Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dwi Alikka
Eka Putra R.
Lia Lestari
M. Yani S.
Widiya Nurmala S.
Prodi DIII
Jurusan Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Korupsi ?
2. Apa ciri dan jenis-jenis Korupsi ?
3. Bagaimana Korupsi dalam berbagai perspektif ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Korupsi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan jenis-jenis dari Korupsi.
3. Untuk mengetahui bagaimanaKorupsi dalam berbagai perspektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya
dikatakan bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere. Dari bahasa Latin tersebut
kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption (Perancis) dan
corruptie/korruptie (Belanda). Dari asal-usul bahasanya korupsi bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, memfitnah, menyimpang dari kesucian atau
perkataan menghina).
Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.
Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidak bermoral. Adapun
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan
uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain.
Sedangkan di dunia Internasional pengertian korupsi menurut Blacks Law Dictionary
korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu
keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan
jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau
orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.
Korupsi menurut wikipedia dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda,
dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi
dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Jadi, korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara.
Pemerintah Indonesia memang sudah berupaya untuk melakukan pemberantasan korupsi
melaui proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Namun semuanya juga harus melihat dari sisi individu yang melakukan
korupsi, karena dengan adanya faktor-faktor yangt menyebabkan terjadinya korupsi maka
perlu adanya strategi pemberantasan korupsi yang lebih diarahkan kepada upaya-upaya
pencegahan berdasarkan strategi preventif, disamping harus tetap melakukan tindakan-
tindakan represif secara konsisten. Serta sukses tidaknya upaya pemberantasan korupsi tidak
hanya ditentukan oleh adanya instrument hukum yang pasti dan aparat hukum yang bersih,
jujur,dan berani serta dukungan moral dari masyarakat, melainkan juga dari political
will pemimpin negara yang harus menyatakan perang terhadap korupsi secara konsisten.1[2]
a) Penyuapan
1
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah pemberian
kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa
berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan, suara
atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.
b) Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan (froud).
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti,
atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang,
properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik
penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.
c) Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang
menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini pemangku
jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.
d) Nepotisme (nepotism)
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan hubungan
kekeluargaan, bukan karena kemampuannya. Kata nepotisme ini berasal dari kata
Latin nepos, berarti "keponakan" atau "cucu".
Dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, menyebutkan bahwa, nepotisme adalah setiap
perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan
keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara, (Pasal 1
Angka 5). Contoh nepotisme,misalnya seorang pejabat Negara mengangkat anggota
keluarganya menduduki jabatan tertentu, tanpa memperhatikan aturan hukum yang berlaku. 2
[3]
e) Gratifikasi
Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
2
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU
Pemberantasan Tipikor).3[4]
Pada UU 20/2001 setiap gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap suap, namun ketentuan yang sama tidak berlaku apabila penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima.4[5]
C. Korupsi Dalam Berbagai Perspektif
Dalam perspektif agama korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang sangat tercela.
Dalam perspektif ajaran islam, korupsi termasuk perbuatan fasad atau perbuatan yang
merusak kemslahatan, kemanfaatan hidup, dan tatanan kehidupan. Pelakunya dikategorikan
melakukan jinayah kubro (dosa besar). Dalam konteks ajaran islam yang lebih luas, korupsi
merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-adalah), akuntabilitas
(al-amanah), dan tanggung jawab.5[6]
Dalam perspektif sosial korupsi dipandang suatu perbuatan yang dapat meningkatkan
angka kemiskinan, perusakan moral bangsa, hilangnya rasa percaya terhadap pemerintah,
akan timbul kesenjangan dalam pelayanan umum dan menurunnya kepercayaan pemerintah
dalam pandangan masyarakat. Dalam sistem ini, menerima sesuatu dari rakyat, walaupun
untuk rakyat itu sendiri harus berkorban dan menderita, tanpa diketahui oleh rakyat itu
sendiri mereka telah diperlakukan tidak adil oleh oknum-oknum korupsi yang tidak
bertanggung jawab, merupakan perbuatan tercela dan penerimaan itu jelas dapat dimasukkan
sebagai perbuatan korupsi.
Dalam perspektif budaya korupsi dipandang suatu perbuatan yang akan membentuk
pandangan buruk terhadap reputasi negara, dan secara perlahan akan memutus budaya luhur
bangsa. Almarhum Dr. Mohammad Hatta yang ahli ekonomi pernah mengatakan bahwa
korupsi adalah masalah budaya. Pernyataan bung Hatta tersebut dapat diartikan bahwa
korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas kalau masyarakat secara keseluruhan tidak
bertekad untuk memberantasnya.
5
Masalah hukum dapat ditangani dengan hukum, sedangkan masalah budaya tentu saja
ditangani dengan tindakan tindakan dibidang kebudayaan juga. Inilah hal yang tidak
mudah. Berbeda kalau masyarakat secara keseluruhan sudah menganut ukuran yang sama
dalam hal rasa keadilan, maka usaha pengenalan dan pengendalian korupsi akan jauh lebih
mudah.
Dalam perspektif teknologi korupsi dipandang sebagai sesuatu yang dapat menghambat
perkembangan teknologi yang ada, penyalahgunaan tindakan yang merugikan negara, dan
terorisme yang terus merajalela.
Dalam perspektif hukum korupsi menimbulkan pandangan ketidak konsistenan terhadap
hukum yang berlaku, timbul pandangan bahwa hukum bisa diperjual belikan, kepercayaan
masyarakat terhadap hukum menurun, timbul gambaran orang-orang yang berkuasa dan kaya
sebagai pemilik hukum, timbul pemikiran bahwa hukum terlalu bobrok, dan timbul rasa
ketidakadilan didalam diri masyarakat.
Dalam perspektif politik korupsi dapat mempersulit demokrasi dan tata cara pemerintahan
yang baik dengan cara menghancurkan proses formal, sistem politik akan terganggu
cenderung tidak dipercaya oleh masyarakat, akan timbul aklamasi-aklamasi untuk
menguatkan kekuatan politik (menjaga keberlangsungan korupsi) dan akan timbul
ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga-lembaga politik.
Dalam perspektif ekonomi korupsi berdampak pada pembangunan infrastruktur yang
tidak merata, tidak sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya. Pemerataan pendapatan
yang buruk, membuat pengusaha asing takut untuk berinvestasi di Indonesia, pendapatan
negara mengalami penurunan dan membuat beban lebih berat pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa korupsi adalah
kejahatan yang sangat merugikan publik. Korupsi adalah penghianatan, dalam hal ini adalah
penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas
tertentu.
Allah membenci orang-orang yang berhianat, apalagi korupsi merupakan
penghianatan terhadap suatu amanah. Di jaman sekarang ini sudah banyak sekali kebobrokan
nilai-nilai kemanusiaan seeperti maraknya korupsi, oleh karena itu perlu sekali adanya nilai-
nilai agama dalam setiap sendi kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan
agama harus memegang peran yang cukup besar dalam upaya menekan angka korupsi yang
terjadi saat ini, dan melalui pendididkan agama diharapkan dapat mencegah meluasnya
korupsi.
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang
berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa.
Melihat realita tersebut timbul publik judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya
bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun walaupun
begitu dengan upaya apapun memang harus terus dilakukan untuk memberantas korupsi.
Seperti yang sekarang ini kita lakukan di lingkungan mahasiswa , memasukan
Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan intelektual, sifat kritis dan etika integritas
mahasiswa agar kedepannya bisa menghasilkan sosok-sosok pembangun bangsa yang berjiwa
anti korupsi tentunya.
DAFTAR PUSTAKA
Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 2009. Hukum Pidana Indonesia .Bandung : Penerbit
Sinar Baru.
Saleh, Wantjik. 2010. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta : GhaliaIndonesia