Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. PINGUEKULA

Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang umum ditemukan,


benjolan ini bersifat jinak. Pertumbuhan yang terjadi sedikit lebih tinggi dari permukaan
sklera. Pinguekula sangat mirip dengan pterigium sehingga terkadang terdapat kekeliruan
diagnosis pada pasien. Pinguekula hanya tumbuh pada konjungtiva, dan tidak akan meluas
mendekati kornea.
Pinguekula terlihat sebagai penebalan yang kecil dan meninggi dari konjungtiva.
Warna dari pinguekula dapat kekuningan, abu-abu, putih, atau tidak berwarna. Sifat
pinguekula biasanya hanya berada pada satu sisi iris dan biasanya berada pasa sisi yang
paling dekat dengan hidung.
Meskipun pinguekula merupakan pertumbuhan abnormal, namun pinguekula bukan
merupakan tumor. Pinguekula merupakan hasil dari deposit lemak dan protein pada
jaringan normal. Pinguekula juga sering disebut sebagai penyakit degeneratif. Pinguekula
selalu tumbuh secara jinak dan tidak akan berkembang menjadi kanker invasif pada mata.
Pinguekula cenderung untuk tumbuh secara lambat.

I.1.1. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi pinguekula adalah :
1. Peningkatan usia (sering terlihat pada usia 70 tahun)
2. Paparan radiasi UV jangka panjang (matahari, pekerjaan, dan lain-lain)
3. Iritasi kronik dari angin atau debu

1
I.1.2. Gejala dan Tanda
Gejala pada pinguekula biasanya tidak khas, pasien sering tidak merasakan gejala.
Akan tetapi, bila terjadi inflamasi pada pinguekula, pembuluh darah tidak masuk ke dalam
pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi
ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. Dan ketika terjadi inflamasi, pasien
biasanya akan mengeluhkan rasa mengganjal dan tidak nyaman.

Tanda yang ditemukan pada pinguekula :


1. Penebalan pada daerah konjungtiva dan limbus
- Pada daerah dekat palpebral, biasanya pada jam 3 dan jam 9
- Lebih sering berada dekat hidung
- Biasanya bilateral
2. Meninggi dan biasanya lebih transparent dari konjungtiva normal
3. Warna dapat bervariasi dari putih hingga kekuningan, gambaran seperti lemak,
terkadang tampak kalsifikasi
4. Terkadang terlihat lebih hiperemis disbanding konjungtiva sekitarnya
5. Dapat terjadi inflamasi (pinguekulitis) sehingga menyebabkan iritasi ocular
sedang

I.1.3. Diagnosa Banding


Diagnosis banding :
1. Pterigium
2. Neoplasia intraepithelial konjungtiva
3. Kista dermoid
4. Kista retensi (lesi yang berdinding tipis dan mengandung cairan bening)
5. Sebagai DD/ penyakit inflamasi (episkleritis, konjungtivitis angular)

I.1.4. Terapi
Non-farmakologi
1. Mengedukasi pasien bahwa pinguekula bukan merupakan lesi yang berbahaya,
melainkan lesi jinak dan tidak memiliki bahaya terhadap kesehatan
pengelihatan pasien
2. Menghindari sinar matahari secara langsung
3. Kompres dingin apabila terjadi inflamasi
2
Farmakologi
1. Tetes mata untuk menghilangkan gejala (apabila perlu atau terjadi inflamasi)
2. Obat anti radang
3. Analgesik

Operasi sangat jarang dilakukan

I.1.5. Pencegahan
Belum ada penelitian yang dapat menunjukkan pencegahan pinguekula, maupun
untuk mencegah pinguekula berkembang menjadi pterigium. Meskipun demikian,
pinguekula dan pterigium dihubungkan dengan paparan radiasi UV. Dan karena itulah,
paparan UV harus dikurangi. American Optometric Association (AOA) menyarankan
kacamata hitam harus dapat menahan 99-100% sinar UV-A dan UV-B. Pasien juga
biasanya akan dianjurkan untuk menghindari debu, dan iritan lingkungan lain.
Pada dasarnya, radiasi UV menyebabkan konjungtiva untuk mengakumulasikan
elastin dan kolagen secara abnormal. Seiring bertambahnya tahun, paparan yang terus-
menerus ini akan mengakibatkan peningkatan atau peninggian jaringan yang terkompromi.
Dan karena konjungtiva kekurangan lapisan protektif dari keratin, perubahan ini akan
terjadi lebih cepat pada sklera.

I.2. PTERIGIUM
Pertumbuhan jaringan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.
Biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal atau temporal konjungtiva dan meluas
ke kornea dan biasanya bersifat bilateral.
Pterigium biasanya disebabkan oleh iritasi kronis yang disebabkan debu, cahaya sinar
matahari, dan udara yang panas. Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata
(terkumpul pada daerah membran Bowman dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak
halus), dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis besi (iron line dari stocker) yang
terletak di ujung pterigium. Pterigium merupakan perluasan pinguekula ke kornea.

3
I.2.1. Patofisiologi
Pada dasarnya patofisiologi pinguekula dan pterigium sama. Semua kotoran pada
konjungtiva akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum lakrimalis dialirkan
ke meatus inferior. Daerah nasal konjungtiva juga relative mendapat sinar UV yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian konjungtiva lain, karena disamping kontak langsung,
juga disebabkan oleh kontak tidak langsung akibat pantulan dari hidung.

I.2.2. Gejala dan Tanda


Gejala :
1. Mata merah
2. Kemeng
3. Tidak nyeri
4. Pandangan kabur seperti ada yang menutupi

Tanda :
1. Bentukan segitiga seperti daging yang menjalar ke kornea
2. Pada bagian apek pterigium terdapat infiltrasi kecil islet of Fuch

Gambaran histopatologi :
Konjungtiva mengalami degenerasi hyalin dan elastis, sedangkan di kornea terjadi
degenerasi hyalin dan elastis pada membran Bowman.

I.2.3. Diagnosis banding


1. Pinguekula
2. Pseudopterigium
3. Pannus

4
4. Kista dermoid

I.2.4. Terapi
Pterigium ringan tidak perlu diobati. Pterigium yang mengalami iritasi, dapat
diberikan antiinflamasi ed dan vasokonstriktor ed.
Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih dari 3 mm dari limbus, sebaiknya
dioperasi.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1. Identitas
Nama : Tn. M
No. Rekam Medis : 038912
Umur : 67 tahun
Jenis Klamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kauman 2/3 Mlilir Bandungan
Tanggal Pemeriksaan : 2 Juli 2013

II.2. Anamnesa
Keluhan Utama :
Pandangan kabur ODS
Keluhan Tambahan :
Gatal ODS
Riwayat Penyakit sekarang :
Pandangan kabur ODS, gatal, melihat berbayang 5 tahun, terasa sedikit sakit
ODS, nyerocos (-), belek (-), merah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), HT (-), penyakit infeksi (-), keluhan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat pengobatan :
(-)

II.3. Pemeriksaan Fisik


Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg

Status oftalmologi

6
Oculus Dexter Pemeriksaan Oculus Sinister
6/30 Visus 6/15
NC Koreksi NC
Baik ke segala arah Gerakan bola mata Baik ke segala arah
Normal Suprasilia Normal
- Hiperemis (-) Palpebra - Hiperemis (-)
- Edema (-) - Edema (-)
- Ptosis (-) - Ptosis (-)

- Hiperemi (+) Konjungtiva - Hiperemi (-)


- Injeksi - Injeksi
Konjungtiva (+)
Konjungtiva (+)
- Injeksi siliar (-)
- Injeksi siliar (-)
- Secret (-)
- Secret (-)
- Benjolan (+)
- Benjolan (-)
- Bulat (+) Kornea - Bulat (+)
- Kejernihan (+) - Kejernihan (+)
- Mengkilat (+) - Mengkilat (+)
- Edema (-) - Edema (-)
- Presipitat (-) - Presipitat (-)
- Sikatrik (-) - Sikatrik (-)
- Jernih (+) Camera oculi anterior - Jernih (+)
- Hipopion (-) - Hipopion (-)
- Hifema (-) - Hifema (-)

- Kripta (-) Iris - Kripta (-)


- Edema (-) - Edema (-)
- Sinekia (-) - Sinekia (-)
- Bentuk reguler - Bentuk reguler
- Mengecil Pupil - Mengecil
- Jernih (+) Lensa - Jernih (+)

7
II.4. Diagnosis Kerja
Pterigium ODS, pro Eksisi Pterigium

II.5. Terapi
Medika mentosa
Topikal
Inmatrol ed 3 kali 1 tetes sehari pada mata kanan

Pasien diminta kembali 1 minggu setelah melakukan tetes mata

II. 6. Follow-up (8 Juli 2013)


Keluhan Utama : Melihat berbayang
Riwayat Penyakit Sekarang : ODS sudah merasa lebih baik, namun masih
berbayang dan kabut (+)
Visus : OD : 6/30
OS : 6/7
Riwayat Hipertensi : (-)
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Riwayat Diabetes : (-)

II. 7. Terapi
Pro Eksisi Pterigium

Terapi post-operatif :
Cefadroksil 2x1
Asam Mefenamat 3x1
II. 8. Prognosis
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad malam Dubia ad malam
Quo ad functionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad kosmetikam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam

8
BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Subjektif
Pasien Tn. M, laki-laki, usia 67 tahun datang ke Klinik Mata dengan keluhan
pandangan kabur ODS yang sudah dirasakan 5 tahun. Tn. M juga mengeluh
gatal, sakit, dan penglihatan berbayang. Berdasarkan anamnesis, os menyangkal
adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus dan riwayat penyakit mata
sebelumnya.

III.2. Objektif
Pada pemeriksaan fisik Tn. M, ditemukan tanda-tanda vital dalam batas
normal. Dari status generalis pasien tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan
lokalis mata didapatkan visus pasien menurun OD 6/30 dan OS 6/15. Pada

9
pemeriksaan dengan lup didapatkan ODS gambaran selaput konjungtiva yang
mengalami perluasan ke arah pupil, perluasan pada OD sudah hampir menutupi
pupil, sementara pada OS perluasan masih minimal, berada dekat nasal.

Berdasarkan hasil S dan O :


Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan mata tanpa lup, dicurigai adanya
pterigium pada ODS. Dari hasil seluruh pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis
dengan pterigium ODS.

III.3. Assesment
Pemberian obat antiradang dan antibiotik melalui eye drops. Edukasi pasien
untuk menghindari paparan angin dan debu.

III.4. Plan
Eksisi pterigium yang sudah dilakukan pada tanggal 9 Juli 2013.

10

Anda mungkin juga menyukai