Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................
1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................
2
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................
4
1.5 Sistematika Penulisan..........................................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
5
2.1 Biodiesel .............................................................................................................................
5
2.2 Biji Karet.............................................................................................................................
7
2.3 Metode Pengambilan Minyak..............................................................................................
8
2.4 Katalis dalam Pembuatan Biodiesel....................................................................................
10
2.4.1 Katalis Basa
..................................................................................................................................................
11
2.4.2 Katalis Asam
..................................................................................................................................................
12
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................
13

1
3.1 Alat dan Bahan Penelitian....................................................................................................
13
3.1.1 Alat yang digunakan...............................................................................................
13
3.1.2 Bahan yang digunakan...........................................................................................
13
3.2 Variabel Penelitian...............................................................................................................
13
3.3 Prosedur Penelitian..............................................................................................................
13
3.3.2 Pembuatan Katalis..................................................................................................
14
3.3.3 Pembuatan Biodiesel..............................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang diproduksi dari
minyak nabati atau minyak hewani. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya
alam, Indonesia memiliki banyak sekali sumber minyak nabati yang dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel. Dalam
penelitian ini bahan baku pembuatan biodieselnya adalah minyak dari biji karet.
Terdapat dua metode yang umum digunakan dalam pengambilan minyak biji karet
yaitu metode pengepresan dan ekstraksi. Pada pengoperasiannya, metode
ekstraksi lebih rumit dan lebih banyak menbutuhkan biaya pada industri skala
kecil sehingga proses pengambilan minyak dengan metode pengepresan lebih
sering digunakan.
Salah satu kendala dalam pemanfaatan minyak biji karet sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel adalah kandungan asam lemak bebasnya tinggi. Dalam
proses pembuatan biodiesel secara konvensional, minyak nabati direaksikan
dengan alkohol rantai pendek melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis

2
basa menghasilkan biodiesel. Namun katalis basa hanya bekerja dengan baik pada
bahan baku minyak dengan kadar asam lemak bebas rendah yaitu <0.5% dan
dalam kondisi bebas dari air (Lotero el al., 2005). Untuk minyak nabati dengan
kandungan asam lemak bebas yang tinggi, penggunaan katalis basa dapat
menyebabkan reaksi samping penyabunan yang pada akhirnya dapat menurunkan
perolehan produk biodiesel dan keekonomian proses secara sangat signifikan.
Katalis asam dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembuatan biodiesel
dari bahan baku minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi. Katalis
asam homogen jarang digunakan karena reaksi dengan katalis ini berjalan lambat,
memerlukan temperatur yang tinggi dan bersifat korosif (Lotero et al., 2005).
Katalis asam heterogen dapat dijadikan solusi dalam pembuatan biodiesel karna
tidak korosif, tidak membutuhkan proses pemisahan yang mahal, serta dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Meskipun penggunaan katalis asam heterogen memiliki banyak keuntungan
yang menjanjikan namun harga katalis asam heterogen relatif mahal. Oleh karena
itu diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengembangkan katalis asam heterogen
dengan performa yang tinggi namun dengan harga yang ekonomis.
Belakangan ini terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa biodiesel dapat
diproduksi dengan menggunakan katalis asam heterogen berbahan dasar gula
(Toda et al., 2005). Gula merupakan bahan alami yang tersedia melimpah dengan
harga relatif murah. Katalis asam heterogen dapat dibuat dengan menggunakan
gula sebagai bahan dasarnya melalui proses pirolisis yang dilanjutkan dengan
proses sulfonasi. Akan tetapi, informasi mengenai kondisi optimum pembuatan
katalis asam heterogen berbahan dasar gula tersebut serta karakteristik dan
kinerjanya dalam pembuatan biodiesel masih sangat terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini


adalahapakah minyak nabati biji karet yang mempunyai asam lemak bebas tinggi
dapat langsung diproses tranesterifikasi menjadi biodiesel dengan metode katalis.

1.3 Tujuan Penelitian

3
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan biodiesel dari biji karet sebagai sumber energi untuk
manusia.

2. Mempelajari dan mengoptimasi proses pengambilan minyak biji karet


baik dengan menggunakan teknik ekstraksi maupun pengepresan.

3. Mempelajari dan mengoptimasi proses pembuatan katalis asam heterogen


berbahan dasar gula dengan menggunakan proses pirolisis yang
dilanjutkan dengan proses sulfonasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah pengalaman dan


pengetahuan dari minyak biji karet yang dapat digunakan sebagai biodiesel serta
sebagai salah satu alternatif produk bahan bakar cair yang dapat digunakan oleh
masyarakat dan sebagai referensi bagi para akademis dalam mengembangkan
bahan bakar nabati untuk mengatasi krisis bahan bakar.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal dari penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan


penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan permasalah


dari penelitian, kajian tentang kelebihan dan kekurangan hasil
penelitian sebelumnya dan membahas dari rumusan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang langkah-langkah dari metode penelitian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak tumbuhan atau
lemak hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya
membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat, sehingga akan
memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester (Van Gerpen, 2005).
Kelebihan biodiesel diba ndingkan dengan petrodiesel antara lain: (1)
Biodiesel berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui; (2) Biodiesel
memiliki kandungan aromatik dan sulfur yang rendah (Ma & Hanna, 1999); (3)
Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (Zhang et al., 2003). Beberapa sifat
fisik dan kimia biodiesel dan petrodiesel disarikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel (Demirbas, 2009)

Sifat Metode ASTM D975 ASTM D6751


(Petrodiesel) (Biodiesel)
Titik nyala D93 325K min 403K min
Air dan Sedimen D2709 0,050 max %vol 0,050 max %vol
Viskositas kinematik (313 D445 1,3-4,1 mm2/s 1,9-6,0 mm2/s
K)
Massa jenis D1298 - 0,860-0,900
Abu sulfat D874 - 0,02 max %mass
Abu D482 0,01 max %mass -
Sulfur D5453 0,05 max %mass -
D2622/129 - 0,05 max %mass
Korosi pada tembaga D130 No. 3 max No. 3 max
Bilangan Cetane D613 40 min 47 min
Aromatisitas D1319 35 max %vol -
Residu karbon D4530 - 0,05 max%mass
D524 0,35 max %mass -
Temperatur distilasi D1160 555K min -
(90%vol) 611K max -

5
Saat ini, penggunaan biodiesel masih sulit bersaing dengan petrodiesel
karena memiliki harga yang relatif lebih mahal. Walaupun demikian, dengan
semakin meningkatnya harga petroleum dan ketidakpastian ketersediaan
petroleum pada masa yang akan datang, pengembangan biodiesel yang bersumber
pada minyak tumbuhan menjadi salah satu alternatif utama karena memberikan
keuntungan baik dari segi lingkungan maupun dari segi sumbernya yang
merupakan sumber daya alam terbaharukan.
Lebih lanjut, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam hayati,
Indonesia memiliki banyak sekali sumber minyak nabati yang dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel. Tabel 2.2 berikut ini
menyajikan beberapa sumber minyak nabati yang dapat digunakan dalam proses
pembuatan biodiesel.

Tabel 2.2 Sumber Bahan Baku Biodiesel

Kelompok Sumber Minyak


Minyak tumbuhan Kelapa, jagung, biji kapas, canola, olive,
kacang, safflower, wijen, kedelai, bunga
matahari.
Minyak kacang-kacangan Almond, cashew, hazelnut, macadamia,
pecan, pistachio, walnut
Beberapa minyak masak Amaranth, apricot, argan, articoke,
alpukat, babassu, biji anggur, hemp, biji
kapok, biji lemon, mustard
Minyak lainnya Alga, jatropha, jojoba, neem, biji karet,
Cynara cardunculus L.,castor, radish, dan
dedak padi

2.2 Biji Karet

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet di dunia. Pusat


penanaman karet ada di Pulau Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh,
Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Selatan. Dalam
skala yang lebih kecil Perkebunan Karet didapatkan pula di Jawa, Kalimantan dan
Daerah Indoneia Timur. Luas areal tanam di Luas areal tanam di Indonesia pada

6
tahun 2004 mencapai 2,3 juta Ha yang mayoritas dimiliki oleh rakyat (Setiawan
dan Angsono, 2005).
Berdasarkan sistematika tumbuhan, karet dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Setiawan dan Angsono, 2005) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea Brasiliensis
Karet merupakan kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji
sebagai pembiakan generatif. Biji karet tertutup, tidak dapat dilihat dari luar, biji
karet tersebut terbungkus oleh buah karet. Tiap buah karet terdapat tiga biji karet.
Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan berwarna kecoklatan
diselingi putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan berbelah dua
(Yusuf dan Sulaiman, 1982).
Biji karet dan kacang tanah mengandung asam asam lemak yang
bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan asam lemak dalam biji karet dan kacang
tanah disajikan dalam Tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak biji karet dan kacang tanah (Swern, 1964).
Jenis asam Komposisi (%)
Biji Karet Kacang Tanah
Palmitat 9-12 6-9
(CH3(CH2)14COOH)
Stearat 5-12 3-6
(CH3(CH2)16COOH)
Arachidat 1 2-4
(CH3(CH2)18COOH)
Oleat (cis-9-octadecenoic 17-21 23-71
acid)
Linoleat (omega 6) 35-38 13-27
Linolenat (omega 3) 21-24 -

7
Komposisi kimia biji karet (bungkil) disajikan dalam Tabel 2.2. berikut :
Tabel 2.2. Komposisi kimia biji karet (bungkil) tiap 100 g bydd (Nio, 1992).
Keterangan Komposisi
Bydd 100%
Energi 374 kalori/1474 kJ
Air 12 g
Protein 29,3 g
Lemak 3,3 g
Karbohidrat 50 g
Mineral 5,4 g
Kalsium 102 mg
Fosfor 660 mg
Besi 12 mg
Aktivitasi Retinol 0 mg
Thiamine 0,1 g
Asam askorbat 0 mg

Keterangan :
Bydd : bagian yang dapat dimakan
Aktivasi Retinol : preformed vitaminA
2.3 Metode Pengambilan Minyak
Minyak biji karet termasuk minyak nabati. Ada dua cara pengambilan
minyak nabati dari suatu bahan yang diduga mengandung minyak yaitu ekstraksi
dan mechanical expression. Adapun cara ekstraksi ada dua cara yaitu rendering
dan solvent extraction (Ketaren, 1986).
a. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya, rendering dibagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Dry Rendering

8
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Cara ini dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan
dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220 F sampai 230 F
o o

(105 110 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
o

pada dasar ketel. Minyak atau lemak dipisahkan dari ampas yang telah
mengendap dan pengambilan minyak dari bagian atas ketel.
2. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dilakukan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
uap 40 60 psi. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
dilengkapi alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan
perlahan lahan sampai suhu 50 C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
o

naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses ini yang menggunakan temperatur
tinggi dan tekanan uap digunakan untuk untuk menghasilkan minyak atau lemak
dalam jumlah yang besar. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke
dalam digester selama 4 sampai 6 jam.
b. Solvent extraction
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak atau lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil / ampas dengan kadar
minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah dan mutu minyak kasar
yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil cara pengepresan mekanis karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.
c. Mechanical expression (Pengepresan Mekanis)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pengambilan minyak atau
lemak terutama untuk bahan yang berasal dari biji bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 70%).
Pada cara ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak

9
dipisahkan dari bijinya yang mencakup pembuatan serpihan, perajangan, dan
penggilingan atau pemasakan.

Gambar 2.1 Skema pengambilan minyak dengan pengepresan (Ketaren ,


1986).
2.4 Katalis dalam Pembuatan Biodiesel
Dalam reaksi pembuatan biodiesel diperlukan katalis karena reaksi
cenderung berjalan lambat. Katalis berfungsi menurunkan energi aktifasi reaksi
sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam
pembuatan biodiesel dapat berupa katalis basa maupun katalis asam. Dengan
katalis basa reaksi berlangsung pada suhu kamar sedangkan dengan katalis asam
reaksi baru berjalan baik pada suhu sekitar 100C. Bila tanpa katalis, reaksi
membutuhkan suhu minimal 250C (Kirk & Othmer, 1980).

2.4.1 Katalis Basa


Terdapat dua jenis katalis basa yang dapat digunakan dalam pembuatan
biodiesel, yaitu katalis basa homogen dan katalis basa heterogen.
a. Katalis Basa Homogen
Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH
(kalium hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam
proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan
operasi yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi.
Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi

10
sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang
sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan.
b. Katalis Basa Heterogen
Katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki kemampuan
katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa homogen,
dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis basa
heterogen dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat
digunakan kembali, mengurangi biaya pengadaan dan pengoperasian peralatan
pemisahan yang mahal serta meminimasi persoalan limbah yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
Meskipun katalis basa memiliki kemampuan katalisator yang tinggi serta
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan katalis asam, untuk
mendapatkan performa proses yang baik, penggunaan katalis basa dalam reaksi
transesterifikasi memiliki beberapa persyaratan penting, diantaranya alkohol yang
digunakan harus dalam keadaan anhidrous dengan kandungan air < 0.1 - 0.5 %-
berat serta minyak yang digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas
< 0.5% (Lotero et al., 2005). Keberadaan air dalam reaksi transesterifikasi sangat
penting untuk diperhatikan karena dengan adanya air, alkil ester yang terbentuk
akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas. Lebih lanjut, kehadiran asam lemak
bebas dalam sistem reaksi dapat menyebabkan reaksi penyabunan yang sangat
menggangu dalam proses pembuatan biodiesel.

Akibat reaksi samping ini, katalis basa harus terus ditambahkan karena
sebagian katalis basa akan habis bereaksi membentuk produk samping berupa
sabun. Kehadiran sabun dapat menyebabkan meningkatnya pembentukkan gel dan
viskositas pada produk biodiesel serta menjadi penghambat dalam pemisahan
produk biodisel dari campuran reaksi karena menyebabkan terjadinya
pembentukan emulsi. Hal ini secara signifikan akan menurunkan keekonomisan
proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis basa.
2.4.2 Katalis Asam

11
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah
dengan menggunakan katalis asam. Selain dapat mengkatalisis reaksi
transesterifikasi minyak tumbuhan menjadi biodiesel, katalis asam juga dapat
mengkatalisis reaksi esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung di dalam
minyak menjadi biodiesel mengikuti reaksi berikut ini:

Katalis asam umumnya digunakan dalam proses pretreatment terhadapat


bahan baku minyak tumbuhan yang memiliki kandungan asam lemak bebas yang
tinggi namun sangat jarang digunakan dalam proses utama pembuatan biodiesel.
Katalis asam homogen seperti asam sulfat, bersifat sangat korosif, sulit dipisahkan
dari produk dan dapat ikut terbuang dalam pencucian sehingga tidak dapat
digunakan kembali sekaligus dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan. Katalis asam heterogen seperti Nafion, meskipun tidak sekorosif
katalis asam homogen dan dapat dipisahkan untuk digunakan kembali, cenderung
sangat mahal dan memiliki kemampuan katalisasi yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan katalis basa.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bhan Penelitian
3.1.1 Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 500 ml,
250 ml, thermometer, hotplate 1 buah, mesin vakum, neraca analitik, gelas ukur
50 ml, 500 ml, corong pemisah, Erlenmeyer 500 ml, biuret, pipet tetes,
viscometer, tabung reaksi, desikator, oven, cawan, petri, pH meter, pendingin
balik, kain saring, sudip, motor pengaduk/ magnet pengaduk, piknometer,
elektrotermal, labu destilasi, dan alat ultrasonic, kompor gas serta rak simpanan.
3.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair CPO,
aquades, NaOH, methanol 95% atau 99% hulb A (iodium dilaritkan dalam etanol)

12
dan hulb B (merkuri klorida dilarutkan dalam etanol), Na2S2O3 0,1N, HCl 4,5M,
indicator pati, kloroform, KI 15%, indicator phenolptealin, etanol 96%, CaCl,
H3PO4, larutan NaOH 0,1N, KOH, HNO3 1%, HCL 1%, H2SO4 0,5%, H2SO4
1%, zeolit.
3.2 Variabel penelitian

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Menentukan Kadar Minyak dalam Biji
1. Memecah biji karet dan mengambil isinya.
2. Memotong motong isi biji karet dengan ukuran (0,5x0,5x0,3) cm dan
(0,4x0,4x0,3) cm.
3. Menimbang potongan isi biji tersebut dengan berat 75 gram (x gram)..
4. Mengepres bahan menggunakan alat press.
5. Menimbang berat minyak yang dihasilkan dan menghitung kadar
minyaknya (y gram).
Berat Minyak ( y )
Kadar Minyak 100
Berat Biji ( x)

3.3.2 Pembuatan Katalis

Katalis yang akan digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis


asam dari bahan gula. Kemudian, gula dikeringkan di dalam oven pada suhu
100oC selama 24 jam. Gula kemudian dikalsinasi dalam sebuah furnace pada
suhu 1000oC selama 2 jam. Setelah proses kalsinasi selesai, katalis yang
dihasilkan disimpan di dalam eksikator untuk menjaga kondisi katalis tetap
kering.

3.3.3 Pembuatan Biodiesel


Untuk pembuatan biodiesel, langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan reaktor dan kemudian diisi dengan bungkil wijen. Setelah itu
ditambahkan metanol hingga merendam keseluruhan bungkil wijen dan
ditambahkan kalium metoksida (katalis KOH 2%-b, 3%-b,dan 4%-b yang
dilarutkan dalam metanol sebanyak 10% dari berat bahan). Reaksi dilakukan pada
temperatur reaksi 27oC dan 60oC selama 6 jam. Setelah 6 jam reaksi dihentikan

13
dan diperoleh hasil yang berupa larutan metil ester (biodiesel) dan gliserol di
dalam metanol. Asam fosfat sebanyak 2%-b, 3%-b, dan 4%-b ditambahkan ke
dalam larutan metil ester dan gliserol untuk mendeaktivasi katalis. Kemudian
larutan tersebut disaring untuk memisahkan endapan garam fosfat yang terbentuk
pada saat deaktivasi katalis.
Larutan yang telah dipisahkan dari garam fosfat selanjutnya didestilasi
untuk merecovery metanol. Destilasi dihentikan pada saat tidak ada lagi tetesan
metanol pada labu destilat. Pemisahan antara metil ester dan gliserol dilakukan
dalam corong pemisah, karena adanya perbedaan densitas maka keduanya akan
terpisah secara gravitasi. Gliserol akan berada pada lapisan bawah dan metil ester
(biodiesel) pada lapisan atas, gliserol dikeluarkan melalui saluran bawah pada
corong pisah. Metil ester yang diperoleh dicuci dengan air hangat untuk
menghilangkan pengotor, pencucian dilakukan beberapa kali hingga air hasil
cucian memiliki pH netral. Setelah dicuci metil ester (biodiesel) dikeringkan
dengan hot plate pada sampai suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Kirk, R.E. and Othmer, D. F., 1980, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
vol. 9, John Wiley and Sons, New York.
Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A., & Goodwin, J.G., Jr.,
2005, Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, Industrial & Engineering
Chemistry Research, 44(14), 5353-5363.
Ma, F. & Hanna, M.A., 1999, Biodiesel Production: a Review, Bioresource
Technology, 70(1), 1-15.
Van Gerpen, J., 2005, Biodiesel Processing and Production, Fuel Processing
Technology, 86(10), 1097-1107.
Zhang, Y., Dub, M.A., McLean, D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment,
Bioresource Technology, 89, 1-16.

14
15

Anda mungkin juga menyukai