Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar yaitu : 1.498,9 triliun

rupiah (85,6 %) dari total pendapatan negara 1.748,9 triliun rupiah dalam APBN

2017 (Depkeu, 2017). Penerimaan tersebut antara lain digunakan untuk

meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan rakyat, membangun infrastruktur

pendorong pertumbuhan ekonomi, mendukung ketahanan dan keamanan, serta

untuk pembangunan di daerah. Begitu besarnya peran pajak bagi negara,

pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor

pajak, antara lain dengan pengenaan pajak bagi UMKM yang dimulai pada tahun

2013

Perusahaan merupakan keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus

menerus, untuk memperoleh penghasilan, bertindak keluar, dengan cara

memperdagangkan, menyerahkan atau mengadakan perjanjian-perjanjian

perdagangan (Molengraaff dalam Usman, 2000). Didirikannya sebuah perusahaan

memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan

pendirian suatu perusahaan. Salah satunya adalah Brigham dan Houston (2001)

yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting pendirian perusahaan adalah

9
2

untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham atau

memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan

Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka

panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar

sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui

pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk

perusahaan yang sudah go public. Investor akan berani untuk membeli saham

dengan harga yang tinggi terhadap perusahaan yang dinilai tinggi (Retno, 2012).

Peningkatan nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksanaan fungsi manajemen, dimana suatu keputusan yang diambil

akan mempengaruhi keputusan lainnya dan nantinya akan berdampak pada nilai

perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Beberapa keputusan manajemen yang

akan berdampak terhadap nilai perusahaan antara lain adalah keputusan untuk

melakukan penghindaran pajak, keputusan menjalankan perusahaan berdasarkan

prinsip-prinsip GCG dan keputusan dalam penentuan kebijakan hutang serta

adanya kesempatan bertumbuh juga dinilai mampu berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Tax avoidance merupakan strategi perencanaan pajak yang dianggap

efisien oleh perusahaan (Zain, 2005). Menurut Dyreng et. al (2008) dalam

Chasbiandani dan Martani (2012), tax avoidance merupakan segala bentuk

kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak, baik kegiatan

diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk mengurangi pajak. Praktek

tax avoidance biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan


3

tidak melanggar hukum perpajakan. Tax avoidance merupakan upaya wajib pajak

untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang

masih dalam kerangka ketentuan peratuaran perundang-undangan perpajakan

untuk memperkecil jumlah pajak terutang (Chasbiandani, 2012). Dengan adanya

tax avoidance mencerminkan adanya perencanaan pajak pada perusahaan

sehingga dari sini dapat dilihat bagaimana cara kerja perusahaan dalam jangka

panjang. Selain memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan, penghindaran

pajak juga dapat memberikan efek negatif bagi perusahaan. Hal ini disebabkan

karena tax avoidance dapat mencerminkan adanya kepentingan pribadi manajer

dengan cara melakukan manipulasi laba yang mengakibatkan adanya informasi

yang tidak benar bagi investor. Dengan demikian para investor dapat memberikan

penilaian yang rendah bagi perusahaan. Good corporate governance menjadi

upaya bagi perusahaan untuk mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi

tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai

investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2009)

Kondisi tata kelola perusahaan ternyata berpengaruh terhadap keputusan

yang diambil perusahaan. Dalam perusahaan dengan tata kelola yang buruk,

aktivitas penghindaran pajak ternyata tidak bernilai bagi pemegang saham, dan

bahkan mengurangi nilai perusahaan itu sendiri (Wahab dan Holland, 2012).

Desai dan Dharmapala (2006) menunjukkan bahwa perusahaan dengan tata kelola

yang buruk, saat terjadi peningkatan keuntungan bagi manajer berupa

kompensasi, mengalami penurunan tingkat penghindaran pajak, yang seharusnya


4

dilakukan untuk pemegang saham. Sedangkan perusahaan dengan tata kelola baik

ternyata memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi.

Perusahan dalam mengukur optimal laba yang mereka hasilkan dapat

menggunakan rasio profitabilitas, dimana rasio profitabilitas menurut Said Kelana

Asnawi dan Chandra Wijaya (2015:26), adalah kemampuan yang mampu di capai

perusahaan dalam suatu periode tertentu. Sehingga dapat dikatakan untuk melihat

bagaimana tingkat pengembalian atas investasi untuk masa yang akan datang

dapat melalui analisis rasio profitabilitas. Oleh karena itu profitabilitas dapat

dijadikan juga sebagai indikator bahwa apakah tindakan tax avoidance yang

dilakukan oleh perusahaan dapat benar-benar mendapatkan laba yang optimal

demi meningkatkan nilai perusahaannya.

Penelitian terhadap hubungan langsung antara corporate governance

dengan tax avoidance masih jarang dijumpai di Indonesia karena keterbatasan

data mengenai pajak badan usaha yang dibayar perusahaan yang dilaporkan pada

laporan keuangan khususnya laporan arus kas belum mencerminkan keadaan yang

sebenarnya, karena laporan arus kas untuk pembayaran pajak bercampur dengan

pajak-pajak yang lain yang menjadi kewajiban perusahaan seperti pajak

pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, denda dan sangsi pajak (Pohan,

2008). Dalam penelitian ini berusaha menginvestigasi sejauh mana aktivitas

corporate governance mempengaruhi perilaku perusahaan dalam menentukan

strategi perpajakannya melalui kegiatan tax avoidance dengan sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


5

Berdasarkan uraian permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Corporate

Governance,Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah corporate governance yang diukur dengan kepemilikan

institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

2. Bagaimanakah corporate governance yang diukur dengan persentase dewan

komisaris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

3. Bagaimanakah corporate governance yang diukur dengan kualitas audit secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

4. Bagaimanakah corporate governance yang diukur dengan komite audit secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

5. Apakah Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance?

1.3.Ruang Lingkup Permasalahan

Penelitian terbatas pada :

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

2. Annual report audited,

3. Periode penelitian dari 31 Desember 2012 31 Desember 2016,

4. Variabel penelitian yaitu Corporate Governance ,Profitabilitas


6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk menganalisis corporate governance yang diukur dengan kepemilikan

institusional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance

2. Untuk menganalisis corporate governance yang diukur dengan persentase

dewan komisaris independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance?

3. Untuk menganalisis corporate governance yang diukur dengan kualitas audit

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

4. Untuk menganalisis corporate governance yang diukur dengan komite audit

secara parsial secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance?

5. Untuk menganalisis Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap tax

avoidance?

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi

sebagai berikut:

a. Bagi Akademisi

Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian

selajutnya terkait pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance di dunia

Industri Manufaktur Indonesia.


7

b. Bagi Perusahaan

Bagi manajemen perusahaan dapat menjadi masukan dan dorongan bahwa

betapa pentingya pengaruh penerapan corporate governance terhadap kegiatan

tax avoidance dalam kegiatan operasional perusahaan, sehingga dapat mencegah

perusahaan terjerumus dalam lingkar ambiguitas yang terdapat dalam peraturan

perpajakan antara kegiatan yang legal maupun ilegal dalam perencanaan

pajaknya. Hal ini dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan

terkait hal tersebut, jadi manajemen dapat merancang suatu mekanisme corporate

governance yang sesuai dengan perusahaannyadan dapat terhindar dari

penyimpangan hukum pajak dalam kegiatan menentukan besarnya pajak

yangharus dibayarkan pada negara.

c. Bagi Investor

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menilai bagaimana

kecenderungan penerapan tax avoidance dilihat dari sisi corporate governance

dari suatu perusahaan.Sehingga investor tidak dirugikan atas tindakan perusahaan

yang salah dalam manajemen pajak (tax planning)

1.6 Sistematika

Sistematika penelitian ini terdiri dari beberapa bab meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup

dalam suatu penelitian, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian serta

sistematika penulisan penelitian.


8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan landasan teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, serta hipotesis

atas penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan metode penelitian yang terdiri dari pendekatan

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, jenis data,

teknik pengumpulan data, definisi operasional serta teknik analisis data

dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan gambaran umum objek penelitian, hasil

penelitian serta pembahasan penelitian. Dalam bab ini terdapat

pengolahan data yang diperoleh dan berkaitan dengan pembahasan

masalah yang sedang diteliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

diperoleh serta saran yang diberikan untuk pihak yang terkait.

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan kontrak antara satu

atau beberapa orang principal yang mendelegasikan wewenang

kepada orang lain (agent) untuk mengambil keputusan dalam

menjalankan perusahaan. Prinsip utama teori ini adalah pernyataan

adanya hubungan kinerja antara pihak yang memberi wewenang

(principal) yaitu pemilik (pemegang saham), kreditor, serta investor

dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajemen

perusahaan, dalam bentuk kontrak kerja sama. Dalam penelitian ini,

principal difokuskan pada peran kreditor sebagai pemberi wewenang.

Pelaksanaan kontrak tersebut menimbulkan biaya yang disebut

sebagai agency cost, yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak

selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun

melakukan pengawasan. Dalam teori agensi, dijelaskan bahwa

masalah antara principal dan agent timbul karena adanya informasi

yang asimetris (information asymetry). Informasi asimetri adalah

keadaan dimana informasi yang diberikan kepada principal berbeda

dengan yang diberikan kepada agent untuk melakukan tindakan yang

oportunistik. Tindakan yang oportunistik (opportunistic behaviour)


10

adalah tindakan yang tujuannya mementingkan kepentingan diri

sendiri. Hal tersebut dikarenakan manajemen perusahaan lebih

mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang

akan datang dibandingkan dengan investor dan kreditor lainnya

2.1.2 Corporate Governence

Lukviarman (2006) mendefinisikan CG adalah mekanisme untuk

melakukan sesuatu yang benar, secara benar (doing the right things right). CG

memberikan penekanan pada the right things sebelum dikerjakan secara benar.

Berdasarkan pendapat diatas makandapat disimpulkan bahwa implementasi CG

harus menekankan pada melakukan sesuatu yang benar dengan cara-cara yang

benar. sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Prinsip CG di Indonesia

dengan Keputusan Menteri BUMN No. Kep-16/MMBU/2012 tentang penerapan

praktik good corporate governance pada BUMN pada Bab II pasal 3 meliputi lima

prinsip yaitu: (1) Transparency, (2) Accountability (3) Responsibility, (4)

Independency, dan (5) Fairness.

Kehadiran CG yang baik bagi suatu perusahaan akan menunjang aktivitas

operasional, selain itu mekanisme pelaksanaan CG suatu perusahaan harus

menjadi perhatian utama perusahaan demi kelancaran kegiatan dalam perusahaan.

Mekanisme CG yang baik memiliki keterkaitan dengan kemakmuran perusahaan

dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan memberikan

kontribusi positif bagi perusahaan secara keseluruhan. Dalam penelitian empiris,

para peneliti terdahulu melakukan pengukuran CG dengan cara yang berbeda.


11

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 (empat) variable yaitu kepemilikan

institusional, proporsi komisaris independen, kualitas audit, dan komite audit

A. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh

institusi seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain

(Tarjo 2008). Kepemilikan saham instiusional adalah prosentase saham yang

dimiliki institusi dan kepemilikan blockholder, yaitu kepemilikan individu atau

atas nama perorangan diatas lima persen (5%) tetapi tidak termasuk dalam

golongan kepemilikan insider atau manajerial. Terdapat beberapa kelebihan

Kepemilikan institusional antara lain: (1) Memiliki profesionalisme dalam

menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi. (2)

Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas

aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan

Kepemilikan institusional (INST) adalah kepemilikan saham perusahaan

oleh institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional sehingga dapat menghalangi

perilaku oportunistik dari para manajer perusahaan. Kepemilikan institusional

diukur dengan proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun

dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan tersebut (Mohd

et al. 1998).

INST = Jumlah kepemilikan saham oleh Institusional

Seluruh modal saham perusahaan


12

B. Proporsi Komisaris

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas mengawasi secara umum

dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar dan memberi nasehat pada direksi

(UU PT No. 40 Tahun 2007). Dewan komisaris bertanggung jawab dan

mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang

dilakukan direksi dan manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar

dapat berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan

organisasi, serta memberikan nasihat bilamana diperlukan (Darmawati, 2004).

Dewan ada dua jenis sistem, yaitu sistem dewan unitary dan system dewan

two-tier. Dewan unitary terdiri dari baik itu direktur eksekutif (dari dalam

perusahaan atau insider) maupun direktur non-eksekutif (dari luar perusahaan atau

outsider), dan membuat keputusan sebagai kelompok yang satu. Sedangkan di

Indonesia mengikuti sistem dewan two-tier, yaitu memiliki dua dewan yang

terpisah, dewan manajemen dan dewan pengawas. Dewan manajemen hanya

mencakup eksekutif, dan berfokus pada masalah operasional dan dikepalai oleh

chief executive. Dewan pengawas membuat keputusan strategis dan mengawasi

dewan manajemen. Komisaris perusahaan menjabat dalam dewan pengawas

sebagai non-eksekutif. Dewan pengawas terdiri hanya dari direktur noneksekutif

(Solomon, 2007).
13

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara

independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum

Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris minimum 30%.

Komposisi dewan komisaris independen (KDKI) yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam suatu Dewan Komisaris

perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur dengan (Bakhri, 2008):

KDKI = Jumlah anggota komisaris independen X 100%

Total anggota dewan komisaris

C. Kualitas Audit

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah

transparansi. Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan

melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para

pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang sahamdalam hal

pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Sartori, 2010). Alasannya adalah

adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku pajak yang agresif, pemegang saham

tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan

mencegah tindakan tersebut jika mereka tahun sebelumnya.

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut

beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai

perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh
14

KAP The Big Four (PriceWaterhouseCooper - PWC, Deloitte Touche Tohmatsu,

KPMG, Ernst & Young-E&Y) memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four.

Dalam penelitian ini perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four

yaitu Price Waterhouse Cooper-PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst &

Young-E&Y akan diberi nilai 2, dan apabila tidak diaudit oleh keempat KAP di

bawah lisensi KAP The Big Four akan diberi nilai 1.

D. Komite Audit

Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan

perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan

perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian

perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara

pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam

menangani masalah pengendalian.

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan

prinsip good corporate governance. Komite audit merupakan suatu komite yang

beranggotakan satu atau lebih anggota komisaris dan keberadaannya terbebas dari

pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan

komisaris (Surya, 2008).


15

Menurut Surya (2008), pada umumnya komite audit mempunyai tanggung

jawab pada tiga bidang, yaitu:

a. Laporan keuangan (financial reporting)

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk

memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran

yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen

perusahaan.

b. Tata kelola perusahaan (corporate governance)

Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk

memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan

peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif

terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan.

c. Pengawasan perusahaan (corporate control)

Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk di

dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung resiko dan sistem pengendalian

intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Anggota komite audit paling kurang terdiri dari:

1) Seorang komisaris independen.

2) Seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan

atau akuntansi.
16

3) Seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau

perbankan

4) Komite audit di ketuai oleh komisaris independen.

5) Anggota direksi dilarang menjadi anggota komite audit.

6) Komisaris independen dan pihak independen yang menjadi anggota komite

audit paling kurang 51% dari jumlah anggota komite audit.

7) Anggota komite audit wajib memiliki integritas, akhlak dan moral yang baik.

2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Dalam melakukan pengukuran atas tax avoidance dalam penelitian ini

digunakan current ETR. Menurut Siti Normala (2013) current ETR baik

digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan

karena current ETR dihitung dari beban pajak kini dengan laba sebelum pajak

perusahaan, sehingga dapat mencerminkan strategi penangguhan beban pajak

yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penangguhan beban pajak (deffered

tax) adalah pajak yang pengakuannya di tangguhkan atau ditunda. Pengakuan

pajak tangguhan dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengantisipasi

konsekuensi kewajiban pajak penghasilan di masa sekarang dan juga di masa

depan. Untuk memperhitungkan besarnya tax avoidance dapat dilihat dari apabila

semakin kecil nilai ETR maka semakin disinyalir bahwa perusahaan tersebut

melakukan tax avoidance.

Beban Pajak
Current ETR = laba sebelum pajak
17

2.1.4 Return on Equity

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah

pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari

penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang

saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka

investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah

perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat

keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau

pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas

modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

Laba bersih setelah pajak


ROE = Ekuitas

2.2 Penelitian Sebelumnya

Perbandingan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

Judul Perbedaan Persamaan Hasil


Pengaruh Corporate a. Sampel: Seluruh a. Metode analisis: Berdasarkan hasil
Governance terhadap perusahaan yang Regresi linear analisis dan
Tax Avoidance, Jurnal terdaftar di BEI. berganda. pengujian yang
18

Akuntansi & Auditing b. Tahun data: 2008 b. Jenis penelitian: dilakukan dalam
Volume 8/No. 2/Mei Kuantitatif. penelitian ini, terdapat
2012: 95-189. c. Sumber data: Data beberapa
(Nuralifmia Ayu Annisa sekunder. kesimpulan yaitu:
dan Lulus hasil uji
Kurniasih,2012) regresi menunjukkan
bahwa
secara statistik
terbukti tidak
terdapat pengaruh
signifikan
kepemilikan
institusional
terhadap tax
avoidance, tidak
terdapat pengaruh
signifikan
komposisi dewan
komisaris
independen terhadap
tax
avoidance, tidak
terbukti
terdapat pengaruh
signifikan
dewan komisaris
terhadap tax
avoidance, terbukti
terdapat
pengaruh signifikan
komite audit
terhadap tax
avoidance, dan
terbukti terdapat
pengaruh
signifikan kualitas
audit
terhadap tax
avoidance.
Pengaruh Corporate a. Tahun data: a. Metode analisis: Berdasarkan hasil
Governance Terhadap 2011-2013 Regresi linear analisis yang telah
Tax Avoidance: Studi berganda. dilakukan
Empiris Pada Perusahaan b. Jenis penelitian: sebelumnya, maka
Manufaktur (Syeldila Kuantitatif. dapat penulis
Sandy,Nicky,2015) c. Sumber data: Data sampaikan
sekunder. beberapa kesimpulan
d. Sampel: Seluruh dari penelitian sebagai
perusahaan berikut: (1)
19

manufaktur yang Kepemilikan


terdaftar di BEI. Institutional
(KI) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tax
avoidance; (2)
Proporsi Komisaris
Independen
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
tax avoidance; (3)
Kualitas Audit
berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap tax
avoidance,
dan; (4) Komite audit
berpengaruh negatif
dan
signifikan terhadap
tax avoidance.
Pengaruh Tax Avoidance a. Sampel: Seluruh a. Jenis penelitian: Berdasarkan hasil
Terhadap Nilai perusahaan Kuantitatif. analisis yang telah
Perusahaan Dengan perbankan yang b. Sumber data: Data dilakukan diatas,
Profitabilitas Sebagai terdaftar di BEI. sekunder. maka dapat
Variabel Pemoderasi b. Tahun data: disimpulkan bahwa:
(Johnatan;Vivi 2016) 2010-2014 1. Tax avoidance tidak
c. Variabel lain memiliki cukup bukti
Profitabilitas dan berpengaruh positif
nilai perusahaan terhadap nilai
d;. Metode perusahaan.
Penelitian : Metode 2. Profitabilitas
uji selisih mutlak memiliki cukup bukti
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.
3. Profitabilitas tidak
memiliki cukup bukti
memperkuat
hubungan antara tax
avoidance dengan
nilai
perusahaan.
Pengaruh Corporate a. Sampel: Seluruh a. Metode analisis: Berdasarkan hasil
Governance Terhadap perusahaan Regresi linear analisis yang telah
Tax Avoidance perbankan yang berganda. dilakukan diatas,
20

(Studi Empiris Pada terdaftar di BEI. b. Jenis penelitian: maka dapat


Sektor Perbankan Yang b. Tahun data: Kuantitatif. disimpulkan bahwa:
Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013 c. Sumber data: Data 1. Proporsi
Tahun 2009-2013) c.Variabel lain sekunder. kepemilikan
(M.Oktofian,2014) :Kepemilikan institusional tidak
Manajerial, berpengaruh terhadap
tax avoidance.
2. Proporsi dewan
komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap tax
avoidance.
3. Proporsi
kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh terhadap
tax avoidance
4. Proporsi komite
audit berpengaruh
terhadap tax
avoidance.

Rahmi Fadhilah, a. Sampel: a. Metode analisis: Berdasarkan hasil


Pengaruh Good Sebanyak Regresi linear temuan
Corporate Governance 55 perusahaan berganda. penelitian dan
terhadap Tax Avoidance manufaktur yang b. Jenis penelitian: pengujian
(studi Empiris Pada terdaftar di BEI. Kuantitatif. hipotesis yang telah
Perusahaan Manufaktur b.Tahun data : c. Sumber data: Data dilakukan
yang Terdaftar di BEI 2009-2011 sekunder. dapat disimpulkan
2009-2011 bahwa
proporsi kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap tax
avoidance, proporsi
Dewan komisaris
independen
tidak berpengaruh
terhadap tax
avoidance, komite
audit
berpengaruh
signifikan terhadap
tax avoidance, dan
kualitas audit
berpengaruh negatif
dan
signifikan terhadap
21

tax
avoidance pada
perusahaan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
pada tahun 2009-
2011.

Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber, 2017

2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2013 ,h.60) kerangka pemikiran merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diindentifikasi sebagai masalah yang penting .Maka kerangka pemikiran

dalam penelitian ini adalah:

Kepemilikan Institusional

Proporsi Komisaris (X2)

Tax Avoidance
Kualitas Audit (X3) (Y1)

Komite Audit (X4)

Profitabilitas /ROE (X5)

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber, 2017


22

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013,h.60) Hipotesis merupakan proposisi yang akan

diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan

penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian diatas ,maka jawaban sementara atas

masalah pertanyaan dalam penelitian ini ialah :

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari konsentrasi kepemilikan institusional

terhadap aktivitas tax avoidance;

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan dari persentase dewan komisaris

independen terhadap tax avoidance;

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit terhadap tax

avoidance;

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas audit terhadap aktivitas tax

avoidance.

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Profitabilitas terhadap aktifitas tax

avoidance
23
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Emzir (2008, h.28) mengklasifikasikan pendekatan penelitian yang terdiri atas:

1. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara

primer menggunakan paradigma postpositivst dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel,

hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi serta

pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei

yang memerlukan data statistik.

2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan secara primer

menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist

(seperti makna jamak dari pengalaman individual).

3. Pendekatan Mix Methods

Pendekatan mix methods merupakan salah satu metode pendekatan yang

cenderung didasarkan pada paradigma pengetahuan pragmatik (seperti orientasi

konsekuensi, orientasi masalah, dan pluralistik). Pendekatan ini menggunakan


25

strategi penelitian yang melibatkan pengumpulan data baik secara simultan

maupun secara sequensial untuk memahami masalah penelitian sebaik-baiknya.

3.2 Objek / Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih BEI sebagai tempat melakukan

observasi. Jadi penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa

data sekunder dengan menggunakan data yang ada pada situs www.idx.co.id.

Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis mendata laporan keuangan

dari perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI

3.3 Teknik Penggambilan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dari berbagai

sektor yang telah terdaftar di BEI. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 144

perusahaan.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang berarti

pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan sampel dengan

menggunakan teknik purposive sampling bertujuan untuk memperoleh sampel

yang representatif berdasarkan kriteria tertentu Adapun kriteria sampel yang

dikategorikan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdaftar sebagai perusahaan manufaktur di BEI.


26

2. Perusahaan yang secara terus menerus melaporkan laporan keuangannya dari

tahun 2012 sampai 2016.

3. Perusahaan manufaktur yang laba bersih sebelum pajaknya tidak mengalami

kerugian selama tahun 2012-2016

4. Perusahaan yang menyampaikan data secara lengkap selama periode

pengamatan tahun 2012-2016 berkaitan dengan dewan komisaris, kepemilikan

institusional, jumlah saham beredar, dan informasi KAP yang mengaudit

perusahaan.

5. Perusahan-perusahaan yang terdaftar dan tidak mengalami delisting selama

periode pengamatan.

6. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya dalam rupiah.

3.4 Jenis Data

Menurut (Hadi,2006) terdapat dua jenis data yang terdiri atas :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari obyek

penelitian tanpa melewati orang atau lembaga lain. Data primer biasanya

merupakan data mentah, validitas dan realibilitas data data yang didapatkan yang

sangat bergantung pada keseriusan obyek penelitian dalam menjawab pertanyaan

peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek

penelitian. Data jenis ini biasanya dikumpulkan oleh suatu lembaga tertentu,
27

seperti BPS (Badan Pusat Statistik) atau lembaga-lembaga swasta lain dan

diterbitkan secara berkala untuk kepentingan umum.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan

keuangan yang tercatat di BEI.Dimana objek yang menjadi sasaran penelitian

penulis adalah perusahaan manufaktur.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.

1.Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

2.Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145)

mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

3.Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan


28

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,

yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik dokumenter dengan melihat laporan keuangan yang

diterbitkan perusahaan sampel dari tahun 2012-2016

3.6 Definisi Operasional

Menurut Nazir (2013, h.110) Definisi operasional adalah suatu definisi

yang diberikan kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti

atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Berikut ini variabel-

variabel yang akan diteliti yaitu :

1. Tax Avoidance (Y)

Menurut Siti Normala (2013) current ETR baik digunakan untuk

menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan karena current

ETR dihitung dari beban pajak kini dengan laba sebelum pajak perusahaan,

sehingga dapat mencerminkan strategi penangguhan beban pajak yang dilakukan

oleh manajemen perusahaan.


29

Current ETR =

2. Kepemilikan Institusional (X1)

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh

institusi seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain

(Tarjo 2008). Kepemilikan saham instiusional adalah prosentase saham yang

dimiliki institusi dan kepemilikan blockholder, yaitu kepemilikan individu atau

atas nama perorangan diatas lima persen (5%) tetapi tidak termasuk dalam

golongan kepemilikan insider atau manajerial.

Jumlah kepemilikan saham oleh Institusional


INST =
Seluruhmodal saham perusahaan

3. Proporsi Dewan Komisaris (X2)

Komposisi dewan komisaris independen (KDKI) yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam suatu Dewan

Komisaris perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur dengan (Bakhri,

2008):

Jumlah anggota komisaris independen


KDKI = X 100
Total anggota dewankomisaris

4.Kualitas Audit (X3)


30

Kualitas audit biasa diukur berdasarkan besar kecilnya ukuran Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit pada suatu perusahaan (Widiastuty

dan Febrianto), jika perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The

Big Four (PriceWaterhouseCooper - PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG,

Ernst & Young-E&Y), maka akan lebih independen karena lebih dapat bertahan

dari tekanan manajer untuk melaporkan adanya pelanggaran (Watts dalam

Kurniasih: 2007).

Dalam penelitian ini perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four

yaitu Price Waterhouse Cooper-PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst &

Young-E&Y akan diberi nilai 2, dan apabila tidak diaudit oleh keempat KAP di

bawah lisensi KAP The Big Four akan diberi nilai 1. Kualitas audit dilambangkan

dengan AUDIT.

5. Komite Audit (X4)

Penelitian ini menyesuaikan dengan peraturan dari otoritas di Indonesia,

yaitu BAPEPAM-LK yang mengatur bahwa minimal 1 orang dalam komite audit

memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan. Data diperoleh dari profil

komite audit dalam laporan keuangan. Kehadiran komite audit diharapkan dapat

memberikan pandangan mengenai masalah masalah yang berhubungan dengan

kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Dalam penelitian ini

digunakan jumlah komite audit dalam suatu perusahaan sebagai alat ukur

(Mayangsari, 2003).
31

6. Profitabilitas (X5)

Dalam Penelitian ini Profitabilitas diukur melalui nilai Return on Equity

(ROE).Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah

pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari

penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang

saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka

investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

ROE =
Laba bersih setelah pajak
Eku itas

3.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan riset kausal. Riset kausal merupakan riset yang memiliki tujuan

utama membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan

dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti (Istijanto, 2009).

1. Uji Normalitas

Menurut Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas

dilakukan dengan mengamati penyebaran data pada sumbu diagonal suatu

grafik. (Singgih Santoso,2001) Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa

cara, diantaranya yaitu :

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


32

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel

bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidakterjadi

korelasi di antara variabel independent. Jika variable independent saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal

adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel

independent sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independent

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent.

2) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independent. Jika antar

variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka

hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya

korelasi yang tinggi antar variabel independent tidak berarti bebas dari

multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya

efek kombinasi dua atau lebih variable independent.

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya

(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel independent manakah yang dijelaskan oleh variabel


33

independent lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel

independent menjadi variabel dependent (terikat) dan diregres terhadap

variabel independent lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independent yang terpilih jika dijelaskan oleh variabel independent

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10

atau sama dengan nilai VIF > 10.

Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih

dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat

kolonieritas 0.95. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai

tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-

variabel independent mana sajakah yang saling berkolerasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui

apakah terjadi penyimpangan model karena gangguan

varian yang berbeda antar observasi satu ke observasi

lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan

mengamati grafik scatter plot pada output SPSS.(Duwi

Priyatno ,2009). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

indikasi heteroskedastisitas adalah dengan cara :


34

1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur

maka diindikasikan terdapat masalah

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka diindikasikan tidak terdapat masalah

heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak

ada korelasi antar data berdasarkan urutan waktu. Metode yang digunakan

adalah Durbin Watson. Menurut Idris (2006), kriteria pengujiannya

sebagai berikut:

a) Angka DW di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif

b) Angka DW di antara -2 sampai dengan +2 maka tidak ada autokorelasi

c) Angka DW di atas +2 maka terjadi autokorelasi negative

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat, yang

bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau

hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas (Nugroho, 2005).

TA= 0 + 1INST + 2INDP + 3KOMITE +

Di mana :
35

TA = Tax Avoidance

INST = Kepemilikan institusional.

INDP = Persentase dewan komisaris independen.

KOMITE = Jumlah komite audit.

AUDIT = Kualitas audit

ROA = Profitabilitas

= Konstanta Persamaan Regresi

1, 2, 3,4,5 = Koefisien Regresi

= Standar Error

3. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit -Test)

a. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan

variable dependent. Kelemahan mendasar dalam penggunaan

koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel

independent yang dimasukkan ke dalam model (Ghozali, 2011).

Setiap tambahan satu variabel independent, maka R2 pasti

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variable dependent. Oleh karena itu,

banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai

Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang

terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau

turun apabila satu variabel independent ditambahkan ke dalam

model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif,


36

walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut

Gujarati dalam (Ghozali, 2011), jika dalam uji empiris didapat nilai

adjusted R2 negatif, maka nilainya dianggap nol.

b.Uji t (Uji Parsial)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen yang

diuji pada tingkat signifikansi 0,05.

Menurut Santoso (2009), dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima

atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara

individual terhadap variable dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen

atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap

variabel dependen atau terikat.

c. Uji F (Uji Simultan)


37

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi

secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat signifikan 0,05.

Menurut Santoso (2009), dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima

atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen atau terikat.


38

Anda mungkin juga menyukai