Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

1. Review Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular


1.1 Jantung
Jantung merupakan organ tubuh Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan
terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan
apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular,
jantung diselaputi oleh suatu membran pelindung yang disebut perikardium.
Dinding jantung terdiri atas jaringan ikat padat yang membentuk suatu
kerangka fibrosa dan otot jantung

Serabut otot jantung bercabang-cabang dan beranastomosis secara erat.


Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu dua serambi
(atrium) dan dua bilik (ventrikel) dan terletak di dalam rongga dada sebelah
kiri di atas diafragma. Jantung terbungkus oleh kantong perikardium yang
terdiri dari 2 lembar: lamina panistalis di sebelah luar , lamina viseralis yang
menempel pada dinding jantung.

Jantung memiliki 3 katup, yakni katup semilunair yang terdapat dipangkal


aorta (arteri besar), katup valvula bikuspidalis yang terdapat diantara bilik
kiri dan serambi kiri, serta katup valvula trikuspidalis yang terletak diantara
bilik kanan dan serambi kanan.

1.2 Pembuluh Darah


Pembuluh darah merupakan jalan bagi darah yang mengalir dari jantung
menuju ke jaringan tubuh, atau sebaliknya. Pembuluh darah dapat dibagi

1
2

menjadi tiga macam, yaitu pembuluh nadi, pembuluh vena, dan pembuluh
kapiler.
1.2.1 Pembuluh Nadi
Pembuluh nadi atau pembuluh arteri ialah pembuluh darah yang
membawa darah dari jantung menuju kapiler. Arteri vertebrata dilapisi
endotel dan mempunyai dinding yang relatif tebal yang mengandung
jaringan ikat elastis dan otot polos. Kelenturannya membantu
mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung.

Arteri yang lebih kecil (disebut arteriola) memiliki dinding berotot


yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau
menurunkan aliran darah ke daerah tertentu. Arteri cenderung terletak
agak lebih dalam di jaringan badan.

Dinding arteri besar (aorta) yang keluar dari jantung banyak


mengandung jaringan ikat. Kekuatan tiap sistol ventrikel mendorong
darah ke dalam arteri dan melebarkannya agar dapat menampung
darah tersebut. Pada waktu diastol, kelenturan dinding bagian pertama
arteri tersebut membantu mendorong darah ke bagian arteri yang
menjadi lebar. Elastisitas arteri yang besar itu mengubah arus darah
menjadi mantap dan tenang.

Peregangan dan kontraksi arteri yang terjadi bergantian dengan sangat


cepat menuju perifer (7,5 m per detik) yang dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Setelah arteri mencapai jaringan, arteri akan bercabang-
cabang. Pada tiap cabang rongga saluran menjadi makin sempit, tetapi
jumlah luas penampang makin besar sehingga kecepatan arus darah
berkurang dan tekanannya menurun.

1.2.2 Pembuluh vena


Pembuluh vena atau pembuluh balik ialah pembuluh darah yang
membawa darah ke arah jantung. Pembuluh vena terdiri atas tiga
lapisan, seperti pembuluh arteri. Dari lapisan dalam ke arah luar
adalah endotel, jaringan elastik dan otot polos, serta jaringan ikat
fibrosa.

Pada sepanjang pembuluh vena, terdapat katup-katup yang mencegah


darah kembali ke jaringan tubuh. Pembuluh vena terletak lebih ke
3

permukaan pada jaringan tubuh daripada pembuluh arteri. Pada


manusia dan mamalia, selain pembuluh darah vena dari jaringan tubuh
yang kembali ke jantung, ada pula vena yang sebelum kembali ke
jantung singgah dahulu ke suatu alat tubuh, misalnya darah dari usus
sebelum ke jantung singgah dulu ke hati. Peredaran darah ini disebut
sistem vena porta.

1.2.3 Pembuluh kapiler


Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah
ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah
dari jaringan ke dalam darah.

Pembuluh kapiler ialah pembuluh darah kecil yang mempunyai


diameter kira-kira sebesar sel darah merah, yaitu 7,5 m. Meskipun
diameter sebuah kapiler sangat kecil, jumlah kapiler yang timbul dari
sebuah arteriol cukup besar sehingga total daerah sayatan melintang
yang tersedia untuk aliran darah meningkat. Pada orang dewasa kira-
kira ada 90.000 km kapiler.

Dinding kapiler terdiri atas satu lapis sel epitel yang permiabel
daripada membran plasma sel. Oksigen, glukosa, asam amino,
berbagai ion dan zat lain yang diperlukan secara mudah dapat
berdifusi melalui dinding kapiler ke dalam cairan interstitium
mengikuti gradien konsentrasinya. Sebaliknya, karbondioksida, limbah
nitrogen, dan hasil sampingan metabolisme lain dapat dengan mudah
berdifusi ke dalam darah.
Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang
akan membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding
yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri;
sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan

1.3 Fungsi Jantung


Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana
darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung
4

kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan


memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

1.4 Fisiologi denyut jantung


Otot jantung mempunyai kemampuan untuk berdenyut sendiri secara terus
menerus. Suatu sistem integrasi di dalam jantung memulai denyutan dan
merangsang ruang-ruang di dalam jantung secara berurutan. Pada mamalia,
setiap kontraksi dimulai dari j 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit.
Kecepatan normal denyut nadi pada waktu bayi sekitar 140 kali permenit,
denyut jantung ini makin menurun dengan bertambahnya umur, pada orang
dewasa jumlah denyut jantung sekitar 60 - 80 per menit.

Pada orang yang beristirahat jantungnya berdetak sekitar 70 kali per menit
dan memompa darah 70 ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml).
Jadi, jumlah darah yang dipompa setiap menit adalah 70 70 ml atau sekitar
5 liter. Sewaktu banyak bergerak, seperti olahraga, kecepatan jantung dapat
menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml. Hal ini,
membuat daya pompa jantung 20 - 25 liter per menit.

Darah mengalir, karena kekuatan yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel


kiri. Sentakan darah yang terjadi pada setiap kontraksi dipindahkan melalui
dinding otot yang elastis dari seluruh sistem arteri. Peristiwa ketika jantung
mengendur atau sewaktu darah memasuki jantung disebut diastol.
Sedangkan, ketika jantung berkontraksi atau pada saat darah meninggalkan
jantung disebut sistol. Tekanan darah manusia yang sehat dan normal sekitar
120 atau 80 mm Hg. 120 merupakan tekanan sistol, dan 80 adalah tekanan
diastole.

1.5 Sistem Peredaran Darah Pada Manusia


1.5.1 Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru)
Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari jantung ke
paru-paru kembali lagi ke jantung. Pada peristiwa ini terjadi difusi gas
di paru-paru, yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2
dari jantung menjadi O2 setelah keluar dari paru-paru.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut: Ventrikel kanan jantung >
Arteri pulmonalis > paru-paru > vena pulmonalis > atrium kiri
jantung

1.5.2 Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik)


5

Merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang


membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari
jantung banyak mengandung oksigen.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut: Ventrikel kiri > aorta >
arteri superior dan inferior > sel / jaringan tubuh > vena cava
inferior dan superior > atrium kanan jantung

2. Konsep Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan


2.1 Definisi
Menurut Bruner dan Suddarht (2002) hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan diastolic
diatas 90 mmHg

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin, 2012).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester


kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria,
kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat
terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2007)

2.2 Klasifikasi
2.2.1 Hipertensi kronik
Tekanan darah sistolik darah sistolik 140mmHg atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum 20
minggu usia kehamilan dan tidak termasuk pada penyakit
trophoblastic gestasional, atau Tekanan darah sistolik darah
sistolik 140mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg
didapatkan pada usia kehamilan > 20 minggu menetap 12 minggu
postpartum. Diagnosis sulit ditegakkan pada trisemester pertama
kehamilan dan umumnya didapatkan pada beberapa bulan setelah
melahirkan.

2.2.2 Hipertensi Gestasional


Tekanan darah sistolik darah sistolik 140mmHg atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg didapatkan pertama kali pada usia kehamilan >
20 minggu, Tidak ada proteinuria maupun tanda dan gejala
6

preeklampsia, Tekanan darah kembali normal pada 42 hari setelah post


partum, Definisi ini meliputi wanita dengan sindroma preeklampsia
tanpa disertai manifestasi proteinuria, Mempunyai resiko hipertensi
pada kehamilan selanjutnya Dapat berkembang menjadi preeklampsia
maupun hipertensi berat
2.2.2.1 Preeklampsia
Kriteria minimal : Tekanan darah sistolik darah
sistolik 140mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg
pada usia kehamilan > 20 minggu, Disertai proteinuria 300
mg / 24 jam atau +1 pada pemeriksaan urin sesaat
dengan urin dipstik atau rasio protein : kreatinin urine 0.3

Kriteria tambahan yang memperkuat diagnosis : Tekanan darah


160/110 mmHg, Proteinuria 2.0 g/24 jam atau +2 pada
pemeriksaan urin sesaat denganurin dipstik., Serum kreatinin >
1.2 mg/dl kecuali sudah didapatkan peningkatan serum
kreatinin sebelumnya, Trombosit < 100.000/l, Hemolisis
mikroangiopati peningkatan LDH, Peningkatan kadar serum
transaminase ALT atau AST, Nyeri kepala yang menetap atau
gangguan cerebral maupun visual lainnya, Nyeri epigastrium
yang menetap

2.2.2.2 Eklampsia
Kejang yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada wanita
dengan preeklamsia

2.2.2.3 Hipertensi kronis superimpose preeklampsia


Wanita hipertensi dengan proteinuria 300 mg / 24 jam yang
baru muncul dan tidak didapatkan sebelum usia kehamilan 20
minggu, atau Peningkatan mendadak pada proteinuria dan
tekanan darah atau jumlah trombosit < 100.000 /l pada wanita
dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20
minggu

2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
2.3.1 Hipertensi esensial: penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor
herediter, faktor emosi (Stress) dan lingkungan (pola hidup)
7

2.3.2 Penyakit Ginjal: Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat
dijumpai pada wanita hamil adalah : Glomerulonefritis akut dan
kronik serta Plelenofritus akut dan kronik

2.4 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
2.4.1 Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2.4.2 Proteinuria samar sampai +1
2.4.3 Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
2.4.1 Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2.4.2 Proteinuria + 2 persisten atau lebih
2.4.3 Nyeri kepala
2.4.4 Gangguan penglihatan
2.4.5 Nyeri abdomen atas
2.4.6 Oliguria
2.4.7 Kejang
2.4.8 Kreatinin meningkat
2.4.9 Trombositopenia
2.4.10 Peningkatan enzim hati
2.4.11 Pertumbuhan janin terhambat
2.4.12 Edema paru

2.5 Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama
kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung
pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva
bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang
tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan
resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial.
Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah.

Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-


perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran
di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah,
termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-
perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya,
diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain
yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
8

2.6 Pathway

faktor emosi (Stress) dan


lingkungan (pola hidup)

Konstriksi Peningkatan angiostensin II


vaskuler

Kontraksisel endotel
Retensi aliran
darah
Kerusakan & kebocoran
sel endotel
hipertensi
Pengendapan
konstituen darah

TD meningkat

Transport darah ke paru Kerusakan & kebocoran Pembuluh darah otak Pembengkakan epitel
menurun sel endotel pecah endotel glomerulus

Paru2 bkrja lebih kras u/ Perubahan hemodinamik lesi Gangguan fungsi ginjal
mningkatkan laju darah

Pembekuan darah Gagal ginjal


hipoperfusi
Edema paru terganggu

Resiko Gangguan
sesak Resiko Gangguan
perfusi jaringan
Transport nutrisi + O2 perfusi jaringan
cerebral
jg terganggu gastrointestinal
gangguan pola
pernafasan
Gangguan perfusi
jaringan perifer
9

2.7 Komplikasi
2.7.1 Perubahan Kardiovaskuler
2.7.2 Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan.
2.7.3 Perubahan hematologis
2.7.4 Gangguan fungsi ginjal
2.7.5 Edema paru

2.8 Prognosis
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit
tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit
ini adalah penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan
janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3
dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus.

2.9 Penatalaksanaan medis


Adapun penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan antara lain :
2.9.1 Deteksi Prenatal Dini: Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap
4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2
minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2.9.2 Penatalaksanaan Di Rumah Sakit: Evaluasi sistematik yang dilakukan
mencakup :
2.9.2.1 Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk
mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang
pesat
2.9.2.2 Berat badan saat masuk
2.9.2.3 Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling
tidak setiap 2 hari
2.9.2.4 Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam
kecuali antara tengah malam dan pagi hari
2.9.2.5 Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit,
trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang
ditentukan oleh keparahan hipertensi
2.9.2.6 Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik
secara klinis maupun USG
2.9.2.7 Terminasi kehamilan: Pada hipertensi sedang atau berat yang
tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan
pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan
sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila
10

tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya


induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus
yang lebih parah.
2.9.3 Terapi Obat Antihipertens: Pemakaian obat antihipertensi sebagai
upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal
pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan
keparahan telah lama menjadi perhatian.
2.9.4 Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat: Wanita dengan
hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada
tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia
menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap
kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.

3. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipertensi Dalam Kehamilan


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
3.1.2 Keluhan Utama: Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan
keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata
dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein
dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang: Pada pasien jantung hipertensi dalam
kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih,
nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri
abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia
dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita
diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma,
perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhan tersebut
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu: Perlu ditanyakan apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi
sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea,
hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar
bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu
kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
11

mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini


diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga : Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan
genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
3.1.6 Riwayat Psikososial: Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
3.1.7 Pola kebiasaan sehari-hari : Pola nutrisi, Pola eliminasi, Pola istirahat
tidur, Pola aktivitas, Perilaku kesehatan sehari-hari, Penggunaan
obat/jamu/rokok, Personal hygiene
3.1.8 Pengkajian fisik, persistem:
a. B1 (Breathing): Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan
obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
b. B2 (Blood): Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya
berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi.
Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume
darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu
trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti
menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya
riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi,
kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar
S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
c. B3 (Brain): Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak
akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan
dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema
vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan
adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan
dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas,
depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori
meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub
12

oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan


penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan
terkanan pada pembuluh darah cerebral
d. B4 (Bladder): Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus,
riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada
glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar
penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus.
Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar
enzim hati dalam serum
e. B5 (Bowel): Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai
terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak,
dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya
edema
f. B6 (Bone): Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul
pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri
dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang : laboratorium protein urine, hematokrit
menurun, BJ Urine meningkat, serum kreatinin meningkat, asam urat,
USG.

3.2 Diagnosa yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Pola Napas
3.2.1 Definisi
Inspirasi/ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat

3.2.2 Batasan karakteristik


Bradipnea
Dipsnea
Fase ekspirasi memanjang
Ortopnea
Penggunaan otor bantu napas
Penurunan kapasitas vital
Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
Penurunan ventilasi permenit
Pernapasan cuping hidung
Pola napas abnormal
Takipnea

3.2.3 Faktor yang berhubungan


Ansietas
13

Cedera medulla spinalis


Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan muskuloskletal
Gangguan neurologis
Hiperventilasi
Posisi yang menghambat ekspansi paru
Keletihan
Nyeri
Obesitas
Diagnosa 2 : ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3.2.1 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan

3.2.2 Batasan Karakteristik


Tidak ada nadi
Perubahan fungsi motorik
Perubahann karakteristik kulit
Perubahan tekanan darah di ekstremitas
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
Penurunan nadi
Edema
Nyeri ektremitas
Keterlambatan penyembuhan luka perifer
Parestesia
Warna kulit pucat saat elevasi

3.2.3 Faktor yang Berhubungan


Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
Diabetes meltus
Hipertensi
Merokok

Diagnosa 3 : resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak


3.2.1 Definisi
Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan

3.2.2 Faktor resiko


Agen farmaseutikal
Aterosklerosis
Infark miokard
Diseksi arteri
14

Embolisme
Endokarditis inefektif
Fibrilasi atrium
Hiperkolertrolemia
Hipertensi
Kardiomiopati dilatasi
Katup prostetik mekanis
Koagulopati
Neoplasma otak
Stenosis carotid
Stenosis mitral
Tumor otak

Diagnosa 4 : resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal


3.2.1 Definisi
Rentan terhadap penurunan sirkulasi gastrointestinal, yang dapat
mengganggu kesehatan

3.2.2 Faktor resiko


Anemia Aneurisma aorta abdomen
Diabetes mellitus Ketidakefektifan hemodinamika
Koagulopati Penurunan kerja ventrikel kiri
Penyakit gastrointestinal Penyakit ginjal
Penyakit vaskuler stroke
Program pengobatan trauma
Sindrom kompartemen abdomen varises gastrointestinal
Penyakit vascular
Merokok

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas
3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Status pernapasan dan ventilasi, status pernapasan kepatenan jalan
napas, tanda-tanda vital
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif, suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dipsneu,
Menunjukan jalan napas yang paten, irana napas regular, frekuensi
napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal
Tanda-tanda vital dalam batas normal

3.3.2 Intervensi dan rasional


a. Kaji apakah klien memerlukan pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional : penurunan ventilasi menunjukan kebutuhan klien akan
alat bantu pernapasan, jika klien mengalami penurunan fungsi
pernapasan perlu segera dipasangkan alat bantu napas untuk
mengembalikan fungsi pernapasan.
b. Monitor tanda-tanda vital
15

Rasional : mengetahui keadaan umum pasien


c. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : posisi semifowler merupakan posisiyang baik dalam
memaksimalkan ventilasi karena memperluas ekspansi paru
d. Auskultasi suara napas
Rasional : suara napas mengindikasikan kondisi paru-paru, apabila
terdapat sumbatan atau gangguan maka akan muncul suara napas
abnormal
e. Monitor respirasi dan status O2
Rasional : status respirasi dan oksigenasi menunjukan kondisi
umum sistem pernapasan
f. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Rasional : apabila terdapat tanda-tanda hipoventilasi, maka harus
diberikan tindakan segera untuk mengurangi komplikasi

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Kembalinya status sirkulasi adekuat, perfusi jaringan serebral baik

3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)


a. Kaji adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Rasional : kulit manusia dilengkapi dengan ujung saraf yang akan
menangkap reseptor dari luar, sehingga apabila ada area tubuh
yang kurang peka merasakan stimulus seperti
panas/dingin/tajam/tumpul merupakan tanda gangguan di jaringan
perifer
b. Monitor adanya parelise
Rasional : paralise merupakan suatu kondisi kelemahan otot,
apabila otot tidak bergerak maka sirkulasi darah ke perifer akan
terganggu
c. Instruksikan klien atau keluarga untuk melaporkan jika ada lesi
atau laserasi
Rasional : laserasi menyebabkan terbukanya jaringan dan saat area
tertentu luka membuat aliran darah akan banyak kedaerah tersebut
sehingga area lain kemungkinan kekurangan suplai darah
d. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Rasional : menurunkan kemungkinan peningkatan metabolisme
sehingga kekurangan perfusi jaringan perifer
e. Monitor adanya tromboplebitis
Rasional : pembuluh darah vena adalah pembuluh darah penting
dalam tubuh dan letaknya dekat dengan permukaan tubuh, jika
vena mengalami peradangan ,maka akan mengganggu sirkulasi
16

f. Diskusikan mengenai perubahan sensasi


Rasional : deteksi dini adanya penurunan perfusi jaringan perifer

Diagnosa 3 : resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral


3.2.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Status sirkulasi dan perfusi jaringan serebral
Kriteria hasil :
Tekanan sistol dan diastole dalam rentang normal
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai kemampuan
Menunjukan konsentrasi, perhatian dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan yang benar
Tingkat kesadaran baik, tidak ada gerakan involunter

3.2.2 Intervensi Keperawatan dan rasional


a. Kaji adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Rasional : kulit manusia dilengkapi dengan ujung saraf yang akan
menangkap reseptor dari luar, sehingga apabila ada area tubuh
yang kurang peka merasakan stimulus seperti panas/dingin/
tajam/tumpul merupakan tanda gangguan di serebral yang
terhambat merespon stimulus
b. Monitor adanya parelise
Rasional : paralise merupakan suatu kondisi dimana ada gangguan
dalam sistem saraf pusat
c. Instruksikan klien atau keluarga untuk melaporkan jika ada lesi
atau laserasi
Rasional : laserasi menyebabkan terbukanya jaringan dan saat area
tertentu luka membuat aliran darah akan banyak kedaerah tersebut
sehingga area lain kemungkinan kekurangan suplai darah
d. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Rasional : menurunkan kemungkinan peningkatan metabolisme
sehingga kekurangan perfusi jaringan otak

e. Monitor adanya tromboplebitis


17

Rasional : pembuluh darah vena adalah pembuluh darah penting


dalam tubuh dan letaknya dekat dengan permukaan tubuh, jika
vena mengalami peradangan ,maka akan mengganggu sirkulasi
f. Diskusikan mengenai perubahan sensasi
Rasional : deteksi dini adanya penurunan perfusi jaringan otak

Diagnosa 4 : Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal


3.2.1 Tujuan dan kriteria hasil
Eleminasi fekal,status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam
basa, keseimbangan cairan, hidrasi, perfusi jaringan abdominal.
Kriteria hasil :
Jumlah, warna, konsistensi dan bau fese dalam batas normal
Tidak ada nyeri perut
Bising usus normal
Tekanan sistol dan diastole dalam rentang normal
Na, K, Cl, Mg, dan bikarbonat danlam batas normal
Intake output seimbang
Tidak ada odema perifer dan asites
Membrane mukosa lembab
Hematokrit dalam batas normal

3.2.2 Intervensi keperawatan dan rasional


a. Monitor TTV
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
b. Monitor status cairan dan elektrolit
Rasional : gangguan pada gastrointestinal dapat dilihat dari status
cairan dan elektrolit karena berhubungan dengan pencenaan dan
penyerapan nutrisi
c. Monitor bising usus
Rasional : pada klien dengan bising usus yang meningkat
kemungkinan keluarnya cairan akan lebih banyak dan menurunkan
cairan ekstravaskular sehingga berpengaruh terhadap tanda vital

d. Catat intake dan output secara akurat


Rasional : intake dan output diperlukan untuk menghitung balance
cairan dan kebutuhan klien sehari-hari
e. Pasang NGT jika diperlukan
Rasional : apabila klien mengalami gangguan menelan atau
mencerna makanan perlu dipertimbangkan memasang NGT untuk
membantu klien teteap mendapat asupan makanan yang adekuat
18

4. Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku AJAR Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis dan
Kalasifikasi alih bahasa Budi Anna Keliat, dkk ed 10. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Trisada Printer
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty
Wahyuningsih. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida BG. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
kardiovaskular. Jakarta : EGC
19

Pelaihari, Mei 2017


Preseptor Lapangan, Preseptor Akademik

(.................................................................) (.................................................................)

Anda mungkin juga menyukai