DAFTAR ISI............................................................................................................................
1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................
2
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................
4
1.5 Sistematika Penulisan..........................................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
5
2.1 Biodiesel .............................................................................................................................
5
2.2 Biji Karet.............................................................................................................................
7
2.3 Metode Pengambilan Minyak..............................................................................................
8
2.4 Katalis dalam Pembuatan Biodiesel....................................................................................
10
2.4.1 Katalis Basa
..................................................................................................................................................
11
2.4.2 Katalis Asam
..................................................................................................................................................
12
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................
13
1
3.1 Alat dan Bahan Penelitian....................................................................................................
13
3.1.1 Alat yang digunakan...............................................................................................
13
3.1.2 Bahan yang digunakan...........................................................................................
13
3.2 Variabel Penelitian...............................................................................................................
13
3.3 Prosedur Penelitian..............................................................................................................
13
3.3.2 Pembuatan Katalis..................................................................................................
14
3.3.3 Pembuatan Biodiesel..............................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN
2
basa menghasilkan biodiesel. Namun katalis basa hanya bekerja dengan baik pada
bahan baku minyak dengan kadar asam lemak bebas rendah yaitu <0.5% dan
dalam kondisi bebas dari air (Lotero el al., 2005). Untuk minyak nabati dengan
kandungan asam lemak bebas yang tinggi, penggunaan katalis basa dapat
menyebabkan reaksi samping penyabunan yang pada akhirnya dapat menurunkan
perolehan produk biodiesel dan keekonomian proses secara sangat signifikan.
Katalis asam dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembuatan biodiesel
dari bahan baku minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi. Katalis
asam homogen jarang digunakan karena reaksi dengan katalis ini berjalan lambat,
memerlukan temperatur yang tinggi dan bersifat korosif (Lotero et al., 2005).
Katalis asam heterogen dapat dijadikan solusi dalam pembuatan biodiesel karna
tidak korosif, tidak membutuhkan proses pemisahan yang mahal, serta dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Meskipun penggunaan katalis asam heterogen memiliki banyak keuntungan
yang menjanjikan namun harga katalis asam heterogen relatif mahal. Oleh karena
itu diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengembangkan katalis asam heterogen
dengan performa yang tinggi namun dengan harga yang ekonomis.
Belakangan ini terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa biodiesel dapat
diproduksi dengan menggunakan katalis asam heterogen berbahan dasar gula
(Toda et al., 2005). Gula merupakan bahan alami yang tersedia melimpah dengan
harga relatif murah. Katalis asam heterogen dapat dibuat dengan menggunakan
gula sebagai bahan dasarnya melalui proses pirolisis yang dilanjutkan dengan
proses sulfonasi. Akan tetapi, informasi mengenai kondisi optimum pembuatan
katalis asam heterogen berbahan dasar gula tersebut serta karakteristik dan
kinerjanya dalam pembuatan biodiesel masih sangat terbatas.
3
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan biodiesel dari biji karet sebagai sumber energi untuk
manusia.
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak tumbuhan atau
lemak hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya
membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat, sehingga akan
memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester (Van Gerpen, 2005).
Kelebihan biodiesel diba ndingkan dengan petrodiesel antara lain: (1)
Biodiesel berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui; (2) Biodiesel
memiliki kandungan aromatik dan sulfur yang rendah (Ma & Hanna, 1999); (3)
Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (Zhang et al., 2003). Beberapa sifat
fisik dan kimia biodiesel dan petrodiesel disarikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel (Demirbas, 2009)
5
Saat ini, penggunaan biodiesel masih sulit bersaing dengan petrodiesel
karena memiliki harga yang relatif lebih mahal. Walaupun demikian, dengan
semakin meningkatnya harga petroleum dan ketidakpastian ketersediaan
petroleum pada masa yang akan datang, pengembangan biodiesel yang bersumber
pada minyak tumbuhan menjadi salah satu alternatif utama karena memberikan
keuntungan baik dari segi lingkungan maupun dari segi sumbernya yang
merupakan sumber daya alam terbaharukan.
Lebih lanjut, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam hayati,
Indonesia memiliki banyak sekali sumber minyak nabati yang dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel. Tabel 2.2 berikut ini
menyajikan beberapa sumber minyak nabati yang dapat digunakan dalam proses
pembuatan biodiesel.
6
tahun 2004 mencapai 2,3 juta Ha yang mayoritas dimiliki oleh rakyat (Setiawan
dan Angsono, 2005).
Berdasarkan sistematika tumbuhan, karet dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Setiawan dan Angsono, 2005) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea Brasiliensis
Karet merupakan kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji
sebagai pembiakan generatif. Biji karet tertutup, tidak dapat dilihat dari luar, biji
karet tersebut terbungkus oleh buah karet. Tiap buah karet terdapat tiga biji karet.
Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan berwarna kecoklatan
diselingi putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan berbelah dua
(Yusuf dan Sulaiman, 1982).
Biji karet dan kacang tanah mengandung asam asam lemak yang
bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan asam lemak dalam biji karet dan kacang
tanah disajikan dalam Tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak biji karet dan kacang tanah (Swern, 1964).
Jenis asam Komposisi (%)
Biji Karet Kacang Tanah
Palmitat 9-12 6-9
(CH3(CH2)14COOH)
Stearat 5-12 3-6
(CH3(CH2)16COOH)
Arachidat 1 2-4
(CH3(CH2)18COOH)
Oleat (cis-9-octadecenoic 17-21 23-71
acid)
Linoleat (omega 6) 35-38 13-27
Linolenat (omega 3) 21-24 -
7
Komposisi kimia biji karet (bungkil) disajikan dalam Tabel 2.2. berikut :
Tabel 2.2. Komposisi kimia biji karet (bungkil) tiap 100 g bydd (Nio, 1992).
Keterangan Komposisi
Bydd 100%
Energi 374 kalori/1474 kJ
Air 12 g
Protein 29,3 g
Lemak 3,3 g
Karbohidrat 50 g
Mineral 5,4 g
Kalsium 102 mg
Fosfor 660 mg
Besi 12 mg
Aktivitasi Retinol 0 mg
Thiamine 0,1 g
Asam askorbat 0 mg
Keterangan :
Bydd : bagian yang dapat dimakan
Aktivasi Retinol : preformed vitaminA
2.3 Metode Pengambilan Minyak
Minyak biji karet termasuk minyak nabati. Ada dua cara pengambilan
minyak nabati dari suatu bahan yang diduga mengandung minyak yaitu ekstraksi
dan mechanical expression. Adapun cara ekstraksi ada dua cara yaitu rendering
dan solvent extraction (Ketaren, 1986).
a. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya, rendering dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Dry Rendering
8
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Cara ini dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan
dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220 F sampai 230 F
o o
(105 110 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
o
pada dasar ketel. Minyak atau lemak dipisahkan dari ampas yang telah
mengendap dan pengambilan minyak dari bagian atas ketel.
2. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dilakukan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
uap 40 60 psi. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
dilengkapi alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan
perlahan lahan sampai suhu 50 C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
o
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses ini yang menggunakan temperatur
tinggi dan tekanan uap digunakan untuk untuk menghasilkan minyak atau lemak
dalam jumlah yang besar. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke
dalam digester selama 4 sampai 6 jam.
b. Solvent extraction
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak atau lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil / ampas dengan kadar
minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah dan mutu minyak kasar
yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil cara pengepresan mekanis karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.
c. Mechanical expression (Pengepresan Mekanis)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pengambilan minyak atau
lemak terutama untuk bahan yang berasal dari biji bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 70%).
Pada cara ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak
9
dipisahkan dari bijinya yang mencakup pembuatan serpihan, perajangan, dan
penggilingan atau pemasakan.
10
sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang
sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan.
b. Katalis Basa Heterogen
Katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki kemampuan
katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa homogen,
dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis basa
heterogen dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat
digunakan kembali, mengurangi biaya pengadaan dan pengoperasian peralatan
pemisahan yang mahal serta meminimasi persoalan limbah yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
Meskipun katalis basa memiliki kemampuan katalisator yang tinggi serta
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan katalis asam, untuk
mendapatkan performa proses yang baik, penggunaan katalis basa dalam reaksi
transesterifikasi memiliki beberapa persyaratan penting, diantaranya alkohol yang
digunakan harus dalam keadaan anhidrous dengan kandungan air < 0.1 - 0.5 %-
berat serta minyak yang digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas
< 0.5% (Lotero et al., 2005). Keberadaan air dalam reaksi transesterifikasi sangat
penting untuk diperhatikan karena dengan adanya air, alkil ester yang terbentuk
akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas. Lebih lanjut, kehadiran asam lemak
bebas dalam sistem reaksi dapat menyebabkan reaksi penyabunan yang sangat
menggangu dalam proses pembuatan biodiesel.
Akibat reaksi samping ini, katalis basa harus terus ditambahkan karena
sebagian katalis basa akan habis bereaksi membentuk produk samping berupa
sabun. Kehadiran sabun dapat menyebabkan meningkatnya pembentukkan gel dan
viskositas pada produk biodiesel serta menjadi penghambat dalam pemisahan
produk biodisel dari campuran reaksi karena menyebabkan terjadinya
pembentukan emulsi. Hal ini secara signifikan akan menurunkan keekonomisan
proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis basa.
2.4.2 Katalis Asam
11
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah
dengan menggunakan katalis asam. Selain dapat mengkatalisis reaksi
transesterifikasi minyak tumbuhan menjadi biodiesel, katalis asam juga dapat
mengkatalisis reaksi esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung di dalam
minyak menjadi biodiesel mengikuti reaksi berikut ini:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bhan Penelitian
3.1.1 Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 500 ml,
250 ml, thermometer, hotplate 1 buah, mesin vakum, neraca analitik, gelas ukur
50 ml, 500 ml, corong pemisah, Erlenmeyer 500 ml, biuret, pipet tetes,
viscometer, tabung reaksi, desikator, oven, cawan, petri, pH meter, pendingin
balik, kain saring, sudip, motor pengaduk/ magnet pengaduk, piknometer,
elektrotermal, labu destilasi, dan alat ultrasonic, kompor gas serta rak simpanan.
3.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair CPO,
aquades, NaOH, methanol 95% atau 99% hulb A (iodium dilaritkan dalam etanol)
12
dan hulb B (merkuri klorida dilarutkan dalam etanol), Na2S2O3 0,1N, HCl 4,5M,
indicator pati, kloroform, KI 15%, indicator phenolptealin, etanol 96%, CaCl,
H3PO4, larutan NaOH 0,1N, KOH, HNO3 1%, HCL 1%, H2SO4 0,5%, H2SO4
1%, zeolit.
3.2 Variabel penelitian
13
dan diperoleh hasil yang berupa larutan metil ester (biodiesel) dan gliserol di
dalam metanol. Asam fosfat sebanyak 2%-b, 3%-b, dan 4%-b ditambahkan ke
dalam larutan metil ester dan gliserol untuk mendeaktivasi katalis. Kemudian
larutan tersebut disaring untuk memisahkan endapan garam fosfat yang terbentuk
pada saat deaktivasi katalis.
Larutan yang telah dipisahkan dari garam fosfat selanjutnya didestilasi
untuk merecovery metanol. Destilasi dihentikan pada saat tidak ada lagi tetesan
metanol pada labu destilat. Pemisahan antara metil ester dan gliserol dilakukan
dalam corong pemisah, karena adanya perbedaan densitas maka keduanya akan
terpisah secara gravitasi. Gliserol akan berada pada lapisan bawah dan metil ester
(biodiesel) pada lapisan atas, gliserol dikeluarkan melalui saluran bawah pada
corong pisah. Metil ester yang diperoleh dicuci dengan air hangat untuk
menghilangkan pengotor, pencucian dilakukan beberapa kali hingga air hasil
cucian memiliki pH netral. Setelah dicuci metil ester (biodiesel) dikeringkan
dengan hot plate pada sampai suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Kirk, R.E. and Othmer, D. F., 1980, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
vol. 9, John Wiley and Sons, New York.
Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A., & Goodwin, J.G., Jr.,
2005, Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, Industrial & Engineering
Chemistry Research, 44(14), 5353-5363.
Ma, F. & Hanna, M.A., 1999, Biodiesel Production: a Review, Bioresource
Technology, 70(1), 1-15.
Van Gerpen, J., 2005, Biodiesel Processing and Production, Fuel Processing
Technology, 86(10), 1097-1107.
Zhang, Y., Dub, M.A., McLean, D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment,
Bioresource Technology, 89, 1-16.
14
15