OLEH :
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kusta atau Morbus Hansen (MH) merupakan penyakit infeksi yang kronik,
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.1
pada akhir tahun 2006 didapatkan jumlah pasien kusta yang teregistrasi sebanyak
224.727 penderita. Dari data tersebut didapatkan jumlah pasien terbanyak dari
benua asia dengan jumlah pasien yang terdaftar sebanyak 116.663. Dan dari data
terbanyak dengan jumlah 82.901 penderita. Sementara indonesia pada tahun 2006
Menurut WHO pada tahun 1981, kusta dibagi menjadi multibasilar dan
pausibasilar. Yang termasuk dalam multibasilar adalah tipe dengan indeks bakteri
(IB) lebih dari 2+ sedangkan pausibasilar adalah tipe dengan IB kurang dari 2+.
Untuk kepentingan pengobatan pada tahun 1987 telah terjadi perubahan. Yang
dimaksud dengan kusta pausibasiler adalah kusta dengan Basil Tahan Asam
(BTA) negatif pada pemeriksaan kerokan kulit, sedangkan apabila BTA positif
penduduk. Jumlah kasus kusta di Kota Palu tahun 2010 sebanyak 28 orang dengan
1
pada Januari-November 2015 sebanyak 5 kasus untuk tipe MB dan 1 kasus untuk
tipe PB. Sedangkan tahun 2014, kasus kusta tipe MB sebanyak 6 kasus dan PB
sebanyak 1 kasus.
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk
sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang
ditimbulkan. 1
Dengan kemajuan teknologi dibidang promotif, pencegahan, pengobatan,
serta pemulihan, kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah
dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai
dengan endemisitas kusta. Selain itu juga harus diperhatikan rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang
mengalami kusta.
Puskesmas Donggala sebesar 213,39 km2 yang terdiri dari 22 desa. Dari semua
Donggala. Meskipun secara umum demikian, masih terdapat juga beberapa desa
terpencil dan beberapa dusun terpencil dengan tingkat keterjangkauan yang agak
2
sulit diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat sehingga hal ini
jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 43.867 Jiwa, yang terdiri dari laki-laki
22.514 Jiwa dan perempuan 21.353 Jiwa. dan jumlah keluarga diperkirakan
200 km meningkat dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 211 km. Letak UPT
dan Lingkungan.
sekitarnya.
3
d. Meningkatkan kesejatraan karyawan dan staf sebagai aset yang berharga
bagi Puskesmas.
c. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit kusta dapat dilakukan
melalui: 1,3
1. Pengobatan MDT pada pasien kusta
2. Vaksinasi BCG
Berikut ini adalah mata rantai penularan penyakit kusta. 1,3,4
5
- Mengendalikan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
- Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
- Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
- Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
3. Strategi
- Peningkatan penemuan kasus secara dini di masyarakat
- Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi,
diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
- Penyebarluasan informasi tentang kusta di masyarakat
- Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan
keluarganya
- Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai
aspek kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya
pengendalian kusta
- Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan
- Peningkatan dukungan kepada program kusta melalui penguatan
advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan lainnya
untuk meningkatkan dukungan terhadap program kusta
- Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas kusta
4. Sasaran strategis
Pengurangan angka cacat kusta tingkat 2 sebesar 35% pada tahun 2015
dibandingkan tahun 2010.
6
2. Diagnosis - + + +
Penentuan regimen dan
3. + + +
mulai pengobatan
4. Pemantauan pengobatan + + + +
5. Pemeriksaan kontak + + + +
6. Konfirmasi kontak + + +
Diagnosis dan pengobatan
7. + + +
reaksi
Penentuan dan
8. + + +
penanganan reaksi
Pemantauan pengobatan
9. + + + +
reaksi
10. POD dan perawatan diri +/- + + +
11. Penyuluhan perseorangan + + + +
Pendukung pelayanan
12. Stok MDT + + +
13. Pengisian kartu pasien + + + +
14. Register Kohort pasien + + +
15. Pelaporan + + +
Penanggung jawab
16. + +
program
Tatalaksana program1
No Kabupaten/Kota
Kegiatan Propinsi Pusat
. Beban tinggi Beban rendah
1. Rapid Village Survey + + +
Intensifikasi
2. pemeriksaan kontak + +
serumah & lingkungan
Pemeriksaan
laboratorium pada pasien
3. + + +
dengan diagnosis
meragukan
4. Penyuluhan advokasi + + + +
5. Pelatihan petugas + +
7
puskesmas dan RS
Pelatihan wasor
6. +
kabupaten provinsi
7. Supervisi + + + +
Pencatatan dan
8. + + + +
pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi + + + +
10. Stock logistik MDT + + + +
Rehabilitasi medik sosial
11. + + + +
ekonomi
Seminar dengan
12. + +
FK/Perdoski
Seminar dengan sekolah
13. calon tenaga kesehatan + + + +
lain
8
b. Register Kohort PB dan MB
Merupakan buku berisi tentang rekapitulasi informasi standar pasien
kusta yang berobat di puskesmas atau UPK. Formulir ini disimpan di
Puskesmas/UPK dimana pasien mendapat pengobatan.
c. Formulir pencatatan pencegahan cacat
Formulir ini disimpan di puskesmas dimana pasien mendapat
pengobatan dengan tujuan untuk mengetahui tanda dini reaksi, tingkat
kecacatan, dan dosis tapering off obat pasien
d. Formulir evaluasi pengobatan reaksi berat
Form evaluasi disimpan di Puskesmas atau UPK dimana pasien
mendapat pengobatan dengan tujuan untuk memonitor pemberian
prednison pada pasien rekasi berat
e. Data pokok program eliminasi
Form disimpan di puskesmas dengan tujuan untuk memantau hasil
kegiatan dari tahun ke tahun sehingga diketahui pelaksanaan program
kusta di wilayahnya
f. Formulir register stok obat MDT
Terdiri dari 4 jens formulir yaitu MB dewasa, MB anak, PB dewasa
dan PB anak
2. Kabupaten/Kota
Pencatatan kegiatan program kusta di kabupaten/kota menggunakan sistem
pencatatan dan pelaporan secara elektronik atau yang lebih dikenal dengan
RR elektronik P2 kusta. Namun hasil pencatatan harus dicetak sebagai
dokumentasi.
3. Propinsi
Dinas kesehatan provinsi menggunakan formulir pencatatan sebagai
berikut:
- Rekapitulasi laporan program P2 kusta kabupaten
- Data pokok program P2 kusta
- Formulir register stok obat MDT
- Formulir permintaan MDT 1 dan MDT 4
9
Pelaporan adalah penyampaian hasil kegiatan pelaksanaan program P2 kusta
di suatu wilayah kerja yang jangka waktu tertentu dengan benar dan tepat
waktu.
Berikut adalah alur pelaporan program P2 kusta. 1
10
Adalah jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun per
100.000 penduduk. Merupakan indikator untuk menetapkan besarnya
masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Selain itu digunakan untuk
menghitung jumlah kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas program.
11
Angka ini menunjukkan besarnya masalah disuatu daerah, menentukan
beban kerja dan sebagai alat evaluasi.
c. Proporsi MB
Jumlah kasus MB yang ditemukan diantara kasus baru pada periode satu
tahun. Angka ini dapat dipakai untuk memperkirakan sumber penyebaran
infeksi dan untuk menghitung kebutuhan obat.
d. Proporsi perempuan
Jumlah perempuan diantara kasus baru yang ditemukan pada periode satu
tahun. Dapat memberi gambaran tentang akses pelayanan terhadap
perempuan diantara kasus baru.
12
3. Indikator tatalaksana khusus1
a. Proporsi kasus baru yang didiagnosis dengan benar
Jumlah kasus baru yang didiagnosis dengan benar diantara kasus yang baru
ditemukan pada periode satu tahun. Indikator ini bermanfaat untuk melihat
kualitas diagnosis.
13
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa permasalahan terkait program penanggulangan
kusta di puskesmas Donggala
Program penanggulangan kusta di Puskesmas Donggala dikelola oleh
seorang perawat yang bekerjasama dengan dokter. Adapun program kerja yang
dilakukan di Puskesmas Donggala terkait dengan penanggulangan kusta antara
lain:
Tatalaksana pasien
1. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Donggala dilaksanakan secara pasif dan
aktif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas
kemauan sendiri atau saran orang lain. Sedangkan secara aktif, dilakukan
dengan kunjungan ke rumah pasien yang baru ditemukan (dideteksi). Dalam
kegiatan ini dilakukan pemberian konseling dan pemeriksaan fisik. Untuk
program village survey, pemeriksaan anak sekolah, chase survey tidak
dilakukan karena terkendala masalah biaya dan tenaga kesehatan yang
terbatas.
2. Diagnosis
Penegakan diagnosis kusta di puskesmas Donggala berdasarkan tanda-
tanda utama (cardinal sign) dan pemeriksaan BTA biasanya diperiksa jika ada
kasus yang masih meragukan. Jika ada kasus baru, maka pemegang program
melaporkan ke wasor di dinas kesehatan dan akan dilakukan kunjungan rumah.
Petugas dari dinas kesehatan biasanya yang mengambil sampel kerokan kulit
dan kemudian diperiksa.
14
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan kusta maka akan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu PB dan MB untuk menentukan jenis
pengobatannya. Pada fase ini tidak ada hambatan yang ditemukan.
4. Pemantauan pengobatan
Pasien yang telah dikelompokkan menjadi PB atau MB akan diberikan obat
MDT satu blister untuk satu bulan. Pasien diedukasi tentang jenis obat, waktu
minum obat, cara menyimpan obat, dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan. Pasien kemudian dianjurkan untuk kembali setiap 1 bulan/saat
obat habis diminum. Bila pasien terlambat mengambil obat paling lama 1 bulan
maka penanggung jawab program akan melakukan pelacakan.
5. Konfirmasi kontak
Konfirmasi kontak dilakukan paling lambat dalam waktu 3 bulan setelah pasien
ditemukan. Dalam kegiatan ini penanggung jawab program akan memberikan
konseling sederhana dan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan pasien dan tetangga sekitar. Hambatan yang dialami
adalah kadang terdapat keluarga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan
kontak serumah karena merasa malu dan tidak terima dengan penyakit yang
dialami anggota keluarganya.
6. Penyuluhan perseorangan
Penyuluhan perseorangan dilakukan oleh dokter dan penanggung jawab
program saat pasien datang pertama kali ke puskesmas, saat kontrol tiap 1
bulan pengobatan, saat konfirmasi kontak serumah.
7. Stok MDT
Stok MDT di puskesmas Donggala mencukupi untuk mengobati pasien di
wilayah kerjanya. Ketika ditemukan kasus baru kusta maka penanggung jawab
program akan menghubungi dinas kesehatan Donggala kemudian mengambil
obat MDT dengan jumlah yang diperkirakan mencukupi pengobatan pasien
tersebut sampai selesai.
8. Pengisian kartu
Setiap pasien yang ditemukan (dideteksi) maka akan dibuatkan kartu pasien
yang berisi tentang identitas, diagnosis, status pasien, tanda/gambar kelaianan
15
tubuh, tingkat dan jumlah skor cacat, keteraturan pengobatan, hasil pemeriksan
kontak, dan reaksi kusta. Jumlah kartu yang dimiliki oleh puskesmas Donggala
masih mencukupi jumlah kasus kusta di wilayah kerjanya.
9. Register kohort pasien
Setiap pasien yang ditemukan maka akan dicatat di register monitoring untuk
mengevaluasi perkembangan kecacatan, keteraturan pengobatan, dan hasil
akhir pengobatan. Pencatatan di register kohort pasien telah dilakukan secara
teratur oleh penanggung jawab program di puskesmas Donggala.
10. Pelaporan penaggung jawab program
Pelaporan yang dilakukan di puskesmas Donggala adalah mengirimkan copy
register kohort PB dan MB ke dinas kesehatan donggala. Selain itu kepala
puskesmas Donggala melaporkan tentang hasil kegiatan selama setahun
sehingga diketahui pelaksanaan program kusta di wilayahnya.
Tatalaksana program
1. Rapid village survey
Kegiatan ini berupa pertemuan dan pemeriksaan seluruh desa untuk mencari
suspek dijaring oleh kelompok kerja. Kegiatan ini ditetapkan dan dipimpin
oleh kepala desa. Namun di puskesmas Donggala kegiatan ini tidak dilakukan
dikarenakan keterbatasan biaya.
2. Intensifikasi Pemeriksaan kontak serumah dan Linngkungan
Pemeriksaan kontak serumah dan lingkungan pendenderitaharus rutin
dilakukan. Minimal 1 kali dalam setahun , namun hal ini tidak dilakukan oleh
puskesmas Donggala, pemeriksaan kontak serumah biasanya hanya dilakukan
pada awal kasus ditemukan.
3. Pemeriksan Laboratorium
Di puskesmas Donggala memiliki fasilitas untuk pemeriksaan BTA. Hanya saja
tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan BTA, Pemeriksaan dilakukan jika
tanda cardinal pada pasien meragukan.
4. Seminar dengan FK/Perdossi atau sekolah calon tenaga kesehatan lain
16
Kegiatan ini belum pernah dilaksanakan oleh puskesmas Donggala
dikarenakan tidak adanya anggaran kegiatan dan sulitnya mencari waktu
pelaksanaan kegiatan.
5. Monitoring dan evaluasi
Indikator utama
a. Angka penemuan kasus baru (CDR = case detection rate)
Merupakan indikator untuk menetapkan besarnya masalah dan transmisi
yang sedang berlangsung. Selain itu digunakan untuk menghitung jumlah
kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas program.
17
RFT Rate PB adalah 1/1 = 100%
RFT Rate MB adalah 5/5 = 80%
f. Prevalensi dan angka prevalensi
Angka ini menunjukkan besarnya masalah disuatu daerah, menentukan
beban kerja dan sebagai alat evaluasi.
Angka prevalensi tahun 2014 adalah 6/43827 = 1,369 per 10.000 penduduk
18
Proporsi kasus anak tahun 2014 adalah 0/6 = 0
i. Proporsi MB
Jumlah kasus MB yang ditemukan diantara kasus baru pada periode satu
tahun. Angka ini dapat dipakai untuk memperkirakan sumber penyebaran
infeksi dan untuk menghitung kebutuhan obat.
19
Jumlah kasus yang tidak menyelesaikan pengobatan tepat waktu (PB tidak
diambil obat lebih 3 bulan dan MB lebih 6 bulan) diantara kasus baru yang
mendapat pengobatan pada periode satu tahun. Indikator ini bermanfaat
untuk melihat kualitas kegiatan pembinaan pengobatan/keteraturan berobat.
Proporsi kecacatan pada saat RFT tidak dapat dihitung dikarenakan tidak
ada data mengenai jumlah kasus cacat atau bertambah berat derajat
kecacatannya pada saat dinayatakan RFT pada periode satu tahun.
- Sumber daya manusia yang masih terbatas, dimana di Puskesmas hanya ada
1 petugas yang bertanggung jawab dalam penanggulangan kusta dan
merangkap sebagai pemegang beberapa program yang lainnya. Pemegang
program penanggunglangan kusta juga menjadi penanggung jawab
penganggulangan TB, malaria, serta pengelola laboratorium. Hal ini
mengakibatkan pemegang program tidak bisa bekerja dengan baik
20
- anggaran dana yang terbatas untuk pelaksanaan program kusta
- masih ada stigma dimasyarakat bahwa kusta adalah penyakit yang
memalukan sehingga pasien kusta malu berobat ke Puskesmas,
- Minimnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya kusta dan penyebarannya,
sehingga pasien yang telah menjalani pengobatan jika merasa telah membaik,
akan berhenti mengkonsumsi obat dan tidak kembali datang untuk kontrol
dan mengambil obat.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kegiatan program kusta secara umum dibagi menjadi 2 yaitu tatalaksana
pasien dan tatalaksana program.
2. Hampir seluruh program kerja tatalaksana pasien penanggulangan kusta
di Puskesmas Donggala telah dilaksanakan, namun untuk tatalaksana
program belum semuanya dilaksanakan karena keterbatasan biaya
3. Pencapaian target cakupan program penanggulangan kusta di Puskesmas
Labuan berdasarkan indikator tergolong baik.
4. Permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program penanggulangan kusta di Puskesmas Donggala adalah sumber
daya manusia yang masih kurang, anggaran dana yang terbatas untuk
program kusta, masih ada stigma dimasyarakat bahwa kusta adalah
penyakit yang memalukan sehingga pasien kusta malu berobat ke
Puskesmas, tidak adanya peran serta kepala desa untuk mendukung
program kerja kusta.
4.1. Saran
1. Promosi pengendalian penyakit kusta dan konseling penyakit kusta harus
lebih sering dilakukan dengan sasaran yang lebih luas untuk
meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap dan tindakan pasien,
keluarga dan masyarakat untuk mendukung upaya pengendalian penyakit
kusta.
21
2. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan kusta harus ditambah agar program penanggulangan
kusta lebih berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
22