Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang merdeka lebih dari setengah abad, tidak

ada lagi penjajahan secara fisik di negara ini tetapi dalam era globalisasi seperti

sekarang ini arti penjajahan bukan lagi hanya sekedar perebutan kekuasaan,

kekayaan negara dan perbudakaan tetapi juga dalam bentuk bentuk baru

diantaranya perekonomian, budaya, dan teknologi. negara kita memiliki Sumber

Daya Manusia (SDM) dan kekayaan alam yang melimpah dan memiliki potensi

yang beraneka ragam tetapi dalam pengelolaannya kita belum dapat maksimal

dalam hal pengemasan, pengelolaan dan marketing.

Dalam pengelolaan sumber daya yang ada di Indonesia ini perlu SDM

yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu juga

dibutuhkan SDM yang kreatif dan inovatif. Karenanya pendidikan merupakan

sesuatu yang penting guna menciptakan SDM yang memiliki kemampuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, disamping itu juga SDM yang kreatif dan inovatif.

Sarana pendidikan formal adalah sekolah sehingga pemerintah menetapkan wajib

belajar 9 tahun sebagai wujud kepedulian pemerintah akan adanya SDM yang

berkualitas. Dari data Mendiknas Juni 2007 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD

tercatat sudah mencapai 93,7 % dan target tahun 2009 APK 95 %. Usaha

peningkatan APK yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah pembiyayaan

sekolah buat pelajar miskin, kejar paket A, kejar paket B, SMP terbuka, Bantuan

Operasional Sekolah (BOS), dan beasiswa lewat Program Keluarga Harapan.


Di era globalisasi ini dimana pendidikan merupakan salah satu elemen

penting dalam pembangunan bangsa dan negara karenanya dalam

perkembanganya pendidikan merupakan salah satu aset bangsa guna pembentukan

SDM yang dapat menjadi tulang punggung bangsa dan Negara yang nantinya

merekalah yang akan meneruskan cita-cita dan harapan para pejuang. Seperti

tercantum dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadikan warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. SDM adalah siswa yang

menempuh studi di sekolah.

Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada

umumnya, yang menjadikan siswa menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan

dalam hal ini sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam

penyampaian materi. Profesionalisme seorang guru sangatlah dibutuhkan guna

terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam

pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada

dasarnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan perilakau kearah yang lebih baik, selain itu juga tujuan

umum dari pembelajaran matematika adalah berfikir logika, analitis, kritis, kreatif

dan kemampuan bekerja sama. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam


pembelajaran matematika yang artinya sebelum siswa belajar rumus-rumus harus

melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang masalahnya

bersifat tertutup dan terbuka.

Oleh karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan

kemampuan menjadi guru professional dan kreatif dalam mengembangkan

kemampuan mengajar sehingga siswa dapat maksimal walaupun dalam

kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan

metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana guru merupakan elemen di

sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa, kemampuan

yang dimasuk adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model

pembelajarn yan tepat, efisien dan efektif.

Menurut UNESCO model pembelajaran abad 21 haruslah: learning to

know, learning to do, learning to be, and learning to live together siswa bukan

hanya duduk diam dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau

serta mampu berbuat untuk memperkaya pengelaman belajar (learning to do ).

Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami

pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know). Interaksi

tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be). Kesempatan

berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan

membentuk kepribadian untuk memehami kemajemukan, melahirkan sikap

toleran positif terhadap keanekaragaman individu (learning to live together).


Untuk mencapai tujuan yang diatas dibutuhkan metode pengajaran yang

sesuai, diantaranya adalah metode pengajaran Tipe Jigsaw dan STAD.

Menurut Suherman dkk (2003:260) inti dari STAD adalah guru

menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya

yang terdiri atas empat atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang

diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara

tunggal untuk setiap kelompok kepada guru

Dengan pembelajaran dengan metode Tipe Jigsaw dan STAD siswa akan

lebih kreatif. Kreativitas siswa sangat diperlukan, hal tersebut dirasa perlu karena

banyak sekali permasalahan dalam matematika yang bervariasi dan juga untuk

menyelesaikan permasalahan matematika dikehidupan sehari-hari sehingga

memerlukan penyelesaian dengan cara yang berbeda-beda. Kreativitas siswa

dalam belajar matematika diperlukan untuk dapat menyelesaikan berbagai soal

serta permasalahan yang ada dalam matematika sehingga dapat ditemukan

penyelesaian. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Perbandingan


Hasil Belajar antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model

Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD pada Siswa SD.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

mendalam maka diperlukan pembatasan masalah, dalam penelitian ini dibatasi

sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika yang akan diterapkan adalah dengan metode

pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD.


2. Kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dibatasi pada kreativitas

untuk melakukan beberapa alternatif penyelesaian masalah, mengemukakan

ide dan ketrampilan menjawab pertanyaan dari guru.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dikemukakan

rumusan permasalahan yang diangkat adalah:

1. Bagaimana metode pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD dapat diterapkan

dalam pembelajaran matematika di kelas, sehingga hasil belajar siswa lebih

baik?

2. Dengan penerapan metode Metode Jigsaw dan STAD apakah prestasi belajar

siswa meningkat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan batu loncatan untuk merealisasikan aktifitas yang akan

dilakukan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses


pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD

untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa dan secara khusus

penelitian ini bertujuan:

Meningkatkan kreativitas siswa pada proses pembelajaran matematika

dengan metode pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD guna meningkatkan

prestasi belajar matematika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dititik beratkan pada pembelajaran matematika,

di samping itu juga meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.


1. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan

sumbangan kepada sekolah terhadap pembelajaran matematika dengan metode

pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD. Mengingat seseorang memerlukan

ketrampilan serta kecerdasan untuk memahami sesuatu, maka salah satu untuk

mengasah kemampuan matematika adalah melalui metode pembelajaran Metode

Jigsaw dan STAD. Secara khusus, memberikan kontribusi kepada

strategipembelajaran matematika yang tadinya hanya mementingkan hasil

kepembelajaran yang mementingkan proses.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

guru dan calon guru serta kepada siswa. Bagi guru matematika penggunaan

metode pembelajaran Metode Metode Jigsaw dan STAD digunakan untuk

menyelenggarakan pembelajaran secara aktif dan kreatif. Bagi siswa proses

pembelajaran dengan metode pembelajaran Metode Jigsaw dan STAD dapat

meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam belajar matematika.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan STAD (Student Teams

Achievement Divisions)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas

John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar

kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan

perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang,

rendah. Komponen STAD menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok

mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam

presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis

yang diadakan setelah pembelajaran.

b. Belajar dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5

orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan

siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.

c. Tes individu

Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis).

d. Skor pengembangan individu


Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk

dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan

menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata

diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota

tim.

e. Penghargaan tim

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi

mereka.

Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut:

a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan

kerjasama kelompok.

b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang

berasal dari ras yang berbeda.

c. Menerapkan bimbingan oleh teman.

d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah sebagai berikut:

a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan

seperti ini.

b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam

pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus

akan dapat terampil menerapkan model ini.


B. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw

Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Ellot

Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw, siswa

dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen.

Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu

bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan

demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topic yang sama

berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok

ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa

yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk

diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

KERANGKA METODE JIGSAW

I. Tahap Pendahuluan

1. Review, apersepsi, motivasi

2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yangdipakai dan

menjelaskan manfaatnya.

3. Pembentukan kelompok

4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen

5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok

II. Tahap Penguasaan


1. Siswa dengan materi /soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan

berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima

2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya

III. Tahap Penularan

1. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

2. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari

siswa lain

3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal

4. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal

IV. Penutup

1. Guru bersama siswa membahas soal

2. Kuis/Evaluasi

Evaluasi adalah menilai, membandingkan, menyimpilkan,

mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan,

menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu.

(Suharsimi Arikunto, 2002:138).

C. Prestasi Belajar

Memberikan pemahaman terhadap apa yang dimaksud dengan prestasi

belajar, tidaklah mudah mengingat banyak sekali komponen yang terlihat dan

faktor-faktor yang melatarbelakanginya, baik itu yang berasal dari luar maupun

bersumber dari dalam diri siswa.

Salah satu target dari pembelajaran yang dilakukan oleh seorang siswa

adalah meraih prestasi yang baik dan dapat menempatkan diri siswa tersebut

dalam persaingan yang sehat diantara teman-teman sekelasnya, namun lebih jauh
dari itu prestasi belajar hendaknya tidak hanya ditandai dengan raihan nilai yang

tinggi, tetapi lebih ditekankan kepada nilai sikap yang terbentuk dari pembelajaran

tersebut yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik masa kini dan

masa yang akan datang.

Dengan demikian prestasi belajar merupakan kecakapan siswa yang

diperoleh dari penilaian sesuai dengan kriteria yang berlaku setelah ia

memperoleh materi pelajaran tertentu sesuai dengan kurikulum, yang tercermin

dalam penugasan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diberikan di

sekolah.

a. Pengertian Prestasi Belajar

Banyak tafsiran mengenai prestasi belajar yang dikemukakan oleh para

ahli, karena memberikan tafsiran terhadap prestasi belajar secara harfiah sangatlah

sulit, disebabkan oleh banyak komponen dan faktor-faktor yang terlibat di

dalamnya.

Engkoswara (dalam Arny Restiany, 2005: 28) mengemukakan bahwa

prestasi itu dapat berupa penguasaan penggunaan, dan penilaian tentang sikap

dan nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berbagai bidang.

Sejalan dengan itu Mappa (dalam Arny Restiany, 2005: 28) menyatakan bahwa

prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai murid dalam bidang studi

tertentu dengan menggunakan standar sebagai alat pengukuran keberhasilan

belajar seorang murid.

Abbas (dalam Faradiba, 2002: 20) merumuskan bahwa prestasi belajar

pada hakekatnya adalah hasil belajar dari individu berupa perubahan yang
terdapat pada diri individu, yang dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku,

perbuatan, skill dan pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri.

Sedangkan menurut Surya (dalam Faradiba, 2002: 21) mengemukakan

bahwa prestasi belajar adalah seluruh hasil yang diperoleh melalui proses belajar

di sekolah, yang dinyatakan dengan berdasar hasil tes prestasi belajar.

Winkel (dalam Faradiba, 2002: 21) mengemukakan :

Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Dalam


kaitannya dengan prestasi belajar, berarti bukti keberhasilan usaha yang
dapat dicapai dalam kegiatan atau proses belajar. Tentu saja untuk
mencapai pada tingkat keberhasilan dari proses belajar itu diperlukan suatu
rentan waktu tertentu dan diperoleh setelah mempelajari materi pelajaran
yang diperlukan.

Dengan mencermati dan melihat beberapa pendapat di atas dapat di tarik

kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah, setelah menempuh rentang waktu

tertentu, yang terwujud dalam bentuk angka-angka, nilai-nilai yang diperoleh dari

hasil tes atau pengukuran dalam suatu evaluasi.

b. Jenis-jenis Prestasi

Menurut Bloom dan Gagne (dalam Udayati, 2005: 24) memandang bahwa

jenis prestasi meliputi lima jenis, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, keterampilan motoris dan sikap. Lebih jauh Sudjana (dalam

Udayati, 2005: 24) menyatakan bahwa :

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga


bidang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai tujuan yang hendak
dicapai ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah.
oleh karena itu ketiga aspek tujuan pendidikan itu dipandang sebagai hasil
belajar siswa.

Adapun penjelasan dari jenis-jenis prestasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual meliputi diskriminasi yaitu menentukan nilai-nilai

khusus, berfikir, menggunakan dalil-dalil, identifikasi konsep yang nyata,

klasifikasi dan konsep demonstrasi (Udayati, 2005: 25).

b. Strategi kognitif

Menuru Winkel (dalam Udayati, 2005: 25) menyatakan bahwa ruang gerak

pengaturan hasil belajar kognitif adalah efektivitas mentalnya sendiri, sedangkan

ruang gerak kemahiran intelektual adalah suatu representasi dalam kesadaran

terhadap lingkungan hidup dan dirinya sendiri".

c. Informasi verbal

Informasi verbal adalah hasil belajar yang nampak di dalam kemampuan

siswa dalam mengucap dan menuliskan. Pengetahuan informasi verbal meliputi

cap verbal, data dan fakta (Udayati, 2005: 25).

d. Keterampilan motoris

Menurut Rustiyah (dalam Udayati, 2005, h.25) keterampilan motoris adalah

kemampuan yang berupa execute, yaitu melakukan suatu susunan keterampilan

yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan

efisien.

e. Sikap
Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan,

yaitu diartikan dengan kesediaan untuk merespon suatu situasi (Udayati, 2005:

25).

c. Bentuk-bentuk Prestasi

Pengungkapan prestasi belajar pada idealnya meliputi segenap ranah

psikologi yang dapat berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku ini menurut Muhibin

(dalam Udayati, 2005: 26) disebabkan karena perubahan hasil belajar itu bersifat

intangibel artinya tidak bisa diraba. Oleh sebab itu guru hanya dapat

mengambil cuplikan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat

mencerminkan perubahan yang terjadi pada diri siswa.

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk atau jenis

prestasi belajar secara garis besar terdiri dari tiga macam, yaitu :

a). Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) berarti kemampuan mengingat atau recal

konsep-konsep yang khusus dan umum, metode, proses dan struktur. Kata-kata

yang dapat dijadikan kata operasional dari aspek ini menurut Arikunto (dalam

Udayati, 2005: 26) adalah mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi,

mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, dan mereproduksi.

b). Pemahaman

Menurut Arikunto (dalam Udayati, 2005: 26) mengemukakan :


pada fase ini siswa hanya memahami tanpa mengetahui hubungannya

dengan yang lain dan tanpa kemampuan mengaplikasikan pemahaman itu.

Misalnya mampu menerjemahkan bahan verbal ke dalam bentuk simbol, mampu

mengungkapkan pemikiran orang lain dan mampu meramalkan suatu

kecenderungan.

c). Penerapan
Fitriyah (dalam Udayati, 2005: 27) mengatakan bahwa

pada aspek ini yang dibina adalah kemampuan siswa dalam mengunakan

konsep-konsep abstrak yang berupa ide, prosedur, prinsip atau teori yang harus

diingat dan diaplikasikan. Sebagai contoh kemampuan siswa untuk

mengaplikasikan teori-teori sosial konkret dalam kehidupan masyarakat.

d. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar merupakan ciri/alat yang dijadikan patokan

sebagai tanda keberhasilan dari prestasi belajar. Indikator tersebut meliputi tiga

ranah yang ada dalam dunia pendidikan yakni ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan

dalam tujuan pembelajaran.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Babakan Caringin 1 Kecamatan

Karangtengah Kabupaten Cianjur.

Kelas yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kelas VI yang

berjumlah 50 siswa terdiri dari 19 orang laki-laki dan 31 orang perempuan.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian dan desain penelitian yang akan dilaksanakan yaitu

dengan Penelitian Tindakan Kelas dimana penggunaan metode PTK ini bertujuan

untuk mencapai apa yang diharapkan dan penelitian berjalan terarah. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan mengacu pada teori Kurt Lewin (Dalam

Karso, 2007:10) yang meliputi 4 tahap yaitu:

1. Perencanaan (planning)
2. Tindakan (acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi (reflecting)
Tindakan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi
Dan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 3 siklus tindakan dengan

materi bangun datar.

C. Rancangan Penelitian

Langkah- langkah Penelitian :

1. Tahap Awal (Orientasi Lapangan)

Pada tahap awal peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya

pendekatan kepada pihak-pihak sekolah baik itu guru-guru maupun siswa-

siswa yang bersangkutan, itui semua bertujuan supaya peneliti mendapatkan

gambaran tentang keadaan sekolah tersebut. Di sini peneliti melakukan

kegiatan-kegiatan seperti observasi bagaimana pembelajaran berlangsung

yang diutamakan adalah pembelajaran metematika yang selama ini

dilalaksanakan di sekolah tersebut, dan peneliti melakukan wawancara dengan

guru dan siswa tentang pembelajaran matematika.

2. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini yang dilakukan peneliti setelah wawancara

dengan pihak sekolah dan telah diberikan izin, yaitu pihak sekolah

memberikan pengarahan kepada peneliti agar peneliti mempersiapkan dan

membereskan perangkat pembelajaran dan alat-alat yang akan digunakan

dalam pelaksanaan penelitian di kelas. Dan tahapan yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut :

a. Diskusi dengan pengajar matematika yang mengajar di kelas yang akan

diteliti sebagai alternatif pemecahan masalah

b. Menyusun perangkat pembelajaran diantaranya :


1) Program Semester

2) Silabus yang disesuaikan

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu kepada

kurikulum yang diberlakukan di sekolah yang bersangkutan

c. Menyusun instrumen-instrumen yang akan diberikan pada siswa dan

observer pada pelaksanaannya nanti, diantaranya :

1) Soal-soal test

2) Angket skala sikap siswa

3) Lembar observer sebagai refleksi dari tindakan

d. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian

yaitu:

1) Keluarga papan tulis

2) Photo dokumentasi

3. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti beserta ibu Rina Angelia W,

S.Pd. sebagai guru mata pelajaran matematika di kelas VII A. sekaligus

sebagai pengamat I dan Bapak Efik, S.Pd. sebagai urusan kurikulum di SDN

Babakan Caringin I Kecamatan Karangtengah yang sekaligus sebagai observer

atau pengamat II merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku di SDN Babakan Caringin I

Kecamatan Karangtengah.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 3

Siklus yaitu pembelajaran Siklus I membahas tentang materi pengertian


bangun datar Pembelajaran Siklus II membahas tentang materi mencari luas

bangun datar Dan pada pembelajaran Siklus III membahas tentang materi

aplikasi bangun datar dikehidupan sehari-hari.

a. Pembelajaran siklus tindakan I

b. Pembelajaran siklus tindakan II

Pelaksanaan siklus tindakan II masih mengikuti pola penyajian

sebagaimana rencana tindakan I.

c. Pembelajaran siklus tindakan III

Pembelajaran siklus tindakan III masih mengikuti pola penyajian rencana

pelaksanaan tindakan II.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dalam 3 siklus dan dilaksanakan oleh pengamat

pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metoda pengamatan

yang digunakan yaitu dengan cara pengamat diberikan lembar observasi

pengamat yang didalamnya mencakup aktivitas kegiatan siswa dan guru.

4. Evaluasi Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi adalah :

a. Melaksanakan post test pada setiap akhir siklus tindakan

b. Melaksanakan test sub sumatif untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif

siswa dalam pemahaman materi secara menyeluruh terhadap materi yang

diberikan.

c. Menganalisis dan merefleksi seluruh tindakan dalam proses pembelajaran.


5. Refleksi

Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan. Refleksi disini mencakup

beberapa hal yaitu :

a. Kesesuaian rencana dengan pelaksanaan pembelajaran

b. Keaktifan siswa di dalam kelas

c. Tingkat pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang direncanakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Pos tes yang dilakukan setiap akhir siklus untuk melihat keberhasilan

penerapan metode kooperatif tipe Jigsaw dan STAD dalam meningkatkan hasil

belajar siswa, dengan memberikan soal-soal tes.

2. Lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap siklus tindakan sebagai

salah satu bahan masukan dan perbaikan siklus tindakan berikutnya

3. Sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan

pemberian jurnal dan angket.

E. Instrumen Penelitian

Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti terlebih dahulu membuat

perangkat pembelajaran yaitu :

1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


3. Ringkasan Materi

4. Soal-soal latihan

5. Penyusunan soal-soal test

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah test hasil

belajar, lembar observasi, dan angket.

1. Tes hasil belajar

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, bakat yang

dimiliki oleh setiap individu atau kelompok.

Tes hasil belajar diperoleh dari kegiatan post test pada setiap akhir siklus

tindakan. Bentuk test yang digunakan adalah tes uraian karena dengan tes uraian

diharapkan proses berpikir, pemahaman dan penyelesaian masalah. Dan tes sub

sumatif dilaksanakan diakhir dengan bentuk tes uraian. Setiap tes yang diberikan

dibuat oleh peneliti dan disusun berdasarkan hasil konsultasi dengan guru bidang

studi matematika di kelas yang akan diteliti.

2. Lembar observasi

Lembar observasi adalah suatu lembaran yang didalamnya berisikan

tentang pengamatan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sebagai bahan

perbaikan-perbaikan dan refleksi dari kegiatan belajar mengajar. Lembar

observasi ini dilakukan dengan mengisi check list () oleh observer pada isian

yang telah dipersiapkan dan kolom keterangan untuk catatan-catatan observer.

3. Jurnal
Jurnal ini berisi kesan siswa setelah pembelajaran matematika menggunakan

metode kooperatif tipe Jigsaw dan STAD untuk setiap siklus. Jurnal ini bertujuan

untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan dan minat siswa terhadap

pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya.

4. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang diketahui.

Angket sikap siswa digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan siswa

terhadap model pembelajaran yang digunakan.

Angket dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

f
P n X 100 %

Keterangan : P = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = jumlah siswa

Skor subjek terhadap pernyataan, menggunakan skala pengukuran Likert


dengan rumus:
C
S
n

keterangan: S = rata-rata nilai skala sikap


C = jumlah skor alternatif jawaban
n = subjek
dengan interpretasi : Skor subjek 2,5 subjek bersikap positif
Skor subjek < 2,5 subjek bersikap negatif
dan untuk menghindari sikap labil/ketidakpastian responden, pilihan ragu-ragu

(R) dihilangkan, sehingga pilihan jawaban menjadi: Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (T), Sangat Tidak Setuju (STS).

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Langkah untuk mengolah data yang meliputi reduksi data, pengkategorian

data, pentabulasian data, pengolahan data tentang kemampuan berpikir kreatif

siswa, tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika dan hasil wawancara.

Perhitungan tersebut dihitung pula persentase jawaban responden terhadap

angket yang diberikan, adapun langkah langkah dalam menganalisis angket

adalah menggunakan kriteria Kuntjaraningrat (Herisyanti :2007), yaitu

menyeleksi data, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan menafsirkan data.

Dengan rumus sebagai berikut:

f
100%
P= n

Keterangan :

P = persentase jawaban responden


f = frekuensi jawaban
n = jumlah responden
Dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.3
Kriteria Hasil Persentase Angket
Persentase jawaban Kriteria
P=0 Tak seorang pun
0 < P < 25 Sebagian kecil
25 < P < 50 Hampir setengahnya
P = 50 Setengahnya
50 < P < 75 Sebagian besar
75 < P < 100 Hampir seluruhnya
P = 100 Seluruhnya

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI).
Jakarta: Rineka Cipta

Faradiba, W. (2002). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa SMU dalam


Matematika antara yang mempunyai kebiasaan Belajar berkelompok
dengan yang mempunyai kebiasaan Belajar Mandiri. Skripsi pada FMIPA
UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ibrahim, Muslim, Dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA


University Press

Lie, Anita. 2002. Cooperative learning (Mempraktikan Cooperative Learning Di


Ruang-Ruang Kelas), Jakarta : Grasindo.

Slavin, R.E. 1995. Cooperativ Learning. Boston: Allya Bacon

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :


Rineka Cipta.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (2003) Jakarta:


Fokusmedia

Wahyudin. 2007. Evaluasi dan Tes dalam Pembelajaran Matematika. Diktat pada
FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyudin. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika dan Penelitian Pendidikan


Matematika. Diktat pada STKIP Siliwangi Bandung: Tidak diterbitkan
PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA


YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD PADA SISWA SD

Oleh:

ERNI NURHAENI
NIM : 06510230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP SILIWANGI BANDUNG
2010

Anda mungkin juga menyukai