PENDAHULUAN
1
maka pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
publik.3
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan kalangan akademisi dan
birokrat tentang pelayanan publik di Indonesia, kondisinya masih seringkali dianggap
belum baik dan memuaskan. Hal ini ditunjukkan dari kesimpulan yang dibuat oleh
Agus Dwiyanto, dkk dalam GDS (Governance and Decentralization) 2002 di 20
propinsi di Indonesia tentang kinerja pelayanan publik. Dalam artikel tersebut
disebutkan bahwa secara umum praktek penyelenggaraan pelayanan publik masih
jauh dari prinsip prinsip tata pemerintahan yang baik. Selain itu, kinerja pelayanan
birokrasi publik di Indonesia, berdasarkan laporan dari The World Competitiveness
Yearbook tahun 1999 berada pada kelompok negara yang memiliki indeks
competitiveness paling rendah diantara 100 negara paling kompetitif di dunia.4
Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik
adalah melakukan Survei Kepuasan Masyarakat kepada pengguna layanan.
Mengingat jenis layanan publik sangat beragam dengan sifat dan karakteristik yang
berbeda, maka Survei Kepuasan Masyarakat dapat menggunakan metode dan teknik
survei yang sesuai.5
Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) adalah pengukuran secara komprehensif
kegiatan tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran
atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara
pelayanan publik. Unsur Survei Kepuasan Masyarakat adalah faktor dan aspek yang
dijadikan pengukuran kepuasan masyarakat terhadap penyelenggarakan pelayanan
publik.5
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila
angka inidikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi
perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka
Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529
kematian/hari atau 22 kematian balita setiap jamnya.
2
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,6 ada beberapa
penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok
bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah
penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian
akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD)
6,8% dan campak 5,8%.
Pada Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2014 ditemukan angka kematian
balita 16 orang dengan cakupan pelayanan balita yang mendapatkan pelayanan
sebanyak 125.505 (69,6%) orang dengan jumlah balita 180.316. Berdasarkan profil
tersebut pada tahun 2014 tidak ditemukan angka kematian balita di Puskesmas
Cipayung.18
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong untuk mengembangkan
suatu strategi yang disebut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit tersebut dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling
pemberian makan. MTBS merupakan manajemen balita sakit untuk 2 kelompok usia
1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun.
Materi MTBS dituangkan dalam bentuk suatu bagan. Bagan tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah petugas kesehatan dalam mengikuti setiap
langkah yang harus dilaksanakan untuk memeriksa balita sakit sesuai bagan MTBS.
Petugas kesehatan dilatih untuk mudah mengerti langkah-langkah yang ada dalam
bagan tersebut. Setiap langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam bagan tersebut
dengan tanda khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan
dengan huruf cetak tebal.8
UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah salah satu Pusat Kesehatan
Masyarakat yang ditunjuk pemerintah dalam melayani kesehatan di wilayah
kecamatan Cipayung. Wilayah kerja UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung
mengalami pemisahan wilayah kerja seiring dengan ditetapkannya status UPF
3
Puskesmas Ratu Jaya pada tahun 2014, sehingga wilayah kerja dibagi menjadi 2
bagian. Dimana UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung meliputi 3 kelurahan, yaitu
Kelurahan Cipayung, Cipayung Jaya dan Bojong Pondok Terong. Sedangkan UPT
Puskesmas Ratu Jaya meliputi Kelurahan Ratu Jaya dan Pondok Jaya.
Untuk mengetahui seberapa baik pelayanan yang diberikan oleh UPT
Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok terhadap masyarakat, perlu dilakukan
penyusunan survei kepuasan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Survei Kepuasan Masyarakat
Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota
Depok.
4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengambilan sampel terhadap pasien
yang mendapatkan pelayanan di UPT Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok,
pada bulan Desember 2016. Hal yang termasuk pembahasan dalam penelitian ini
adalah tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan publik yang diberikan UPT
Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok.