Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS VISUM HIDUP

Materi Oleh :
TIM DOKTER MUDA UPH 11

Pembimbing :
Dr. Baety Adhayati, Sp.F.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN RSUD DR. DRADJAT PRAWIRANEGARA
PERIODE APRIL MEI 2017
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ibu D

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat / Tgl.Lahir : Padang, 15 Juni 1983.

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga.

Agama : Islam.

Warganegara : Indonesia.

Alamat : Serang City Ad No. 7, RT/RW 001/019, Kel. Drangong, Kec. Taktakan,
Kota Serang, Banten.

II. ANAMNESIS
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, didapatkan kronologi kejadian sebagai berikut:

Penderita datang ke bagian Instalasi Gawat Darurat dr. Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang,
mengaku pada tangal dua puluh bulan April tahun dua ribu tujuh belas sekitar pukul sebelas tepat
Waktu Indonesia Barat di Cilegon (di dalam mobil dalam perjalanan) penderita mengaku
diserang oleh suaminya dikarenakan merasa jengkel. Dalam beberapa bulan terakhir, penderita
merasa curiga dengan perilaku suaminya. Sebab, suami penderita selalu pulang larut malam pada
jam tidur, dan terkadang suami pasien juga tidak pulang ke rumah, melainkan ke apartemen
miliknya sendiri apabila sedang dalam perseteruan.

Pasien juga mengaku pernah melihat sebuah foto dimana suaminya sedang berperilaku
mesra dengan keponakan suaminya sendiri, serta beberapa percakapan yang terlihat mesra
melalui telepon genggam suaminya. Pada hari senin tanggal tujuh belas bulan April tahun dua
ribu tujuh belas, penderita pergi menemui suaminya di Apartemen tersebut pada pukul dua belas
dini hari. Di Apartemen itu, penderita membahas tentang hubungan antara suami dan
keponakannya tersebut. Tetapi, suaminya membantah dan kemudian membawa penderita pulang.

Dalam perjalanan, penderita mengaku suami mulai merasa jengkel dan mulai memukul
penderita dengan tangan kosong di kepala sebanyak lebih dari sepuluh kali, wajah dua kali,
lengan lebih dari sepuluh kali, tungkai atas lebih dari sepuluh kali. Setelah kejadian tersebut,
penderita langsung diantar pulang ke rumah.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik.

Kesadaran : Sadar penuh (GCS 15)


Tekanan darah : 100 / 60 mmHg

Nadi : 90 x / menit

Pernapasan : 20 x / menit

Suhu : 36,7C

IV. IDENTIFIKASI LUKA & FOTO

1. Pada lengan kanan atas sisi luar, sebelas koma lima sentimeter dari lipat siku,
terdapat luka memar warna biru keunguan dengan ukuran sembilan sentimeter
kali tiga koma lima sentimeter. Nyeri tekan positif.

2. Pada lengan kanan bawah sisi luar, satu koma lima sentimeter dari pergelangan
tangan, terdapat luka memar warna kehitaman, dengan ukuran lima koma lima
sentimeter kali dua sentimeter. Nyeri tekan positif.

3. Pada lengan kiri atas sisi luar, lima belas sentimeter dari tulang selangka, terdapat
luka memar warna keunguan, dengan diameter dua sentimeter. Nyeri tekan
positif.

4. Pada lengan kiri atas sisi luar, tujuh sentimeter dari lipat siku, terdapat luka
memar warna keunguan, dengan diameter satu sentimeter. Nyeri tekan positif.

5. Pada kepala bagian belakang sisi kanan, dua sentimeter dari garis pertengahan
belakang, tujuh sentimeter dari batas tumbuh rambut, terdapat bengkak dengan
ukuran dua sentimeter kali nol koma satu sentimeter kali nol koma satu
sentimeter. Nyeri tekan positif.

6. Pada puncak kepala sisi kanan, dua sentimeter dari garis pertengahan belakang,
delapan sentimeter dari batas tumbuh rambut, terdapat bengkak dengan ukuran
dua sentimeter kali nol koma lima sentimeter kali nol koma satu sentimeter. Nyeri
tekan positif.

7. Pada lutut kanan, terdapat luka memar warna ungu kehitaman, dengan ukuran tiga
sentimeter kali satu koma lima sentimeter. Nyeri tekan positif.

8. Pada lutut kiri, terdapat luka memar warna keunguan, dengan diameter tiga
sentimeter. Nyeri tekan positif.

9. Pada tungkai atas kanan, sepuluh sentimeter dari lutut kanan, terdapat luka memar
warna ungu kehijauan, dengan ukuran sembilan sentimeter kali empat sentimeter.
Nyeri tekan positif.

10. Pada tungkai atas kiri, dua sentimeter dari lutut kiri, terdapat nyeri tekan
11. Pada sudut luar mata kiri, terdapat luka memar warna kehijauan dengan diameter
tiga sentimeter. Nyeri tekan positif dan kemerahan pada bola mata

12. Pada kelopak atas mata kanan, terdapat nyeri tekan seluas area satu sentimeter.

13. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter dari lutut, terdapat luka memar warna
kehitaman, dengan ukuran empat sentimeter kali tiga sentimeter. Nyeri tekan
positif.

14. Pada tungkai bawah kanan, enam sentimeter dari lutut, terdapat luka memar
warna biru kehijauan, dengan ukuran lima sentimeter kali empat sentimeter. Nyeri
tekan positif.

15. Pada tungkai bawah kiri, tujuh sentimeter dari lutut, terdapat luka memar warna
ungu kehijauan, dengan ukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter. Nyeri tekan
positif.

V. DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan fisik yang dilakukan, diagnosis pasien ini
adalah luka kekerasan tumpul akibat kekerasan dalam rumah tangga.

VI. TINJAUAN PUSTAKA


VI.1 TRAUMA TUMPUL
Definisi:
Luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan benda yang permukaannya
tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,
sepatu, tinju, lantai dan lain-lain. Adapun defenisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
- Tidak bermata tajam
- Konsistensi keras / kenyal
- Permukaan halus / kasar
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu: benda
yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke
arah benda yang tidak bergerak.

Klasifikasi Luka akibat benda tumpul:

a. Luka Memar (Kontusio)

Luka memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau
hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi kuning dalam 7-
10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi.

Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang normal. Oleh sebab itu, besar
kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda
penyebabnya atau keras tidaknya pukulan.

b. Luka Lecet (Abrasi)

Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau
lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :

Bentuk luka tidak teratur

Batas luka tidak teratur

Tepi luka tidak rata

Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan

Permukaan tertutup oleh krusta

Warna coklat kemerahan

Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang


masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.

Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke
lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika
abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi
perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang
dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang
kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang
mengenainya.

*Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai:

- Luka lecet gores: Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan
permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

- Luka lecet serut: Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan
kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

- Luka lecet tekan: Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan permukaan benda, tetapi masih
mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk khas, misal kisi-kisi
radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit yang kaku
dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.

- Luka lecet geser: Disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada
kasus gantung atau jerat
c. Luka Robek (Lacerasi)

Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang


disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang
mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri
cirinya sebagai berikut :
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)

Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

Di sekitar garis batas luka di temukan memar

Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya daerah kepala, muka
atau ekstremitas). Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul yang
mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka robek yang terjadi
tidak berbentuk bulat atau persegi.
d. Fraktur

e. Kompresi: Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat


menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga
dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.

f. Perdarahan

Komplikasi:
1. Kepala
Cedera Kepala pada Penutup Otak:
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan Subarakhnoid
Kontusio otak
2. Leher

Dapat berakibat :

Patah tulang leher

Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx

Kerusakan saraf

3. Dada

Dapat berakibat :

Patah os costae, os. sternum, os. scapula, os. clavicula

Robek organ jantung, paru, pericardium

4. Perut

Dapat berakibat :

Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca

Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus, kandung
seni
5. Tulang Belakang (Vertebra)

Dapat berakibat :

Fraktura, dislokasi os vertebrae

Dapat karena :

1. Trauma langsung

2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan

6. Anggota Gerak

Dapat berakibat :

Patah tulang, dislokasi sendi

Robek otot, pembuluh darah, kerusakan saraf

VI.2 KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


*Definisi:
Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.

*Etiologi:
Hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
ketergantungan ekonomi, kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan
konflik, persaingan, frustasi (meliputi belum siap kawin, belum dapat
pekerjaan yang layak dan mencukupi kebutuhan keluarga, tidak direstui
pihak orang tua), kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses
hukum.

Mengacu kepada UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga dapat berwujud :Kekerasan Fisik, Kekerasan
Psikis, Kekerasan Seksual, Penelantaran rumah tangga.

1. Kekerasan fisik menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 6


Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Kekerasan fisik yang dialami korban seperti: pemukulan menggunakan tangan maupun alat
seperti (kayu, parang), membenturkan kepala ke tembok, menjambak rambut, menyundut
dengan rokok atau dengan kayu yang bara apinya masih ada, menendang, mencekik leher.

2. Kekerasan psikis menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 7


Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Kekerasan psikis berupa makian, ancaman cerai, tidak memberi
nafkah, hinaan, menakut-nakuti, melarang melakukan aktivitas di luar rumah.

3.Kekerasan seksual menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 8


Kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, maupun pemaksaan hubungan seksual
terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual seperti memaksa isteri melakukan
hubungan seksual walaupun isteri dalam kondisi lelah dan tidak siap termasuk saat haid,
memaksa isteri melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain.

4.Penelantaran rumah tangga menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 9


Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan
atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang
tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang
layak. Di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
Penelantaran seperti meninggalkan isteri dan anak tanpa memberikan nafkah, tidak
memberikan isteri uang dalam jangka waktu yang lama bahkan bertahun-tahun.

Aspek Hukum dalam KDRT:

A. Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah


Tangga

*Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah


Tangga yang selanjutnya disebut sebagai UU PKDRT diundangkan tanggal 22 September
2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 95. Fokus UU PKDRT
ini ialah kepada upaya pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan dalam
rumah tangga.

*UU PKDRT Pasal 3 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga


dilaksanakan
berdasarkan :
a. Penghormatan hak asasi manusia
b. Keadilan dan kesetaraan gender
c.Nondiskriminasi
d. Perlindungan korban.

*UU PKDRT Pasal 4 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan :
a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga
b.Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
c.Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
d.Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera

B.Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan yang selanjutnya disebut sebagai Perpres Komnas Perempuan ialah merupakan
penyempurnaan Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan. Perpres Komnas Perempuan Pasal 24 telah mencabut dan
menyatakan tidak berlaku Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan.
Komnas Perempuan ini dibentuk berdasarkan prinsip negara hukum yang menyadari
bahwa setiap bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran
atas hak-hak asasi manusia sehingga dibutuhkan satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kekerasan terhadap perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai