Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak
yang dapat meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu
parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian ibu pada masa nifas jika
infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan
karena menyebabkan kematian pada ibu nifas.
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Salah satu
infeksi yang terjadi pada masa nifas adalah infeksi pada luka jahitan, perawatan
luka bekas jahitan penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini
bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi,
ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang
mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina). Karenanya penting
dilakukan perawatan luka perineum agar tidak terjadi infeksi, komplikasi
bahkan kematian ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea


Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis:
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen
bawah rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.

Vagina (section caesarea vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).

C. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan
hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan
proses persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.
- His lemah/melemah.
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
- Plasenta previa.
- Kalainan letak.
- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul).
- Rupture uteri mengancam.
- Hydrocephalus.
- Primi muda atau tua.
- Partus dengan komplikasi.
- Panggul sempit.
- Problema plasenta.

D. Pohon Masalah
Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,
Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis
Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic
Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu)
Distocia karena kekurangan his
Prolapsus Foniculli
Sectio Caesarea

Perdarahan Nyeri Abdomen


Perlukaan

Shock Gangguan Rasa Nyaman GangguanIntegritas Kulit

Devisit Vol. Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Tinggi Infeksi

E. Tanda dan Gejala


a) Kejang parsial ( fokal, lokal )
Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini:
1. Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
Kejang parsial kompleks
1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks.
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
b) Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
Kejang absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
Kejang mioklonik
1. Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
2. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok.
4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
Kejang tonik klonik
1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit.
2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
Kejang atonik
1. Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
F. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (Nifas):
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan:
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
- Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis


dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah

H. Penatalaksanaan
1. Memberantas kejang Secepat mungkin.
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan
kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15
menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis
yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4
% secara intravena.

2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
Semua pakaian ketat dibuka
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,
bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Kejang demam yang mempunyai ciri:
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau
diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
BAB III
TINJAUAN TEORITIS

No.Register : 06 71 89
Tanggal masuk : 26 Juni 2017, jam 05.00 wita
Tanggal operasi : 26 April 2017, jam 12.00 wita
Tanggal pengkajian : 28 April 2017, jam 09.00 wita
Nama pengkaji : Desy Rustiwati R

LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Identitas Istri / suami
Nama : Ny. N / Tn.I
Umur : 25 tahun / 32 tahun
Nikah / lamanya : 1 kali / 2 tahun
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl.Landak Baru Lrg 8

B. Data Biologis / Fisiologis


1. Nyeri perut pada daerah operasi secsio caesaria
2. Riwayat keluhan
a. Sifat keluhan tidak menetap
b. Mulai timbul setelah SC
c. Lokasi keluhan pada daerah abdomen bagian bawah (daerah bekas SC)
d. Upaya untuk mengurangi keluhan utama dengan istirahat (berbaring
dengan posisi terlentang)
3. Keluhan lain yang menyertai : produksi ASI masih kurang
C. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1. Ibu telah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali
a. TT 1 tanggal 20 Januari 2017
b. TT 2 tanggal 24 Februari 2017
2. Ibu tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus
3. Ibu tidak ada riwayat operasi dan opname
4. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular dan keturunan
5. Tidak ada riwayat alergi
6. Tidak pernah mengkomsumsi obat obatan, alkohol dan rokok

D. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus haid : 28 30 hari
c. Lama haid : 5 6 hari
d. Dismenorhea : Tidak ada
2. Riwayat Ginekologi
a. Tidak pernah menderita penyakit infeksi organ reproduksi
b. Tidak pernah menderita penyakit menular seksual

E. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Sekarang


1. GI P0 A0
2. HPHT tanggal 24 Oktober 2013
3. TP tanggal 1 Juli 2017
4. Ibu teratur memeriksakan kehamilannya sebanyak 5 kali
5. Ibu merasakan pergerakan janinnya sejak usia kehamilan 5 bulan
6. Ibu mendapat imunisasi TT 2 kali
7. Ibu dioperasi tanggal 26 April 2017 jam 12.00 wita
a. Kala I
a) Ibu masuk rumah sakit dengan keluhan sakit perut tembus
belakang sejak jam 03.00 wita disertai pengeluaran air
b) Lamanya kala I 8 jam
c) Hasil pemeriksaan dalam (VT) yang dilakukan oleh dokter
Keadaan vulva dan vagina : t.a.k
Keadaan Portio : Melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
Presentase : Kepala
Penurunan : Hodge II
Penumbungan : Tidak ada
Molase : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah
b. Kala II
a) Lamanya 30 menit
b) Bayi lahir pukul 12.30 wita
c) BBL : 2950 gram
d) PBL : 49 cm
e) Jenis kelamin : laki laki
f) A/ S : 8/10
g) Jenis persalinan sectio saesarea dengan indikasi KPD
c. Kala III
a) Plasenta lahir lengkap pada jam 12.40 wita, selaput kotiledon lahir
lengkap
b) Pendarahan 450 cc
d. Kala IV
Jam Waktu Tekanan Darah Nadi TFU Kandung Kontraksi Pe
Ke Kemih Uterus
I 13.00Wita 120/80mmHg 80x/i 1jrbpst Kosong Baik 35

13.15Wita 120/70mmHg 80x/i 1jrbpst Kosong Baik 35

13.30Wita 120/80mmHg 82x/i 1jrbpst Kosong Baik 30

13.45Wita 110/80mmHg 78x/i 1jrbpst Kosong Baik 25


II 14.15 110/70mmHg 78x/i 1jrbpst Kosong Baik 15
wita
14.45 110/70mmHg 80x/i 1jrbpst Kosong Baik 10
wita

F. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

G. Riwayat Psikososial, Ekonomi, dan Spritual


1. Berharap agar kondisi dan bayinya sehat
2. Hubungan ibu dengan keluarga atau suami baik
3. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
4. Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
5. Segela sesuatu yang terjadi diserahkan kepada Tuhan yang Maha Esa

H. Riwayat Kebutuhan Dasar


1. Nutrisi
Kebiasaan
a. Pola makan : 3 x sehari
b. Jenis makanan : nasi, sayur, ikan, tahu, dan tempe
c. Minum : air putih, susu
Post Op : ibu belum diperbolehkan makan pada hari
pertama
2. Eliminasi
Kebiasaan BAB
a. Frekuensi : 1 x sehari
b. Konsistensi : lunak
c. Warna : kecoklatan
Post Op : ibu belum pernah BAB
Kebiasaan BAK
a. Frekuensi : 6 x sehari
b. Konsistensi : amoniak
c. Warna : kuning jernih
Post Op : ibu BAK melalui kateter
3. Istirahat
Kebiasaan
a. Tidur siang : 2 jam sehari
b. Tidur malam : 8 jam sehari
Post Op : istirahat terganggu karena
perasaan sakit pada daerah
abdomen (bekas operasi)
4. Personal Hygiene
Kebiasaan
a. Mandi : 2 x sehari
b. Gosok gigi : 3 x sehari
c. Kramas : 3 x seminggu
d. Mengganti pakaian : setiap kali mandi dan setiap kali
basah / lembab
Post Op : ibu menyeka badannya dengan
waslap di tempat tidur, ganti
pakaian tiap kali basah / lembab,
dilakukan vulva hygiene setiap hari

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan tanda tanda vital:
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg ( N : 90/60 130/90 mmHg)
b. Nadi : 76 x/i ( N : 60 90 x/i )
c. Suhu : 36,9 oC ( N : 36,5 37,5oC)
d. Pernafasan : 20 x/i ( N : 16 24 x/i )
4. Pemeriksaan khusus
a. Kepala
Inspeksi : rambut berwarna hitam, kulit kepala tidak
berketombe, rambut tidak mudah rontok,
tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri
tekan
b. Wajah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada
cloasma gravidarum
gravidarum
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : tidak ada secret, simetris kiri dan
kanan, konjungtiva merah muda
dan sklera putih
d. Hidung
Inspeksi : tidak ada polip atau secret
Palpasi : tidak ada benjolam dam myeri tekan
e. Mulut dan gigi
Inspeksi : bibir lembab, tidak ada caries pada gigi,
tidak ada gigi yang tanggal , bibir tidak
pecah-pecah , lidah tidak kotor
f. Telinga
Inspeksi : bersih , simetris kiri dan kanan ,
tidak ada serumen
g. leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
h. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, puting
susu terbentuk , hiperpigmentasi
pada areola mammae
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
i. Abdomen
Inspeksi : nampak luka operasi yang masih basah
dan ditutup kasa
Palpasi : ada nyeri tekan, TFU 2 jrbpst
j. Genetalia
Inspeksi : tampak pengeluaran lochia rubra, tidak
ada oedema dan varices, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
k. Ekstremitas
Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tidak ada
varices pada tungkai
palpasi : tidak ada oedema dan nyeri tekan
perkusi : refleks patella (+/+)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Darah : HB : 11,2 gr %
b. Urine : albumin ( - )
Reduksi ( - )
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Post SC hari ke II dengan nyeri luka bekas operasi
dengan gangguan pola tidur
1. Post SC hari ke II
DS : ibu dioperasi tanggal 26 April 2017, jam 12.00
DO : Tanggal pengkajian 28 April 2017, jam 09.00 wita
TFU 2 jrbpst
Kontraksi uterus baik
Pengeluaran lochia rubra
Analisa dan Interpretasi Data:
a. Dihitung dari tanggal operasi 26 April 2017 ke tanggal pengkajian 28 April 2017
menandakan ibu dalam masa post SC hari II dengan TFU 2 jrbpst. (Prawiroharjo,
Sarwono, 2008 hal 237)
b. Uterus teraba bundar dan keras menandakan kontraksi uterus baik. (Ilmu
Kebidanan 2010,hal 24)
c. Lochia tidak lain dari secret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama
luka plasenta pada hari 1 3 hari. Lochia berupa darah berwarna kemerah
merahan disebut lochia rubra. ( Sarwono, Ilmu kebidanan,2010 hal 122)
2. Nyeri Luka Operasi
DS : Nyeri pada luka bekas operasi
DO : Ekspresi wajah ibu meringis bila bergerak
Tampak adanya luka jahitan ditutupi oleh verban
Adanya nyeri tekan pada daerah perut
Analisan dan Interpretasi Data:
Adanya luka bekas operasi mengakibatkan terputusnya kontinuitas
jaringan sehingga tubuh mengeluarkan zat kimia yang merangsang aktivitas
reseptor nyeri yang dipersepsikan sebagai rasa sakit nyeri oleh ibu. (Manuaba, Ida
Bagus Gede 2007 hal 335)
3. Gangguan Pola tidur
DS : istirahat kurang karena nyeri pada luka bekas operasi
DO : ibu terlihat lemah
Ekspresi wajah meringis bila bergerak
Analisa dan Interpretasi Data:
Nyeri yang dirasakan oleh ibu dapat mempengaruhi seluruh sehingga
menyebabkan gangguan pola tidur (Saifuddin,2008 hal 39 40)

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL


Diagnosa : Post SC hari ke II dengan nyeri luka bekas operasi
dengan gangguan pola tidur
Masalah potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi
DS : Nyeri luka bekas operasi
DO : Luka jahitan masih basah
Terdapat jahitan dibagian abdomen yang tertutupi kasa
steril
Analisa dan Interpretasi Data:
Adanya luka bekas operasi merupakan pintu masuknya kuman
patogen dan menjadi tempat untuk berkembangbiaknya mikroorganisme sehingga
dapat dapat menimbulkan infeksi. Terputusnya continuitas jaringan pada perineum
mengakibatkan banyaknya pembuluh darah yang pecah dan keluarnya lochia dari
kavum uteri menyebabkan kuman patogen mudah masuk ke dalam serviks
dan vagina dapat menyebabkan infeksi. (Ilmu kebidanan, 2010 hal 52)

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA / EMERGENCY / KOLABORASI


Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat obatan
a. Cefodroxil 2x1
b. Asam mefenamat 3x1
c. SF 1x1

LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI


Diagnosa : Post SC hari ke II dengan nyeri luka bekas
operasi dengan gangguan pola tidur
Masalah potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi
Tujuan : Post SC berlangsung normal
Nyeri berkurang atau teratasi
Dapat beristirahat yang cukup
Tidak terjadi infeksi luka operasi
Kriteria : Keadaan umum baik, ditandai dengan tanda
tanda vital dalam batas normal
Proses involusio berlangsung normal
Ibu tidak mengeluh nyeri
Luka operasi kering
Rencana Tindakan
1. Jalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya
Rasional : pasien akan merasa nyaman sehingga
memudahkan komunikasi
2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi aktif secara bertahap
Rasional : dengan mobilisasi aktif dapat mempercepat
penyembuhan luka
3. Ciptakan suasana yang tenang dengan membatasi pengunjung masuk kamar
pasien
Rasional : dengan menciptakan suasana yang tenang,
pasien dapat beristirahat tanpa terganggu oleh
suara bising
4. Jelaskan penyebab nyeri
Rasional : pasien dapat beradaptasi dengan nyeri
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Personal hygiene
b. Gizi seimbang
Rasional : personal hygiene yang baik dapat memberi rasa
nyaman pada ibu serta mengurangi kesempatan
mikroorganisme untuk masuk dan
berkembangbiak dalam tubuh dan dengan gizi
seimbang kebutuhan nutrisi ibu akan terpenuhi
6. Kolaborasi dengan dokter tentang obat yang diberikan
Rasional : digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk
membunuh kuman penyebab penyakit

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI


Tanggal 28 April 2017, jam 09.10 wita
1. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi aktif secara bertahap
3. Menciptakan suasana yang tenang dengan membatasi pengunjung masuk
kamar pasien
4. Menjelaskan penyebab nyeri
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
c. Personal hygiene
d. Gizi seimbang
6. Mengkolaborasi dengan dokter tentang obat yang diberikan
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 28 April 2017, jam 09.25 wita
1. Ibu dan keluarga memberi respon terhadap penyampaian yang diberikan
2. Ibu sudah melakukan aktivitas ringan
3. Suasana kamar sudah tenagng dan pengunjung pasien Cuma 2 orang
4. Ibu mengerti dan mau melakukannya
5. Ibu mengerti dan mau melakukannya
6. Ibu mau mengkomsumsi obat obatan yang diberikan

DATA SUBJEKTIF ( S )
1. Ibu dioperasi tanggal 26 Juni 2014, jam 12.00
2. Nyeri pada luka bekas operasi
3. Istirahat kurang karena nyeri pada luka bekas operasi

DATA OBJEKTIF ( O )
1. Tampak luka operasi yang masih basah
2. TFU 2 jrbpst
3. Kontraksi uterus baik , teraba bundar dan keras
4. Pengeluaran lochia rubra
5. Ekspresi wajah tampak meringis bila bergerak
6. Adanya nyeri tekan pada daerah perut

ASSESMENT ( A )
Diagnosa : Post SC hari ke II dengan nyeri luka bekas
operasi dengan gangguan pola tidur
Masalah potensial : Antisipasi terjadinya infeksi luka operasi

PLANNING ( P )
Tanggal 28 Juni 2014, jam 09.25 wita
1. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya
Hasil : Ibu dan keluarga memberi respon terhadap
penyampaian yang diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi aktif secara bertahap
Hasil : Ibu sudah melakukan aktivitas ringan
3. Menciptakan suasana yang tenang dengan membatasi pengunjung masuk
kamar pasien
Hasil : Suasana kamar sudah tenagng dan pengunjung
pasien Cuma 2 orang
4. Menjelaskan penyebab nyeri
Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Personal hygiene
b. Gizi seimbang
Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya
6. Mengkolaborasi dengan dokter tentang obat yang diberikan
Hasil : Ibu mau mengkomsumsi obat obatan yang
diberikan
Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E,. 2000. Rencana askep pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai