Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIOLOGI PRODUKSI TERNAK

Fisisologi Produksi Susu

Oleh:
Kelas B

Zhasa Nurlailya 200110140039

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat
mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu.
Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh pemerintah agar
swasembada susu tercapai secepatnya.

Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan, dan interaksi
genetic dan lingkungan. Factor genetic berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan
70% terhadap produksi susu sapi perah. Yang patut diperhatikan adalah
mempersiapkan kemampuan sapi dalam menghasilkan susu. Kemampuan
menghasilkan susu harus dipacu dengan keadaan lingkungan sehingga sapi perah
dapat berproduksi mendekati kemampuan genetic di negara asalnya.

Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi perah


perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat
dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi perah
dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri
dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah. Dalam meningkatkan kualitas
serta kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa faktor penting yang harus di
terapkan secara profesional yaitu perlunya penanganan manajemen pemeliharaan sapi
perah yang baik dan pemahamamn mengenai fisiologis produksi susu sapi perah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana antomi kelenjar ambing dan proses pembentukan susu

2. Bagaimana proses fisiologis dan biokimiawi selama laktasi

3. Bagaimana proses biosintesis susu

1.3 Tujuan

1. Mengetahui antomi kelenjar ambing dan proses pembentukan susu

2. Mengetahui proses fisiologis dan biokimiawi selama laktasi

3. Mengetahui proses biosintesis susu


II

PEMBAHASAN

2.1 Susu

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai
sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina
bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan
mamalia yang berbeda (Potter, 1976). Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan
berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang
mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar
susu yang dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsur
darah pada kelenjar susu sapi. Sedangkan menurut Buckle (1985), susu didefinisikan
sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya.

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar zat gizi
esensial ada dalam susu, di antaranya yaitu protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan
tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena di samping
kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam
saluran cerna (Almatsier, 2002). Untuk keperluan komersial, sumber susu yang paling
umum digunakan adalah sapi. Namun ada juga yang menggunakan ternak lain seperti
domba, kambing, dan kerbau.
Tabel 1. Komposisi Susu (gr/100 gr) berbagai Spesies

Spesies Lemak Kasein Whey Laktosa Kadar Abu

Manusia 4,6 0,8 0,7 6,8 0,2

Sapi:

B. Taurus 4,2 2,6 0,6 4,6 0,7

B. Indicus 4,7 2,6 0,6 4,7 0,7

Kerbau 7,8 3,2 0,6 4,9 0,8

Kambing 4,5 2,6 0,6 4,4 0,8

Domba 7,6 3,9 0,7 4,8 0,9

Kuda 1,6 1,3 1,2 6,2 0,4

Keledai 1,5 1,0 1,0 7,4 0,5

Unta 4,0 2,7 0,9 5,4 0,7

2.2 Anatomi Fisiologis Ambing dan Proses Pembentukan susu

Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian terpisah. Bagian kiri
dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan
longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang
jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping, dasar ambing
sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut.
Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir
sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur
hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah
pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi bangsa.
Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam
ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara 11,35 27,00 kg atau lebih
tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya
naik sesuai dengan bertambahnya umur. Setelah sapi mencapai umur 6 tahun
berat dan kapasitas ambing tidak naik lagi. Terbesar kapasitasnya pada laktasi
yang kedua dan ketiga. Normalnya, kuartir belakang lebih besar dari kuartir
depan dan menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari.
Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting, puting susu
berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu belakang
biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan
mesin perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan
yang panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan lain sapi
dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek. Sifat
terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1) ukuran sedang, (2)
penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang
puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur
penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk
menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap
komponen ini berperan langsung atau tidak langsung terhadap sintesis susu.

Proses Pembentukan Susu


Proses pembentukan susuterdiri dari dua tahap . Proses pembentukan susu
terdiri atas dua tahap yaitu suplai prekursor susu oleh aliran darah, dan konversi
bahan baku menjadi susu oleh sel-sel kelenjar ambing . Ambing mengambil zat gizi
dari darah, mengubahnya menjadi komponen susu, dan melepas-kannya ke dalam
lumen alveolar.
Pelepasan susu ke dalam lumen alveolus terjadi tanpa menampakkan bagian
dalam sel. Komponen individual susu disimpan terpisah di dalam sel ambing. Karena
itu, susu sebenarnya belum terbentuk sampai komponen susu masuk ke lumen
alveoler tempat komponen-komponen ini bercampur. Butir lemak terbentuk di
sebagian kecil sel. Kemudian, ukurannya membesar dan bergerak perlahan ke lumen
alveoler. Membran sel membungkus butir lemak saat butir lemak menekan ke luar
sel. Kemudian, butir lemak dijepit oleh membran luar permukaan sel dan menjadi
bebas di dalam alveolus. Sebaliknya, protein susu dibungkus di dalam sel ambing
seperti butiran asing di dalam vakuola. Lalu, protein susu dilepaskan ke dalam lumen
alveoli tanpa melepaskan penutup membran sel. Laktosa terdapat dalam vakuola
sekretori dan dilepaskan ke lumen alveoler bersama dengan protein. Sejumlah air
dialirkan ke susu melalui vakuola. Mekanisme yang menyebabkan sisa komponen
kimia susu memasuki lumen alveoli belum diketahui.

Bahan baku pembentuk susu berupa Zat makanan (darah/plasma) Cairan


Intersisial Sel-sel Alveoli, dengan perbandingan 500:1 yang artinya setiap 500
volume darah yang mengalir ke dalam kelenjar ambing dibentuk 1 volume susu.

Tabel 2. Waktu dan Persentase Komponen Susu


Waktu setelah melahirkan Total Solid Protein Lemak

Lahir 27,40 14,00 8,45

6 jam 27,50 9,34 13,00

12 jam 15,60 4,80 5,68

18 jam 14,55 4,25 5,26

24 jam 13,98 3,99 4,88

2.3 Proses Fisiologis dan Biokimiawi Laktasi

Proses pembentukan susu selama laktasi, meliputi proses fisiologis dan

biokimia. Proses fisiologis dan biokimiawi laktasi teragi menjadi tiga yaitu

homeostasis, homeorhesis, dan partitioning nutrient.

1. Homeostasis

Homeostatis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan

internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi

terhadap kondisi lingkungan disekitarnya.Homeostasis merujuk pada

ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis

dalam (badan organisme) yang konstan (Siagian, 2004)

2. Homeorhesis
Perubahaan yang terkoordinasi dalam metabolisme dari jaringan tubuh

yang diperlukan untuk mensupport suatu keadaan fisiologis (Bauman &

Currie,1980).

3. Partitioning nutrient

Partitioning nutrient merupakan pengaturan pembagian nutrisi selama

kehamilan dan laktasi yang melibatkan control homeorhesis. Pembagian

nutrisi ini diperlukan untuk memasok kebutuhan sintesis susu.

2.4 Biosintesis Susu

Susu disintesis dalam kelenjar susu. Dalam kelenjar susu terdapat unit yang
memproduksi susu, alveolus. Alveolus berisi satu lapisan sel epitel sekretori yang
mengelilingi tempat penyimpanan pusat yang disebut lumen, yang dihubungkan ke
sistem pembuluh. Sel-sel sekretori, pada gilirannya, dikelilingi oleh lapisan sel
myoepithelial dan kapiler darah.

2.4.1 Sintesa protein susu

Terdapat 3 sumber utama bahan pembentuk protein susu yang berasal dari

darah, yaitu peptida-peptida, plasma protein, dan asam-asam amino yang bebas.

Kasein, beta laktoglobulin, dan alphalaktalbumin merupakan 90% sampai 95% dari

protein susu. Ketiga macam protein tersebut disintesa didalam kelejar susu. Serum

albumin darah, imunoglobulin dan gamma kasein tidak disintesa didalam kelenjar

susu, tetapi langsung diserap dari darah dalam bentuk yang sama tanpa mengalami

perubahan. Plasma protein merupakan sumber bahan pembentuk susu sebanyak 10%
dari yang diperlukan. Asam-asam amino yang bebas yang diserap oleh kelenjar susu

dari darah merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesa protein susu. Hampir

semua asam amino yang diserap dari darah diubah menjadi protein susu.

Sintesa protein dari susu terjadi didalam sel epitel dikontrol oleh gene yang

mengandung bahan genetik yaitu Deoxyribo nucleic acid (DNA). Urut-urutan

pembentukan protein susu yaitu replikasi dari DNA, transkripsi dari Ribonulec

acid (RNA) dari DNA, dan translasi terbentuknya protein menurut informasi RNA.

Replikasi

Replikasi termasuk di dalamnya pemisahan dari 2 pita (strand) DNA dan

duplikasi dari kedua strand tersebut. Replikasi terjadi sebelum pembelahan sel, oleh

karena itu ia tidak mempunyai pengaruh yang langsung terhadap sintesa protein.

Transkripsi termasuk didalamnya pembentukan RNA pada saat strand DNA.

Molekul-molekul RNA bergerak ke sitoplasma dan memegang peranan aktif dan

penting di dalam sintesa protein. Translasi termasuk proses yang terjadi di ribosome.

Translasi

Translasi merupakan proses yang kompleks dimana pertama terjadi perlekatan

dari asam-asam amino pada molekul RNA. Tiap-tiap asam amino mempunyai enzim

pengaktif tersendiri. ATP digunakan untuk menaikan tingkat energi dari asam amino

sehingga asam amino dapat digunakan berpartisipasi dalam reaksi tersebut.


Sintesa protein terjadi di ribosome, sedangkan besar dari ribosome terikat pada

membran rangkap dari endoplasmic reticulum, tetapi sebagian lainnya terletak bebas

di dalam sitoplasma.

2. Sintesa lemak susu

Lemak susu merupakan komponen susu yang paling bervariasi. Sebagian

lemak susu terdiri atas trigliserida. Bahan-bahan pembentuk lemak susu yang

terutama adalah : (1) glukosa, asetat, asam beta hidroksibutirat, trigliserida dari

chylomicra, dan low density lipoprotein dari darah, (2) asam-asam lemak yang

berantai pendek, dan (3) beberapa asam palmitat yang disekresi didalam kelenjar

susu. Kelenjar susu ruminansia tidak dapat menggunakan acetyl CoA yang berasal

dari glukose dalam mitokondria. Betahidrosibutirat juga digunakan untuk sintesa

asam-asam lemak. Sebagian dari padanya digunakan untuk rantai karbon permulaan

untuk tambahan unit-unit C2 dan sebagian lagi untuk pembentukan unit-unit C2 dan

digunakan sebagai unit Acetyl CoA untuk sintesa asam lemak.

3. Sintesa laktosa

Sebagian besar glukosa dan galaktosa dalam sintesa laktosa berasal dari

substansi-substansi yang mudah dapat diubah menjadi glukosa. Dari perbedaan dari

arteri-vena dapat diketahui bahwa glukosa merupakan bahan utama pembentuk


laktosa pada kambing dan sapi. Beberapa atom karbon dari laktosa terutama residu

galaktosa, berasal dari senyawa lain misalnya asetat dan gliserol.

Perbedaan antara arteri-vena untuk glukosa 2 kali yang diperlukan untuk

sintesa laktosa, oleh karena itu kelebihan glukosa akan digunakan untuk energi

membentuk gliserol karena glukosa adalah bahan utama pembentuk laktosa dan susu

harus dipertahankan takenan laktosanya agar supaya isotonis dengan darah, maka bila

terjadi kekurangan laktosa akan mengalami kekurangan kandungan air dalam susu.

Oleh karena itu dikatakan glukosa adalah sebagai faktor pembatas untuk sekresi susu.

Proses sintesa laktosa adalah 2 molekul glukosa masuk saluran ambimg

kemudian 1 molekul glikosa diubah menjadi galaktosa. Terjadi kondensasi galaktosa

dengan glukosa kemudian terbentuklah laktosa dengan bantuan enzym lactose

syntetase.Dengan adanya lactose ini maka susu akan memberi rasa manis serta

merangsang bakteri tertentu di dalam usus pedet untuk membentuk asam laktat,

sehingga akan merangsang penyerapan Ca dan pospor pada tulang.

4. Sintesa mineral, vitamin, dan air

Vitamin, mineral, air tidak disinsesa oleh sel-sel sekresi ambing melainkan

berasal dari tanah. Mineral yang penting adalah Ca, P, Cl, Na dan Mg. Mekanisme

absorbsi mineral dari darah ke dalam lumen alveoli belum jelas, kemungkinan

terdapat bentuk mekanisme transport mineral yang aktif, dalam sel sekresi ambing.
Kadar laktose, Na dan K dalam susu biasanya relatif konstan. Ketiga komponen ini

bersama dengan clorida berperan menjaga keseimbangan osmose dalam susu.

Kandungan vitamin dan mineral susu diatur dalam proses filtrasi, dimana sel-sel

jaringan sekresi ambing bertindak sebagai membran barier atau carrier terhadap

partikel vitamin dan mineral yang berasal dari darah yang akan masuk ke lumen

alveoli. Sel epitil menggabungkan mineral dengan sel organik, dimana 75% Ca terikat

dalam kasein, pospor, dan sitrat, dan dari 75% tersebut 50% terikat dengan kasein.

Molekul-molekul vitamin ditransfer langsung dari darah ke dalam sel-sel

sekresi ambing, tanpa mengalami perubahan, sehingga langsung masuk menjadi

komponen susu. Konsen;trasi vitamin dalam susu (terutama yang terlarut dalam

lemak) dapat ditingkatkan dengan meningkatkan vitamin dalam plasma darah atau

dengan meningkatkan kandungan vitamin dalam pakan.


III

KESIMPULAN

Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian terpisah. Bagian kiri

dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan

longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Proses pembentukan

susuterdiri dari dua tahap . Proses pembentukan susu terdiri atas dua tahap

yaitu suplai prekursor susu oleh aliran darah, dan konversi bahan baku

menjadi susu oleh sel-sel kelenjar ambing .

Proses pembentukan susu selama laktasi, meliputi proses fisiologis dan


biokimia. Proses fisiologis dan biokimiawi laktasi teragi menjadi tiga yaitu

homeostasis, homeorhesis, dan partitioning nutrient.

Boisintesis susu terdiri dari Sintesa protein susu, Sintesa lemak susu, Sintesa
laktosa, dan Sintesa vitamin, mineral dan air
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astuti, Triana Yuni. 2002. Buku Ajar Ternak Perah.UNSOED: Purwokerto

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1985. Dairy Cattle :


Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd Edition. Lea & Febiger,
Philadelphia. 291-305.

Buckle, K.A. 1985, Ilmu Pangan, UI.Press. Jakarta.

Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1973.


Dairy Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. Reprinted. Lea &
Febiger, Philadelphia. 390-406.

Hadiwiyoto, Suwedo.1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan


Olahannya. Liberty: Yogyakarta

Setyawti, Tati.1992.Buku Tehnik dan Pengembangan Peternakan. Dirjen


Peternakan: Jakarta

Soedono, Adi. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Dirjen Peternakan: Jakarta

Syarief, MZ. 1984. Ternak Perah. Yasaguna: Jakarta

Wikantadi, B. 1978. Biologi Laktasi. Bagian Ternak Perah, Fakultas Peternakan


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai