Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LATAR BELAKANG

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah


kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan
pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari
petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri
sendiri, tetapi sebagai bagian intergral dari kegiatan Puskesmas, bekerjasama
dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas.
Pasien adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan
lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi. Klien
adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke Puskesmas
untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
Klinik sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi
sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas
program dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas. Dalam melaksanakan
kegiatan klinik sanitasi masyarkat difasilitasi oleh petugas puskesmas ( Depkes
RI, 2005 ). Menurut ahli kesehatan HL. Bloom derajat kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan.
Dengan demikian adanya klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat
peran dan meningkatkan efektifitas puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
sanitasi dasar guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua
masalah yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan khususnya
pengendalian penyakit berbasis lingkungan.
Melaksanakan kegiatan program klinik sanitasi diperlukan adanya tenaga
pelaksana, sarana dan prasarana, dan dukungan dana. Tenaga pelaksana sebaiknya
berlatarbelakang pendidikan kesehatan lingkungan atau tenaga kesehatan lain
yang ditunjuk oleh kepala puskesmas dan telah mendapat pelatihan tentang klinik
sanitasi.Kelengkapan sarana dan prasarana seperti ruangan untuk konseling dan
bengkel, peralatan, transportasi, alat peraga atau media penyuluhan, formulir
pencatatan dan pelaporan, dan buku pedoman. Tenaga dan sarana/prasarana yang
tersedia dapat diberdayakan dengan baik jika ada dukungan dana operasional.
Beberapa hambatan yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan klinik
sanitasi antara lain: masih terbatasnya tenaga puskesmas sebagai pelaksana klinik
sanitasi sehingga kegiatan ini belum menjadi prioritas puskesmas, terbatasnya
jangkauan petugas klinik sanitasi untuk membina desa yang ada di wilayah
puskesmas karena luasnya wilayah, kondisi geografis, dan terbatasnya
transportasi. Serta terbatasnya dana untuk kegiatan klinik sanitasi.
Klinik sanitasi memiliki kegiatan baik yang di dalam gedung maupun
diluar gedung. Kegiatan klinik sanitasi di dalam gedung berupa skrining pasien
apakah penyakit yang diderita pasien berhubungan erat dengan faktor lingkungan
atau tidak. Apabila ada kaitannya dengan faktor lingkungan maka pasien
mendapat rujukan internal ke bagian klinik sanitasi kemudian di wawancara oleh
petugas dan membuat janjian kunjungan ke rumah pasien. Adapun kegiatan di luar
gedung berupa kunjungan rumah/lokasi sebagai tindak lanjut kunjungan
pasien/klien ke Puskesmas (Klinik Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya
merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil
wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas.

Tujuan
Umum
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan
kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan tersusun secara terus-menerus.
Khusus
1. Meningkatlkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan
klien) serta masyarakat disekitarnya akan pentingnya lingkungan dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan.
3. Terciptanya keterpaduan antar program-program kesehatan dan antar
sektor terkait yang dilaksanakan di Puskesmas dengan pendekatan secara
holistik terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
4. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis
lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu
(PWS terhadap lingkungan dan penyakit)

Ruang Lingkup
1. Penyakit dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan
penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
2. Penyehatan perumahan/lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit
ISPA /TB-Paru/Demam Berdarah/Malaria.
3. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan/akibat kerja.
4. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan penyakit
saluran pencernaan / keracunan makanan.
5. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan pestisida.
6. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
lingkungan.

Alur Klinik Sanitasi


BAB II
PERMASALAHAN

Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus


seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan; yang kedua
disebabkan oleh binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang ketiga
disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria.
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk Indonesia,
menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi
diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi
(22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana
di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22
Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat
KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang
per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun
2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000
penduduk dengan angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009
dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung di
tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak 24
kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnya sepakat bahwa kualitas
kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan manusia menurut H.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu
lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media
transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada.
Di Puskesmas Kebumen I sendiri penyakit berbasis lingkungan masih
menjadi salah satu penyakit yang banyak dialami oleh penderita. Tercatat
sebanyak 200 pasien ISPA selama kurun waktu 1 tahun (tahun 2014). Kemudian
disusul dengan penyakit diare tercatat sebanyak 82 kasus. Penyakit kulit sebanyak
28 kasus. Dan TB Paru sebanyak 1 kasus.
Tabel 1. Jumlah kasus klinik sanitasi Puskesmas Kebumen I tahun 2014
Jenis Penyakit Jumlah
Bulan
ISPA Diare Kulit TB Paru
Januari 17 9 4 0 30
Febuari 12 15 3 1 31
Maret 21 5 6 0 32
April 25 7 0 0 32
Mei 20 6 4 0 30
Juni 0 0 0 0 0
Juli 21 6 3 0 30
Agustus 14 10 2 0 26
September 24 5 1 0 30
Oktober 24 5 1 0 30
November 16 11 3 0 30
Desember 6 3 1 0 10
Jumlah 200 82 28 1 311

Tabel 2. Jumlah kasusklinik sanitasi Puskesmas Kebumen I tahun 2015 trimester I


Jenis Penyakit Jumlah
Bulan
ISPA Diare Kulit TB Paru
Januari 19 9 2 0 30
Febuari 15 9 1 0 25
Maret 2 2 4 0 18
Jumlah 46 20 7 0 73

Berdasarkan data jumlah kasus klinik sanitasi pada tahun 2015 trimester I masih
didominasi oleh penyakit ISPA yakni sebanyak 46 kasus, kemudian penyakit diare
sebanyak 20 kasus, dan terakhir penyakit kulit sebanyak 7 kasus.

Tabel 3. Distribusi dugaan penyebab penyakit di klinik sanitasi Puskesmas


Kebumen I trimester I (Januari-Maret) 2015
Dugaan Penyebab
No Penyakit Rumah Sehat Higiene Sanitasi Saluran Air Bersih Jumlah
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 ISPA 22 47,8% 24 52,2% 0 0% 46
2 Diare 2 10% 16 80% 2 10% 20
3 Kulit 0 0% 7 100% 0 0% 7
Berdasarkan data distribusi di atas penyebab terbanyak penyakit ISPA
52,2%adalah faktor higene sanitasi. Penyebab penyakit diare paling banyak juga
faktor hygiene sanitasi yakni sebanyak 80%. Untuk kasus penyakit kulit 100%
juga karena faktor dari hygiene sanitasi.

BAB III
PERENCANAAN DAN INTERVENSI

Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kesehatan lingkungan


antara lain :
1. Konseling pasien di klinik sanitasi.
2. Melakukan kunjungan rumah untuk melihat secara langsung keadaan rumah
pasien.
3. Melakukan pengamatan lingkungan sekitar rumah pasien .
BAB IV
PELAKSANAAN

1. Konseling pasien di klinik sanitasi


Konseling pasien di klinik sanitasi dilakukan bila ada pasien dengan penyakit
berbasis lingkungan. Konseling diadakan setiap hari pada jam pelayanan di
ruang klinik sanitasi

2. Kunjungan rumah
Dilakukan kunjungan rumah pasien atas nama Tn.K di desa Candimulyo .
Pemilihan rumah tersebut dikarenakan pasien tersebut sering berobat ke
puskesmas dengan keluihan diare yang terus menerus datang tiap bulan. Dari
hasil pemeriksaan sarana sanitasi dasar di rumah Tn.K didpatkan skor sebesar
9 dengan indikator tidak sehat.( Tabel Terlampir)

Di rumah Tn.K banyak sekali poin yang kurang. Misalnya seperti jamban
yang tidak memenuhi syarat, SAB yang tidak memenuhi syarat, tidak adanya
tempat pembuangan sampah, tidak adanya saluran pembuangan air limbah,
jendela rumah yang selalu tertutup, lubang asap dapur yang tidak memnuhi
syarat, kamar tidur yang tidak memenuhi syarat, dan pada tempat
penampungan air terdapat jentik nyamuk, adanya tikus, serta pekarangan
yuang tampak kotor karena digunakan untuk membuang sampah.

3. Pengamatan lingkungan sekitar rumah


Bgitu pule pemeriksaan sanitasi dasar dilakukan lingkungan sekitar rumah
bapak K. Kami mengambil sampl sebanyak 4 kepala keluarga dengan jarak
dari rumah bapak K kurang lebih 50 meter. Didaptkan skor untuk 3 kepala
kalurga sebesar 20, dan 1 kepala keluarga sebesar 19. Dengan kesimpulan ke 4
kepala keluarga yang tinggal di sekitar rumah Tn.K masuk dalam kategori
sehat. (Tabel terlampir)

Dari pemeriksaan sanitasi dasar yang dilakukan di 4 rumah ke 4 nya memiliki


masalah yang sama yakni Jamban, SAB, dan ruang tidur tidak memnehuhi
syarat. Sebagai contoh misalnya jamban ke 4 rumah tidak berjarak minimal 0
meter dari sumber air bersih. SAB dari sumur dimana sumur tidak diplester,
dan airnya tampak keruh dan berminyak. Dan ruang tidur yang tidak memiliki
ventilasi untuk pertukaran udara yang baik.

Dari ke 4 rumah juga didapakan angka bebas jentik, bebas tikus, dan bebas
lalat yang baik. Serta kandang yang terpisah. Namun pekarangan rumah
tampak kotor karna masih ada yang membang sampah di pekarangan rumah.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan adalah dengan melihat ada
tidaknya perubahan llingkungan dan juga perilaku pasien. Berdasarkan data yang
ada di Puskesmas Kebumen I, penyakit batuk (ISPA), diare, penyakit kulit, dan
penyakit TB paru masih banyak dijumpai. Untuk itu perlu diberikan pengetahuan
kepada pasien bagaimana cara mencegah penyakit-penyakit tersebut.
Untuk lebih meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat, setiap pasien
yang berobat di Puskesmas dan diketahui mengalami penyakit berbasis
lingkungan untuk dirujuk ke klinik sanitasi. Apabila sudah diketahui penyebab
penyakitnya berasal dari perilaku akan diberikan konseling dan apabila
penyebabnya karena masalah lingkungan akan dilakukan kunjungan rumah untuk
mengevaluasi keadaan lingkungannya.
LAMPIRAN

PANDUAN WAWANCARA
P2 DIARE DI KLINIK SANITASI

I. DATA UMUM
Nama : Ny.M
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama orang tua/KK : Alm.B
Alamat RT/RW : RT 01 RW 01
Kelurahan/Desa : Tanahsari

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sejak kapan sakit? 3 hari yang lalu
2. Sebelum sakit diare makan/minum apa? Mie rebus dan air putih
3. Sumber air bersih berasal darimana?
a. Ledeng/PDAM
b. SGL/SPT
c. Perlindungan Mata Air (PMA)
d. Air hujan
e. Sungai
f. Lain-lain, sebutkan
4. Bila menggunakan SGL/SPT apakah jaraknya dengan jamban keluarga
lebih dari 10 meter?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila menggunakan mata air apakah mata air tersebut terlindung?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah air minum yang dipergunakan sehari-hari dimasak?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah air yang dimasak disimpan dalam wadah tertutup?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah wadah tersebut dalam keadaan bersih?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah di rumah memiliki jamban?
a. Ya
b. Tidak
10. Bila memiliki jamban apakah jamban tersebut memenuhi syarat
(mempunyai tempat penampungan kotoran seperti septic tank)?
a. Ya
b. Tidak
11. Dimanakah anggota keluarga biasanya berak?
a. Kakus/WC sendiri
b. Kakus/WC umum
c. Sungai
d. Kebun
e. Empang
f. Lain-lain sebutkan
12. Bagaimana kebiasaan membuang tinja bayi/anak kecil?
a. Dikemas lalu dibuang ke sungai (bagi bayi)
b. Beraksendiri di kakus/WC (bagi anak kecil)
c. Berak sembarang
d. Dibuang sembarangan
13. Jika pasien adalah bayi yang masih menyusu, ditanyakan tentang susu
yang diminumnya?
a. Menyusu ibunya: ya ( ), tidak ( ), jika tidak
b. Apakah menyusu dengan botol: ya ( ), tidak ( ), jika ya
c. Tanyakan cara mencuci botol susu dan cara penyajiannya?
d. Lain-lain jawaban sebutkan
14. Apakah anggota keluarga sealalu mencuci tangan dengan menggunakan
sabun setelah BAB?
YA / TIDAK

III. DUGAAN PENYEBAB


Dari hasil wawancara penyebab penyakit diare diduga karena kondisi
higiene diri yang kurang dan juga adanya faktor lingkungan yaitu kurangnya
jarak sumur dengan jamban yang hanya berkisar 6 meter.

IV. SARAN
Wadah tempat air minum dicuci secara berkala.
Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB.
Jarak sumber air (sumur) dengan jamban minimal 10 meter.

PANDUAN WAWANCARA
PENDERITA PENYAKIT KULIT DI KLINIK SANITASI
I. DATA UMUM
Nama : Ikbal
Umur : 17 tahun
Nama orang tua/KK : Fadil
Alamat RT/RW : RT 03 RW 04
Kelurahan/Desa : Bumirejo

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Sumber air bersih yang digunakan?
a. Ledeng/PDAM
b. SGL/SPT
c. Perlindungan Mata Air (PMA)
d. Air hujan
e. Sungai
f. Lain-lain, sebutkan
2. Apakah sumber yang ada mencukupi kebutuhan
a. Cukup
b. Kurang
3. Dimana Bapak/Ibu/Saudara mandi sehari-hari?
a. Kamar mandi sendiri
b. MCK (Mandi Cuci Kakus), kamar mandi umum
c. Empang
d. Sungai
e. Sumur
f. Lain-lain sebutkan
4. Berapa jarak sumber air dengan sumber pencemaran (air limbah)
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
5. Berapa jarak sumber air dengan pembuangan sampah?
a. Lebih dari 10 meter
b. Kurang dari 10 meter
6. Apakah pasien mandi pakai sabun?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
7. Apakah handuk mandi sendiri-sendiri?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
8. Apakah sabun yang digunakan untuk mandi digunakan :
a. Bersama-sama
b. Masing-masing orang satu sabun
9. Apakah pasien berkuku pendek dan bersih?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah pasien sebagai karyawan pabrik yang selalu kontak dengan bahan-
bahan kimia?
a. Ya
b. Tidak

I. DUGAAN PENYEBAB
Dari hasil wawancara penyebab penyakit kulit diduga tertular oleh temannya
satu kamar di pondok.

II. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku
Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
Cuci tangan pakai sabun
Mandi 2 kali sehari pakai sabun
Peralatan tidur dijemur
Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
Sering mengganti pakaian
Pakaian sering dicuci

III. RENCANA TINDAK LANJUT


Kesepakatan untuk kunjungan lapangan.
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindakan lebih lanjut.
PANDUAN WAWANCARA
PENDERITA ISPA DI KLINIK SANITASI

I. DATA UMUM
Nama anak/balita : An. Lutfi Zen
Umur : 9 bulan
Nama orang tua : Kurnia Aris
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat RT/RW : RT 01 RW 06
Kelurahan/Desa : Kalirejo

II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU


1. Telah berapa lama anda menderita batuk-batuk seperti ini? 2 hari.
2. Berapa orang yang menderita batuk seperti ini di dalam keluarga? Tidak
ada.
3. Apakah pada siang hari di dalam rumah dalam keadaan gelap?
a. Ya
b. Sedang (antara terang dan gelap)
c. Tidak
4. Apakah di rumah terdapat atap tembus cahaya (kaca, fiber, atau plastic
tembus cahaya dan lainnya yang memungkinkan sinar matahari masuk
dalam rumah)?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah di rumah terdapat pintu atau jendela yang tembus cahaya (kaca,
fiber, plastic, dan lainnya)?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah penderita berada di dalam rumah dalam keadaan panas
(sumuk/gerah) terutama pada siang hari?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah rumah penderita terdapat lubang hawa atau lubang angin?
a. Ya
b. Tidak
8. Luas rumah?
a. Kurang 8m2/orang
b. 8 m2/orang
c. Lebih 8m2/orang
9. Bahan bakar apa yang digunakan untuk memasak?
a. Gas
b. Minyak tanah
c. Arang
d. Kayu bakar
10. Apakah dapur terdapat cerobong asap atau lubang tempat keluar asap?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah penderita tidur setempat tidur/sekamar dengan orang lain
(istri,suami,anak dan lainnya)?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika batuk kemanakah ludah/riak dibuang?
a. Sembarang tempat
b. Kamar mandi atau WC/jamban
c. Tempat khusus ludah (paidon)
13. Apakah setiap kali batuk penderita menutup mulut?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anggota keluarga sering memasak sambil momong anak?
a. Ya
b. Tidak
III. DUGAAN PENYEBAB
Dari hasil wawancara penyebab penyakit ISPA diduga tertular oleh neneknya.
IV. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku
Menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan membuka jendela (ventilasi
cukup)
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya.
Hindari polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok
Hindari hunian dalam kamar tidak lebih dari 3 orang

V. RENCANA TINDAK LANJUT


Kesepakatan untuk kunjungan lapangan.
Diisi dengan kesepakatan yang diambil antara petugas dengan pasien untuk
tindakan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai