Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

LETAK LINTANG

1 Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Letak Lintang


1 Anatomi

A Perubahan Fisiologi Wanita Hamil


Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon.
Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin,
menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006,
hal.47)
1 Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini
pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus. Pada
bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat,
agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada
akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur.
(Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek
fundus uteri berada di belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus
uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis.
4) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan
simfisis dengan pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
8) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan
prosessus xypoideus.
9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah
prosessus xypoideus.
10)Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari
di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91
dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90).
2. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini
disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
3. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus
luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat
laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal .95)
4. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam
karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
5. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah
yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah
secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut
hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan
puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengancardiac output yang
meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
6. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh
rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas
karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma
sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006.
Hal. 96)
7. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena
hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga
menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai
gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness
dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis
gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
8. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan
hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada
akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki
Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
9. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH)
yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai
kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan
kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal. 97)
10. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga
15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan
pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1
gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan,
mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi
nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang
terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil
harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya
sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk
keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu.
Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg
untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar
tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal. 98)
11. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi
ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan
adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu
kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg.
(Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)

B Fisiologi Sistem Letak Lintang


Uterus
Vagina
Ovarium
Payudara
Sistem sirkulasi
Sistem respirasi
Traktus Urinarius
Kulit
Metabolism dalam kehamilan
Traktus Digestivus
Kenaikan berat badan

1 Konsep Penyakit Letak Lintang


Definisi/ Deskripsi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala
janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin
dapat berada di depan (dorsoanterior), dibelakang (dorsoposterior), diatas
(dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).
2 Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai
faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor
faktor tersebut adalah :
Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus,
anensefalus, plasenta previa, dan tumortumor pelvis.
Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau
sudah mati.
Gemelli (kehamilan ganda).
Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.
Lumbar scoliosis.
Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai
dinding uterus dan perut yang lembek.
Sedangkan menurut Williams Obstetri, penyebab utama letak lintang
adalah:
Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi.
Janin premature.
Plasenta previa
Uterus abnormal
Cairan amnion berlebih
Panggul sempit

3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


1. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus
uteri membentang sedikit diatas umbilikus.
2. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
3. Pada palpasi :
a. Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
b.Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan
bokong pada fosa iliaka yang lain.
c. Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4 Patofisiologi
Dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus
beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan terjadinya posisi obliq atau
melintang. Dalam persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan
berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pengaruh letak lintang pada persalinan
a. Letak lintang merupakan suatu kondisi berbahaya dan memiliki
resiko tinggi bagi ibu dan janin karena dapat menyebabkan persalinan
macet.
b. Ada kalanya janin yang pada permulaan persalinan dalam keadaan
letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Keadaan ini
disebut versio spontanea. Hal ini mungkin terjadi bila ketuban masih
utuh.
c. Letak lintang menyebabkan persalinan macet dan untuk kejadian ini
tidak ada mekanisme persalinannya

5 Pathway (diagram)
Doengoes,E. Marilyn. (2001).

6 Komplikasi
1. Pada maternal
a. Ruptur uteri dan traumatik uteri
b. Infeksi
c. Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse
Lie),yangberpotensi meningkatkan kematian pernatal, diketahui
dengan :
1) Adanya ruptur uteri mengancam
2) Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara
janin dan panggul
3) Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
d. Meningkatnya kematian maternal karena :
1) Letak lintang selalu disertai plasenta previa
2) Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
3) Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari
4) Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui
vagina

2. Pada janin
a. Kematian janin akibat :
1) Prolaps funikuli
2) Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental
3) Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005)

7 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi
kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya panggul
sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat menimbulkan
kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu
dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat
pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-
prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak lintang
ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi lintang
pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai perbandingan jika
diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, 2,6 % akan tetap pada posisi
lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, 11,8 % akan
tetap pada posisi lintang (4). Di negara dengan sarana-prasarana yang
sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah
cukup rendah. Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih
terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio sesaria (10).
Angka kematian ibu sekitar 0-2 % ( RS Hasan Sadikin Bandung, 1966).
Sedangkan angka kematian janin sekitar 18,3 % (RS Hasan Sadikin) dan
23,3 % (RS Umum Pusat Prop. Medan). Angka ini kira-kira sama dengan
yang didapatkan oleh Wilson santara tahun 1935-1950. Tetapi dengan
meningkatnya frekuensi seksio sesaria pada letak lintang, pada tahun 1951-
1956 Wilson melaporkan angka kematian janin sangat menurun menjadi
5,6 % .
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2004, rerata angka kematian
akibat malposisi dan malpresentasi janin di negara-negara berkembang,
seperti Brazil, Nikaragua, Ekuador dan Meksiko, sebesar 1,3 % .

8 Penanganan Medis
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan
versi luar pada primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada
kehamilan 36-38 minggu

2 Rencana asuhan klien dengan Penyakit


1 Pengkajian
Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
Pemeriksaan fisik: Head To too
Pemeriksaan penunjang
-
2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Nyeri akut
2.2.2.1. Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan, yang aktual atau
potensial, atau digambarkan dalam hal sedemikia rupa.
2.2.2.2. Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertega
sampai kaku)
- Respons autonomic (misalnya diaphoresis; perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil)
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya mondar-mandir, mencari orang
lain dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
menghela nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
- Perilaku menjaga atau sikap melindungi
- Fokus menyempit (misalnya gangguan persepsi waktu,
gangguan proses piker, interaksi dengan orang lain atau
lingkungan menurun)
- Bukti nyeri yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan menyeringai)
2.2.2.3. Faktor yang berhubungan : Agen-agen penyebab cedera
(misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis)

Diagnosa 2 : Resiko Infeksi


2.2.2.4. Definisi
Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
2.2.2.5. Faktor Risiko
a. Prosedur Infasif
b. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
pathogen
c. Trauma
d. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
e. Ruptur membran amnion
f. Agen farmasi (imunosupresan)
g. Malnutrisi
h. Peningkatan paparan lingkungan pathogen
i. Imonusupresi
j. Ketidakadekuatan imum buatan
k. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
l. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
m. Penyakit kronik

Diagnosa 3 : ansietas
2.2.2.6. Definisi : Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman
2.2.2.7. Batasan karakteristik
Perilaku :
- Penurunan produktivitas
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Mengintai
- Tampak waspada
Affektif :
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan kewaspadaan
- Gugup senang berlebihan
- Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
- Bingung, menyesal
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang, tremor tangan
- Peningkatam keringat
- Peningkatan ketegangan
- Suara beretar
- Tremor
Simpatik :
- Anoreksia
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan darah
- Kesulitan bernafas
- Lemah
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Sering berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurun kemampuan belajar
- Lupa, gangguan perhatian, khawatir, meamun
- Cenderung menyalahkan orang lain

2.2.2.8 Faktor yang berhubungan


Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, status peran)
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan interpersonal
Penularan penyakit interpersonal
Krisis maturasi, krisis situasional
Stress, ancaman kematian
Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran, konsep diri)

Diagnosa 4 : Resiko kekurangan volume cairan


2.2.2.9. Definisi : Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial,
dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium
2.2.2.10.Batasan Karakteristik :
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit/lidah
Membran mukosa/kulit kering
Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine meningkat
Temperatur tubuh meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
2.2.2.11.Faktor-faktor yang berhubungan:
Kehilangan volume cairan secara aktif
Kegagalan mekanisme pengaturan.

3 Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri akut
2.3.1. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman

2.3.2. Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi
ataunyeri tekan abdomen.
Rasional : Ruptur kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat,
karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam
abdomen
b. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap
kejadian.
Rasional : Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak
nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa
nyeri
Rasional : lingkungan yang nyaman dan rileks membuat klien lebih
tenang sehingga stimulus nyeri dari lingkungan berkurang
d. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya:
napas dalam, visualisasi distraksi
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan
karenanya mereduksi ketidaknyamanan
e. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi
pembedahan
Diagnosa 2: Resiko Infeksi
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
Stastus imunologi, pengetahuan mengenai kontrol infeksi dan kontrol
infeksi
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional NIC


a. Gunakan APD
Rasional : menurunkan resiko infeksi dengan APD
b. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya.
Rasional : kondisi dasar ibu seperti DM dan hemoragi menimbulkan
potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya
proses infeksi dapat meningkat resiko kontaminasi janin.
c. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan suhu,
nadi, jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korioamonitis sebelum mengintervensi bedah dan dapat
mengubah penyembuhan luka.
d. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
Rasional : transmisi mikroorganisme dapat terjadi dari perawat ke klien,
klien dengan lingkungan, dan klien dengan klien lain
e. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah
pecah.
Rasional : membantu mengurangi resiko infeksi asenden.
f. Anjurkan klien meningkatkan intake nutrisi dan cairan
Rasional : intake nutrisi dan cairan yang cukup akan membantu
metabolisme dalam tubuh berlangsung dengan baik sehingga resiko
infeksi dapat ditekan
g. Batasi pengunjung
Rasional : transmisi mikroorganisme dapat terjadi dari perawat ke klien,
klien dengan lingkungan, dan klien dengan klien lain
h. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : keluarga merupakan orang yang berada dekat dengan klien
selama 24 jam sehingga apabila muncul tanda dan gejala infeksi pada
klien keluarga dapat segera melaporkan kepada perawat untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut
i. Kolaborasi pemberian antibiotik spectrum luas parental pada pra-operasi
Rasional : Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi sebagai
pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.

Diagnosa 3: Ansietas
2.3.5. Tujuan dan Kriteria hasil NOC
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan
sampai sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, diri, koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut :
1. tidak pernah
2. jarang
3. kadang-kadang
4. sering
5. selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh
tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan
ansietas

2.3.6. Intervensi keperawatan dan rasional NIC


- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- observasi reaksi nonverbal
- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
- control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan
- pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi
dan interpersonal)
- kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
- berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- tingkatkan istirahat
- kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang
tidak berhasil
Diagnosa 4 : Resiko kekurangan volume cairan
2.3.7. Tujuan dan Kriteria hasil NOC
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
2.3.8. Intervensi Keperawatan
Manajamen cairan
R/ Meningkatkan keseimbangan volume cairan dan mencegah
komplikasi akibat kadar cairan abnormal
Manajemen elektrolit
R/ Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi
akibat dari kadar elektrolit serum yangt tidak normal.
III. Daftar Pustaka
Bobak. (2004). Buku ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Capeninto, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC Jakarta

Doengoes,E. Marilyn. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi,


Edisi 2. Jakarta : EGC

Sarwono, P. (1994). Ilmu Kebidanan. Balai Penerbitus. Jakarta


Pelaihari, Mei 2017
Preseptor Lapangan, Preseptor Laporan

(.................................................................) (.................................................................)

Preseptor Akademik

(.................................................................)

Anda mungkin juga menyukai