Anda di halaman 1dari 14

LIPID

Meissya Adila Luthfia, 230110160087


Perikanan B, Kelompok 14

ABSTRAK

Lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut
dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, trigliserida,
fosfolipid, dan lain-lain. Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air. Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform,eter dan benzen.
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan
bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali. Alkali yang biasanya
digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3. Produk yang dihasilkan
dalam proses ini adalah sabun dan gliserol. Campuran antara minyak dan air akan membentuk
emulsi yang tidak stabil karena minyak tidak larut dalam air yang merupakan pelarut polar.
Praktikum ini dilakukan pada hari rabu 5 April 2017, bertempat di ruangan eks sub bagian
akademik (SBA). Praktikum ini dilakukan agar praktikan mampu memanfaatkan asam lemak
pada proses pembuatan sabun (saponifikasi) dan mengkarakterisasi produk sabun yang
dihasilkan (krelarutan, uji gliserol, dan ketidak jenuhan). Pengamatan lipid ini mengunakan
proses saponifikasi. Menggunakan sampel yang telah diamati kelompok kami yaitu minyak
wijen dengan mengunakan pereaksi NaOH dan CH3COOH.

Kata kunci : Alkali, Emulsi, Hidrolisis, Lipid, Minyak, Saponifikasi, Sabun

ABSTRACT
Lipids are a group of naturally occurring molecules that include fats, waxes, sterols, fat-
soluble vitamins (such as vitamins A, D, E, and K), monoglycerides, diglycerides,
triglycerides, phospholipids, and others. Fats (lipids) is a hydrophobic organic substances
that are soluble in water. But fat soluble in organic solvents such as chloroform, ether and
benzene. Soaps are the alkali metal salts (usually the sodium salt) of the fatty acids. Soap
contains salt C16 and C18, but can also contain multiple carboxylate with lower atomic
weights. Soap produced by saponification. Saponification is a reaction that occurs when the
oil / fat is mixed with lye. Alkali is usually used is NaOH or KOH and K 2CO3 Na2CO3.
Products produced in this process is soap and glycerol. The mixture of oil and water to form
an emulsion that is unstable because the oil is not soluble in water is a polar solvent. This
practicum conducted on Wednesday, 5 April 2017, is housed in the former sub-section of the
academic room (SBA). This lab is done so that the learners are able to utilize fatty acids in the
soap-making process (saponification) and characterize the resulting soap products
(krelarutan, glycerol test, and lack jenuhan). This lipid observations using the saponification
process. Using a sample that has been observed a group of us that sesame oil, and using the
reagent NaOH and CH3COOH.
Keywords: Alkali, Emulsion, Hydrolysis, Lipid, Oil, Saponification, Soap
PENDAHULUAN
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber
dari pelarut vitamin A,D, E, dan K. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut
kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam
lemak tidak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat
(lemak) yang biasanya berasal dari lemak hewan. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat
dibedakan atas tiga golongan yaitu drying oil yang akan membentuk lapisan keras bila
mongering di udara, semi drying oil , misalnya minyak jagung dan minyak biji kapas, dan non
drying oil. Misalnya minyak kelapa dan minyak kacang tanah. Lemak nabati yang berbentuk
padat adalah minyak cokelat dan bagian stearin dari minyak kelapa sawit.
Dengan prses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa menghasilkan gliserol dangaram asam lemak atau sabun. Oleh karena itu,
proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan atau saponifikasi
(Poedjiadi, 1994).

Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya.
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alcohol.
Lemak larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, serta pelarut non
polar lainnya. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
non polar atau semi polar seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan salah satu
bagian dari lipid disamping jenis yang lain, seperti prostaglandin, fosfolipid, terpenoid, steroid,
dan lain- lain.
Lipid dapat didefinisikan secara luas sebagai molekul kecil hidrofobik atau amfifilik; sifat
amfifilik beberapa lipid memungkinkan mereka untuk membentuk struktur sepertivesikel,
liposom multilamelar/unilamelar, atau membran dalam lingkungan akuatik. Lipid biologis
berasal, seluruhnya atau sebagian, dari dua jenis subunit biokimia atau "blok-pembangun" yang
berbeda yaitu: gugus ketoasil dan isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat
dibagi menjadi delapan kategori: asam lemak, gliserolipid,gliserofosfolipid, spingolipid,
sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subunit ketoasil); dan lipid sterol serta
lipid prenol (berasal dari kondensasi subunit isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk lemak, lemak
adalah subkelompok lipid yang disebut trigliserida. Lipid juga mencakup molekul sepertiasam
lemak dan turunannya (termasuk tri-, di-, monogliserida, dan fosfolipid), sertametabolit lainnya
yang mengandung sterol seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia lainnya
menggunakan berbagai jalur biosintesis untuk memecah dan mensintesis lipid, beberapa lipid
esensial tidak dapat dibuat dengan cara ini dan harus diperoleh dari makanan.
Struktur lipid yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor hidrokabon yang bersifat
nonpolar. Dalam suatu larutan, kepala yang bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga
membentuk senyawa amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Selain itu, lipid dapat
membentuk formasi satu lapis lipid (monolayers), dua lapis lipid (bilayers), misel, dan vesikula
(Shofyan, 2010).
Lipid tersusun dari berbagai komponen seperti gambar dibawah ini:

Gambar 1. Struktur lipid

Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan komponen dasarnya, sumber
penghasilnya, kandungan asam lemaknya, maupun sifat-sifat kimianya. Kebanyakan lipid
ditemukan dalam kombinasi dengan senyawa sederhana lainnya. Bloor membagi lipid dalam tiga
golongan besar, yaitu:
a. Lipid Sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, yaitu lemak/gliserida dan
lilin (waxes),
b. Lipid gabungan, yaitu fosfolipid, serebrosida, dan
c. Derivat lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol.
Lipid dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya gliserol, atau
bisa tidaknya tersabunkan (dapat tidaknya disaponifikasi). Berdasarkan sifat saponifikasi, lipid
dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu (Shofyan,2010):
1. Saponifiable:
a. Sederhana: Fats (lemak) dan waxes (lilin)
b. Compound (campuran): Glikolipid dan fosfolipid
2. Nonsaponifiable: Terpena, steroid, prostaglandin (Shofyan, 2010).
Terdapat beberapa jenis lipid, yaitu (Junaidi,2010) :
a) Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
b) Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
c) Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
d) Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid, dan malam (Junaidi, 2010).

Gambar 2. Glikolipid, fosfolipid

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan,
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga sudah meluas, terutama pada srana-sarana publik. Jika
diterapkan pada suatu permukaan air, sabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan
sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihka
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acid yang terdiri dari rantai hidrocarbon panjang (C 12 sampai C18)
yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena
menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH atau KOH). Range atom C di atas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti
kelarutan , proses emulsi , dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan
sisanya adalah air, gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada
dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat
daari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Lemak
padat mengandung ester dari gliserol dan asamm palmitat, sedangkan minyak seperti minyak
zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat (Fessenden, 1982)
Alkali yang digunakan untuk proses penyabunan adalah kaustik (NaOH) dan soda kalium
PKOH). Soda kaustik digunakan untuk membuat sabun keras sedangkan soda kalium untuk
membuat sabun lunak sampai cair seperti sampo. Soda Q yang mengandung senyawa K2CO3,
Na2CO3, dan NaOH dapat dimanfaatkan sebagai sumber alkali. Oleh karena kadar K 2CO3 soda Q
cukup tinggi sehingga soda Q potensial untuk digunakan membuat sabun cair (Farida. 2008).
Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau saponifikasi, yaitu
reaksi antara lemak/gliserida dengan basa. Mula - mula reaksi penyabunan berjalan lambat
karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah
terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat
sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena
jumlah minyak yang sudah berkurang.

Gambar 3. Reaksi Saponifikasi


(Sumber : www.jejaringkimia.web.id)
Gliserol terdapat di alam dalam bentuk kombinasi gliserida dalam semua lemak hewani
dan minyak nabati, dan didapatkan sebagai produk samping saat minyak tersebut disaponifikasi
pada pabrik sabun, atau pemisahan langsung dari minyak dalam produksi asam minyak. Gliserol
di alam jarang ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak, tetapi biasanya sebagai trigliserida
yang berkombinasi dengan asam minyak seperti stearat, oleat, palmitat dan laurat, dan
merupakan campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak. Beberapa minyak
nabati seperti minyak kelapa, inti sawit, kapas, kedelai, dan zaitun mampu menghasilkan gliserol
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan lemak hewani seperti lemak babi. Gliserol
terdapat di alam sebagai trigliserida dalam sel - sel tumbuhan dan hewan berupa lipida seperti
lechitin dan cephalin. Kompleks lemak ini berbeda dari lemak biasa, dimana kandungannya
cukup variatif seperti asam phosphat dalam residu asam lemak.
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi saponifikasi.
Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap. Pada proses satu
tahap, trigliserida diperlukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatana ester dan
menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industri dliserol.
Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan
salting out oleh NaCl jenuh.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum Lipid dilakukan pada hari Rabu, tanggal 5 April 2017 Pukul 08.00- 10.00
WIB, bertempat di Ruangan eks SBA ( Sub Bagian Akademik ) Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas ukur untuk mengukur larutan skala
kecil, beaker glass sebagai wadah sampel, waterbath untuk menghomogenkan larutan, tabung
reaksi sebagai wadah reaksi, pipet tetes untuk mengambil pereaksi, dan sampel rak tabung
sebagai wadah tabung reaksi, penjepit kayu untuk memegang tabung raksi yang dipanaskan, dan
spatula untuk mengaduk sampel.

Bahan yang digunakan yaitu minyak wijen sebagai sampel uji coba, aqudes sebagai
pelarut, NaOH basa kuat sebaga pereaksi, dan CH3COOH sebagai pereaksi asam lemah.

Prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini, sebagai berikut :
Dimasukkan 1 ml minyak wijen kedalam tabung reaksi

Ditambahkan air suling/akuades sebanyak 5 mL

Dipanaskan campuran tersebut sampai mendidih (12 menit).

Ditambahkan larutan basa 1 ml NaOH

Dipanaskan campuran tersebut sampai mendidih selama 10 menit

Ditambahkan larutan asam 20 tetes CH3COOH

Diamati perlahan-lahan perubahan yang tampak

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengamatan Ruang eks sub bagian akademik (SBA)
Kelompo Pemanasa Pemanasa Pengamatan
Sampel Basa Asam
k n n Basa Pemanasan Asam
terdapat tedapat tidak ada
gelembung gelumbung gelembung
, asam busa warna lebih
lemak terang/cerah
Minyak diatas asam
9 10 menit NaoH 10 menit H2SO4
zaitun lemak
diatas,
sabun
dibawah
berwarna dibawah
kuning terdapat
cerah terdapat
endapan,
Minyak gelembung
10 10 menit NaoH 10 menit C3COOH sabun atau
zaitun dan warna
busa, dan
memudar
diatas ada
lemak
minyak
zaitun
menggumpal, miyak tetep
terdapat warna menggumpal,
Minyak
11 13menit NH4OH 12 menit H2SO4 endapan gumpalan sama seperti
zaitun
putih kuning pekat setelah
dan tidak dipanaskan
trasparan

minyak dan
warna
aquades tetap
minyak
tidak
terjadi kembali lebih
menyatu,
Minyak endapan pekat dari
12 10 menit NH4OH 10 menit C3COOH terjadi
zaitun putih pemanasan
gumpalan
dibawah dan buih
pada minyak
sangat
warnanya
berkurang
leih cerah

ada
gelembung terpisah
ada
busa lwmak dan
Minyak gelembung
13 12 menit H2SO4 10 menit CH3COOH dibagian aquades dan
wijen ,warnannya
bawah, warnanya
lebih pekat
warnanya memudar
memudar

berbuih wana
berbuih
Minyak muncul putih dan
14 12 menit NaOH 10 menit CH3COOH warna
wijen gelembung minyak tidak
keruh
menyatu

ada warna keruh


Minyak tidak terjadi
15 10 menit NH4OH 10 menit H2SO4 endapan tetap ada
wijen perubahan
yang turun endapan
Minyak warna
16 10 menit NH4OH 10 menit H2SO4 menggumpal tidak berubah
wijen lebih keruh
Pada praktikum kali ini digunakan 2 jenis sampel minyak, yaitu minyak wijen dan minyak
zaitun. Untuk melihat terjadinya proses saponifikasi pada percobaan lipid kali ini, digunakan
pereaksi asam kuat, yaitu (H2SO4), asam lemah (CH3COOH), dan basa kuat (KOH dan NaOH).
Pada kelompok 14, sampel minyak yang digunakan adalah minyak wijen dengan pereaksi NaOH
dan CH3COOH. Tahapan awal praktikum yaitu pertama diambil akuades sebanyak 5 ml lalu
dicampurkan minyak sebanyak 1 ml. Setelah dicampurkan terdapat 2 lapisan, di atas minyak dan
di bawah air. Terjadinya 2 lapisan saat sebelum dipanaskan antara minyak dan air disebabkan
karena minyak tidak dapat bercampur dengan air. Sesaat setelah dicampurkan, kedua zat
tersebut tidak bersatu, hal ini karena minyak tidak larut dalam air yang merupakan pelarut polar.
minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua
cairan akan memisah menjadi dua lapisan, hal ini terjadi pada kedua jenis sampel minyak yang
diujikan.
Setelah pencampuran minyak dan air pada tabung reaksi, dipanaskan tabung reaksi pada
waterbath atau hot plate selama 12 menit. Diusahakan panas air pada waterbath atau hot plate
mendekati titik didih / bergolak sehingga panas dapat tersalurkan pada tiap tabung reaksi yang
sedang dipanaskan. Setelah 12 menit, tabung reaksi diangkat, disarankan menggunakan penjepit
kayu agar tidak panas ketika mengangkat tabung.
Setelah itu pada ampel minyak diteteskan pereaksi. Pada kelompok 14, minyak wijen ditetesi
NaOH yang merupakan basa kuat, menibulkan reaksi berupa perubahan warna larutan. Larutan
tetap terbagi menjadi 2 lapisan, namun lapisan atas yang semula berwarna coklat (warna minyak)
berubah menjadi coklat muda dan bagian bawah berwarna oren, terdapat pula endapan dari
larutan yang bewarna kuning. Bila tabung reaksi digoyangkan larutan akan homogen namun
akan kembali terpisah menjadi 2 lapisan. Pemisahan minyak dan akuades kemungkinan
disebabkan emulsi yang tidak stabil.
Tabung reaksi kembali dipanaskan dipanaskan tabung reaksi pada waterbath atau hot plate
selama 10 menit. Diusahakan panas air pada waterbath atau hot plate mendekati titik didih /
bergolak sehingga panas dapat tersalurkan pada tiap tabung reaksi yang sedang dipanaskan.
Setelah 10 menit, pemanasan tabung reaksi diangkat, disarankan menggunakan penjepit kayu
agar tidak panas ketika mengangkat tabung.perubahan yang terjadi pada larutan sampel adalah
munculnya buih setelah diberikan pemanasan dan buihnya dalam jumlah banyak. Timbulnya
buih pada larutan menandakan proses saponifikasi mulai terjadi.
Setelah tabung reaksi dipanaskan, tabung reaksi kembali diteteskan dengan pereaksi yg
berbeda. Pada kelompok 14 digunakan pereaksi CH3COOH pada tahap ini. Perubahan yang
muncul dari perlakuan ini adalah terbentuknya 3 lapisan dari atas kuning keruh dan semakin
kedalam cairan semakin bening. Proses saponfikasi
Menggunakan asam yaitu H2SO4, CH3COOH, dan basa KOH dan NaOH karena ester
dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa. Hidrolisis ester disebut juga reaksi
penyabunan atau Saponifikasi. Asam karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan
dengan alcohol menghasilkan eter. Banyak dijumpai dalam minyak dan lemak, sehingga sering
juga disebut asam lemak. Hal lain juga dikarenakan prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Pada tiap kelompok, dengan jenis sampel yang berbeda, proses saponifikasi pada tiap
larutan terjadi walaupun tidak maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan terdapatnya minyak
pada sampel yang diuji. Minyak tersebut merupakan gliserol yang belum terolah menjadi sabun
pada proses saponifikasi. Hal tersebut bias disebabkan barang maupun perlakuan tiap langkah
percobaan yang tidak maksimal.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Proses
saponifikasi atau penyabunan dari minyak menghasilkan gliserol dan sabun. Larutan alkali yaitu
NaOH dan KOH dapat mensaponifikasi lemak. Konsentrasi alkali yang digunakan juga suhu saat
pemanasan sangat menentukan minyak tersaponifikasi secara sempurna atau tidak. larutan asam
kuat dan asam lemah digunakan untuk menghidrollisis asam lemak yang dihasilkan dari proses
saponifikasi oleh alkali basa. Asam yang direaksikan dengna minyak atau lemak menghasilkan
asam lemak dan gliserol. Reaksi saponifikasi sempurna dapat terjadi bila alkali yang digunakan
dan suhu pemanasan sesuai untuk proses hidrolisis minyak menjadi sabun. larutan NaOH dan
KOH dapat mengubah minyak dengan hasil gliserol dan sabun melalui proses saponifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, I. 2003. Kimia SMU untuk kelas XII. Jakarta : Erlangga.


Cahyana, U. 2007. Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta : Piranti Darma Kalokatama.
Deni, P. 2006. Kimia Jilid 3B Untuk Kelas SMA. Klaten : Intan Pariwara.

Farida, A., K.S. Pada, A. Yulastri dan L. Yusuf. 2008. Patiseri Jilid 3. Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Hlm 402-445.

Fessenden R. J dan J. S Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Fessenden dan Fessenden.1986. Kimia Organik jilid 2 edisi ketiga. Terjemahan oleh Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka, Ph. D.1992.Jakarta : Erlangga.
Sudarmo, U. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI1. Surakarta : Phibeta.

Guyton AC, Hall JE. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi IX Penerjemah : Setiawan I,
Tangadi LMAKA, Santoso A. Jakarta : EGC

Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia
press

Murray RK, Granner DK. Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry. Jakarta: EGC
Perdana, Farid Kurnia " Ibnu Hakim. 2008.Pembuatan Sabun )air dari Kinyak 1arak dan Soda
Q sebagai upaya meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q . Gusuran Teknik Kimia
Universitas Diponegoro. Semarang
Poedjiadi,A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.
Sofyan .2010. Diare Pada Anak. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. Kelompok Gramedia.
Sukmanawati, W. 2009. Kimia 3 : Untuk SMA/ MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 266.
Sulastri, siti, 2014, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/siti-sulastri-dra-
ms/manfaat-ikan.pdf (Diakses tanggal 10 Novermber 2016)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan

Waterbath Tabung Reaksi

Gelas ukur Pipet tetes

Lampiran 2. Bahan yang di gunakan

Sampel Minyak Wijen Larutan NaOH

Larutan CH3COOH Aquadest


Lampiran 3. Kegiatan

Akuades dimasukan Diteteskan minyak wijen pada


kedalam tabung reaksi tabung reaksi

Terpisahnya lapisan akuades


Dipanaskan 12 menit
dan minyak

Gambar 11. Pemanasan


selama 10 menit
Ditambah NaOH Dipanaskan kembali 10 menit

Hasil Larutan ditambah Larutan diteteskan


NaOH CH3COOH

Hasil larutan ditambah


CH3COOH

Anda mungkin juga menyukai