Anda di halaman 1dari 29

MAKNA GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sastra Lama
yang dibina oleh Ibu Dwi Sulistyorini, S.S., M.Hum.

Oleh

Ibnu Saad 110212413514


M. Fikri Ferdiansyah 130212601500
Silvia Haryati 130212601492
Silmi Amalia Fidareni 130212614627

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
April 2015
1. Pendahuluan
Indonesia memiki karya sastra yang beragam. Diantara karya tersebut ditetapkan
suatu batas waktu untuk menentukan suatu cipta sastra itu termasuk ke dalam sastra lama atau
sastra baru. Untuk sastra Indonesia, batasan waktu yang dipakai adalah abada ke-20 atau
tahun 1990. Cipta sastra yang lahir sebelum tahun 1900 dimasukkan ke dalam sastra lama,
sedangkan karya sastra yang diciptakan sesudah tahun 1900 termasuk dalam sastra baru.
Sastra lama sebagai hasil dari masyarakat lama merupakan hasil imajinatif para
pengarang lama. Pengarang-pengarang tersebut melukiskan segala kejadian yang ada pada
saat itu dengan berbagai maksud tertentu. Karya yang tercipta berisi nasihat, pendidikan,
petunjuk, maupun beberapa contoh masalah. Selain itu, juga mengisahkan tentang kehidupan
yang baik-baik, penuh cita-cita yang hendak dicapai. Sastra lama mempunyai dua macam
bentuk, yakni berupa puisi dan prosa. Bentuk puisi yang termasuk dalam sastra lama
diantaranya adalah berupa gurindam.
Gurindam berasal dari India, yaitu suatu sajak dua baris seuntai atau hampir sama
dengan pantun kilat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gurindam adalah sajak dua
baris yang mengandung petuah atau nasihat. Gurindam berisi nasihat dan peringatan agar
manusia hidup jujur dan lurus. Gurindam yang terkenal dalam kesusastraan Indonesia adalah
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.
Gurindam Dua Belas merupakan puisi hasil karya Raja Ali Haji, seorang sastrawan
dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. Karya ini terdiri atas
12 fasal dan dikategorikan sebagai Syiir al-Irsyadi atau puisi didaktik. Hal ini dikarenakan
gurindam ini berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhai oleh Allah SWT.
Sebagai akar dari sastra Melayu yang tertulis, Gurindam Dua Belas membahas persoalan
akidah dan tasawuf, syariat islam, rukun islam, budi pekerti atau akhlak, serta konsep
pemerintahan.
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang makna
yang terkadung dalam Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji tersebut. Hal ini disebabkan
karena karya tersebut mengandung suatu ajaran dan tuntunan kehidupan yang baik. Selain itu,
juga dapat diketahui ciri yang terkandung dalam puisi lama berupa gurindam. Pemahaman
akan makna yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas serta pengetahuan tentang suatu
bentuk puisi lama yang berupa gurindam tersebut diharapkan dapat menambah wawasan
sekaligus sebagai panduan dalam berkehidupan.
2. Pembahasan
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji banyak mengandung makna tentang ajaran
hidup yang dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Makna-makna yang terkandung
dalam fasal-fasal yang ada pada Gurindam Dua Belas ini akan diuraikan sebagai berikut.
(1) Fasal Pertama
Fasal pertama pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas enam bait yang tiap baitnya
terdiri atas dua baris. Fasal pertama ini mengandung makna nasihat tentang keagamaan atau
religiusitas. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya agama bagi
kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama

Maksud dari kutipan tersebut adalah bila seseorang hidup tanpa agama atau beragama
tapi tidak menjalankan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama, maka orang tersebut tidak
akan memiliki manfaat atau tujuan dalam hidupnya. Maka dari itu memilki agama adalah hal
yang penting dalam kehidupan manusia.
b. Bait 2
Bait kedua fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia
mengenal yang empat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang makrifat

Maksud dari kutipan tersebut adalah pentingnya manusia mengenal yang empat.
Empat di sini adalah suatu ajaran, yakni mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan
mengenal akhirat. Disebutkan bahwa jika seseorang yang empat tersebut, maka orang
tersebut akan menjadi orang yang makrifat (orang yang tingkat kedekatannya dengan Tuhan
lebih dari pada orang biasa, ketika orang telah mencapai tingkatan makrifat, Tuhan akan
memberikan pengetahuan tentang segala hal yang ada di dunia dan juga dapat mengetahui
kehendak Tuhan.
c. Bait 3
Bait ketiga fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia
mengenal Allah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Kutipan tersebut menunjukkan makna tentang pentingnya kepercayaan kepada Allah.
Kepercayaan ini adalah berupa pengetahuan tentang sifat-sifat wajib Allah. Bila sudah
mengenal Allah, niscaya orang tersebut tidak akan menyalah perintah dan larangan Allah,
yaitu menjalankan perintahNya dan menjauhi LaranganNya.
d. Bait 4
Bait keempat fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia
mengenal diri. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Kutipan di atas menggambarkan tentang pentingnya mengenal diri sendiri. Maksud
dari mengenal diri, bukan hanya sekedar tahu nama, alamat, tanggal lahir, dan sebagainya,
tetapi mengenal diri dalam hal ini adalah mengenal diri yang hakiki dan sedalam-dalamnya.
Tahu bahwa diri ini hanya makhluk ciptaan, tahu mengapa Tuhan memberi nama seperti itu,
tahu mengapa Tuhan melahirkan di tempat dan tahun seperti itu. Dan usaha mengenal diri
tidak cukup 1-2 tahun saja, tetapi membutuhkan waktu yang amat lama untuk mengenal diri
sendiri. Disebutkan bahwa orang yang benar-benar telah mengenali dirinya niscaya orang
tersebut telah mengenal Tuhan. Pertanyaan yang tidak sukar dijawab yaitu, mengapa
dikatakan bahwa orang yang mengeal dirinya berarti mengenal tuhan? Orang jawa mungkin
punya jawabannya, yaitu falsafaf hidup Manunggaling Kawula Lan Gusti. Dari falsafah
hidup tersebut dapat ditarik jawaban, yaitu sebab tuhan bersemayam dalam diri seseorang.

e. Bait 5
Bait kelima fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia
mengenal dunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Maksud dari mengenal dunia dalam hal ini bukan hanya semata-mata tahu segala
nama yang ada di dunia, dari nama negara, sampai nama benda terkecil di dunia. Akan tetapi
mengetahui fungsi atau kegunaan dunia. Ketika seseorang telah mengenal dunia, fungsi dan
kegunaannya, maka orang tersebut tidak akan tertipu dengan dunia.

f. Bait 6
Bait keenam fasal pertama ini mengandung makna tentang pentingnya manusia
mengenal akhirat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulan ia dunia mudharat

Kutipan di atas mengandung maksud bahwa mengenal akhirat yaitu mengetahui


bagaimana kehidupan setelah kehidupan di dunia. Ketika seseorang telah mengenal akhirat,
maka ia akan tahu hal (benda atau pekerjaan) di dunia yang membawa kemudharatan, atau
kejelekan.
Setelah mengetahui uraian dari tiap bait pada pasal pertama Gurindam Dua Belas ini
maka dapat disimpulkan bahwa fasal pertama ini membicarakan tentang agama atau
religiusitas. Agama adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia yang memilki
agama maka akan senantiasa memegang teguh yang empat, yakni mengenal Allah, diri,
dunia, dan akhiratnya.
(2) Fasal Kedua
Fasal kedua pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas lima bait, tiap baitnya terdiri
atas dua baris. Fasal kedua ini mengandung makna ajaran agama tentang rukun islam. Makna
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1

Bait pertama fasal kedua ini mengandung makna tentang pentingnya mengetahui
empat hal yang utama yang disebutkan dalam fasal satu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kutipan sebagai berikut.
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Maksud dari mengenal dalam kutipan tersebut, yaitu mengenal semua keempat hal
yang telah disebutkan di gurindam fasal yang pertama. Apabila seseorang telah mengenal
keempat hal di atas, niscaya orang tersebut akan benar-benar takut bila meninggalkan
perintah dan melakukan hal yang dilarang oleh Allah.

b. Bait 2
Bait kedua fasal kedua ini mengandung makna tentang larangan meninggalkan
sembahyang. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang

Maksud meninggalkan sembahyang yaitu tidak melakukan perintah Allah yang berupa sholat
lima waktu. Apabila seseorang tidak melakukan sholat, orang tersebut diibaratkan seperti
rumah yang tidak bertiang. Rumah yang tidak bertiang akan ambruk, dan bisa jadi membuat
pemilik rumah celaka. Begitu pula orang yang tidak melakukan sholat, hidupnya akan rapuh,
mudah goyah, dan akan membuat celaka.

c. Bait 3

Bait ketiga fasal kedua ini mengandung makna tentang larangan meninggalkan puasa.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa

Maksud meninggalkan puasa yaitu tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dengan tanpa alasan
yang diperbolehkan oleh agama. Apabila seseorang meninggalkan puasa wajib tanpa alasan
yang diperbolehkan dalam agama, maka orang tersebut tidak mendapat dua termasa. Maksud
dua termasa adalah kesenangan di dua alam, yaitu kesenangan di dunia dan akhirat.

d. Bait 4

Bait keempat fasal kedua ini mengandung makna tentang larangan meninggalkan
zakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah lah hartanya beroleh berkat

Maksud meninggalkan zakat yaitu orang tidak memberikan zakatnya (mengeluarkan


sebagian hartanya berdasarkan aturan agama kepada mustahik). Apabila orang tidak berzakat,
harta yang dimiliki tidak akan barokah (bertambahnya kebaikan dalam kebaikan). Artinya,
harta tersebut tidak akan membawa kebaikan bagi pemiliknya.

e. Bait 5

Bait kelima fasal kedua ini mengandung makna tentang larangan meninggalkan haji.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji

Maksud meninggalkan haji adalah tidak melaksanakan ibadah haji, dalam hal ini
hanya orang mampu. Apabila harta yang dimiliki cukup untuk berangkat ibadah haji, tetapi
tidak melakukan haji. Maka orang tersebut dianggap tidak menyempurnakan janji pada
Tuhan. Janji yang dimaksud adalah rukun Islam.
Setelah mengetahui uraian dari tiap bait pada pasal kedua Gurindam Dua
Belas ini maka dapat disimpulkan bahwa fasal kedua ini membicarakan tentang pentingnya
menjalankan rukun islam. Hal ini dikarenakan rukun islam adalah tiang utama dalam agama
islam, juga kunci dari keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Maka hendaknya orang
beragama Islam yang beriman melaksanakan rukun islam dengan baik.
(3) Fasal Ketiga
Fasal ketiga pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas tujuh bait, masing-masing bait
terdiri atas dua baris. Fasal ketiga ini mengandung makna tentang menjaga budi pekerti.
Makna tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama fasal ketiga ini mengandung makna untuk menjaga pandangan mata. Hal
ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

Kutipan di atas mengandung makna untuk menjaga pandangan mata kita dari hal-hal
yang tidak bermanfaat. Jangan sampai hal-hal yang bersifat keduniawian dan apa-apa yang
dilarang dilihat membutakan mata kita.
b. Bait 2
Bait kedua fasal ketiga ini mengandung makna untuk menjaga telinga kita. Hal ini
dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping

Kutipan di atas mengandung makna untuk menjaga telinga kita dari kabar-kabar
buruk yang tidak sepatutnya didengar. Bila telinga kita terhindar dari mendengar gunjingan
dan hasutan, nisacaya kabar buruk dan jahat tidak akan menghampiri kita.
c. Bait 3
Bait ketiga fasal ketiga ini mengandung makna untuk menjaga lidah. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

Kutipan tersebut menggambarkan ajaran untuk senantiasa menjaga lidah kita agar
tidak berbicara yang tidak bermanfaat dan menyakiti orang lain. Bila lidah kita terpelihara
dari hal-hal yang buruk, niscaya akan mendapatkan manfaat dan keberuntungannya.
d. Bait 4
Bait keempat fasal ketiga ini mengandung makna ajaran untuk memelihara tangan
kita. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Kutipan tersebut menggambarkan betapa pentingnya kita memelihara tangan. Maksud


memelihara tangan yaitu menjaga tangan agar tidak melakukan perbuatan maksiat dan tidak
mengambil sesuatu yang bukan hak kita.

e. Bait 5
Bait kelima fasal ketiga ini mengandung makna tentang pentingnya menjaga nafsu.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fiil yang tiada senonoh
Maksud dari kutipan di atas adalah tentang pentingnya menjaga hawa nafsu kita.
Hawa nafsu yang kita miliki hendaknya dapat dijaga dan dikendalikan agar tidak melakukan
perbuatan yang dilarang.
f. Bait 6
Bait keenam fasal ketiga ini mengandung makna tentang semangat menjalani hidup.
Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Anggota tangan hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Kutipan di atas menunjukkan ajakan untuk semangat dalam menjalani kehidupan.


Manusia hendaknya selalu ingat apa tujuan hidupnya sehingga dapat menjalani kehidupannya
dengan semangat.
g. Bait 7
Bait ketujuh fasal ketiga ini mengandung makna tentang pentingnya memelihara kaki.
Hal ini terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan membawa rugi

Kutipan di atas menggambarkan betapa pentingnya kita menjaga perilaku kaki kita.
Jangan merugikan diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan maksiat.
Manusia hendaknya melangkah di jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah SWT.
Setelah melihat uraian tiap bait fasal ketiga pada Gurindam Dua Belas ini maka dapat
disimpulkan bahwa fasal ketiga ini mengandung makna tentang ajakan untuk memelihara
budi pekerti kita. Budi pekerti ini dapat dijaga dengan cara memelihara anggota tubuh kita
dari perbuatan buruk. Anggota tubuh yang harus dijaga dari kemaksiatan diantaranya adalah
mata, kuping, lidah, tangan, dan kaki. Selain itu pentingnya menjaga hawa nafsu dan
semangat hidup juga tertuang pada fasal ini.
(4) Fasal Keempat
Fasal keempat pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas sebelas bait, tiap baitnya
terdiri atas dua baris. Fasal keempat ini mengandung makna tentang kebiasaan berperilaku
yang muncul dari dalam hati dan akal pikiran. Makna tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
a. Bait 1
Bait pertama fasal keempat ini mengandung makna tentang pentingnya menjaga hati.
Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa menjaga hati adalah hal yang sangat penting.
Jika hati kita terpelihara dari yang buruk-buruk, maka segala yang kita perbuat pastilah hal
yang baik. Jika hati kita tidak terpelihara dari yang buruk-buruk niscaya kita sulit terhindar
dari perilaku buruk. Untuk itu, menjaga hati adalah hal yang sangat penting karena hati
adalah kerajaan di dalam tubuh.
b. Bait 2
Bait kedua fasal keempat ini mengandung makna kerugian memiliki sifat dengki. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah

Kutipan tersebut menggambarkan betapa ruginya orang yang memiliki sifat dengki.
Seseorang yang memiliki sifat dengki di dalam hatinya akan merasakan rugi karena sifatnya
itu sendiri. Orang yang dengki tidak akan pernah merasa puas terhadap apa yang
didapatkannya dan selalu iri terhadap keberuntuntungan orang lain, maka dari itu hidupnya
akan selalu diiringi rasa cemas dan marah sehingga tidak merasa bahagia.
c. Bait 3
Bait ketiga fasal keempat ini mengandung makna pentingnya menjaga apa yang akan
dibicarakan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di ditulah banyak orang yang tergelincir

Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam berbicara hendaknya kita berpikir dahulu.
Apa yang sudah kita bicarakan tidak dapat ditarik kembali. Oleh karena itu, dalam berbicara
kepada orang lain hendaknya dipikiran dulu apakan omongan kita bermanfaat atau tidak,
sebelum kita celaka karena omongan yang kita bicarakan kepada orang lain.
d. Bait 4
Bait keempat pada fasal keempat ini mengandung makna pentingnya menahan
amarah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa menahan amarah adalah hal yang penting. Hal
ini disebabkan karena amarah adalah suatu hal yang sia-sia. Dalam menyelesaikan masalah
misalnya, kita hendaknya bisa menghindari amarah agar bisa berpikir dengan jernih dan
perbuatan yang dilakukan menjadi tidak sia-sia.
e. Bait 5
Bait kelima pada fasal keempat ini mengandung makna bahwa kebohongan tidak akan
pernah bisa ditutupi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kebohongan adalah hal yang tidak dapat
ditutupi. Sekali seseorang berbuat kebohongan maka sedikit apapun dustanya akan terus
nampak di mata orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita menghindari berbohong kepada
orang lain walaupun sedikit.
f. Bait 6
Bait keenam pada fasal keempat ini mengandung makna pentingnya menyadari
sebuah kesalahan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka

Kutipan di atas menunjukkan betapa buruknya jika seseorang tidak sadar akan
kesalahannya sendiri sampai harus diingatkan oleh orang lain. Kita sudah selayaknya
menyadari jika perbuatan kita adalah perbuatan yang salah dan segera memperbaiki diri.
Jangan sampai kita tidak sadar diri dan harus diingatkan orang lain bahwa perbuatan yang
kita lakukan adalah perbuatan yang salah.
g. Bait 7
Bait ketujuh pada fasal keempat ini mengandung makna pentingnya menjauhi sifat
bakhil atau pelit. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah

Kutipan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki sifat bakhil atau pelit
justru akan banyak kehilagan hartanya. Sebaliknya orang yang dermawan atau suka memberi
akan diberikan imbalan lebih dari Allah SWT berupa rezeki yang lebih banyak lagi.
h. Bait 8
Bait kedelapan pada fasal keempat ini mengandung makna pentingnya menjaga
perbuatan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar

Kutipan di atas menunjukkan bahwa ketika kita sudah besar, dalam artian telah
mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, maka hendaknya kita dapat menjaga
perbuatan kita. Maka semakin dewasa umur kita, hendaknya semakin baik pula kita dapat
mencegah perbuatan yang buruk dan tidak berguna.
i. Bait 9
Bait kesembilan pada fasal keempat ini mengandung makna untuk senantiasa menjaga
kelakuan dan kata-kata. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor

Kutipan di atas menunjukkan pentingnya menjaga kata-kata yang hendak kita


ucapkan. Kita hendaknya menghindari perkataan kotor dan menjaga kelakuaan serta kata-
kata kita agar tetap halus, baik, dan bersih.
j. Bait 10
Bait kesepuluh pada fasal keempat ini mengandung makna pentingnya meminta maaf.
Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Di manatah tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi

Kutipan di atas menunjukkan bahwa jika kita melakukan perbuatan yang salah maka
hendaknya kita segera meminta maaf. Orang yang meminta maaf pastilah akan mendapatkan
maaf dan kasih sayang dari orang lain.
k. Bait 11
Bait kesebelas pada fasal keempat ini mengandung makna tentang pentingnya
pekerjaan yang halal. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kita hendaknya menghindari pekerjaan yang


haram. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang haram akan menghasilkan rezeki yang
haram pula, dan rezeki haram yang mengalir dalam tubuh kita tidak akan menjadi berkah.
Selain itu, orang yang pekerjaannya haram cenderung akan merasa cemas dan tidak bahagia
dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian dari setiap baitnya, secara keseluruhan fasal keempat dari
Gurindam Dua Belas ini mengandung makna tentang pentingnya menjaga perilaku dan
perkataan. Selain itu juga pentingnya dalam menjadi hati karena hati adalah kerajaan di
dalam tubuh. Jadi, jika hati, perilaku, dan perkataan seseorang terjaga, maka ia adalah
termasuk orang yang mulia.
(5) Fasal Kelima
Fasal kelima pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas enam bait, tiap baitnya terdiri
atas dua baris. Fasal kelima ini mengandung makna tata cara berperilaku, pentingnya
pendidikan, dan mengenali suatu sifat seseorang dari sikapnya, serta pentingnya memperluas
pergaulan dengan kaum yang terpelajar. Makna tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama pada fasal kelima ini mengandung makna bahwa budi dan bahasa dapat
mencerminkan sifat seseorang. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa jika kita hendak mengenal seseorang yang
berbangsa dan mulia, maka hendaknya melihat budi dan bahasanya. Semakin baik budi dan
bahasa pada seseorang maka akan semakin memperlihatkan bahwa ia adalah orang yang
berbangsa atau yang mulia.
b. Bait 2
Bait dua pada fasal kelima ini mengandung makna bahwa jika hendak berbahagia
maka hendaknya tidak menyianyiakan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan
berikut.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia

Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa jika kita ingin menjadi orang yang
berbahagia, maka hendaknya tidak menyianyiakan sesuatu. Orang yang tidak menyianyiakan
sesuatu, baik waktu, kesempatan, dan sebagainya, maka hidupnya akan menjadi bahagia
karena ia menghargai setiap apa yang diberikan kepadanya dan tidak membiarkannya sia-sia.
c. Bait 3
Bait ketiga pada fasal kelima ini mengandung makna bahwa kemuliaan seseorang
dapat dilihat dari perilakunya. Hal tersebut dapat dlihat pada kutipan berikut.
Jika hendak mengenal orang yang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa jika ingin seseorang yang mulia, dapat dilihat
dari kelakuannya. Orang-orang yang mulia dalam hidupnya pasti akan melakukan hal-hal
yang baik serta berperilaku yang benar dan tidak menyimpang dari norma-norma.
d. Bait 4
Bait keempat fasal kelima ini mengandung makna bahwa seorang yang berilmu tidak
akan pernah selesai belajar. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu

Kutipan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki ilmu atau pandai tidak
akan pernah jemu untuk mencari pengetahuan baru dari bertanya maupun dengan belajar.
Orang yang berilmu akan terus merasa haus akan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Maka
jika hendak menjadi orang yang berilmu, kita hendaknya tidak jemu bertanya maupun belajar.
e. Bait 5
Bait lima fasal kelima ini mengandung makna bahwa orang yang berakal, dalam
kehidupan dunianya akan senantiasa menyiapkan bekalnya ketika di akhirat nanti. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal

Kutipan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang di dunianya berakal pasti telah
banyak mempersiapkan bekal untuk kehidupannya di akhirat kelak. Bekal yang disiapkan
tersebut dapat berupa berupa amal ibadah yang baik.
f. Bait 6
Bait enam fasal kelima ini mengandung makna bahwa orang yang baik perilakunya
dapat dilihat dari dengan siapa ia berkumpul atau berteman. Hal tersebut dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Kutipan di atas menunjukkan bahwa jika kita ingin melihat seseorang memiliki
perilaku yang baik atau tidak, maka kita bisa melihat dengan siapa ia berkumpul. Seseorang
yang baik perangainya tentu akan berkumpul dengan orang-orang yang baik pula
perangainya.
Setelah melihat makna yang terkandung pada tiap baitnya maka dapat disimpulkan
bahwa fasal kelima dalam Gurindam Dua Belas ini mengatur tentang tata cara dalam
berperilaku. Seseorang yang mulia dapat dilihat dari budi dan bahasanya, untuk itu kita harus
memperbaiki budi dan bahasa agar menjadi orang yang mulia. Seseorang yang ingin
berbahagia maka hendaknya tidak menyianyiakan sesuatu. Orang yang mulia adalah orang
yang berperilaku baik. Jika hendak menjadi orang yang berilmu maka hendaknya tidak
pernah jemu bertanya dan belajar. Seseorang yang berakal dan berilmu tersebut kemudian
dalam hidupnya akan mempersiapkan bekalnya di akhirat kelak. Dan orang-orang yang baik
perangainya tersebut dapat dilihat dari dengan siapa ia berkumpul dan berteman.
(6) Fasal Keenam
Fasal keenam pada Gurindam Dua Belas ini terdiri atas lima bait, tiap baitnya terdiri
atas dua baris. Fasal keenam ini mengandung makna tentang pergaulan, yakni pentingnya
mencari seorang sahabat yang baik, juga seorang guru yang dapat mengajarkan mana yang
baik dan mana yang buruk. Makna tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama pada fasal keenam ini mengandung makna dalam mencari sahabat
hendaknya yang dapat memberi nasihat yang baik. Makna tersebut dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

Kutipan tersebut menunjukkan pesan bahwa dalam mencari sahabat hendaknya yang
bisa dijadikan obat. Obat di sini dimaknai sebagai nasihat-nasihat yang baik. Saat kita sedang
dalam keadaan susah atau dalam kebimbangan, sahabat yang baik akan memberikan nasihat-
nasihat untuk menenangkan kita dan menuntun ke arah yang baik.
b. Bait 2
Bait kedua pada fasal keenam ini mengandung makna dalam mencari guru yang baik
hendaknya adalah yang mengajarkan kebaikan dan menyelesaikan masalah serta tidak
menyembunyikan keburukan. Makna tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Cahari olehmu akan guru


Yang boleh tahukan tiap seteru

Kutipan di atas menunjukkan pesan bahwa dalam mencari seorang guru hendaknya
adalah yang bisa menyelesaikan perseteruan atau masalah. Seorang guru yang baik akan
membimbing muridnya dalam menyelesaikan masalahnya dengan baik tanpa menutupi suatu
keburukan.
c. Bait 3
Bait ketiga pada fasal keenam ini mengandung makna dalam mencari seorang istri
hendaknya yang patuh dan mau mengabdi kepada suaminya. Makna tersebut dapat dilihat
dari kutipan sebagai berikut.
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri

Kutipan tersebut menunjukkan pesan bahwa dalam mencari seorang istri, hendaknya
yang mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada suaminya. Istri yang menyerahkan diri dan
patuh kepada suaminya adalah seorang istri baik dan berbakti.
d. Bait 4
Bait keempat pada fasal keenam ini mengandung makna dalam mencari seorang
kawan hendaknya memilih orang yang setia. Makna tersebut dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
Kutipan di atas menunjukkan pesan bahwa dalam mencari seorang kawan atau
sahabat, hendaknya adalah yang selalu setia. Kawan yang baik akan menemani kita di saat
susah maupun senang. Untuk itu, dalam mencari seorang kawan hendaknya adalah orang-
orang yang mau setia.

e. Bait 5
Bait kelima pada fasal keenam ini mengandung makna dalam mencari seorang abdi
hendaknya adalah yang berbudi baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Cahari olehmu akan abdi


Yang ada baik sedikit budi
Kutipan di atas menunjukkan pesan bahwa dalam mencari seorang abdi hendaknya
adalah yang mau mengabdi dan patuh kepada tuannya. Pengikut, pembantu, budak yang baik
untuk dijadikan pengikut hendaknya adalah seorang yang berbudi baik.
Setelah melihat uraian tiap bait pada fasal keenam Gurindam Dua Belas ini maka
dapat disimpulkan bahwa fasal ini secara keseluruhan mengandung makna tentang tata cara
pergaulan. Sebagai seorang manusia kita hendaknya mencari seorang kawan yang membawa
manfaat untuk kita dan setia. Kita juga hendaknya mencari istri yang mau menerima kita apa
adanya, dan seorang abdi yang berbudi baik. Selain itu, bimbingan dari seorang guru yang
baik juga diperlukan dalam kehidupan kita.
(7) Fasal Ketujuh

Fasal ke tujuh ini terdiri dari sebelas bait dan masing-masing bait dua baris. Fasal
tersebut berisi tentang nasihat berkaitan dengan bagaimana bersikap dan berkata-kata. Hal
tersebut terdapat pada bait-bait sebagai berikut.
a. Bait 1
Pada bait pertama berisi tentang nasihat untuk tidak terlalu banyak bicara karena
seorang pendusta berawal dari sikap banyak bicara tanpa ada bukti yang sesuai dengan
perkataannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

Kutipan tersebut menunjukkan larangan agar tidak banyak bicara terlebih lagi tidak
ada bukti yang sesuai dengan perkataannya sehingga lebih baik sedikit bicara namun terbukti
dari perilakunya daripada banyak bicara namun tidak pernah sekalipun terbukti dari sikap
maupun perilakunya.
b. Bait 2
Pada bait kedua berisi tentang nasihat untuk tidak berlebihan dalam menyukai sesuatu
karena berlebihan suka dekat dengan perasaan duka. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampirkan duka

Kutipan tersebut menunjukkan larangan agar tidak berlebihan dalam menyukai


sesuatu karena jika kehilangan, maka hati akan merasa sedih. Namun, bukan berarti tidak
boleh menyukai hanya menasihati agar menyukai dengan sewajarnya saja dan tidak
berlebihan.
c. Bait 3
Pada bait ketiga berisi tentang nasihat untuk bekerja dengan teliti agar memperoleh
hasil yang baik juga maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa teliti merupakan sikap yang penting terutama
dalam bekerja karena bekerja dengan teliti akan memperoleh rasa puas dengan apa yang
dihasilkan ketimbang bekerja tanpa ketelitian.
d. Bait 4
Pada bait keempat berisi nasihat untuk orang tua agar mendidik atau melatih anaknya
sejak kecil agar dewasa kelak tidak menyusahkan orang tuanya. Hal tesebut terdapat dalam
kutipan sebagai berikut.
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih

Kutipan tersebut menunjukkan bahwaperan orang tua sangat penting dalam mendidik
anaknya karena cara orang tua mendidik anaknya mempengaruhi sikap dan perilaku anaknya
ketika dewasa kelak.
e. Bait 5
Pada bait kelima berisi tentang nasihat untuk tidak menghina atau menjelek-jelekkan
orang lain karena perilaku tersebut justru menunjukkan kekurangan dirinya sendiri. Hal
tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila banyak mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa agar mengintrospeksi diri karena belum tentu
orang yang dihina atau dijelek-jelekkan lebih buruk. Sehingga sebelum melihat perilaku
buruk orang lain sebaiknya peduli terhadap keburukan diri sendiri dan segera
memperbaikinya.
f. Bait 6
Pada bait keenam berisi nasihat untuk tidak terlalu banyak tidur karena perilaku
tersebut sama dengan menyia-nyiakan umur. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

Apabila orang banyak tidur


Sia-sia sajalah umur

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa terlalu banyak tidur merupakan perbuatan yang
harus dihindari karena umur yang semakin bertambah seharusnya dimanfaatkan sebaik-
baiknya sehingga tidak melulu digunakan untuk tidur.
g. Bait 7
Pada bait ketujuh berisi nasihat agar bersikap sabar ketika mendengar suatu kabar
terutama kabar buruk. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila mendengar akan khabar
Menerimanya itu hendaklah sabar

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa seringkaliseseorang yang mendengar kabar


(terutama kabar buruk) akan merasakan kesedihan sehingga perlu adanya sikap sabar dalam
menerima kabar yang diberikan tersebut.
h. Bait 8
Pada bait kedelapan berisi nasihat agar tidak mudah percaya atau curiga dengan
sifatnya mengadu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa ketika mendengar seseorang yang mengadu


membicarakan keburukan orang lain, maka patut untuk curiga (cemburu). Karena orang yang
mengadu biasanya menghendaki agar orang yang dibicarakan dibenci oleh pendengarnya.
i. Bait 9
Pada bait kesembilan berisi nasihat agar meneladani sikap lemah lembut dalam
berkata-kata. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Apabila perkataan yang lemah lembut


Lekaslah segala orang mengikut

Kutipan tersebut bermakna bahwa seseorang yang berkata dengan lemah lembut,
maka segeralah semua orang untuk meneladani sikap lemah lembutnya itu. Artinya bahwa
lemah lembut merupakan sikap yang patut untuk diteladani karena terpuji.
j. Bait 10
Pada bait kesepuluh berisi nasihat untuk menegur bahkan memarahi orang yang
berkata-kata kasar agar tidak melakukannya lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa jika berkata-kata kasar maka segeralah untuk
menegur bahkan memarahi orang yang berkata kasar tersebut agar tidak berkata kasar lagi.
Karena perkataan kasar yang diucapkan akan menyakiti perasaan orang lain jika
mendengarnya.
k. Bait 11
Bait kesebelas berisi tentang nasihat agar tidak mengacaukan pekerjaan yang sudah
benar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Apabila pekerjaan amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar

Kutipan tersebut bermakna bahwa pekerjaan yang sudah benar maka tidak
diperbolehkan untuk berbuat onar atau mengacaukannya karena pekerjaan yang dilakukan
seseorang pasti membutuhkan usaha yang keras sehingga harus menjaga perilaku agar tidak
merugikan orang lain.
Setelah melihat uraian per bait dari fasal ketujuh Gurindam Dua Belas ini dapat
disimpulkan bahwa fasal ketujuh ini mengandung nasihat untuk membangun akhlak dan budi
pekerti yang baik. Akhlak dan budi pekerti yang baik tersebut hendaknya telah diajarka orang
tua kepada anaknya sejak kecil dan sebaik mungkin. Hal ini dimaksudkan agar kelak,
kelakuan anak tersebut tidak menyusahkan orang tuanya sendiri.
(8) Fasal Kedelapan
Gurindam fasal delapan terdiri dari tujuh bait. Pada fasal kedelapan ini berisi tentang
nasihat-nasihat agar terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela seperti aniaya, khianat, suka
membuka aib orang lain dan sebagainya. Makna tiap baitnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama berisi tentang nasihat agar tidak melakukan perbuatan khiatan pada diri
sendiri karena logikanya berani berkhianat pada diri sendiri tentu mudah untuk berkhianat
pada orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa berhianat merupakan perbuatan yang harus


dihindari karena selain merugikan diri sendiri juga dapat merugikan orang lain sebagai
korban yang dihianati.
b. Bait 2
Bait kedua berisi nasihat agar tidak percaya dengan seseorang yang aniaya pada
dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang berani berbuat aniaya akan
dirinya sendiri misalnya membohongi diri sendiri, maka tidak memberi kepercayaan pada
orang tersebut karena logikanya tega berbuat demikian dengan dirinya sendiri apalagi
terhadap orang lain.
c. Bait 3
Bait ketiga berisi nasihat agar tidak menyalahkan orang lain dan tidak selalu
megatakan bahwa dirinya benar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tidak baik jika selalu menyalahkan orang lain
dan selalu mengatakan bahwa dirinya benar karena seseorang yang baik bukan melihat benar
dan salahnya melainkan bagaimana memperbaiki diri untuk menjadi benar.
d. Bait 4
Bait keempat berisi nasihat bahwa lebih baik pujian datang dari orang lain daripada
diri sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat menilai diri sendiri baik
ataupun buruk karena terkadang orang lainlah yang lebih tahu sehingga menilai apakah orang
baik atau buruk perilakunya.
e. Bait 5
Bait kelima berisi nasihat bahwa sirik akan berkuasa jika suka menampakkan jasa
atau kebaikan pada orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada sirik mengaku kuasa

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang suka menampakkan kebaikan maka
sebenarnya ia telah dikuasai oleh perbuatan sirik.
f. Bait 6
Bait keenam berisi tentang nasihat agar tidak menampakkan kejahatan maupun
kebaikan diri pada orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tidak menampakkan kejahatan atau keburukan


diri karena orang yang berbuat jahat pasti merugikan orang lain sehingga harus
disembunyikan. Begitu juga dengan kebaikan, berbuat baik karena ingin dilihat orang lain
tidak diperbolehkan karena menunjukkan bahwa kebaikan yang dilakukannya tidak tulus dan
mengharapkan pamrih biasanya berupa pujian.
g. Bait 7
Bait tersebut berisi nasihat agar tidak gemar membuka aib orang lain sebaliknya
peduli dengan aib diri sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Keaiban orang jangan dibuka
Keaiban diri hendaklah sangka

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa larangan akan membuka aib orang lain karena
sebelum membuka aib orang lain baiknya jika introspeksi diri terhadap aib yang mungkin
terdapat dalam diri.
Setelah dilihat dari uraian perbait yang ada pada fasal kedelapan Gurindam Dua
Belas ini, maka secara keseluruhan fasal kedelapan ini mengandung makna nasihat agar
terhindar dari perbuatan tercela yang dilakukan oleh diri sendiri maupunyang dilakukan oleh
orang lain. Selain itu, fasal ini juga mengungkapkan bahwa kita hendaknya tidak
menampakkan kebaikan diri sendiri atau sombong juga tidak gemar membuka aib orang lain.
(9) Fasal Kesembilan

Pada fasal kesembilan terdiri dari tujuh bait yang berisi tentang nasihat-nasihat agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan godaan setan. Uraian makna pada
tiap baitnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama berisi nasihat tentang perbuatan yang biasa dilakukan setan. Hal tersebut
dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia ia itulah setan

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa setan merupakan makhluk yang suka


melakukan pekerjaan yang tidak baik sehingga orang yang suka melakukan pekerjaan yang
tidak baik sama dengan setan.
b. Bait 2
Bait kedua berisi nasihat agar tidak melakukan kejahatan. Hal tersebut terdapat dalam
kutipan sebagai berikut.
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa perempuan tua yang seharusnya semakin taat
dengan yang Mahakuasa sebaliknya malah berbuat jahat sehingga kejahatan yang dilakukan
perempuan tua diibaratkan sebagai pemimpin iblis. Maka sebagai seorang manusia yang baik,
kita hendaknya tidak melakukan suatu kejahatan dan semakin sadar karena usia telah
menginjak dewasa.
c. Bait 3
Bait ketiga berisi nasihat agar tidak tergoda dengan kekayaan yang dimiliki oleh para
pemimpin. Hal itu terdapat dalam kutipan sebagai berikut.
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah setan tempatnya manja

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa hamba-hamba yang tunduk kepada raja dengan
niatan agar memperoleh sebagian kekayaan raja sehingga dari situlah setan menggoda.Sifat
malas karena bergantung pada harta yang dimiliki pemimpin tersebutlah yang membuat setan
menggoda manusia.
d. Bait 4
Bait keempat berisi nasihat pada kaula muda untuk menjaga iman agar tidak tergoda
setan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah setan tempat tergoda

Kutipan tersebut menunjukkan agar senantiasa menjaga iman khususnya kepada kaula
muda yang menjadi sasaran utama godaan setan. Para pemuda hendaknya meningkatkan
imannya agar tidak tergoda dengan rayuan setan. Hal ini dikarenakan setan suka menggoda
kaum muda yang imannya terkadang masih goyah.
e. Bait 5
Bait kelima berisi nasihat agar laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak
berkumpul karena setan akan menggoda keduanya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan


Di situlah setan punya jamuan

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa perkumpulan laki-laki dan perempuan yang


bukan muhrim menjadikan setan senang dan berusaha menggodanya agar melakukan
perbuatan dosa. Oleh karena itu, perkumpulan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
hendaknya dihindari.
f. Bait 6
Bait keenam berisi nasihat bahwa setan menjauhi orang-orang yang hemat artinya
tidak menyia-nyiakan waktu dalam menempuh jalan Allah SWT. Hal itu dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.

Adapun orang tua yang hemat


Setan tak suka membuat sahabat

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak disenangi setan adalah
hamba Allah yang mentaati perintah-Nya. Menaati perintah Allah ini misalnya adalah dengan
tidak menyianyiakan waktu. Jika kita tidak menyianyiakan waktu, maka kita telah menutup
celah bagi setan untuk menggoda kita.
g. Bait 7
Bait ketujuh berisi nasihat tentang pentingnya menuntut ilmu. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Jika orang muda kuat berguru


Dengan setan jadi berseteru

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa jika ingin terhindar dari godaan setan maka
menghindari kebodohan dengan jalan menuntut ilmu. Seorang yang gemar mencari ilmu akan
terhindar dari kebodohan yang merupakan jalan utama setan menggoda.
Setelah melihat uraian tiap bait fasal kesembilan dalam Gurindam Dua Belas ini maka
dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan fasal ini mengandung makna berupa nasihat
dalam pergaulan hidup sesama manusia agar terhindar dari godaan setan. Perilaku-perilaku
yang harus dilakukan agar tidak tergoda setan, diantaranya seperti menghindari perilaku
buruk, tidak tergoda akan harta pemimpin, menghindari perkumpulan laki-laki dan
perempuan bukan muhrim yang tidak bermanfaat, tidak menyianyiakan waktu, dan senantiasa
belajar agar terhindar dari kebodohan.
(10) Fasal Kesepuluh
Fasal kesepuluh pada Gurindram Dua Belas ini terdiri atas lima bait, tiap baitnya
terdiri atas dua baris. Fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa janganlah durhaka dan
patuhlah kepada kedua orang tua. Selain itu bimbinglah anak dan istri serta berbuat adillah
dengan teman. Makna yang terkandung dalam fasal kesepuluh dapat diuraikan tiap baitnya
sebagai berikut.

a. Bait 1
Bait pertama pada fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa jangan durhaka
dengan ayah, supaya tidak mendapat murka dari Allah. Makna tersebut terdapat pada kutipan
berikut.
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka
Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ingin mendapatkan murka
(adzab) dari Allah maka jangan sampai berbuat durhaka dengan ayah. Karena Allah tidak
menyukai hambanya yang berbuat durhaka dengan orang tuanya.
b. Bait 2
Bait kedua pada fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa hormatlah dengan
ibumu jika ingin diberikan keselamatan. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat

Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa homatilah ibumu jika engkau ingin
selamat. Selamat disini memiliki banyak artian, yaitu selamat di dunia dan juga selamat di
akhirat. Jika ingin mendapatkan keselamatan dunia akhirat hendaknya berbuatlah hormat
dengan ibu.
c. Bait 3
Bait ketiga pada fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa janganlah lupa
dengan kebutuhan anak, supaya bisa menjadikan anak tersebut menjadi anak yang
besar.Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai

Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jangan sampai engkau lalai dengan
anakmu. Lalai tersebut dapat berarti lalai akan kebutuhan jasmani maupun rohaninya. Supaya
anak tersebut bisa menjadi anak yang besar atau anak yang kaya akan pengetahuan atau kaya
yang lainnya
d. Bait 4
Bait keempat pada fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa jangan sampai lupa
akan kewajiban istri dan selir, supaya tidak dipermalukan. Makna tersebut terdapat pada
kutipan berikut.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa

Pada kutipan tersebut mempunyai makna jika engkau tidak ingin mendapatkan malu
maka berbuatlah adil dengan istri maupun dengan selir, karena jika tidak diperlakukan
dengan adil dikhawatirkan kerukunan dalam rumah tangga akan terganggu.
e. Bait 5
Bait kelima pada fasal kesepuluh ini mengandung makna bahwa berbuatlah adil
dengan teman, supaya dapat saling membantu dan bekerja sama. Makna tersebut terdapat
pada kutipan berikut.
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa berbuat baik dan berbuat adil dengan
teman sangatlah penting, karena hal tersebut akan membantu dalam hal kerja sama. Karena
jika kita mendapatkan kesulitan, teman kita akan senantiasa membantu dan begitupula
sebaliknya jika teman kita yang mendaptak kesulitan.
Setelah melihat makna yang terkandung pada tiap baitnya maka dapat disimpulkan
bahwa fasal kesepuluh dalam Gurindam Dua Belas ini memberikan ajaran bahwa supaya kita
bisa selamat di dunia dan akhirat maka janganlah durhaka dan harus hormat serta patuh
dengan kedua orang tua, karena Tuhan tidak menyukai hambanya yang durhaka dengan
kedua orang tua. Selain itu bimbinglah anak dan istrimu ke arah yang benar jangan sampai
lupa akan hak dan kewajibannya serta berbuat adillah dengan sesama teman supaya kita dapat
hidup dengan rukun dan saling bekerja sama.
(11) Fasal Kesebelas
Fasal kesebels pada Gurindram Dua Belas ini terdiri atas enam bait, tiap baitnya
terdiri atas dua baris. Fasal kesebelas ini mengandung makna bagaimana menjadi seorang
pemimpin dan bagaimana cara menjadi makhluk sosial yang baik. Makna yang terkandung
dalam fasal kesebelas ini dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama pada fasal kesebelas ini mengandung makna bahwa hendaknya saling
membantu dengan sesama dan sebangsa. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa saling membantulah kepada sesama
manusia, terutama kepada sesama bangsa. Karena saling membantu sesama sangatlah penting
bagi kelangsungan hidup, terutama dalam bersosial.
b. Bait 2
Bait kedua pada fasal kesebelas ini mengandung makna jika menjadi pemimpin
buanglah sifat-sifat tercela. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hendak jadi kepala
Buang perangal yang cela
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa seseorang pemimpin hendaknya
membuang sifat-sifat tercela, karena sifat tersebut akan merugikan anggotanya
c. Bait 3
Bait ketiga pada fasal kesebelas ini mengandung makna jika hendak memegang suatu
amanat maka jangan sampai ada sifat khianat atau sifat ingkar janji. Makna tersebut terdapat
pada kutipan berikut.
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jika engkau memegang amanat
buanglah sifat-sifat khianat atau ingkar janji, karena sebuah amanat merupakan sesuatu hal
yang harus disampaikan.
d. Bait 4
Bait keempat pada fasal kesebelas ini mengandung makna jika hendak marah maka
harus tahu penyebabnya terlebih dahulu. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hendak marah
Dahlukan hujjah
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jikalau akan marah kepada seseorang
maka harus tahu dulu penyebabnya. Jika memang melakukan kesalahan hendaknya
dinasehati terlebih dahulu, jangan langsung memarahi orang yang belum pasti apa
penyebabnya.
e. Bait 5
Bait kelima pada fasal kesebelas ini mengandung makna jika tidak ingin dimalui
orang lain maka jangan memalui orang lain. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hendak dimalui
Jangan memalui

Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa janganlah engkau membuat orang
lain merasa malu atau terganggu jika tidak ingin diganggu oleh orang lain. Karena ketika kita
berbuat yang tidak baik maka dampak keburukan itu akan kembali ke kita.

f. Bait 6
Bait keenam pada fasal kesebelas ini mengandung makna rendahkanlah sifat batin
jika tidak ingin merasa sombong. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hendak ramai
Murahkan perangal
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jika tidak ingin mempunyai sifat
sombong maka rendahkanlah sifat batin yang kurang baik. Karena sifat sombong merupakan
sesuatu yang tidak baik dan sangat tidak disukai oleh orang lain.
Setelah melihat makna yang terkandung pada tiap baitnya maka dapat disimpulkan
bahwa fasal kesebelas dalam Gurindam Dua Belas ini memberikan ajaran bahwa menjadi
seorang pemimpin harus membuang sifat tercela dan merendahkan sifat batin, jika tidak ingin
memiliki sifat sombong. Kita sebagai makhluk sosial kita harus saling membantu kepada
sesama. Seperti halnya ketika kita akan marah dengan orang lain, maka kita harus tahu dulu
apa penyebabnya. Selain itu jangan memrugikan orang lain ketika kita sendiri tidak mau
dirugikan. Ketik mendapat suatu amanah, jangan sampai kita mempunyai sifat khianat atau
sifat yang ingkar janji, karena itu merupakan perbuatan yang tidak baik dan merugikan orang
lain.
(12) Fasal Kedua Belas
Fasal kedua belas pada Gurindram Dua Belas ini terdiri atastujuh bait, tiap baitnya
terdiri atas dua baris. Fasal kedua belas ini mengingatkan kita kepada kematian. Selain itu,
fasal kedua belas ini juga mengandung makna bahwa seorang raja merupakan sosok yang adil
dan bijaksana. Maka dari itu contohlah perilaku-perilaku baik yang terdapat pada seorang
raja. Makna yang terkandung dalam fasal kedua belas ini dapat diuraiakan sebagai berikut.
a. Bait 1
Bait pertama pada fasal kedua belas ini mengandung makna bahwa kerja sama antara
raja dan menteri dapat memberikan keamanan pada suatu wilayah. Makna tersebut terdapat
pada kutipan berikut.
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa ketika kombinasinya seorang raja
dan menteri memiliki fungsi yaitu memberikan suatu keamanan untuk suatu wilayah yang
dipimpinnya. Jadi para masyarakat sudah merasa aman dan percaya dengan raja dan para
menteri.
b. Bait 2
Bait kedua pada fasal kedua belas ini mengandung makna bahwa apapun yang
dikerjakan raja pasti memiliki tujuan dan melakukan suatu pekerjaan tidak hanya asal-asalan.
Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa seorang raja jika melakukan suatu
hal ataupun melakukan pekerjaan pasti memiliki tujuan dan harapan. Raja tidak akan
melakukan suatu pekerjaan yang asal-asalan. Karena raja melakukan suatu hal karena ingin
menyejahterakan rakyatnya.
c. Bait 3
Bait ketiga pada fasal kedua belas ini mengandung maknabahwa hukuman yang
dijatuhkan seorang raja kepada rakyatnya harus adil, karena pertolongan tuhan merupakan
pertolongan dari Tuhan. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa hukuman yang diberikan raja ke
rakyatnya haruslah adil, baik kalangan rendah maupun kalangan tinggi. Karena pertolongan
dari raja seperti halnya pertolongan Tuhan yang diberikan untuk umatnya.
d. Bait 4
Bait keempat pada fasal kedua belas ini mengandung maknaberbuat baik dan
berbelaskasihanlah kepada orang yang berilmu. Makna tersebut terdapat pada kutipan
berikut.
Kasihan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jika ada seseorang yang memiliki
banyak ilmu yang bermanfaat maka berbuatlah baik kepadanya. Selain itu perlakukanlah
orang tersebut dengan baik. Karena orang yang berilmu memiliki barakah.
e. Bait 5
Bait kelima pada fasal kedua belas ini mengandung makna jika menghormati orang
yang pandai suatu saat pasti akan mendapatkan kenikmatan. Makna tersebut terdapat pada
kutipan berikut.
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa jika ada seorang yang pandai dan
berilmu, maka berbuat baiklah. Karena dengan berbuat baik dengan orang tersebut pasti pada
suatu saat kita akan mendapatkan kenikmatan dari Tuhan.
f. Bait 6
Bait keenam pada fasal kedua belas ini mengandung makna bahwa hendaknya engkau
pasrah akan adanya kematian. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa kematian pasti akan tiba pada semua
orang, maka hendaknya kita pasrahkan hal tersebut kepada Tuhan. Karena yang mengatur
hidup dan matinya seseorang hanyalah Tuhan.
g. Bait 7
Bait ketujuh pada fasal kedua belas ini mengandung makna kalau kematian itu adalah
seseatu yang bersifat nyata. Namun hanya orang-orang yang beriman yang percaya akan hal
tersebut. Makna tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
Pada kutipan tersebut mempunyai makna bahwa kematian adalah seseatu yang
bersifat nyata dan semua manusia dimuka bumi ini pasti akan mengalaminya. Namum ada
seseorang yang tidak mempercayaiakan hal tersebut. Dan hanya orang-orang berimanlah
yang percaya akan hal tersebut.
Setelah melihat makna yang terkandung pada tiap baitnya maka dapat disimpulkan
bahwa fasal kedua belas dalam Gurindam Dua Belas ini memberikan ajaran bahwa raja
adalah seseorang yang adil dan bijaksana. Apapun yang dilakukan dan dikerjakan oleh raja
itu baik dan tidak asal-asalan. Pertolongan raja merupakan pertolongan Tuhan yang sama-
sama membela rakyat tanpa memandang bulu. Maka dari itu contohlah perilaku seorang raja
pada kehidupanmu, antara lain berbuatlah baik dengan orang yang berilmu dan berbelas
kasihanlah. Jika engkau menghormati orang yang berilmu maka suatu saat engkau akan
diberian kenikmatan. Dan ingatlah akan adanya kematian, jika engkau orang yang beriman
maka percayalah jika akhirat itu ada.

3. Penutup
Gurindam adalah suatu sajak dua baris seuntai atau hampir sama dengan pantun kilat.
Gurindam adalah suatu bentuk puisi sastra lama yang berasal dari India. Di Indonesia,
gurindam yanng terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yang memuat dua
belas pasal yang mengandung ajaran hidup yang dapat diteladani.
Fasal pertama mengandung makna nasihat tentang keagamaan atau religiusitas. Fasal
kedua mengandung makna ajaran agama tentang rukun islam. Fasal ketiga mengandung
makna tentang menjaga budi pekerti. Fasal keempat mengandung makna tentang kebiasaan
berperilaku yang muncul dari dalam hati dan akal pikiran. Fasal kelima mengandung makna
tentang tata cara berperilaku, pentingnya pendidikan, dan mengenali suatu sifat seseorang
dari sikapnya, serta pentingnya memperluas pergaulan dengan kaum yang terpelajar.
Fasal keenam mengandung makna tentang pergaulan, yakni pentingnya mencari
seorang sahabat yang baik, juga seorang guru yang dapat mengajarkan mana yang baik dan
mana yang buruk. Fasal ketujuh mengandung makna tentang nasihat berkaitan dengan
bagaimana bersikap dan berkata-kata. Fasal kedelapan mengandung makna tentang nasihat-
nasihat agar terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela seperti aniaya, khianat, suka membuka
aib orang lain dan sebagainya. Fasal kesembilan mengandung makna nasihat-nasihat agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan godaan setan.
Fasal kesepuluh mengandung makna tentang nasihat agar tidak durhaka kepada kedua
orang tua dan pentingnya berbuat adil. Fasal kesebelas mengandung makna tentang
bagaimana menjadi seorang pemimpin dan bagaimana cara menjadi makhluk sosial yang
baik. Fasal kedua belas mengandung makna tentang keadilan dan kebijaksanaan, perilaku
baik, dan kepercayaan akan kehidupan akhirat.

Daftar Rujukan
Haji, Raja Ali. 1847. Gurindam Dua Belas. Pulau Penyengat: Yayasan Tuanku Chalil
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline)
Sulistyorini, Dwi. 2006. Bentuk-bentuk Puisi Lama. Malang: Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai