Anda di halaman 1dari 19

BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini

menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia

biasanya menyerang pasien dewasa yang berusia 15- 35 tahun. Diperkirakan

terdapat 50 juta penderita di dunia, 50% dari penderita tidak menerima

pengobatan yang sesuai, dan 90% dari penderita yang tidak mendapat

pengobatan tepat tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2011). Di

Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebesar 0,46%. Sulawesi

Tengah menempati peringkat pertama dari provinsi lain yang berada di Sulawesi

dengan penderita skizofrenia sebesar 0,53%.1

Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan

antipsikotik. Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan utama yang efektif

mengobati skizofrenia.1

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau

pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek,

kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek

atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena

waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek

dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,

ambivalensi dan perilaku bizar. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya

tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang dikemudian

1
hari.3 Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan

mencakup setidaknya 1 bulan gejala fase aktif. Sementara itu gangguan

skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala

negatif (apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan

gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial). Terdapat

beberapa tipe dari skizofrenia (Paranoid, hiberfrenik, katatonik, undifferentiated,

dan Residual).2

Skizofrenia yang menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya

bermula dibawah 25 tahun, berlangsung seumur hidup dan mengenai orang dari

semua kelas sosial. Baik pasien maupun keluarga sering mendapatkan pelayanan

yang buruk dan pengasingan sosial karena ketidaktahuan yang meluas akan

gangguan ini. Meski didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal,

skizofrenia mungkin terdiri dari sekumpulan gangguan dengan etiologi yang

heterogen dan mencakup pasien dengan presentasi klinis, respon terhadap terapi

dan perjalanan penyakit yang bervariasi. Klinis seyogyanya menyadari bahwa

diagnosis skizofrenia didasarkan pada riwayat psikiatri dan pemeriksaan status

mental.3

1.2 DEFINISI

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia (PPDGJ) edisi III, Skizofrenia dideskripsikan sebagai sindrom dengan

variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu

bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.4

2
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau

pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek,

kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek

atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena

waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek

dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,

ambivalensi dan perilaku bizar.2

1.3 SEJARAH

Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus-menerus telah menarik

perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan

ini. Dua tokoh tersebut adalah Emil Kraepelin (1856-1926) dan Eugen Bleuler

(1857-1939). Sebelumnya, Benedict Morel (1809-1873), seorang psikiater

Perancis, menggunakan istilah demence precoc untuk pasien dengan penyakit

yang dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan; Karl Ludwig

Kahlbaum (1826-1899), menggambarkan gejala katatonia; Ewold Hacker (1853-

1909) menulis mengenai perilaku pada pasien dengan herbefrenia.3

Emil Kraepelin

Kraepelin mendefinisikan istilah demence precoc dari Morel menjadi

demensia prekoks, yaitu istilah yang menekankan terhadap proses kognitif

(demensia) dan awitan dini (prekoks) yang nyata dari gangguan ini. Pasien dengan

demensia prekoks digambarkan memiliki perjalanan penyakit yang memburuk

dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan waham.

3
Meski kraepelin telah mengakui bahwa sekitar 4 persen paisennya sembuh

sempurna dan 13 persen mengalami remisi yang signifikan, para peneliti

seringkali salah mengatakan bahwa kraepelin menganggap demensia prekoks

memiliki perjalanan penyakit dengan perburukan yang tak terhindarkan.3

Eugen Bleuler

Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia prekoks

dalam literatur. Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukkan adanya skisme

(perpecahan, pen.) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan

gangguan ini. Blueler menekankan bahwa tak seperti konsep Kraepelin tentang

demensia prekoks, skizofrenia tak harus memiliki perjalanan penyakit yang

memburuk. Sebelum dipublikasikannya istilah Diagnostik of Statistical Mental

Disorders (DSM III), insidensi skizofrenia di Amerika Serikat (dengan para

psikitater mengikuti prinsip Bleuler) meningkat hingga mungkin mencapai dua

kali insidensi di Eropa (dengan para psikiater mengikuti prinsip Kraepelin).

Namun, istilah skizofrenia dari Bleuler menjadi label yang diterima secara

internasional untuk gangguan ini.3

Empat A.

Bleuler mengidentifikasi gejala fundamental (atau primer) skizofrenia yang

spesifik untuk membangun teori mengenai perpecahan mental internal pada

pasien. Gejala tersebut meliputi empat A. yaitu asosiasi, afek, autisme dan

ambivalensi.4

1.4 EPIDEMIOLOGI

4
Berikut epidemiologi dari skizofrenia menurut buku Kaplan & Sadock 3

Gender dan Usia

Skizofrenia setara prevalensinya pada pria dan wanita. Namun kedua jenis

kelamin tersebut berbeda awitan dan perjalanan penyakitnya. Usia puncak awitan

adalah 8 sampai 25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita.3

Infeksi dan Musim saat lahir

Suatu temuan yang kuat dalam peneitian skizofrenia adalah bahwa orang-

orang yang mengalami skizofrenia adalah kemungkinan besar dilahirkan di

musim dingin dan awal musim semi dan lebih jarang yang dilahirkan di akhir

musim semi dan musim panas. Beberapa studi menunjukkan bahwa frekuensi

skizofrenia meningkat setelah pajanan influenza yang terjadi dimusim dingin

selama trimester kedua kehamilan.3

Distribusi Geografik

Sejumlah regio geografis bumi, seperti Irlandia memiliki prevalensi

skizofrenia yang luar biasa tinggi, dan para peneliti menginterprestasikan kantung

skizofrenia geografis ini sebagai kemungkinan dukungan terhadap teori kausa

skizofrenia infektif (contohnya, viral).

Faktor Reproduktif

Penggunaan obat psikoterapeutik, kebijakan terbuka dirumah sakit,

deinstitusonalisasi dirumah sakit pemerintah, penekanan pada rehabilitasi dan

5
perawatan berbasis masyarakat untuk pasien skizofrenia, semuanya telah

menyebabkan angka pernikahan dan kesuburan diantara pasien skizofrenia. Akibat

faktor tersebut, jumlah anak yang dilahirkan dari orang tua skizofrenia terus

meningkat, dan keluarga biologis derajat pertama memiliki resiko terkena

penyakit ini sepuluh kali lebih besar dibanding populasi umum.3

Penyakit Medis

Orang dengan skizofrenia memiliki angka kematian akibat kecelakaan dan

penyebab alami yang lebih tinggi daripada populasi umum. Sejumlah studi

menunjukkan bahwa hingga 80 persen dari semua pasien skizofrenia mengalami

penyakit medis yang signifikan pada saat yang bersamaan dan bahwa hingga 50

persen kondisi ini mungkin tidak terdiagnosis.3

Risiko Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian pada orang yang menderita

skizofrenia. Taksirannya bervariasi, namun hingga 10% orang dengan skizofrenia

mungkin meninggal akibat percobaan bunuh diri.3

Penggunaan Zat
Merokok Kretek

Sebagian besar survei telah melaporkan bahwa lebih dari tiga perempat pasien

skizofrenia merokok kretek, dibanding kurang dari setengah pasien psikiatri lain

secara keseluruhan.3

Zat lain

6
Kurang lebih 30 sampai 50 persen pasien skizofrenia mungkin memenuhi kriteria

penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol; dua zat lain yang paling sering

digunakan adalah kanabis dan kokain.3

1.5 Etiologi
Neurobiologi

Kausa skizofrenia belum diketahui. Meski demikian, dalam satu dekade

belakangan, terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan adanya

peran patofisiologi area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal,

serebelum dan ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga

disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer ditempat lain.3

Hipotesis Dopamin

Rumusan paling sederhana hipotesis dopamin tentang skizofrenia menyatakan

bahwa skizofrenia timbul akiban dopaminergik yang berlebihan. Teori ini

berkembang berdasarkan dua pengamatan. Pertama kemanjuran serta potensi

sebagian besar obat antipsikotik. Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas

dopaminergik. Hipotesis dopamin tentang skizofrenia terus diperbarui dan

diperluas, dan reseptor dopamin baru terus diidentifikasi. Satu studi melaporkan

peningkatan reseptor D4 pada sampel otak postmortem pasien skizofrenia.3

Neurotransmitter Lain.

Meski neurotransmitter dopamin telah menjadi pusat perhatian sebagian besar

penelitian skizofrenia, terdapat peningkatan perhatian yang ditujukan kepada

neurotransmitter lain contohnya seperti serotonin dan norepinefrin.3

7
Faktor Genetik

Serangkaian studi genetik secara meyakinkan mengusulkan adanya kompone

genetik dalam pewarisan sifat skizofrenia. Kembar monozigot memiliki angka

kejadian bersama yang paling tinggi. Telah banyak dilaporkan adanya hubungan

antara lokasi kromosom dan skizofrenia sejak penerapan teknik biologi molekuler

dilakukan secara luas. Lebih dari separuh dari seluruh kromosom dikaitkan

dengan skizofrenia pada berbagai laporan, namun lengan panjang kromosom 5,

11, dan 18, lengan pendek kromosom 19, serta kromosom X paling sering disebut.

Lokus pada kromosom 6, 8, dan 22 juga diaggap terlibat.3

Faktor Psikososial

Jika skizofrenia merupakan penyakit otak, maka penyakit ini mungkin sejalan

dengan penyakit organ lain (contohnya, infark miokardium dan diabetes) yang

perjalanan penyakitnya dipengaruhi stres psikososial. Meskipun, secara historis,

para pembuat teori menyatakan faktor psikososial berperan dalam terjadinya

skizofrenia, klinisi masa sekarang dapat memanfaatkan penggunaan teori dan

pedoman yang relevan yang dibuat berdasarkan pengamatan dan hipotesis dimasa

lampau ini.3

Dan menurut buku kapita selekta kedokteran :

Etiologi dan Patogenesis : 5

Sampai saat ini belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia.

Tetapi terdapat beberapa hipotesis yang mendukung terjadinya skizofrenia antara

lain :

8
1. Faktor Biologi
Dapat ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga dan

lateral; arteri bilateral lobus temporomedial dan gyrus parahipokampus,

hipokampus dan amiglada; disorientasi spasial sel pyramid hipokampus; serta

penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral.5


2. Faktor Biokimia
Gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul diperkirakan karena adanya

gangguan neurotransmitter sentral, yaitu peningkatan aktivitas dopamin

(hipotesis dopamin). Teori lain mengatakan terjadinya peningkatan

neurotransmitter serotonin (5-HT2A) dan norepinefrin pada sistem limbik.5

3. Faktor Genetik
Angka kejadian skizofrenia meningkat pada keluarga dengan riwayat yang

sama dan diturunkan secara bermakna, kompleks serta poligen.6

1.6 Diagnosis

Pedoman Diagnostik Skizofrenia 4

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berualang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras).4


Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

(withdrawl). 4
Thought broadcasting = isi pikirannya disiarkan keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.4


(b) delusion of control = waham dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari

luar. 4
delusion of influence = waham dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan

tertentu. 4

9
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar. 4


delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar biasanya

bersifat mistik atau mukjizat. 4


(c) halusinasi auditorik5 :
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien
mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh.4
(d) waham waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak serta wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).4

atau paling sedikit dua gejala di bawah yang harus selalu ada secara jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang

menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan bulan terus menerus 4,

(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. 4

(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu,

atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor. 4

Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

10
(h) kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau mediksi neuroleptika. 4

Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu

bulan atau lebih.4

Jenis-Jenis Skizofrenia menurut PPDGJ 4

1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis Skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing).4
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol. 4
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi delusion of influence), atau

passivity (delusion of passivity), atau keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas. 4


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. 4

2. Skizofrenia Hebefrenik (F20.1) 4

Pedoman Diagnostik 4

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis Skizofrenia

11
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).


Keperibadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang

menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menegakkan

diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan

pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan

bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :


Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan serta

mannerisme; ada kecendrungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku

menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan.


Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum

sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (tofty manner),

tertawa menyeringai (grimaces), mengibuli secara bersenda gurau

(pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang

(reitterated phrases); 4
proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren. 4

Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya

tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusin and halucinations).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determinination) hilang serta

sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,

yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).

Adanya status preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap

12
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang

memahami jalan pikiran pasien. 4

3. Skizofrenia Katatonik (F20.2)

Pedoman Diagnostik4

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis Skizofrenia


Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :
(a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakannya serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);


(b) Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang bertujuan, yang tidak

dipengaruhi oleh stimuli eksternal). 4


(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh. 4


(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah

yang berlawanan). 4
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya). 4
(f) Fleksibilitas corea/waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan


(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat

kalimat. 4

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)


Pada penderita ditemukan gejala psikotik yang menonjol tetapi tidak dapat

digolongkan pada tipe paranoid, herbefrenik, katatonik, residual atau

depresi pasca-skizofrenia.5

13
Pedoman Diagnostik 4

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia


Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

herbefrenik, atau katatonik.


Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-

skizofrenia.
5. Skizofrenia Residual (F20.5)4

Pedoman Diagnostik

Untuk suatu diagnosis yang menyakinkan. Persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua :
(a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak

mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial

yang buruk. 4
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. 4


(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana insentitas

dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah

sangat berkurang minimal dan telah timbul sindrom negatif dari

skizofrenia. 4
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit gangguan otak organik lain,

depresi kronik atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas

negatif tersebut. 4

14
6. Skizofrenia Simpleks (F20.6) 4

Pedoman Diagnostik

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara menyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan

progresif dari :
Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului

riwayat halusinasi , waham, atau manisfestasi lain dari episode psikotik.


Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat

sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial. 5


Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe

skizofrenia lainnya. 4

1.7 MANIFESTASI KLINIS


Gangguan proses pikir: asosiasi longgar, neologisme, klang asosiasi,

ekolalia, kontrikisasi, alogia.


Gangguan isi pikir: waham kejar, waham kebesaran, waham rujukan,

thought broadcasting, tought insertion


Tilikan yank buruk terhadap penyakitnya,
Gangguan persepsi.
Gangguan emosi.5

1.8 Diagnosis Banding

Diagnosis Banding Skizorenia khususnya paranoid

Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia

Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia merupakan diagnosis banding paling

mendekati gejala skizofrenia. Perbedaannya hanya terdapat pada onset

penyakitnya. Pada Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia onset penyakit ini

berlangsung selama 2 minggu atau kurang, dan jika gejala-gejala skizofrenia

15
menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan maka akan didiagnosis

skizofrenia.3,4

Gangguan Waham

Gangguan Waham adalah gangguan dimana waham merupakan satu-satunya ciri

khas atau gejala yang paling mencolok. Sama halnya dengan skizofrenia yang

juga kadangkala disertai waham, namun bedanya pada skizofrenia bisa ditemukan

halusinasi, sedangkan pada gangguan waham jika ditemukan halusinasi

khususnya auditorik maka diagnosis gangguan waham akan gugur. Untuk waktu

penegakkan diagnosisnya juga berbeda, pada skizofrenia harus berlangsung

selama 1 bulan atau lebih, sedangkan gangguan waham harus menetap selama 3

bulan lamanya.3,4

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan gejala skizofrenia

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan gejala skizofrenia biasanya onset

gangguan ini harus berlangsung selama 2 minggu atau kurang sedangkan

skizofrenia harus berlangsung selama 1 bulan atau lebih. Untuk gejala psikotik

pada gangguan ini biasanya pasien agak kurang yakin dalam mendeskripsikan

keluhannya.3,4

1.9 PENATALAKSANAAN

Terapi menurut buku kapita selekta kedokteran, meliputi :

Terapi Medikamentosa 5
Pemberian medikamentosa pada pasien skizofrenia dapat segera diberikan

begitu diagnosis ditegakkan untuk mengontrol gejala-gejala pasien.

Psikofarmaka anti-skizofrenia dibagi menjadi anti-psikotik generasi I (tipikal)

16

Tabel 1. Dosis Obat Antipsikotik Generasi I 5


dan antipsikotik generasi II (atipikal). Antipsikotik generasi I dapat diberikan

untuk mengontrol gejala positif, sedangkan generasi II dapat mengatasi gejala

positif maupun negatif.

Antipsikotik Dosis yang dianjurkan Waktu Penuh (jam


Generasi I (mg/hari)

Fenotiazine

Klorpromazine 300-1000 633

Trifluoperazine 15-50

Butirofenon

Haloperidol 5-20 21

17
Tabel 2. Dosis Obat Antipsikotik Generasi II 5

Antipsikotik Dosis yang dianjurkan


Waktu Penuh (jam
Generasi II (mg/hari)
Aripripazole 10-30 75
Klozapine 150-600 12
Olanzapine 10-30 33
Quetiapin 300-800 6
Risperidon 2-8 24

Terapi Non- medikamentosa


o Terapi psikososial
Penting sekali menjaga komunikasi yang baik dengan pasien dan

keluarga. Modifikasi perilaku dilakukan untuk menghilangkan perilaku

yang dianggap aneh dalam masyarakat. Pasien dapat diobati sebagai

pasien rawat jalan, kecuali jika lingkungan sekitar penderita tidak

mendukung kesembuhan penderita.5


o Terapi kejang listrik
Terapi ini dilakukan dengan menempatkan dua buah elektroda di bagian

temporal kepala dan mengalirinya dengan listrik. Diharapkan adanya

aliran listrik itu akan merangsang kejang seperti pada epilepsi granmal.5

Indikasi Rawat

Pasien mengancam keselamatan lingkungan sekitar


Adanya ide/percobaan bunuh diri
Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga dan lingkungan
Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa5
1.10. Prognosis
Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama untuk

menghilangkan gejala
Indikasi prognosis baik pada pasien skizofrenia adalah Gejala psikotik timbul

secara mendadak (akut), awitan gejala timbul setelah usia 30 tahun, Jenis

Kelamin perempuan.
1. pasien dengan gejala positif, adanya penyebab skizofrenia yang jelas

(tidak terkait dengan gangguan sistem saraf pusat) salah satu pencetusnya

18
adalah gangguan suasana perasaan (khususnya gangguan depresi).

Ativitas sosial dan pekerjaan berlangsung baik sebelum timbulnya gejala.

Tidak ada keluarga yang menderita skizofrenia. 5


2. Prognosis buruk jika terdapat riwayat trauma perinatal. Tidak ada remisi

dalam waktu 3 tahun. Sering timbul relaps, riwayat kekerasan, riwayat

penyalahgunaan zat, dan tidak adanya dukungan keluarga untuk

kesembuhan pasien.5

Berikut prognosis versi buku Kaplan dan Sadock.3

Prognosis Baik Prognosis Buruk


Awitan lama Awitan muda
Ada factor presipitasi yang jelas Tidak ada factor presipitasi
Awitan akut Awitan insidious
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
pramorbid baik gejala gangguan mood pramorbid buruk
(terutama gangguan depresi menikah ) Prilaku autistic, menarik diri
Riwayat keluarga dengan gangguan Lajang, bercerai, atau menjanda/duda
mood Riwayat keluarga skizofrenia
System pendukung baik System pendukung buruk
Gejala positif Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal tanpa remisi
dalam 3 tahun
Berulang kali relaps
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan.

19

Anda mungkin juga menyukai