Anda di halaman 1dari 12

Kata sulit dan jawaban

A. Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307)
Ansietas (kecemasan) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan
yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non
spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock,
1998, p.3)
Ansietas (kecemasan) adalah kondisi yang di tandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari-
hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan / mengkhawatirkannya
(Kamus Kesehatan)

B. Scotoma (bintik buta) adalah kondisi medis yang ditandai dengan


penurunan atau berkurangnya beberapa bagian dari lapang pandang
seseorang.

Tipe scotoma yaitu:

Fisiologis : normal yang terjadi akibat tidak adanya sel


forosresptor ( sel forosresptor adalah salah satu saraf diretina
mata yang memancarkan sinyal listrik ketika diaktifkan oleh
cahaya panjang gelombang tertentu . Ada dua jenis sel
forosresptor yaitu sel batang,yang digunakan dalam cahaya terang
dan warna)
Patologis : akibat dari penyakit yang mengenai baik retina maupun
saraf optikus ,beberapa penyebab seperti skelerosis multiple,tumor
kelenjar hipofise,dan pola makan yang buruk.

C. Hipersalivasi adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva (sekresi


kelenjar salivarius yang mengandung air , mucus dan amylase salivarius)
yang berlebihan. Yang dapat terjadi karena psikis dan reaksi emosional
yang secara fisiologis mempengaruhi aliran saliva seperti ; Melihat atau
mencium makanan tertentu, Rasa takut, Refleks, Rasa sakit yang
berlebihan.

D. Epilepsi adalah gangguan fungsi otak dengan berbagai penyebab, dengan


gejala tunggal yang khas yaitu kejang berulang dengan lepasnya muatan
aliran listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.
Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran, getaran involunter ,fenomena sensorik, abnormal, kenaikan
aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik (Dongoes,2000)
Epilepsi menurut Word Health Organization (WHO) merupakan gangguan
kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan
yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja
sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada
neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat
menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul
tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel
otak.

E. Kejang Tonik-klonik adalah salah satu jenis kejang pada penyakit ayan
atau yang disebut penyakit epilepsy yang dimulai dengan fase tonik, yaitu
kontraksi yang terjadi pada otot secara tiba tiba yang menyebabkan pasien
jatuh dan berbaring kaku selama kurang lebih 10-30 menit. Diawali
dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik,kaku umum pada otot
ekstermitas , batang tubuh, dan wajah yang berlangsung selama 1 menit.

F. Aura adalah warna energy yang menyelubungi seluruh tubuh manusia dari
bagian luar tubuh dan membentuk suatu dinding yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari energy negative. Pada hakikatnya aura itu sendiri
adalah suatu pancaran sinar yang mengalami proses penghalusan berkali
kali, yang sinarnya melingkupi alam semesta (makrokosmos) dan
sebagiannya lagi melengkapi manusia (mikrokosmos)
Aura adalah suatu indikasi sensorik yang menyatakan akan datangnya
serangan epilepsi. Aura ini dapat berupa suatu sensasi penglihatan,
pendengaran, atau penciuman, yang berlangsung selama beberapa saat.

G. Paramedis adalah profesi yang memberikan pelayanan medis pra-rumah


sakit dan gawat darurat.

Identifikasi Masalah dan Jawaban

A. Bagian Otak dan Saraf yang teganggu pada penderita epilepsi


Bagian otak yang terganggu adalah ;
Lobus frontalis (kedutan pada otot tertentu)
Lobus oksipitalis (halusinasi kilauan cahaya )
Lobus parietalis (mati rasa atau kesemutan pada daerah tertentu)
Lobus temporalis ( halusinasi gambaran dan perilaku repetitive
yang kompleks misalnya berjalan berputar putar)
Lobus temporalis anterior ( gerakan mengunyah,gerakan bibir
mencium)
Lobus temporalis anterior dalam ( Halusinasi bau, baik yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan )
Saraf yang terganggu disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf
pusat misalnya : post trauma kapitis infeksi susunan saraf pusat (SSP),
gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatrum ,
lesi desak ruang, gangguang peredaran darah dalam otak, kelainan
neurodegenerative.

B. Penanganan pertama saat terjadi epilepsi menyerang


Tahap-tahap dalam pertolongan pertama saat epilepsy menyerang dan
kejang pun beraksi :
1. Jauhkan penderita dari benda benda berbahaya ( gunting, pulpen,
kompor api, dll)
2. Jangan pernah meninggalkan penderita
3. Berikan alas lembut dibawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah
baju di lehernya agar pernapasan penderita lancer (jika ada)
4. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut
dapat mengalir keluar dengan lancer dan menjaga aliran udara atau
pernapasan
5. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan
penderita . biarkan gerakan penderita sampai kejang sekali
6. Jangan masukan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti
memberi minum, penahan lidah
7. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan
meninggalkan penderita sebelum kesadarnnya pulih total, kemudian
biarkan penderita beristirahat atau tidur

C. Faktor penyebab epilepsi


1. Epilepsi adalah suatu penyakit saraf kronik kejang berulang yang
muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan
listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun
seluruh bagian otak.Keadaan ini bisa diindikasikan sebagai disfungsi
otak.Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan
listrik berlebihan disel neuron saraf pusat bisa disebabkan adanya
factor pisiologis,biokimiawi anatomis atau gabungan factor tersebut.
Tiap tiap penyakit atau kelainan yang dapat menggangu fungsi otak
atau fungsi sel neuron di otak, dapat menyebabkan timbulnya
bangkitan kejang atau serangan epilepsi. Untuk menentukan factor
penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali.
Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan factor penyebabnya
ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf, struktual,
penyakit metabolic, keadaan tosik, penyakit sistematik, penyakit
trauma kepala, dll. Bangkitan kejang juga dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan dan macam macam penyakit diantaranya ialah
trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahan otak, gangguan
peredaran darah, hipoksia, anomali congenital otak, kelainan
degenerative susunan saraf pusat, gangguan metabolism, gangguan
elektrolit, demam, reaksi toksis-alergis, keracunan obat atau zat kimia
dan factor hereditas.
2. Predoisposisi yang mungkin menyebabkan epilepsin meliputi :
a. Pascatrauma kelahiran
b. Riwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsan yang
digunakan sepanjang kehamilan
c. Asfiksia neonatorum
d. Riwayat ibu ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja,
wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-
obatan, diabetes atau hipertensi)
e. Pascacedera kepala
f. Adanya riwayat penyakit infeksi pada masa kanak-kanak (campak,
penyakit gondongan mumps, epilepsi bakteri)
g. Riwayat gangguan sirkulasi serebral
h. Riwayat demam tinggi
i. Riwayat metabolism dan nutrisi serta gizi
j. Riwayat intoksisasi obat-obatan atau alcohol
k. Riwayat adanya tumor otak, abses, dan kelainan bentuk genetic

D. Durasi epilepsi
Kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau kejadian kejang
2 kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran diantara 2 kejadian tersebut.

E. Patofisiologi epilepsi
Adanya predisposisi yang memungkinkan gangguan pada system listrik
dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel-sel
tersebut memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan , secara
berulang, dan tidak terkontrol (disritmia)
Aktivitas serangan epilepsi dapat terjadi setelah suatu gangguan pada otak
dan sebagian ditentukan oleh derajat dan lokasi dari lesi. Lesi pada
mesensefalon, thalamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat
epileptigenetik sedangkan lesi pada serebellum dan batang otak biasanya
tidak mneimbulkan serangan epilepsi (Brunner 2003)
Pada tingkat membran sel , neuron epileptik ditandai oleh fenomena
biokimia tertentu. Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel lebih mudah
diaktifkan
2. Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun sehingga
mudah terangsang dan dapat terangsang secaraberlebihan
3. Terjadi polarisasi secara abnormal (polarisasi berlebihan,
hiperpolarisasi, atau terhentinya repolarisasi)
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari
neuron. Pada waktu serangan , keseimbangan elektrolit pada
tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini
akan menyebabkan membrane neuron mengalam depolarisasi

F. Jenis jenis epilepsi dan gejala serta tanda epilepsi


Epilepsi tipe absen

Salah satu epilepsi umum, onset dimulai usia 3-8tahun dengan karakteristik
klinik yang menggambarkan pasien bengong dan aktivitasnormal
mendadak berhenti selama beberapa detik kemudian kembali ke normal
dan tidak ingat kejadian tersebut. Terdapat beberapa hipotesis mengenai
absans yaitu antara lainabsans berasal dari thalamus , hipotesis lain
mengatakan berasal dari korteks serebri. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa absans diduga terjadi akibat perubahan pada sirkuit
antara thalamus dan korteks serebri. Pada absans terjadi sirkuit abnormal pada
jarasthalamo-kortikal akibat adanya mutasi ion calcium sehingga
menyebabkan aktivasi ritmik korteks saat sadar, dimana secara normal
aktivitas ritmik pada korteks terjadi pada saattidur non-REM.3 Patofisiologi
epilepsi yang lain adalah disebabkan adanya mutasi genetik. Mutasi genetik terjadi
sebagian besar pada gen yang mengkode protein kanal ion . Pada kanal ion yang
normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion natrium(natrium
influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga
terjadi aktivitas depolanisasi dan repolarisasi yang normal pada sel neuron
(gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang terdapat pada
generalized epilepsy with febrile seizures plus ,maka terjadi natrium influks
yang berlebihan sedangkan kalium refluks tetap seperti semula sehingga terjadi
depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat
atauterjadi hipereksitasi pada neuron. Hal yang sama terjadi pada benign
familial neonatal convulsion dimana terdapat mutasi kanal kalium sehingga
terjadi efluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan hipereksitasi pada sel
neuron .

Epilepsi tipe parsial

Epilepsi parsial yang dapat diterangkan secara jelas adalah epilepsilobus


temporal yang disebabkan oleh sklerosis hipokampus. Pada sklerosis
hippokampusterjadi hilangnya neuron di hilus dentatus dan sel piramidal
hipokampus. Pada keadaan normal terjadi input eksitatori dari
korteks entorhinal ke hippokampus di sel granuladentatus dan
input inhibitori dari interneuron di lapisan molekular dalam
(inner layer molecular). Sel granula dentatus relative resisten terhadap aktivitas
hipersinkroni dan dapat menghibisi propogasi bangkitan yang berasal dari korteks
entorthinal.. Terdapat manifestasi klinik dari epilepsi parsial yaitu ; Bangkitan sensorik
dan Bangkitan parsial
1. Bangkitan sensorik
Bangkitan sensorik adalah bangkitan yang terjadi tergantung dari
letak focus epileptogen pada koteks sensorik. Bangkitan somato
sensorik dengan fokus terletak digyrus post centralis memberi
gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan
posisi abnormal atau perasaan kehilangan salah satu anggota badan.
Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat menyebar ke neron sekitarnya
dan dapat mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-kejang.
2. Bangkitan Parsial
A. Bangkitan parsial sederhana ( tanpa gangguan kesadaran )
1. Dengan gejala motorik
2. Dengan gejala sensorik
3. Dengan gejala otonomik
4. Dengan gejala psikik
B. Bangkitan parsial kompleks ( dengan gangguan kesadaran )
1. Awalnya parsial sederhana kemudian diikuti dengan gangguan kesadaran
2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
C. Bangkitan umum sekunder ( tonik-klonik )
1. Bangkitan parsial sederhana menjadi bangkitan parsial umum
2. Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum
Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial
3. Kompleks, dan berkembang menjadi umum
D. Bangkitan umum (Konvulsi atau non-konvulsi)
1. Bangkitan lena (absens)
Ciri khas serangan lena adalah durasi singkat, onset dan terminasi
mendadak , frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan klonik
pada mata , dagu , dan bibir
2. Bangkitan Mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak,sebentar yang dapat umum
atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satu atau lebih ekstermitas atau
satu grup otot. Dapat berulang atau tunggal
3. Bangkitan tonik
Kontraksi otot yang kaku , menyebabkan ekstermitas menetap dalam satu
posisi,terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu sisi, dapat disertai
rotasi seluruh tubuh. Wajah pucat kemudian merah,kebiruan karena tidak
ada nafas. Mata terbuka atau tertutup, konjungtiva tidak sensitive, pupil
dilatasi
4. Bangkitan atonik
Kehilangan tonus. Dapat terjadi fragmentasi hanya kepala jatuh kedepan
atau lengan jatuh tergantung atau menyeluruh sehingga pasien terjatuh
5. Bangkitan klonik
Tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot, dijumpai
terutama sekali pada anak
6. Bangkitan tonik-klonik
Kejang yang diawali dengan tonik, sesaat kemudia diikuti dengan gerakan
klonik.
Epilepsi tipe lobus temporalis.
Jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun. Memperlihatkan gejala
fokalitas yang khas sekali.Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks
karena fokus epileptogennya terletak di lobus temporalis dan bagian otak
ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan kawasan
asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan
penglihatan.Manifestasi yang kompleks ini bersifat psikomotorik oleh karena itu
epilepsy jenis ini dulu disebut epilepsi psikomotor. Bangkitan psikik
berupa halusinasi dan bangkitan m o t o r i k l a - z i m n y a b e r u p a
automatisme. Manifestasi klinik ialah sebagai berikut:
Kesadaran hilang sejenak, dalam keadaan hilang kesadaran ini penderita
masuk ke alam pikiran antara sadar dan mimpi (twilight state), dalam
keadaan ini timbul gejala fokalisasi yang terdiri dari halusinasi dan
automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai beberapa
jam. Halusinasi dan automatisme yang mungkin timbul :
Halusinasi denganautomatisme pengecap, halusinasi dengan
automatisme membaca, halusinasi dengan auutomatisme penglihatan,
pendengaran atau perasaan aneh.(Anonim, 2008)

G. Faktor resiko / pemicu Epilepsi


Tidak meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang ditetapkan
alkohol
kokain atau penggunaan narkoba lainnya, seperti ekstasi
kurang tidur
obat lain yang mengganggu kerja obat epilepsi
Satu dari setiap dua wanita penderita epilepsi, kejang cenderung
terjadi pada masa menstruasi. Karena perempuan yang mengidap
epilepsi akan mengalami emosi yang meningkat tajam saat
menstruasi, karena adanya perubahan konsentrasi dari hormon
estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan progesteron
meningkatkan kepekaan terjadinya serangan epilepsi.
H. Jenis jenis kejang pada penderita epilepsy
A. Kejang parsial
Kejang Parsial sederhana : kesadaran tidak terganggu; dapat
mencakup satu atau lebih
Kejang Parsial komplesk : terdapat gangguan kesadaran,walaupun
pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
B. Kejang umum (konvulsif atau non-konvulsif)
Kejang Absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
3. Umumnya dimulai dengan usia 4 dan 14 tahun dan sering
sembuh sendiri pada usia 18 tahun
C. Kejang Mioklonik
Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi mendadak
D. Kejang Mioklonik lanjutan
1. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila
dipatalogik, berupa kedutan-kedutan sinkron leher, bahu,
lengan atas,dan kaki
2. Umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
3. Kehilangan kesadaran hanya sesaat
E. Kejang Tonik-klonik
1. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku
umum pada otot ekstermitas , batang tubuh, dan wajah
kurang dari 1 menit
2. Dapat disertai dengan hilangnya control kemih dan usus
3. Tidak ada respirasi dan sianosis
4. Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstermitas
atas dan bawah
5. Latergi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
F. Kejang Atonik
1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh
ketanah
2. Singkat, dan terjadi tanpa peringatan
G. Status epileptikus
1. Biasanya kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang
2. Anak tidak sadar kembali diantara kejang
3. Potensial untuk depresi pernapasa, hipotensi,dan hipoksia
4. Memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera

I. Tahap penurunan kesadaran penderita epilepsi


Serangan epilepsi dimulai dengan menghilangnya kesadaran secara cepat.
Klien kehilangan kemampuannya untuk tetap mempertahankan tubuh
dalam posisi yang tegak, gerakan tonik kemudian klonik, inkontenesia
urine dan feses, disertai dengan disfungsi otonom lainnya. Pada fase tonik,
otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu. Fase ini
berlangsung hanya beberapa detik. Fase klonik berupa kontraksi dan
relaksasi kolompok otot-otot yang berlawanan sehingga menimbulkan
gerakan yang tersentak-sentak. Kontraksi sedikit demi sedikit berkurang
frekuensinya tetapi tidak kekuatannya. Lidah dapat tergigit seperti yang
terjadi pada sekitar separuh dari klien yang mengalami kejang (spasme
rahang dan lidah). Serangan itu berlangsung sekitar 3-5 menit dan diikuti
dengan periode tidak sadar yang berlangsung selama beberapa mennit
sampai sekitar setengah jam. Klien yang sadar kembali tampak bingung,
stupor atau bodoh. Stadium ini disebut stadium postikal. Biasanya klien
tidak dapat mengingat serangan yang telah dialaminya.

J. Dampak dari penyakit epilepsi


Dampak yang didapat oleh penyandang epilepsi salah satunya
berhubungan dengan tingkat IQ. Ditemukan bahwa tingkat IQ pada
penderita epilepsi secara umum berada di bawah tingkat rata rata. Hasil
penelitian National Child Development Study di Inggris tahun 1995
menyebutkan bahwa 30% penyandang epilepsi pada anak memiliki
hambatan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan
kurangnya kemampuan daya ingat (memori), dan adanya gangguan pada
pemusatan perhatian (atensi).
Epilepsi juga dapat menimbulkan turunnya kepercayaan diri dalam
lingkungan sosial, khususnya dalam menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain. Resiko akibat kejang yang dialami penderita epilepsi
pun dapat membatasi kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari
hari.
Selain itu, epilepsi memang dapat juga terkait atau menyebabkan
perubahan emosi yang kompleks yang dapat mengubah perilaku dan
kepribadian, menjadi sulit mengendalikan emosi, mudah tersinggung,
kehilangan kepekaan terhadap lingkungan, menjadi egosentris atau
menarik diri dari lingkungan. Penderita epilepsi juga sulit mencari
pekerjaan yang berujung pada kondisi keuangan yang tidak mencukupi.

K. Komplikasi penyakit penderita epilepsi


Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status
epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari
lima menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali
sadar di antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, bahkan kematian.
Komplikasi lainnya yang juga jarang terjadi adalah kematian mendadak.
Hingga kini, penyebab kematian mendadak pada penderita epilepsi masih
belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
itu berkaitan dengan dampak pada jantung dan pernapasan akibat kejang.

Anda mungkin juga menyukai