukti dengan keputusan yang dibuat oleh

Yanukovych pada tanggal 21 November 2013 untuk tidak

menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa, tetapi

lebih memilih Rusia untuk menjadi mitra bisnis yang pada

kenyataannya tidak diinginkan oleh rakyat Ukraina.

Karena itu, Khasan Ashari menyimpulkan bahwa

kepentingan nasional digunakan secara luas dalam hubungan

internasional dan sering diartikan sebagai tujuan yang hendak

dicapai oleh negara di bidang militer, ekonomi, maupun budaya.

Tujuan tersebut menjadi acuan negara dalam berinteraksi

dengan aktor lain. National interest atau kepentingan nasional

dapat dilihat dari tiga perspektif yaitu (a) sebagai piranti analisis

untuk mengkaji preferensi politik luar negeri suatu negara; (b)

sebagai kriteria untuk mengevaluasi kebijakan atau tindakan

7Ibid, hlm.6.
29

tertentu; dan (c) sebagai justifikasi terhadap kebijakan luar

negeri.8

Sehingga dapat dianggap bahwa kepentingan nasional ada

kaitannya dengan kebijakan luar negeri. Sebab kebijakan luar

negeri merupakan alat untuk mencapai kepentingan nasional

sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan diinginkan oleh

segenap rakyat. Maka, penelitian ini akan menggunakan dua

teori yang relevan untuk mengupas permasalahan yaitu teori

kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri.

2.1.2Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)

Kebijakan luar negeri atau foreign policy didefinisikan

sebagai keseluruhan dari kebijakan dan interaksi-interaksi negara

terhadap lingkungan yang berada di sekitar batasnya.9 Maka,

kebijakan luar negeri sebuah negara sangat berkaitan erat pada

interaksi dengan negara lain. Dalam kasus penelitian, interaksi


8Khasan Ashari, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2015, hlm.307-308.

9Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction,


USA: Palgrave Macmillan, 2007, hlm.5.
30

yang terjadi yaitu interaksi antara Ukraina Rusia Uni Eropa. Di

mana posisi Ukraina berada diantara dua aktor lainnya. Berikut

sebuah gambaran untuk menjelaskan interaksi dari ketiga aktor

tersebut:

Rusia Ukraina Uni Eropa

Interaksi antar ketiga aktor dalam hubungan internasional yaitu

Ukraina Rusia Uni Eropa merupakan interaksi yang terjadi

dalam satu kawasan yang sama dan dengan sistem internasional

yang berlaku di kawasan tersebut. Sehingga Ukraina perlu

mempertimbangkan dengan matang dalam proses pembuatan

kebijakan luar negerinya agar sesuai dengan kepentingan

nasional. Sebab kebijakan luar negeri Ukraina akan berhubungan

langsung dengan kedua aktor lainnya yang memang secara

geografis berada dalam kawasan yang sama.

Sejak berakhirnya perang dingin, globalisasi telah

memberikan sebuah tatanan baru terhadap hubungan timbal

balik dalam perekonomian dunia. Hal ini berdampak pada

perekonomian negara-negara yang pada era globalisasi ini

terkoneksi dalam perekonomian internasional. Isu ekonomi


31

menjadi prioritas yang lebih tinggi dalam agenda dari kebijakan

luar negeri.10

Hal tersebut sangat relevan untuk mengupas

permasalahan yang ada dalam penelitian. Karena salah satu isu

utama dalam krisis politik di Ukraina adalah isu ekonomi. Di

mana rakyat menginginkan kerjasama ekonomi dengan Uni

Eropa, tetapi presiden Yanukovych lebih memilih kerjasama

ekonomi dengan Rusia. Pernyataan rakyat Ukraina yang

menjadikan Uni Eropa sebagai pilihan (European choice) untuk

membangun kemitraan yang lebih dekat merupakan salah satu

strategi dalam kebijakan luar negeri.11 Sehingga hal yang terjadi

ini dapat dikatakan sebagai anarki dalam sistem internasional di

kawasan Eropa antara Ukraina Rusia Uni Eropa.

Dalam pembuatan sebuah kebijakan dikenal adanya sebuah level

analisis negara (the state level of analysis) yang fokus terhadap

faktor internal dalam sebuah negara untuk memberikan

pengaruh terhadap perilaku dalam kebijakan luar negeri. Analisis

tersebut meliputi (a) kerangka institusional sebuah negara

seperti hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam

pemerintahan, organisasi atau biro pemerintah, (b) domestik


10Ibid, hlm.5.

11Rilka Dragneva, Kataryna Wolczuk, Ukraine between the EU and


Russia: The integration challenge, UK: Palgrave Macmillan, 2015,
hlm.31.
32

konstitusi seperti kepentingan kelompok, kelompok etnis, atau

opini publik secara umumnya, kondisi ekonomi, dan juga sejarah

atau kebudayaan nasional negara tersebut. Level analisis ini

menekankan bagaimana faktor internal dapat memberikan

pengaruh terhadap perilaku negara dalam panggung politik

global. Dalam pembuatan sebuah kebijakan, faktor-faktor

tersebut menjadi parameter dan penentu yang memungkinkan

bagi pemimpin.12

Berdasarkan penjelasan yang baru dipaparkan telah

dikatakan bahwa untuk merumuskan sebuah kebijakan luar

negeri, maka ada sebuah formula dalam level analisis negara. Di

mana dalam level analisis tersebut ada dua poin utama yang

menjadi indikator untuk membuat kebijakan luar negeri. Poin

yang pertama yaitu kerangka institusional yang menggambarkan

hubungan antara eksekutif dengan legislatif. Apabila poin

tersebut dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian, maka

dapat dilihat dengan jelas bahwa ada ketidakharmonisan dalam

hubungan antara Yanukovych sebagai aktor eksekutif dan

parlemen sebagai pelaku legislatif negara. Ketidakharmonisan

antara kedua aktor tersebut terbukti ketika Yanukovych yang

baru saja terpilih sebagai presiden pada Februari 2010, kemudian

pada 21 April 2010 secara sepihak ia langsung menyetujui

12Marijke Breuning, Op.Cit, hlm.12-13.


33

perjanjian sewa kontrak Sevastopol dengan Rusia. Hal itu ia

lakukan tanpa adanya pertimbangan politik yang menyebabkan

pro kontra di kalangan parlemen Ukraina.

Kemudian poin yang kedua yaitu domestik konstitusi yang

menyoroti tentang opini publik secara umum. Dalam penelitian,

Yanukovych dianggap gagal sebagai pemimpin karena tidak

mendengar aspirasi rakyat sebagai opini publik secara

keseluruhan. Sehingga hal ini berakhir pada protes massa yang

merugikan bagi posisi Yanukovych, karena kekuatan massa

sangat besar untuk menurunkan Yanukovych dari posisinya

sebagai presiden.

2.1Tabel Tingkat Analisis Kebijakan Luar Negeri

Level of Analysis Foreign Policy Focus


Individual Options/Decisions
State Behaviors
System Outcomes
(Sumber: Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative
Introduction, USA: Palgrave Macmillan, 2007, hlm.12 )

Tabel diatas dapat menjadi sebuah petunjuk dalam proses

perumusan kebijakan luar negeri. Fokus individu dalam

perumusan kebijakan luar negeri yaitu berupa pilihan.

Sedangkan fokus negara berupa perilaku, dan fokus sistem

dalam kebijakan luar negeri berupa hasil.

Menurut Alex Mint, Foreign Policy Analysis (FPA) sebagai

agen terpusat, studi mikropolitik dari keputusan yang dibuat oleh


34

pemimpin yang biasanya bersub-ordinat langsung terhadap

hubungan internasional sebagai orientasi terstruktur, studi

makropolitik dari interaksi di dalam regional atau sistem

internasional. Hal ini memungkinkan bagi sebuah negara untuk

menganalisis fokus interaksinya pada skala yang lebih luas lagi,

jangka panjang, kecenderungan masa lalu dan pergeseran dalam

politik dunia.13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar

negeri adalah sebagai bentuk mikropolitik dari kebijakan yang

terstruktur dan terbuat dari dalam negeri sebuah negara,

kemudian menjadi bentuk makropolitik di level sistem regional

maupun global dalam studi hubungan internasional.

Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri,

Yanukovych mendapatkan tekanan dari dalam dan luar yang

sangat berpengaruh terhadap hasil dari kebijakan tersebut.

Tekanan dari dalam yaitu aspirasi rakyat agar Yanukovych segera

menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa,

sedangkan tekanan dari luar yaitu ancaman-ancaman dari Rusia

yang memblokir barang-barang ekspor Ukraina dengan

memberhentikan hubungan dagang secara sepihak. Kebijakan

luar negeri yang ia buat tersebut semata-mata untuk

memperluas skala hubungan luar negeri Ukraina. Namun tanpa

13Stephen G Walker, Akan Malici, dan Mark Schafer, Rethinking


Foreign Policy Analysis, UK: Routledge, 2011, hlm.6.
35

pertimbangan matang untuk kondisi jangka panjang bagi

Ukraina, Yanukovych membuat keputusan sepihak untuk tidak

menandatangani perjanjian asosiasi tersebut dan lebih memilih

Rusia sebagai mitra kerjasama. Hal ini yang menyebabkan

Yanukovych dikudeta oleh besarnya kekuatan massa yang

menganggap ia telah gagal dalam merumuskan kebijakan luar

negeri.

Glenn Palmer dan T. Clifton Morgan menyatakan bahwa

kebijakan luar negeri merupakan alat yang digunakan negara

untuk mencapai apa yang mereka inginkan.14 Dalam pengertian

tersebut, para pakar menggunakan entitas negara dan

penggunaan subjek mereka. Agar tidak menjadi ambiguitas,

maka akan dijelaskan lebih lanjut.

Kata negara merujuk pada elemen-elemen yang ada

dalam sebuah negara yaitu wilayah, pemerintah, dan penduduk.

Sedangkan kata mereka mencerminkan kolaborasi dari

pemerintah dan penduduk. Sehingga dalam pengertian kebijakan

luar negeri yang dimaksud oleh para pakar tersebut sudah

sangat jelas bahwa kebijakan luar negeri digunakan sebagai alat

untuk mencapai kepentingan nasional yang dikehendaki oleh

rakyat dan pemerintah. Tidak hanya kepentingan sepihak yang

14Glenn Palmer, T. Clifton Morgan, A Theory of Foreign Policy, UK:


Princeton University Press, 2006, hlm.1.
36

diinginkan oleh pemerintah saja, tetapi di dalamnya juga harus

meliputi aspirasi rakyat sebagai kepentingan nasional.

Sehingga tidak heran apabila Yanukovych dianggap gagal

dalam merumuskan kebijakan luar negeri untuk mencapai

kepentingan nasional Ukraina. Karena Yanukovcyh telah

mengabaikan aspirasi rakyat dan lebih mempedulikan tekanan

dari luar. Sedangkan tekanan dari dalam pun sangat besar

bahkan tekanan tersebut dapat membuat Yanukovych lengser

dari kedudukannya.

Dalam kamus hubungan internasional, foreign policy

diartikan sebagai serangkaian kebijakan di bidang politik dan

keamanan yang ditetapkan dan dijalankan oleh suatu negara

dalam berhubungan dengan negara lain maupun aktor non-

negara. Foreign policy mencakup proses perencanaan,

implementasi, serta strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam studi hubungan internasional terdapat tiga model

penyusunan kebijakan luar negeri yaitu (a) rational model yang

melihat negara sebagai sebuah kesatuan yang mampu

mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, menetapkan

beberapa alternatif pemecahan masalah, menetapkan alternatif

terbaik, dan bertindak sesuai alternatif yang dipilih; (b)

bureaucratic model yang melihat kebijakan luar negeri sebagai

hasil kompromi individu dan organisasi di dalam sistem birokrasi


37

suatu negara; dan (c) pluralist model yang melihat kebijakan luar

negeri sebagai kebijakan yang dibentuk berdasarkan masukan

dari kelompok kepentingan, kelompok usaha, opini publik, dan

tekanan masyarakat.15 Berdasarkan beberapa model penyusunan

kebijakan luar negeri yang telah dijelaskan, maka model foreign

policy yang relevan untuk digunakan dalam pembuatan

kebijakan luar negeri Ukraina pada saat itu adalah pluralist

model. Karena tekanan masyarakat sangat besar dan jelas untuk

menggambarkan apa yang diinginkan oleh mereka.

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Kudeta (Coup)

Coup detat adalah pengambilalihan pemerintahan secara

paksa dan tiba-tiba oleh sekelompok individu di dalam negara

yang umumnya dilakukan dengan penggunaan kekerasan atau

cara-cara lain yang melanggar hukum. Pemimpin coup detat

atau kudeta dapat berasal dari kalangan militer atau tokoh

politik. Kudeta umumnya ditujukan untuk mengganti pemerintah

yang berkuasa dengan pemerintahan yang sesuai dengan

kepentingan pelaku kudeta. Pada beberapa kasus kudeta juga

diikuti dengan terbentuknya pemerintahan junta sebagai otoritas

15Khasan Ashari, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Nuansa


Cendekia, 2015, hlm.194.
38

transisi sampai dengan terbentuknya pemerintahan permanen

yang dibentuk secara demokratis. Meskipun demikian, pada

beberapa kasus pemerintahan transisi tersebut berubah menjadi

pemerintahan permanen yang memerintah secara otoriter.

Meskipun frekuensinya telah jauh berkurang, kudeta tetap

menjadi bentuk transisi politik di negara-negara dengan

pemerintah yang lemah atau belum memiliki sistem

pemerintahan yang mapan. Kudeta dapat menjadi pemicu krisis

internasional ketika melibatkan pemerintah negara lain, baik

sebagai pihak yang membantu melakukan kudeta maupun

membantu pemerintah yang digulingkan.16

Samuel P. Huntington menyatakan bahwa ada tiga bentuk

kudeta; (a) kudeta sempalan yaitu kudeta yang dilakukan oleh

sekelompok bersenjata (militer atau tentara) untuk

menggulingkan pemerintahan tradisional dan kemudian

menciptakan elit birokrasi baru, (b) kudeta wali yaitu kudeta

yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan tujuan kudeta

seperti biasanya mengumumkan diri sebagai perwalian untuk

meningkatkan ketertiban umum. Kudeta wali sering dilakukan

dengan perubahan dari pemerintah sipil menjadi bentuk militer,

(c) kudeta veto merupakan kudeta yang dilakukan melalui

16Ibid,hlm.132.
39

partisipasi dan mobilisasi sosial sekelompok massa rakyat dalam

melakukan penekanan skala besar berbasis luar pada

pemerintah dengan oposisi sipil.17

Berdasarkan pengertian kudeta yang telah dijabarkan,

maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kudeta yang terjadi di

Ukraina adalah kudeta veto. Di mana kudeta dilakukan oleh

sekelompok massa atau rakyat yang menjadi pemberontak

akibat kebijakan yang telah diputuskan oleh presiden Ukraina.

Kebijakan presiden tidak searah dengan keingingan rakyat

Ukraina sehingga langsung memicu aksi protes sampai pada

proses kudeta. Dalam faktanya, kegiatan aksi protes yang

dilakukan oleh segenap rakyat Ukraina juga sangat didukung

oleh tokoh oposisi dari presiden Viktor Yanukovych yaitu mantan

perdana menteri Yulia Tymoshenko.

2.2.2Hubungan Luar Negeri (Foreign Relation)

Marise Cremona dan Bruno De Witte menggambarkan

hubungan luar negeri yaitu sebagai bentuk hubungan eksternal

(external relation) dan tindakan eksternal (external action) dari

17Samuel P.Huntington, Political Order in Changing Societies, New


Haven dan London: Yale University Press, 1973, hlm.488.
40

suatu negara.18 Sedangkan Ming Wan mendeskripsikan hubungan

luar negeri sebagai sebuah interaksi dari suatu negara terhadap

aktor-aktor lainnya terkait sesuatu hal, misalnya hubungan

antara Tiongkok dengan PBB terkait permasalahan HAM di

Tiongkok.19 Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa hubungan

luar negeri adalah sebagai bentuk interaksi yang meliputi

tindakan dan hubungan eksternal dari suatu negara dengan

aktor-aktor lainnya terkait suatu perihal atau permasalahan.

18Marise Cremona, Bruno De Witte, EU Foreign Relation Law:


Constitutional Fundamental, Oxford and Fortland: Hart Publishing,
2008, hlm.12.

19Ming Wan, Human Rights and Chinesse Foreign Relation, USA:


University of Pennsylvania Press, 2001, hlm.10
41

2.3Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian, penulis menggambarkan cara berpikir atau

kerangka pemikiran sebagai berikut:

Kedekatan
Yanukovych
Terhadap Rusia
Disintegrasi Politik
Dalam Negeri
Ukraina

Kudeta Presiden
Viktor Yanukovych
Konsistensi
Hubungan
Ukraina
Terhadap Uni
Eropa

Anda mungkin juga menyukai