Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsepsi pengelolaan Sumber Daya Alam ( SDA ) seringkali secara

kritis diletakkan pada paradigma yang berbasis negara. Implikasi paradigma ini

adalah memberikan wewenang penuh pada negara untuk menguasai, memiliki dan

mengatur pengelolaan SDA. Konsepsi tersebut selama ini terimplementasi dalam

berbagai pengambilan kebijakan pengelolaan migas yang hampir sepenuhnya

berada pada Pemerintah Pusat. Pada sisi lain, daerah terdampak (yang terletak

pada posisi perbatasan wilayah propinsi) seringkali terbebani dengan berbagai

faktor resiko, diantaranya kerugian akibat termanfaatkannya kekayaan migas yang

terletak dalam satu reservoir dengan daerah eksploitasi yang secara kewilayahan

administratif berbeda propinsi (daerah perbatasan), atau bahkan kerusakan

infrastruktur akibat digunakannya fasilitas jalan untuk mobilitas kepentingan

migas yang penanganannya memerlukan cost yang cukup besar.

Blok Cepu yang diperkirakan sebagai penyumbang 20% dari cadangan

minyak nasional secara reservoir terletak pada perbatasan 2 kabupaten yang

berbeda propinsi. Sesuai kajian perhitungan kandungan hidrokarbon yang

dilakukan secara Profesional oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bahwa

potensi hidrokarbon 7 lapangan migas dan 24 leads ( prospek yang terindikasi dan

belum dilakukan pemboran) yang ada di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten

Blora terdiri dari :


Wilayah Bojonegoro yg sudah terbukti : 630 MMBOE

Wilayah Bojonegoro yg belum terbukti : 1965 MMBOE

Wilayah Blora yg sudah terbukti : 101 MMBOE

Wilayah Blora yg belum terbukti : 1315 MMBOE

Kebijakan eksplorasi dan eksploitasi yang terletak di Kabupaten Bojonegoro saja

berimplikasi pada Kabupaten Blora sebagai daerah terdampak, yaitu :

Kondisi infrastruktur jalan wilayah perbatasan yang terpakai mobilitas

kegiatan migas mengalami kerusakan;

Ketidak-adilan penerimaan DBH karena sistem distribusi DBH yang tidak

berkeadilan;

Ambigu sikap pemerintah pusat yang secara de facto mengakui kandungan

hidrokarbon Blok Cepu sebagian berada di Kabupaten Blora (terbukti dengan

analogi perhitungan Participating Interest), namun pada satu sisi tidak

memberikan ruang bagi Kabupaten Blora untuk mendapatkan DBH.

Kuat dan melekatnya pola pikir pada sebagian besar masyarakat bahwa

dengan anugerah Tuhan berupa kekayaan potensi migas memberikan ekspektasi

yang amat tinggi terhadap berlimpahnya sumber penerimaan daerah yang nantinya

dapat mengangkat harkat dan kesejahteraannya. Hal ini tentu dapat dimaklumi,

masyarakat sekitar lokasi industri telah terkungkung dalam sejarah panjang

kemiskinan (endemic poverty) ;

Sehingga diperlukan reformasi kebijakan tata kelola migas, khususnya

dalam distribusi DBH untuk memenuhi asas Keadilan DBH bagi daerah

terdampak yang berada pada lintas perbatasan propinsi. Hal ini mengilhami

2
penulis untuk menjadikannya suatu masalah yang patut dilakukan perubahan /

revisi. Selanjutnya masalah tersebut akan dituangkan penulis menjadi pokok

masalah sebagai bahasan ilmiah dalam Kertas Kerja Wajib (KKW) ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini adalah

1. Mengetahui Tata Kelola Migas di Blok Cepu, khususnya dalam Sharing

Revenue / Bagi Hasil Migas sebagaimana diatur didalam UU No. 33 Tahun 2004.

Sehingga diperlukan kajian pembanding untuk bahan pengambilan keputusan di

Tingkat Pemerintah Pusat agar lebih berkeadilan dengan distribusi sharing

revenue untuk daerah terdampak yang secara geografis berada diperbatasan antar

Propinsi.

2. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Diploma I pada Jurusan

Manajemen Program Studi Manajemen Pertambangan Energi STEM - Akamigas.

1.3 Batasan Masalah

Pokok bahasan pada Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dibatasi membahas

masalah Sharing Revenue / Bagi Hasil Migas yang diberikan Pemerintah Pusat

kepada daerah secara berKeadilan.

1.4 Sistematika Penulisan

Kertas Kerja Wajib (KKW) ini ditulis dalam beberapa bab dengan susunan

sebagai berikut :

3
I. PENDAHULUAN

Bab ini menerangkan tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan penulisan,

batasan masalah dan sistematika penulisan.

II. ORIENTASI UMUM

Mengulas tentang sejarah singkat Kabupaten Blora, letak geografis

Kabupaten Blora, penduduk dan lingkungan Kabupaten Blora, sarana dan

fasilitas Kabupaten Blora, struktur organisasi Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Blora, tugas dan fungsi dari Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Blora.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Dasar Hukum Tentang Perekonomian Nasional Dan

Kesejahteraan Sosial, Minyak dan Gas Bumi, Pemerintahan Daerah,

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

Dana Perimbangan, dan Pengembangan Masyarakat di Kawasan Industri

Migas.

IV. PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini meliputi Konsep DBH Migas yang berKeadilan

(Kasus Daerah Perbatasan Propinsi) & Kabupaten Blora sebagai Daerah

Terdampak Eksploitasi Blok Cepu (Solusi DBH Migas berKeadilan).

V. PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran dari bab-bab yang sudah disampaikan

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai