Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
VISUM et REPERTUM
Pengertian
Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan
repertum (melaporkan).
Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan
keilmuannya.
Menurut lembar negara no. 350 tahun 1973 Pasal 1 dan 2: Suatu laporan medik
forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang
bukti medis (hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis (rambut, sperma,
darah), non-biologis (peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik
ditujukan untuk peradilan.
Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti)
yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat
persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena
termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk
1. VeR hidup
a. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan
korban. Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I
atau luka golongan C.
b. VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi
pekerjaan korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada
kesimpulan.
- Mengarahkan penyelidikan
- Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara
terhadap terdakwa
- Medical record
c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan
sembuh atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila
korban meninggal, maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis
kualifikasi luka pada bagian kesimpulan VeR.
2. VeR jenazah, yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan
pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme
kematian.
3. Ekspertise, yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian
tubuh korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan
lain-lain. Ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan
merupakan VeR.
1. Pembukaan
Ditulis pro justicia yang berarti demi keadilan dan ditulis di kiri atas sebagai
pengganti materai.
2. Pendahuluan
- Wilayah
- Identitas korban
3. Pemberitaan
Pemberitaan memuat hasil pemeriksaan, berupa:
- Untuk ahli bedah yang mengoperasi ? dimintai keterangan apa yang diperoleh.
Jika diopname ? tulis diopname, jika pulang ? tulis pulang
- Tidak dibenarkan menulis dengan angka, harus dengan huruf untuk mencegah
pemalsuan.
4. Kesimpulan
5. Penutup
Bagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang
dokter yang membuat. Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah
jabatan atau pekerjaan dokter.
Kualifikasi Luka
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau
tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP
pasal 352 ayat 1.
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
- Cacat besar
1. Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat
negara untuk menjalankan undang-undang.
Syarat pembuat:
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR korban hidup, yaitu:
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR jenazah, yaitu:
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan
jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang
mengantar korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR
kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi 40
hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
- Fotografi forensik
Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan
dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan.
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan
bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi
dalam menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis
dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai
aturan yang berlaku.
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan.
Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
g. Diagnosis
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan.
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Golongan Darah :
Status pernikahan :
Nama suami/istri :
catatan diagnosis/masalah
catatan tindakan/pengobatan
diagnosis/masalah
lembar persetujuan tindakan medis (bila ada) yang ditanda tangani sebagai
persetujuan.
catatan tindakan/pengobatan;
Menurut Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: dokter dan dokter gigi wajib
membuat rekam medis setelah memberikan pelayanan kesehatan. Wajib
mengisi atau menulis semua pelayanan praktik ke dalam rekam medis secara
lengkap dan menulis nama, waktu, dan tanda tangan. Bila rekam medis
menggunakan teknlogi informasi elektronik maka kewajiban membubuhi tanda
tangan diganti dengan nomor identitas pribadi/personal identification number
(PIN). Bila terjadi kesalahan pencatatan pada rekam
Medis maka catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus. Dengan
cara apapun. Bila terjadi perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam medis
dilakukan dengan pencoretan dan kemudian diparaf petugas kesehatan yang
bersangkutan.