Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan obat bius yang mudah terbakar sebagian besar telah berakhir

pada tahun 1970 dan dengan demikian risiko terjadinya kebakaran di ruang operasi

semakin berkurang. Selama beberapa dekade terakhir, bencana ini dianggap selalu

muncul dimana-mana, namun cukup terkontrol. Pada masa itu, pencegahan hanya

berpusat pada ahli Anestesi. Sejak berkurangnya penggunaan obat bius yang mudah

terbakar, peneliti telah menemukan adanya kadar oksigen tinggi yang terperangkap di

beberapa lokasi, seperti di dalam jaringan tubuh pasien, dibawah laken steril dan

daerah sekitar operasi yang menjadi factor ekaserbasi terjadinya kebakaran di ruang

operasi.

Akibat berkembangnya teknologi dan alat elektronik, penggunaan alat

elektronik di ruang operasi semakin meningkat. Peningkatan dalam penggunaan alat

elektronik dapat menyebabkan risiko terjadinya luka bakar pada pekerja maupun

pasien di ruang operasi kendati telah digunakannya perangkat yang aman.

Terdapat beberapa laporan mengenai luka bakar pada pasien yang disebabkan

oleh peralatan operasi elektrik seperti elektrokauter atau laser saat operasi. Food and

Drug Administration (FDA) telah melakukan penelitian mengenai kebakaran selama

operasi di Amerika. Lebih dari 100 insiden kebakaran selama operasi terjadi tiap

tahunnya dan 10-20% menyebabkan luka berat. Akibatnya rata-rata 2 pasien


meninggal tiap tahun. ECRI memperkirakan 550 sampai 650 kasus kebakaran terjadi

pada 650 juta operasi di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Kebakaran di ruang operasi dapat dicegah. Jika tidak, kebakaran dapat

menyebabkan luka berat pada pekerja medis dan pasien yang mana dapat

mengakibatkan tuntutan ke pihak Rumah Sakit. Pencegahan kebakaran di ruang

operasi memerlukan kerjasama dan komunikasi antara ahli anestesi, ahli bedah dan

perawat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kebakaran yang terjadi pada pasien atau bahkan sekitar pasien pada saat

sedang menjalani operasi bedah.

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian kebakaran selama operasi telah berkurang dalam 100 tahun

terakhir, akibat obat bius yang mudah terbakar jarang digunakan selama operasi.

Dilaporkan terjadi sekitar 700 kebakaran selama operasi setiap tahunnya dengan lebih

dari 500 kasus tidak dilaporkan dengan detil. Niskanen (2007) mengatakan bahwa

terdapat 650 kasus kebakaran selama operasi setiap tahunnya di Amerika Serikat , dan

sekitar 1800 sampai 2400 kasus kebakaran selama operasi tidak dilaporkan,

kebakaran sering terjadi selama trakeostomi, adenotonsilektomi dan bedah kepala dan

leher. Berdasarkan data yang berasal dari FDA sejak bulan januari 1995 sampai

dengan juni 1998 terdapat 167 kasus kebakaran selama operasi, 56 (33%) terjadi

kebakaran pada orofaring, 47 (28%) terjadi pada kepala dan leher, 40 (24%) terjadi

pada sekitar pasien, dan 24 (14%) kebakaran terjadi pada pasien namun bukan di

saluran pernapasan.
2.3 Faktor penyebab

Terdapat tiga factor esensial yang diperlukan untuk terjadinya kebakaran selama

operasi (fire triangle):

1. Bahan yang mudah terbakar


Bahan bakar dapat berupa apapun yang berkontak dengan pasien, termasuk

pasien itu sendiri. Beberapa zat yang digunakan untuk persiapan operasi

bersifat mudah terbakar, sebagai contoh alcohol yang menggenang dibawah

pasien dapat menghasilkan uap mudah terbakar.

Hair (face, scalp, body)


In/On Patient
GI tract gases (mostly methane)

Degreasers (ether, acetone)

Aerosol adhesives

Prepping Agents
Alcohol (also in suture packets)

Tinctures (Hibitane [chlorhexidine digluconate],

Merthiolate [thimerosal]), DuraPrep [idophor])

Linens Drapes (woven, nonwoven, adherent)


Gowns (reusable, disposable)

Masks

Hoods and caps

Shoe covers

Instrument and equipment drapes and covers

Egg-crate mattresses

Mattresses and pillows

Blankets

Dressings Gauze

Sponges

Adhesive tape (cloth, plastic, paper)

Ace bandages

Stockinettes
Collodion (mixture of pyroxylin, ether, and

alcohol)

Petrolatum (petroleum jelly)

Tincture of Benzoin (74% to 80% alcohol)

Ointments Aerosols (e.g., Aeroplast)

Paraffin

White wax

Equipment/Supplies Anesthesia components (breathing circuits, masks,

airways, tracheal tubes, suction catheters, pledgets)

Flexible endoscopes

Coverings of fiberoptic cables and wires (e.g., ESU

leads, ECG leads)

Gloves

Blood pressure and tourniquet cuffs


Stethoscope tubing

Disposable packaging materials (paper, plastic,

cardboard)

Smoke evacuator hoses

Some instrument boxes and cabinets

Tabel 1. Jenis bahan yang mudah terbakar

2. Suplai Oksigen
Oksigen merupakan senyawa penting untuk menyebabkan munculnya api.

Dalam anestesi, Oksigen murni berdilusi dalam udara atau dikombinasikan

dengan nitrogen menjadi N2O. Anestesi kadang memerlukan kadar oksigen

diatas 21% untuk dapat mempertahankan oksigenasi pasien. Oksigen ini

berasal dari mesin anestesi, ventilator atau silinder gas. Karena oksigen lebih

berat dari udara, maka oksigen terkumpul di bagian bawah. Beberapa material

seperti laken menyerap oksigen dan mempertahankannya untuk beberapa

lama. Dengan meningkatnya kadar oksigen, lebih mudah terjadinya api, dan

api akan semakin sulit dipadamkan.

3. Sumber panas
Zat yang mudah terbakar memerlukan sumber panas untuk menghasilkan api.

Panas yang berasal dari berbagai sumber dapat meningkatkan kecepatan

oksidasi dari campuran oksigen sehingga menimbulkan kebakaran. Beberapa


sumber panas yang ditemukan di kamar operasi antara lain, lampu operasi,

defibrillators, bor, elektrokauter atau elektrosurgikal, koagulator, lampu

fiberoptik, kabel dan laser. Alat-alat ini dapat menghasilkan panas sampai

beberapa ribu derajat farenheit. Percikan juga dapat muncul akibat

elektrosurgikal, bor dan laser. Percikan ini dapat menyebabkan ledakan

khususnya di lokasi tinggi kadar oksigen. Sumber panas juga dapat berasal

dari aliran listrik.

Tabel 2. Sumber api

Faktor pertama dan kedua diperlukan dalam anestesi, sedangkan factor ketiga dapat

dikontrol atau bahkan dihilangkan bila kebakaran ingin dihindari.

Penggunaan kauter dan koagulator dengan jarak kurang dari dua kaki dari

mulut pasien yang menerima gas anestesi mudah terbakar harus dilarang kecuali

terdapat laken basah atau alas karet dalam posisi yang tepat. Pada beberapa kasus
terjadi percikan api karena eter yang terpapar dengan sinar matahari. Eter harus selalu

disimpan dalam wadah yang gelap dan eter yang tersisa dalam mesin anestesi harus

dipindahkan dan disimpan bila telah selesai digunakan.

Peralatan elektrik harus diperiksa rutin untuk melihat ada atau tidaknya

kerusakan dan tidak seharusnya digunakan bila gas anestesi yang mudah terbakar

berada disekitarnya.

Gambar 1. Trias Sumber Api

Listrik statis

Listrik statis merupakan penyebab tingginya kebakaran selama operasi di

Rumah Sakit. Listrik statis diproduksi saat terjadi gesekan oleh benda yang tidak bisa

menghantarkan listrik (non-konduktor), seperti sepatu yang bergesekan dengan lantai,


saat menyisir rambut, menggesek gelas dengan kain dan sebagainya. Listrik statis

juga dapat terakumulasi akibat arus listrik pada alat-alat elektrik.

Hampir seluruh material menyalurkan arus listrik (konduktor), namun

beberapa material lain tidak (insulator). Metal dan karbon adalah konduktor yang

baik, sedangkan larutan garam, tumbuhan dan hewan merupakan konduktor lemah.

Karet, plastic, gelas dan udara adalah insulator. Pembentukan muatan elektrostatis di

ruang operasi tidak mungkin dihentikan. Terdapat banyak gesekan antara material

non-konduktor di dalam ruangan, dan menjadi penyebab terbentuknya listrik statis.

Satu-satunya cara untuk mencegah akumulasi dari listrik statis adalah dengan

menyediakan jalur dimana listrik statis dapat mengalir dengan kecepatan yang sama

saat listrik statis terbentuk. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan lantai yang

bersifat konduktor sehingga muatan listrik dapat mengalir ke lantai. Semua material

konduksi yang berada dalam ruangan operasi dimana gas anestesi yang mudah

meledak digunakan harus memiliki akses aliran listrik ke lantai.

Lantai konduktif

Lantai merupakan jalur paling mudah untuk muatan listrik mengalir. Lantai

yang terbuat dari karet, linoleum dan marmer adalah konduktor yang buruk.

Netralisasi muatan melalui lantai tersebut memerlukan waktu yang cukup lama.

Percikan dapat muncul sebelum netralisasi muatan selesai. Lantai terrazzo dengan

tepi metal merupakan konduktor yang baik. Dalam pemasangan lantai konduktif,
harus diperhatikan pula harga serta daya tahannya. Kabel juga dapat digunakan untuk

menghantarkan arus listrik. Cara lain yang dapat digunakan untuk menetralisasikan

muatan listrik adalah dengan menggunakan handuk basah yang diletakkan di bahu

pasien sampai menyentuh lantai.

Kelembapan

Banyak ahli Anestesi berpendapat bahwa kelembapan yang tinggi mencegah

akumulasi dari listrik statis dan menghilangkan risiko terjadinya api karena listrik

statis. Kelembapan sekitar 55% dipercaya dapat mengurangi bahaya yang

ditimbulkan oleh listrik statis.


Tabel 3. Jenis Trias Sumber Api

Alat elektrik

Alat-alat dengan muatan listrik tinggi seharusnya tidak berada dalam

jangkauan gas yang mudah terbakar. Setiap mesin gas harus dilengkapi dengan pipa

nafas yang terbuat dari karet konduktif. Selimut yang terbuat dari wool, lembar

plastik tidak seharusnya berada dalam ruang operasi.

Teknik penyiapan yang benar


Alkohol sangatlah mudah terbakar dan ditemukan dalam berbagai bentuk di

ruang operasi. Ledakan yang berasal dari alcohol akibat elektrosurgikal, laser atau

dari sumber panas memiliki daya yang besar. Faktor pencegahan termasuk

meminimalisasi larutan alcohol yang menggenang di sekitar pasien, melakukan

pengeringan menyeluruh larutan sebelum draping, dan memastikan tidak ada lagi uap

alcohol sebelum menggunakan alat yang menghasilkan sumber panas dekat pasien.

Sebagai contoh, ketika sedang dipersiapkan, sebisa mungkin jangan sampai

ada larutan yang menetes dan menggenang di bawah badan pasien. Genangan yang

terbentuk, khususnya di daerah umbilicus dan cricoid harus dihilangkan. Larutan

yang berbahan dasar sebaiknya digunakan bila memungkinkan (betadine, soloprep,

pharmaseal). Pencucian pasien paling tidak harus terlihat kering sebelum dilakukan

draping, proses ini memakan waktu 2 sampai 3 menit. Pencucian yang kering

membuat alcohol tidak terperangkap di dalem laken. Saat itulah elektrosurgeri dapat

digunakan tanpa menyebabkan ledakan.

2.4 Pencegahan

Cara termudah untuk melawan api adalah mencegah munculnya api. terutama

dengan memahami fire triangle. Tenaga medis dapat mencegah ketiga elemen dengan

mengatur sumber panas, khususnya laser dan elektrosurgikal, mengatur bahan mudah

terbakar dengan cara menyiapkan waktu yang cukup saat menyiapkan pasien dan

meminimalisasi konsentrasi oksigen sesuai dengan yang diperlukan oleh pasien.


Mengontrol sumber panas
Kunci untuk mencegah timbulnya api adalah dengan mencegah

sumber panas di ruang operasi mengalami kontak dengan bahan yang mudah

terbakar. Kebanyakan kasus kebakaran di ruang operasi akibat sumber panas

tidak digunakan dan diletakkan dengan baik. Pengawasan dari seluruh tenaga

medis di ruang operasi diperlukan untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Banyak mesin yang menjadi sumber panas menghasilkan uara ketika

digunakan, suara yang timbul saat alat tidak digunakan dapat mengingatkan

tenaga medis untuk mematikannya dan memeriksa apakah timbul api.


Menggunakan handuk basah dan laken yang tidak mudah terbakar saat

operasi dengan laser dapat mencegah sinar laser membakar laken di sekitar

lokasi operasi. walaupun larutan steril mencegah api, perhatian tetap harus

diberikan agar tidak menyalahi prosedur steril saat operasi, namun

bagaimanapun juga bila api muncul, control infeksi menjadi hal kedua setelah

memadamkan api.
Menjaga agar probe elektrosurgikal bersih dari sisa jaringan dapat

meminimalisasikan risiko jaringan yang terbakar dan menimbulkan percikan.

Memberikan waktu agar alat dapat dingin dengan sendirinya akan mencegah

terjadinya api pada laken, gown atau bahan bakar lain karena panas.

Mengontrol bahan bakar

Memberikan sedikit waktu untuk membiarkan uap dan gas hilang

setelah proses persiapan pasien dapat mencegah timbulnya kebakaran. Zat


yang mudah menguap seperti alcohol, lodion dan aseton memerlukan

beberapa menit untuk dapat menguap sempurna. Perhatian harus diberikan

agar zat-zat tersebut tidak mengendap dibawah pasien ataupun terserap oleh

laken.

Mengontrol konsentrasi oksigen


Meminimalkan konsentrasi oksigen selama operasi dengan memeriksa sumber

oksigen juga dapat mengurasi risiko kebakaran selama operasi. tingginya

kadar oksigen, termasuk oksigen yang dihasilkan nitrogen akan meningkatkan

kejadian kebakaran. Meminimalkan oksigen yang diberikan ke pasien dengan

menggunakan oksigen dari udara dapat mengurangi risiko kebakaran. Tidak

semua pasien memerlukan 100% oksigen, kadar oksigen dalam ruangan bila

diberikan bersama nitrogen atau helium mungkin cukup untuk membantu

ventilasi dan dapat mengurangi risiko.

2.5 Bila terjadi kebakaran

Melakukan simulasi kebakaran.

Melakukan simulasi akan mempersiapkan diri ketika akan terjadi kebakaran

akan meminimalkan biaya, waktu, luka-luka dan kematian. Rumah sakit seharusnya

memiliki persiapa bila terjadi kebakaran dan melakukan pelatihan rutin agar semua

staff rumah sakit dapat melakukan tindakan yang tepat bila terjadi kebakaran.
Tenaga medis di ruang operasi harus berlatih untuk memadamkan api secepat

mungkin, reaksi yang lambat dan kebingungan akan membuat api yang kecil menjadi

semakin besar dan susah dipadamkan. Penggunaan alat pemadam api harus di

demonstrasikan dan dilatih secara rutin.

Menggunakan alat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran diklasifikasikan menurut National Fire Protection

Association (NFPA):

Kelas A: Untuk kayu, kertas, baju, dan plastic

Kelas B: Untuk cairan mudah terbakar

Kelas C: untuk alat-alat elektrik

APAR

5 lb alat pemadam ringan berisikan karbon dioksida merupakan pilihan

terbaik untuk memadamkan api di ruang operasi. APAR dapat digunakan untuk

memadamkan api pada baju, plastic dan kertas, serta cairan mudah terbaka atau alat

eletktrik yang ada di ruang operasi. Terlebih lagi alat ini tidak meninggalkan residu

yang dapat membahayakan pasien, staff atau alat-alat operasi.

Bila pasien terbakar


Hampir semua kebakaran dalam ruang operasi berada di tubuh pasien,

tindakan yang cepat dapat meminimalisir bahaya pada pasien. Dalam 30 detik, api

kecil bisa menjadi besar. Untuk memadamkan api, kombinasi dari fire triangle harus

diputus. Sebagai contoh, sebagian laken atau gown yang terbakar dapat ditarik dan

dipadamkan dengan tangan; bila daerah yang terbakar cukup luas, dapat

menggunakan handuk atau selimut. Api dalam tubuh pasien umumnya berukuran

kecil namun mematikan.

Tatalaksana pemberian oksigen bila terjadi kebakaran

Gunakan hanya oksigen dalam kadar ruangan bila pasien dapat

mempertahankan saturasi oksigen tanpa memerlukan bantuan oksigen


Jika pasien tidak dapat mempertahankan saturasi tanpa bantuan oksigen,

amankan jalan nafas dengan LMA atau TT


\ Gambar 2. Algoritma kebakaran pada ruang operasi

BAB III
KESIMPULAN

Kebakaran selama operasi timbul lebih sering dibandingkan yang diketahui

kebanyakan orang. Keamanan bila terjadi kebakaran di ruang operasi adalah

tanggung jawab setiap orang. Pencegahan adalah langkah pertama, namun bila telah

muncul api, hasil optimal tergantung dari kerjasama tim.

Mengentikan api kecil sebelum menjadi semakin besar atau mencegah

munculnya api memerlukan kerjasama seluruh tim. Komunikasi yang baik diantara

tim bedah memungkinkan amannya proses operasi.

Bila muncul api saat operasi, ahli anestesi harus menghentikan aliran udara,

ahli bedah harus menjauhkan material yang terbakar dan perawat memadamkan api.

Saat api telah padam, perhatian harus diarahkan kembali kepada pasien, melanjutkan

kembali ventilasi dengan hanya menggunakan oksigen dalam kadar ruangan sampai

dipastikan benar bahwa api telah padam, kemudia melanjutkan penggunaan oksigen

yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Mengontrol perdarahan, mengevakuasi pasien

(bila dalam bahaya terpapar api dan asap) dan memeriksa pasien bila terdapat luka-

luka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Practice advisory for the prevention and management of operating room fires.

Anesthesiology.2008;108(5):786-801.

2. Bansal Aditya, Bhama K. Jay, M. Jeffrey. Airway fire during double-lung

transplantation. 2013
3. M E Bruley. Surgical Fires: perioperative communication is essential to

prevent this rare but devastating complication. Qual Saf Health Care

2004;13:467471
4. Batra S., Gupta R. Alcohol based surgical prep solution and the risk of fire in

the operating room:a case report. Patient Safety in Surgery 2008, 2:10
5. B rocos, LJ Donaldson. Alcohol skin preparation causes surgical fires. Ann R

Coll Surg Engl 2012; 94: 8789


6. M. Andrea, DDS, E. Jones, et.al. The effect of intraoral suction on oxygen

enriched surgical environments: a mechanic for reducing the risk of surgical

fires. Anesth Prog 61:155161 2014


7. ML rogers, RWD Nickalls, ET Branckenbury, et.al. Airway fire during

tracheostomy: prevention strategies for surgeons and anaethetists. Ann R Coll

Surg Engl 2001; 83: 376-380


8. Barker J. Stever, Polson Scott J. Fire in the operating room: a case report and

laboratory study. Anesth Analg 2001;93:9605


9. Hart R. Stuart, Amit Yajnik, Ashford Jeffrey, et.al. Operating room fire safety.

The Ochsner Journal 11:3742, 2011


10. ECRI. Fires during surgery of the head and neck area [hazard]. Health

Devices 1979; 9(2): 50-2.


11. A.G. Macdonald. A Short history of fires and explosions caused by

anaesthetic agents. British Journal of Anaesthesia 1994; 72: 710-722


12. Ji-Young Lee, Park Beom Chan, Cho Leong Eun, et.al. Airway fire injury

during rigid bronchoscopy in a patient with a silicon stent. Korean J

Anesthesiol 2012 February 62(2): 184-187

Anda mungkin juga menyukai