LETAK LINTANG
5 Pathway (diagram)
Doengoes,E. Marilyn. (2001).
6 Komplikasi
1. Pada maternal
a. Ruptur uteri dan traumatik uteri
b. Infeksi
c. Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse
Lie),yangberpotensi meningkatkan kematian pernatal, diketahui
dengan :
1) Adanya ruptur uteri mengancam
2) Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara
janin dan panggul
3) Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
d. Meningkatnya kematian maternal karena :
1) Letak lintang selalu disertai plasenta previa
2) Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
3) Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari
4) Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui
vagina
2. Pada janin
a. Kematian janin akibat :
1) Prolaps funikuli
2) Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental
3) Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005)
7 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi
kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya panggul
sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat menimbulkan
kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu
dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat
pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-
prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak lintang
ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi lintang
pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai perbandingan jika
diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, 2,6 % akan tetap pada posisi
lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, 11,8 % akan
tetap pada posisi lintang (4). Di negara dengan sarana-prasarana yang
sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah
cukup rendah. Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih
terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio sesaria (10).
Angka kematian ibu sekitar 0-2 % ( RS Hasan Sadikin Bandung, 1966).
Sedangkan angka kematian janin sekitar 18,3 % (RS Hasan Sadikin) dan
23,3 % (RS Umum Pusat Prop. Medan). Angka ini kira-kira sama dengan
yang didapatkan oleh Wilson santara tahun 1935-1950. Tetapi dengan
meningkatnya frekuensi seksio sesaria pada letak lintang, pada tahun 1951-
1956 Wilson melaporkan angka kematian janin sangat menurun menjadi
5,6 % .
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2004, rerata angka kematian
akibat malposisi dan malpresentasi janin di negara-negara berkembang,
seperti Brazil, Nikaragua, Ekuador dan Meksiko, sebesar 1,3 % .
8 Penanganan Medis
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan
versi luar pada primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada
kehamilan 36-38 minggu
Diagnosa 3 : ansietas
2.2.2.6. Definisi : Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman
2.2.2.7. Batasan karakteristik
Perilaku :
- Penurunan produktivitas
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Mengintai
- Tampak waspada
Affektif :
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan kewaspadaan
- Gugup senang berlebihan
- Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
- Bingung, menyesal
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang, tremor tangan
- Peningkatam keringat
- Peningkatan ketegangan
- Suara beretar
- Tremor
Simpatik :
- Anoreksia
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan darah
- Kesulitan bernafas
- Lemah
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Sering berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurun kemampuan belajar
- Lupa, gangguan perhatian, khawatir, meamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
3 Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri akut
2.3.1. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman
Diagnosa 3: Ansietas
2.3.5. Tujuan dan Kriteria hasil NOC
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, diri, koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut :
1. tidak pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh
tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan
ansietas
Capeninto, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC Jakarta
(.................................................................) (.................................................................)
Preseptor Akademik
(.................................................................)