Filsafat Resume Final
Filsafat Resume Final
OLEH
TOMI
2016
A. Pengertian, ruang lingkup, dan kegunaan filsafa pendidikan islam
1. Pengertian filsafat pendidikan islam
Definisi yang lain, filsafat pendidikan islam adalah konsep berpikir tentang pendidikan yang
bersumber atau berlandaskan ajaran agama islam, tentang hakikat kemampuan manusia
dalam mengembangkan potensinya sebagai individu yang dijiwai oleh ajaran-ajaran islam
Kemudian pengertian filsafat pendidikan islam dari beberapa orang lain seperti :
Menurut Abudin Nata bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah
masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, sperti tujuan, kurikulum, metode, serta
lingkungan pendidikan. Namun dari Muzayyin Arifin memeberikan penekanan bahwa yang
menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah pemikiran mengenai konsep-konsep; tujuan
pendidikan, kurikulum pendidikan, pendidik,peserta didik , metode, lingkungan pendidikan
dan kondisi masyarakat dunia1
b. Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara badan dan ruh serta didukung
oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia
sebagai ahsan at-taqwin dan merupakan manusia pada posisi
yang strategis yaitu: Hamba Allah (abd Allah) dan Khalifah Allah
(khalifah fi al-ardh)
a. Manusia Sebagai Hamba Allah (abd Allah)
Jin dan manusia diciptakan melainkan hanya untuk beribadah
kepada allah. Maka dalam hal ini manusia berkedudukan sebagai
hamba yang wajib mentaati seluruh perintah-Nya, sebaliknya
manusia juga harus menjauhi seluruh larangan-Nya,
b. Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh.
Manusia adalah wakil Allah dibumi yang merupakan pelaksana
dari kekuasaan dan kehendak Allah
Namun masih ada juga kedudukan Manusia yang terdapat dalam
al quran diantaranya :
1. Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jumuah:
10; Al-Baqarah: 60).
2. Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-Anam:168).
3. Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4,
Al-Isra:70).
2. Terhadap Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau sekumpulan dari
beberapa keluarga yang hidup dilingkungan tertentu. Jika kita berbicara
tentang masyarakat yang berkaitan dengan sudut pandang islam maka
pembahasan kita tidak keluar dari bidang pendidikan islam atau falsafah
pendidikan islam. Masyarakat merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi pendidikan, disamping masyarakat itu tempat kembalinya
out-put pendidikan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat, bahwa
kerja-kerja pendidikan lebih bersifat sosial dan merubah serta memajukan
masyarakat merupakan tujuan yang paling menonjol bagi pendidikan
islam. Disamping itu pendidikan adalah wadah atau tempat mencetak
generasi mudah, yang pada akhirnya generasi mudah itu menjadi
berkualitas, dan dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Disamping hal diatas, Perlu diungkapkan pula pendapat beberapa
ahli tentang masyarakat sebagai Berikut :
a. Menurut Selo Sumardjan Masyarakat Adalah Orang-orang yang hidup
bersama menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Karl Mark Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
c. Menurut Emile Durkheim Masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif (mandiri, hidup Bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, Mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan kelompok/kumpulan manusia
tersebut.
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesame
untuk mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama, maupun lapisan social
sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Secara langsung dan tidak
langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin komunikasi,
mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka
mencapai tujuan.
3. Terhadap Lingkungan
a. Manusia Dan Alam
Sejak kelahiran manusia, muncul jenis-jenis baru tumbuhan dan
hewam yang telah disediakan untuk leingkungan hidup manusia agar
sejahtera hidupnya. Lingkungan itu perlu diolah dan dimanfaatkan
manusia sebaik-baiknya, supaya sesuai dengan maksud Allah
menciptakan manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah. Kita harus
mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam ragam benda,
baik biotik (yang dapat diperbaharui) maupun abiotik (yang tidak dapat
diperbaharui), agar lingkungan hidup dapat berfungsi dan dapat untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan batin. Bumi dan isinya
adalah bahan mentah yang harus diolah dan dilestarikan manusia agar
bumi dan isinya selalu terlestarikan dan terolah secara baik, Allah SWT
berfirman:
[10]
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Q.S Al-Araff: 10)
b. Memanfaatkan Lingkungan
Manusia terhadap ligkungannya sangatlah dominan selaku subjek
penentu, yang dapat menentukan apakah lingkungan itu dapat
bermanfaat atau tidak. Namun manusia tentulah sangat mengiginkan
kehidupannya selalu bermanfaat. Pemanfaatan alam sebesar-besarnya
bagi kehidupan dan kesejahteraannya harus di sertai upayamenjaga
keseimbangan ekologi dan mempertahankan kelestariannya. Akal
manusia terus berkembang, dan manusia terus memahami alam. Secara
berangsur dengan akal pikirannya, manusia berhasil menggali hukum
alam yang mencerminkan kekuasaan dan kebesaran penciptanya, Allah
swt. Akan tetapi manusia selalu mencari rahasia alam, sehingga manusia
menemukan alat-alat untuk melestarikan alam dengan praktis tanpa
menegeluarkan otot atau tenaga yang ekstra. Dengan penemuannya,
pengguanaan energi baru maka kehidupan ekonomi masyarakat dan
tingkat reproduksi pertanian semakin meningkat.seharusnya sikap
manusia terhadap lingkungan bersifat akti memanfaatkannya seperti
tanah, air dan udara.
E. Pendekatan dalam kajian filsafat pendidikan islam
1. Pengertian Pendekatan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1) Proses perbuatan,
cara mendekati, (2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang
masalah penelitian.. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan
approach dalam bahasa Arab disebut dengan madkhal;.
Pendekatan (approach) adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu. Atau juga mengandung pengertian
suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau
penelitian.
Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena
tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan
langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri.
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik.
Karena teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak
terlepas dari metode apa yang digunakan.
Berkaitan dengan itu, maka menurut Jalaluddin dan Usman Said adalah pada garis
besarnya ada dua metode pokok dalam mempelajari Filsafat Pendidikan Islam.
1. Pendekatan terhadap Wahyu.
2. Pendekatan terhadap Sejarah.
Pendekatan wahyu merupakan pendekatan dalam mengkaji konsep-konsep wahyu
secara filosofis dan analisis, sedangkan pendekatan sejarah dilakukan melalui pengkajian
hasil pemikiran ulama (cendekiawan) Islam dimasa silam.
Beberapa metode pendekatan pengembangan filsafat pendidikan
Islam yaitu:
1. Pendekatan Normatif
Pendekatan Normatif dimaksudkan adalah mencari dan
menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata, dalam filsafat
Islam bisa disebut sebagai pendekatan syariah, yaitu mencari
ketentuan dan menetapkan ketentuan tentang apa boleh dan yang
tidak boleh menurut syariat Islam.
Dengan melakukan pendekatan normatif, maka berusaha
memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam kehidupan
manusia dan proses pendidikan, dan bagaimana hubungan norma-
norma tersebut dengan pendidikan dengan demikian akan dapat
dirumuskan petunjuk-petunjuk kearah usaha pendidikan di
arahkan.
2. Pendekatan Historis
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengambil pelajaran dari
peristiwa dan kejadian masa lalu. Pendekatan historis digunakan
dalam filsafat pendidikan Islam dengan cara mengadopsi metode
yang digunakan dalam penelitian sejarah Islam. Maksud
pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan Islam dikaji
berdasarkan urutan dan rentang waktu yang terjadi dimasa
lampau. Histori atau sejarah memang berhubungan dengan
peristiwa masa lampau, namun peristiwa masa lalu tersebut hanya
berarti dapat dipahami dari sudut tinjau masa kini dan ahli sejarah
dapat memahami peristiwa masa lalu tersebut.
Pendekatan historis dalam pendidikan berkenaan dengan
penggambaran apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan
selama kurun waktu tertentu.
3. Pendekatan Bahasa (Linguistik)
Pendekatan bahasa yang digunakan dalam studi filsafat
pendidikan Islam biasanya menekankan pada dua kategori , yaitu
analisis bahasa dan analisis konsep. Analisis bahasa adalah suatu
usaha mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-
pendapat mengenai makna yang dimilikinya. Atau dengan kata lain
analisa bahasa digunakan untuk mengetahui arti yang
sesungguhnya dari sesuatu. Analisis bahasa dalam pendekatan
bahasa akan memfokuskan sumber-sumber tertulis sebagai
sumber pengambilan data. Tanpa adanya analisa bahasa akan sulit
bagi kita untuk mencerna maksud dan tujuan dari teori-teori
ataupun pemikiran-pemikiran filsuf sebelum kita. Dengan kejahilan
kita terhadap pemikiran-pemikiran filsuf tersebut maka akan sulit
juga bagi kita untuk mencari dan mnerapkan teori-teori mereka
dalam pendidikan kita
Adapun analisis konsep digunakan untuk menganalisis istilah-
istilah atau kata-kata yang mewakili gagasan atau konsep. Definisi
merupakan suatu yang diperlukan dalam menganlisis konsep.
4. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mencoba
memahami filsafat pendidikan Islam dalam konteks sosial, politik,
budaya dimana pendidikan Islam itu berada. Pendekatan
kontekstual lebih mengarah kepada situasi dan kondisi sosiologis
antropologis. Pendekatan ini pada intinya mempertanyakan apakah
proses pendidikan yang dilaksanakan secara sosiologis
antropologis itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara filosofis ataukah tidak? Atau sebaliknya apakah
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan itu sesuai dengan
tuntutan masyarakat secara antropologis di lapangan atau tidak?
Masyarakat ingin menciptakan perkembangan lebaih baik
daripada kondisi-kondisi yang telah ada sebelumnya.
5. Pendekatan Filsafat Tradisional
Pendekatan ini adalah bahwa filsafat pendidikan itu berupaya
mengkaji sistem-sistem atau aliran-aliran yang ada didalamnya.
Filsafat tradisional adalah filsafat yang terdapat dalam sistem,
jenis, dan aliran filsafat. Jadi sebuah studi filsafat pendidikan Islam
dengan pendekatan ini senantiasa mengungkapkan aliran atau
sistem filsafat dalam filsafat pendidikan Islam. Berbagai aliran
filsafat, mulai dari yang tradisional, modern sampai yang
kontemporer, dicarikan pemikiran-pemikirannya yang berkenaan
dengan dunia pendidikan.
6. Pendekatan Filsafat Kritis
Pendekatan filsafat kritis lebih bersifat keilmuan terbuka dan
dinamis, yang berbeda dengan aliran-aliran filsafat yang ideologis.
Pendekatan ini memiliki tiga ciri utama, yaitu:
a. Kajian filsafat selalu terarah pada perumusan ide-ide dasar
terhadap objek persoalan yang sedang dikaji
b. Perumusan ide-ide dasar itu dapat menciptakan berfikir kritis
c. Kajian filsafat dapat membentuk mentalitas dan kepribadian
yang mengutamakan kebebasan intelektual, sehingga terbebas
dari dogmatis dan fanatisme.
7. Pendekatan Hermeneutik
Hermeneutika dipandang sebagai cara yang paling tepat untuk
menafsirakan dan menjelaskan makana-makna dari wacana lisan
dan bahasa gerak dalam ritual yang dipadang sebagai
sesuatu yang paling menentukan terhadap makna dan
signifikasinya. Tugas hermeneutika adalah bagaimaan manafsirkan
sebuah teks klasifk atau teks asing sehingga menjadi milik kita
yang hidup di zaman dan tempat serta suasana budaya yang
berbeda.
Jadi maksud penggunaan pendekatan hermeneutika dalam studi
filsafat pendidikan Islam adalah menginterpretasikan sebuah teks
yang berbicara mengenai pendidikan. Teks tersebut dipahami
berdasarkan konteksnya, mengapa ia muncul dan dalam situasi
apa ia lahir. Dengan pendekatan ini, pemahaman akan sebuah teks
dapat menghasilkan makan baru, yang berbeda dengan
pendekatan normatif.
8. Pendekatan Perbandingan
Pendekatan perbandingan dalam studi filsafat pendidikan Islam
digunakan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari dua buah
pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berbeda. Juga bermaksud
mengeksplorasi aspek-aspek persamaan dan perbedaan dari
keduanya. Dengan pendekatan perbandingan ini diharapkan
konseptualisasi pemikiran filsafat pendidikan Islam yang
merupakan sintesis dari dua pemikiran yang berbeda tersebut.
a) Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup;
b) H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia;
c) Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk
merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan
atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang; dan
d) M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung
2. Prinsip pendidikan islam
Pada bagian terdahulu dijelaskan tentang prinsip-prinsip pendidikan
diakhirat. Perilaku yang terididik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat
b. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam
unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat al-Quran Allah menyebutkan
iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh
ayat yang menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit
suku, ras, jenis kelamin, status sosial, latar belakang, dsb. Karena manusia
culture.
e. Prinsip Demokrasi
Berasal dari kata demos; rakyat, cratein: pemerintah, prinsip ini
program pendidikan
g. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
Prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar
menerima tubatnya...(QS.Al-Maidah:39).
Dari prinsip-prinsip tersebut bisa ditambahkan lagi dengan prinsip
jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa maupun suku, ras, atau warna
yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk
dan rendah adalah syirik. Sehingga dengan prinsip ini pendidik bukan
Demikianlah berbagai wacana dan pemikiran telah dikemukakan para pakar pendidikan
Islam mengenai manusia yang hendak dibentuk oleh pendidikan Islam. Menurut John Dewey,
tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu Means dan ends. Means
merupakan tujuan antara, sedangkan ends adalah tujuan akhir. Dengan kedua kategori
ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria diantaranya adalah:
a. Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi
yang sudah ada
b. Tujuan harus fleksibel yang dapat disesuaikan dengan keadaan
c. Tujuan itu harus memiliki kebebasan aktivitas.
Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany mencoba memperjelas tujuan antara dalam
pendidikan Islam ini dengan membaginya dalam tiga jenis, yaitu:
a. Tujuan Individual
Yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian individu dan pelajaran-pelajaran yang
dipelajarinya.
b. Tujuan Sosial
Yaitu tujuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial anak didik secara keseluruhan.
c. Tujuan Profesional
Yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai
profesi dan sebagai sesuatu akibat diantara aktivitas-aktivitas yang ada didalam
Masyarakat.
2. PENDIDIKAN DAN PESERTA DIDIK
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan.
Dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik
kearah tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan. Secara umum, pendidikan adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak
dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan.
Dalam konsepsi Islam, Muhammad Rasulullah adalah al-mualim al-awwal (pendidik
pertama dan utama), yang telah dididik oleh Allah. Pendidik teladan dan percontohan ada
dalam pribadi Rasulullah yang telah mencapai tingkatan pengetahuan yang tinggi akhlak
yang luhur dan menggunakan metode dan alat yang tepat.
Begitu tinggi dan terhormat kedudukan seorang pendidik. Penyair Mesir Syauqi Bek telah
menyamakan kedudukannya mirip seorang Rasul. Berdirilah (untuk menghormati pendidik)
dan berilah penghargaan, karena seseorang pendidik itu hampir saja merupakan seorang
Rasul.
Pendidik selain bertugas melakukan transfer of knowledge, juga adalah seorang motivator
dan fasilitator bagi proses belajar peserta didiknya. Dengan paradigma ini, seorang pendidik
harus dapat memotivasi dan memfasilitasi peserta didiknya agar dapat mengaktualisasikan
sifat-sifat Tuhan yang baik, sebagai potensi yang perlu dikembangkan. Dalam melakukan
tugas profesionalnya pendidik bertanggung jawab sebagai seorang pengelola belajar,
pengarah belajar, dan perencana masa depan masyarakat.
Dengan tanggung jawab ini, pendidik memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi edukasional yang bertugas melaksanakan pengajaran
2. Fungsi edukasional yang bertugas untuk mendidik peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan
3. Fungsi manajerial yang bertugas untuk memimipin dan mengelola proses pendidikan.
Selain pendidik, komponen lainnya yang melakukan proses pendidikan adalah peserta
didik. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki jumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Disini peserta
didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai
taraf kematangan, baik fisik, mental, memerlukan bantuan, bimbingan, dan arahan pendidik
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dan membimbingnya menuju
kedewasaan. Potensi dasar yang dimiliki peserta didik kiranya tidak akan berkembang secara
maksimal tanpa melalui proses pendidikan. Islam memandang setiap anak dilahirkan dengan
dibekali fitrah. Kedua orang tuanyalah yang dapat membuat ia menjadi orang kafir, majusi,
nasrani, yahudi ataukah Islam.
3. KURIKULUM PENDIDIKAN
Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan
model pendidikan manapun. Tanpa adanya kurikulum, sulit rasanya bagi para perencana
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakannya. Mengingat
pentingnya kurikulum, kurikulum perlu dipahami dengan baik oleh semua pelaksana
pendidikan.
Menurut S. Nasution, istilah kurikulum bentuk kali pertama masuk dalam kamus Inggris
Webster pada tahun 1856. Istilah ini pada awalnya digunakan dalam bidang olahraga seabgai
suatu jarak yang harus ditempuh pelajar atau diartikan sebagai sebuah Chariot semacam
kereta pacu, yaitu alat yang dibawa seseorang pelari start sampai dengan finish. Kemudian
istilah ini digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh untuk mencapai tingkat tertentu yang disajikan oleh sebuah lembaga pendidikan.
Sementara itu, kurikulum tak cukup dipahami sebagai rencana pelajaran, karena aktivitas
dan proses pendidkan itu luas cakupannya. Kurikulum harus dipahami sebagai rencana
pengalaman belajar, sebagai rencana tujuan pendidikan yang hendak dicapai, dan sebagai
rencana kesempatan belajar. Dari pemahaman luas ini, kurikulum sering dipisahkan dari
pengajaran. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda. Perbedaan ini
menurut adanya perencanaan kurikulum dan perencanaan pengajaran. Kurikulum berkaitan
erat dengan perencanaan belajar yang lebih luas, sedangkan pengajaran berkaitan dengan
perencanaan belajar sebagai implikasi kurikulum.
Kurikulum sebuah pendidikan senantiasa mengalami perkembangan dan pendidikan.
Didalam kurikulum, tidak dikenal adanya istilah selalu up to date. Kurikulum selalu
mengalami perubahan dan perkembangan seiring perubahan dan perkembangan yang terjadi
didalam masyarakat. Akan tetapi, perubahn dan perkembangan kurikulum tidak selalu
diartikan secara total, tetapi sifatnya lebih merupakan revisi.
4. METODE PENDIDIKAN
Pendidikan Islam dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang tepat untuk
mengantarkan proses pendidikan menuju tujuan yang telah dicita-citakan. Bagaimanapun
baik dan sempurnanya sebuah kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa jika
tidak memiliki metode atau cara yang tepat untuk mentransformasikannya kepada peserta
didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara gilirannya berakibat pada terbuangnya
waktu dan tenaga secara percuma.
Oleh karena itu, metode merupakan komponen pendidikan Islam yang dapat menciptakan
aktivitas pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien. Metode merupakan persoalan esensial
pendidikan Islam, jika pendidikan Islam itu dituju dengan benar-benar maka akan menuju
cita-cita yang betul-betul tepat.
Metode yang berfungsi sebagai pengantar untuk sampai kepada tujuan dapat dikatakan
baik apabila:
1. Metode pendidikan Islam harus bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan Akhlak Islam
yang mulia.
2. Metode pendidikan Islam mbersifat luwes, dan dapat menerima perubahan dan penyesuaian
dengan keadaan dan suasana proses pendidikan.
3. Metode pendidikan Islam senantiasa berusaha menghubungkan antara teori dan praktik,
antara proses belajar dan amal, antara hafalan dan pemahaman secara terpadu.
4. Metode pendidikan Islam menghindari dari cara-cara mengajar yang bersifat meringkas.
5. Metode pendidikan Islam menekankan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat,
dan berdialog dengan cara yang sopan dan saling menghormati.
6. Metode pendidikan Islam juga menghormati hak dan kebebasan pendidik untuk memilih
metode yang dipandangnya sesuai dengan watak pelajaran dan peserta didik itu sendiri.
G. Pendidikan pembebasan pandangan islam
Pendidikan pada dasarnya merupkan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Dari mulai lahir (sejak dari buaian), manusia
senantiasa belajar dengan yang terjadi disekitarnya, hingga manusia
lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia tetap melakukan prakondisi-
prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi, dan inilah proses
pembelajaran.
Salah satu kritik cukup tajam menganai pendidikan ini datang dari
Paulo Friere. Menurut Freire, kala itu pendidikan di Brazil (dan mungkin
masih terjadi sampai kini di banyak negeri, termasuk Indonesia) telah
menjadi alat penindasan dari kekuasaan untuk membiarkan rakyat
dalam keterbelakangannya dan ketidaksadarannya bahwa ia telah
menderita dan tertindas. "Pendidikan gaya Bank", dimana murid
menjadi celengan dan guru adalah orang yang menabung, atau
memasukkan uang ke celengan tersebut, adalah gaya pendidikan yang
telah melahirkan kontradiksi dalam hubungan guru dengan murid.
Lebih lanjut dikatakan, "konsep pendidikan gaya bank juga
memeliharanya (kontradiksi tersebut) dan mempertajamnya, sehingga
mengakibatkan terjadinya kebekuan berpikir dan tidak munculnya
kesadaran kritis pada murid". Murid hanya mendengarkan, mencatat,
menghapal dan mengulangi ungkapan-ungkapan yang disampaikan
oleh guru, tanpa menyadari dan memahami arti dan makna yang
sesungguhnya. Inilah yang disebut Freire sebagai kebudayaan bisu (the
culture of silence).
2. Periode Klasik
a. Ibn Qutaibah (213-276 H.)