PBL Kasus 4
PBL Kasus 4
A. Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307)
Ansietas (kecemasan) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan
yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non
spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock,
1998, p.3)
Ansietas (kecemasan) adalah kondisi yang di tandai dengan kecemasan
dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari-
hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan / mengkhawatirkannya
(Kamus Kesehatan)
E. Kejang Tonik-klonik adalah salah satu jenis kejang pada penyakit ayan
atau yang disebut penyakit epilepsy yang dimulai dengan fase tonik, yaitu
kontraksi yang terjadi pada otot secara tiba tiba yang menyebabkan pasien
jatuh dan berbaring kaku selama kurang lebih 10-30 menit. Diawali
dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik,kaku umum pada otot
ekstermitas , batang tubuh, dan wajah yang berlangsung selama 1 menit.
F. Aura adalah warna energy yang menyelubungi seluruh tubuh manusia dari
bagian luar tubuh dan membentuk suatu dinding yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari energy negative. Pada hakikatnya aura itu sendiri
adalah suatu pancaran sinar yang mengalami proses penghalusan berkali
kali, yang sinarnya melingkupi alam semesta (makrokosmos) dan
sebagiannya lagi melengkapi manusia (mikrokosmos)
Aura adalah suatu indikasi sensorik yang menyatakan akan datangnya
serangan epilepsi. Aura ini dapat berupa suatu sensasi penglihatan,
pendengaran, atau penciuman, yang berlangsung selama beberapa saat.
D. Durasi epilepsi
Kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau kejadian kejang
2 kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran diantara 2 kejadian tersebut.
E. Patofisiologi epilepsi
Adanya predisposisi yang memungkinkan gangguan pada system listrik
dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel-sel
tersebut memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan , secara
berulang, dan tidak terkontrol (disritmia)
Aktivitas serangan epilepsi dapat terjadi setelah suatu gangguan pada otak
dan sebagian ditentukan oleh derajat dan lokasi dari lesi. Lesi pada
mesensefalon, thalamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat
epileptigenetik sedangkan lesi pada serebellum dan batang otak biasanya
tidak mneimbulkan serangan epilepsi (Brunner 2003)
Pada tingkat membran sel , neuron epileptik ditandai oleh fenomena
biokimia tertentu. Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel lebih mudah
diaktifkan
2. Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun sehingga
mudah terangsang dan dapat terangsang secaraberlebihan
3. Terjadi polarisasi secara abnormal (polarisasi berlebihan,
hiperpolarisasi, atau terhentinya repolarisasi)
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari
neuron. Pada waktu serangan , keseimbangan elektrolit pada
tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini
akan menyebabkan membrane neuron mengalam depolarisasi
Salah satu epilepsi umum, onset dimulai usia 3-8tahun dengan karakteristik
klinik yang menggambarkan pasien bengong dan aktivitasnormal
mendadak berhenti selama beberapa detik kemudian kembali ke normal
dan tidak ingat kejadian tersebut. Terdapat beberapa hipotesis mengenai
absans yaitu antara lainabsans berasal dari thalamus , hipotesis lain
mengatakan berasal dari korteks serebri. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa absans diduga terjadi akibat perubahan pada sirkuit
antara thalamus dan korteks serebri. Pada absans terjadi sirkuit abnormal pada
jarasthalamo-kortikal akibat adanya mutasi ion calcium sehingga
menyebabkan aktivasi ritmik korteks saat sadar, dimana secara normal
aktivitas ritmik pada korteks terjadi pada saattidur non-REM.3 Patofisiologi
epilepsi yang lain adalah disebabkan adanya mutasi genetik. Mutasi genetik terjadi
sebagian besar pada gen yang mengkode protein kanal ion . Pada kanal ion yang
normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion natrium(natrium
influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga
terjadi aktivitas depolanisasi dan repolarisasi yang normal pada sel neuron
(gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang terdapat pada
generalized epilepsy with febrile seizures plus ,maka terjadi natrium influks
yang berlebihan sedangkan kalium refluks tetap seperti semula sehingga terjadi
depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat
atauterjadi hipereksitasi pada neuron. Hal yang sama terjadi pada benign
familial neonatal convulsion dimana terdapat mutasi kanal kalium sehingga
terjadi efluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan hipereksitasi pada sel
neuron .