Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andriano P S

NIM : A31114518

RMK METODOLOGI PENELITIAN : SAMPLING

A. Alasan Pengambilan Sampel


Alasan pengambilan sampel adalah tidak lain untuk mengumpulkan data penelitian
secara praktis sehingga mampu mengurangi rentan waktu penelitian, biaya penelitian, dan
ketelitian dalam pengolahan data penelitian. Karena kita mengetahui bahwa jika populasi dari
subjek penelitian diambil semua oleh peneliti akan mengakitkan rentan waktu penelitian yang
lama, dibutuhkan biaya yang besar, dan tingkat ketelitian yang lebih cermat pula karena data
yang diolah banyak (Sekaran, 2006: 124). Hal tersebut senada dengan Cooper & Schindler
(2006: 113) yang menyebutkan alasan yang mendorong pengambilan sampel, yaitu biaya
lebih rendah, hasil yang lebih akurat, dan pengumpulan data yang lebih cepat.

1. Normalitas Distribusi
Berdasarkan teori limit tengah menyatakan bahwa distribusi pengambilan sampel dari
rata-rata sampel berdistribusi normal. Saat ukuran n bertambah, rata-rata sampel acak yang
diambil dari pendekatan populasi apapun merupakan distribusi normal dengan rata-rata dan
standar deviasi .
2. Karasteristik Sampel yang Baik
Suatu sampel dikatakan representatif manakalah sampel tersebut sudah dianggap
cukup mewakili dari jumlah populasi, dimana dalam istilah pengukuran sering disebut sampel
harus valid. Dimana validitas sebuah sampel itu tergantung pada dua hal, yaitu: akurasi dan
presisi (Cooper & Schindler, 2006: 116-117). Pertama, akurasi merupakan tingkat
ketidakbiasan sampel. Kedua, presisi merupakan seberapa dekat sampel tersebut mampu
menggambarkan populasi. Dimana hal ini biasanya diukur dengan menggunakan standard
error estimate atau perkiraan standar eror. Yogiyanto (2010:74-76) menjelaskan untuk
meningkatkan akurasi sampel, maka peneliti harus memperhatikan; 1) pemilihan sampel
berdasarkan proksi yang tepat, 2) Menghindari bias di seleksi sampel, 3) Mengnghindari bias
hanya di perusahaan-perusahan yang bertahan. Sedangkan presisi yang tinggi adalah
manakalah mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) rendah.
Berbeda dengan Kuncoro (2013: 120) menyebutkan setidaknya terdapat empat
karasteristik sampel yang baik, yaitu:
a. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan sengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang
dikehendaki.
b. Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis
untuk menjadi sampel.
c. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh
(misalnya kesalahan) dalam pemilihan sampel daripada harus melakukan
sensus.
d. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan
yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistik.

B. Proses Pemilihan Sampel


1. Penentuan Populasi
Proses yang pertama untuk melakukan pemilihan sampel adalah penentuan
populasi. Populasi bisa terbatas ataupun tak terbatas. Sebagai contoh populasi
terbatas adalah penelitian terhadap perilaku manager muda pada tiga perusahaan
manufaktur. Sedangkan contoh populasi tidak terbatas adalah penelitian pada
perilaku manager perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel
Unit pemilihan sampel adalah sekelompok elemen. Dari populasi
penelitian, elemen yang akan dikelompokkan menjadi satu atau beberapa
kelompok tergantung pada desain pengambilan sampel yang digunakan oleh
peneliti. Jika menggunakan random sampling, unit pemilihan sampel sama dengan
populasi. Namun jika menggunakan desain yang lebih komplek seperti stratifikasi,
maka akan terdapat lebih dari satu unit pemilihan sampel yang nantinya akan
dipilih sebagai sampel penelitian.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
Kerangka pemilihan sampel merupakan daftar elemen dari setiap unit
pemilihan sampel. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama misalnya dapat
menggunkan daftar nama mahasiswa tahun pertama yang diperoleh di bagian
administrasi. Apabila populasi yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur di
Indonesia, kerangka pemilihan sampel bisa diperoleh dari daftar Direktori
Perusahaan Manufaktur di seluruh Indonesia.
4. Penentuan Desain Sampel
Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel dari populasi yang
ada. Ada beberapa macam desain sampel yang dapat dipergunakan oleh peneliti
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Penentuan Jumlah Sampel
Sebagaimana diketahui, data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel
penelitian. Dengan demikian semakin besar jumlah sampel, dengan desain sampel
yang benar, tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili populasi yang
diteliti. Namun yang terpenting dari adalah bagaimana peneliti mampu
menentukan sampel tersebut mewakili dari populasi dengan baik sehingga
disamping hal tersebut mampu mengurangi biaya penelitian.
6. Pemilihan Sampel
Langkah terakhir dalam proses pemilihan sampel adalah memilih sampel
yang diperlukan. Dalam langkah ini peneliti menentukan elemen yang akan
menjadi sampel dari penelitian yang dilakukan.
Sehubungan dengan proses pemilihan sampel sebagaimana diuraikan diatas
menurut Sekaran & Bougie (2010:286) hanya terdapat lima proses yaitu penentuan
populasi, penentuan kerangka pemilihan sampel, penentuan desain sampel, penentuan
jumlah sampel, dan pemilihan sampel.

C. Pengambilan Sampel Cara Probabilitas dan Nonprobabilitas


Pengambilan Sampel Cara probabilitas

Pengambilan sampel dengan cara probabilitas memiliki dua sifat, yaitu tidak terbatas
(pengambilan sampel acak sederhana) atau terbatas (pengambilan sampel secara probabilitas
kompleks). Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) merupakan
pengambilan sampel secara sederhana, dimana setiap elemen populasi memiliki peluang yang
sama untuk dipilih sebagai subjek. Menurut Davis & Cosenza (1993:227-231) prosedur
pemilihan sampelnya adalah sebagai berikut:
a. Tentukan populasi penelitian dan dapatkan unit pemilihan sampel.
b. Tentukan besar sampel yang dikehendaki, misalnya dengan menggunakan
rumus: n = [ZS/E] 2
c. Ambil sampel secara acak dari unit pemilihan sampel.
d. Ulangi proses c sampai dengan jumlah sampel sama dengan besar sampel
yang dikehendaki.
Sedangkan pengambilan sampel probabilitas kompleks adalah
pengambilan sampel dengan berbagai alternatif yang dilakukan guna
meningkatkan efisiensi pelaksanaan dengan menggunakan prosedur pengambilan
sampel yg telah ditentukan. Ada lima desain dalam pengambilan sampel
probabilitas yaitu;
a. Pengambilan sampel sistematis (Systematic Sampling)
Pengambilan sampel sistematis merupakan cara pengambilan yang
hampir sama dengan random sederhana, hanya saja berbeda pada cara
pengambilan elemen untuk menjadi sampel. Dalam pengambilan sistematis
seluruh elemen yang ada pada unit pengambilan sampel diberi nomor urut
mulai dari nomor 1 (Kuncoro, 2013:131). Kalau N adalah jumlah populasi
sedangkan n adalah jumlah sampel; maka peneliti akan memilih setiap elemen
yang berbeda dengan nomor b untuk sampel, dimana b=N/n dan mulai nomor
1 sampai nomor b.
Contoh: Misalanya dari populasi 2000 (N) dan sampelnya 25% atau
500 (n), maka nilai b sama dengan 2000/500 = 4. Kemudian sampel pertama
ditentukan secara random yaitu angka 3. Maka sampel yang diambil adalah
3;7;11;15;19;23;27; dan seterusnya.
b. Pengambilan acak berstrata (Stratified Random Sampling)
Pengambilan sampel acak berstrata dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklarifikasi suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan
karasteristik tertentu dari elemen-elemen populasi. Misalnya berdasarkan jenis
kelamin, jenis industri, tahun angkatan, size perusahaan. Kemudian sampel
dipilih dari setiap sub populasi dengan metode acak sederhana atau sistimatis
(Indriantoro & Supono, 2002: 125).
Ada dua jenis pengambilan sampel acak berstrata ini, yaitu
pengambilan acak berstrata proporsional dan pengambilan acak berstrata
disproporsional (Sekaran, 2006: 143-144)
c. Pengambilan sampel klaster (cluster sampling)
Pengambilan sampel klaster dilakukan dengan membagi populasi
menjadi beberapa group bagian dan kemudian dipilih secara random
(Yogiyanto, 2010:78).
d. Pengambilan sampel area (area sampling design)
Menurut Indriantoro & Supomo (2002: 129) pengambilan sampel area
pada dasarnya merupakan metode pengambilan sampel acak berdasarkan
kelompok yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi yang lokasi
geografisnya terpencar. Hal ini dilakukan jika factor lokasi menjadi
pertimbangan penting dalam pemilihan sampel. Area pemilihan sampelnya
dapat dibagi berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan (propinsi,
kabupaten, kota madya, atau area yang lebih kecil), berdasarkan wilayah
pemasaran, produk perusahaan, atau menggunakan dasar pembagian area yang
lain.
e. Pengambilan sampel dobel (double sampling)
Pengambilan sampel dobel atau sequential sampling atau multiphase
sampling merupakan metode pengambilan sampel yang mengumpulkan
sampel dengan dasar sampel yang ada dan dari informasi yang diperoleh
digunakan untuk mengambil sampel berikutnya (Yogianto, 2010:79). Misalnya
data responden dapat dikumpulkan dari mail survey dan secara random dipilih
beberapa untuk diinterview lebih detai sesuai dengan kreteria tertentu.
Tinjauan Desain pengambilan Sampel Cara Probalilitas
Berkaitan dengan desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Pengambilan sampel acak berstrata merupakan cara yang paling efisien,
karena dengan jumlah sampel yang sama mampu memberikan informasi yang
lebih teliti dan rinci.
b. Pengambilan sampel sistematik memiliki resiko kemungkinan bias
sistematis.
c. Pengambilan sampel area merupakan cara pengambilan sampel paling popular
dalam pengambilan sampel klaster.

Anda mungkin juga menyukai