JAKARTA 2008
Daftar Isi
Kata Pengantar
Sambutan Dirjen PP & PL
Gambaran Umum Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respons .......................................................... 1
Format Mingguan
(W2) ................................................................................................................ 4
Format Penyelidikan Epidemiologi
Umum ................................................................................... 6
Algoritma dan Format PE:
1. Diare
Akut .............................................................................................................
.......... 9
2. Campak .......................................................................................................
..................... 12
3. Sindrom Akut
Neurologi ..................................................................................................
15
4. Sindrom Infeksi Saluran
Pernapasan ............................................................................... 23
5. Demam .......................................................................................................
..................... 33
6. Sindrom Jaundis
Akut ...................................................................................................... 40
7. Antraks ........................................................................................................
.................... 41
8. Gigitan Hewan Penular
Rabies ........................................................................................ 45
9. Kluster Penyakit Yang Tidak Diketahui
Penyebabnya ..................................................... 47
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga buku ALGORITMA DIAGNOSIS PENYAKIT DAN
RESPONS SERTA FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI ini selesai disusun
melalui proses yang cukup panjang.
Buku tentang EWARS (Early Warning Alert and Respons System) terdiri dari tiga
seri buku yaitu:
1. Buku Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons
2. Buku Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respons serta Format
Penyelidikan Epidemiologi
3. Buku Panduan Pengguna Piranti Lunak (Software) Peringatan Dini
Penyakit Menular
Buku ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi dan Kabupaten
sebagai pedoman dalam menjalankan piranti lunak peringatan dini surveilans
penyakit menular. Buku ini disusun secara sederhana dengan tambahan
beberapa gambar visual seperti yang ditampilkan pada layar monitor agar
mudah dimengerti dan dapat dipraktekan bagi pengguna.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan aktif dalam penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat
digunakan oleh seluruh propinsi dan kabupaten di Indonesia sehingga Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih optimal.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga buku ALGORITMA DIAGNOSIS PENYAKIT DAN
RESPONS SERTA FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI ini dapat terwujud.
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari
organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan
dari organisasi tersebut apabila tidak bertentangan dengan kebijakan nasional
maupun internasionalnya. Indonesia yang telah meratifikaskasi IHR
(International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005
mulai diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara
masih diberikan waktu selama 5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal
5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus mengembangkan,
memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR
(Kapasitas Inti Bidang Surveilans Dan Respons Yang Harus Dipenuhi), sedini
mungkin dan paling lambat lima tahun sejak diberlakukannya IHR.
Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap
komitmen global seperti eradikasi polio, eliminasi TN, reduksi maupun eliminasi
campak, eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun TB Paru. Untuk
eradikasi polio, Indonesia mengalami KLB Polio tahun 2005 dengan jumlah
sebanyak 349 kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani
dengan baik untuk memutus mata rantai penularan melalui PIN sehingga
sampai saat ini tidak ditemukan kembali virus polio. Untuk menjaring kasus
polio maka surveilans AFP yang optimal juga sangat berperan penting.
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat
tinggi dan sangat cepat. Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah
ancaman misalnya transmisi penyakit menular dari suatu negara ke negara
lain. Salah satu contoh adalah KLB Polio di Indonesia tahun 2005 terjadi karena
ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini dunia telah
mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang
semakin cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit
potensial wabah secara langsung maupun tidak langsung misalnya seperti
malaria, dbd, maupun penyakit new emerging seperti flu burung.
Tujuan
o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.
o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.
o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB.
o Memonitor kecenderungan penyakit menular.
o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.
Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau
sindrom (lihat halaman 5). Untuk membantu petugas kesehatan dalam
mendiagnosis kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan, algoritma tersedia
dalam pedoman ini. Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma
untuk respons KLB. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana
kasus, respons kesehatan masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.
Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)
1
WAKTU UNIT & TINGKAT Koordinator Cara Pengiriman
Yg bertanggungjawab
o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan
yang mengirimkan laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit
kesehatan yang mengirimkan laporan dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan
secara berurutan.
Puskesmas/Pustu/Bidan
Kecamatan
Kabupaten
Artinya
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10,
jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka DBD = 3, jumlah kasus kluster penyakit
yg tidak diketahui = 4, Jumlah kunjungan = 110
2
1. Pustu, Bidan Desa:
1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang
bertugas akan mengisi format mingguan berdasarkan buku register harian.
2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada
petugas surveilans di puskesmas melalui SMS dengan kode standar.
2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dll) dan buat
transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu
atau bidan yang lapor melalui SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format
mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat
waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari
puskesmas tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/
pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ......
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang
ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan
angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus
baru penyakit dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain
maka isi jumlah kunjungan dengan angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga
format mingguan agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke
petugas surveilans kabupaten/kota.
Validasi Data:
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus
dan hanya kasus baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah
lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan
desa, klinik swasta/privat, dll)
Cek bahwa periode laporan benar.
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak
tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil). Apabila ada peningkatan jumlah
kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau
hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10 kasus
gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
3
Nomor Urut Format:.........
Puskesmas/Pustu/Bidan* ..................................................
Kecamatan ..................................................
Kabupaten/Kota ..................................
4
Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110, artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10,
jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka DBD = 3, jumlah kasus kluster penyakit yg
tidak diketahui = 4, Jumlah kunjungan = 110
5
DEFINISI KASUS PENYAKIT
KODE PENYAKIT DEFINISI
SMS
A Diare Akut BAB dengan konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24
jam
B Malaria Konfirmasi Demam > 37,5C disertai mengigil, berkeringat, sakit kepala dengan RDT (Rapid
Diagnostic Test) positif dan atau pemeriksaan Mikroskopis positif.
C Tersangka Demam Demam yg berlangsung 2-7 hari ditandai dg nyeri sendi, nyeri retroorbital, sakit
Dengue kepala, kemerahan pd badan (ruam)
D Pneumonia pada usia <5 thn ditandai dgn batuk dan tanda kesulitan bernapas (adanya nafas
cepat, kadang disertai tarikan dinding dada), frekuensi nafas berdasarkan usia
penderita:
<2 bulan: 60/menit
2-12 bulan: 50/menit
1-5 tahun: 40/menit
Dan kadang disertai demam.
Pada usia >5thn ditandai dgn demam >38C, batuk dan kesulitan bernafas, dan
nyeri dada saat bernafas
E Diare Berdarah Diare akut disertai dengan darah ATAU lendir
F Tersangka Demam Penderita dengan demam terus-menerus, bertahap dan memanjang atau menetap
Tifoid yang disertai nyeri kepala berat, mual-mual, hilang nafsu makan, serta dapat diikuti
dengan obstipasi atau diare, tanpa penunjang.
G Jaundice Akut Penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit dan sclera
berwarna kuning dan urine berwarna gelap
H Tersangka DBD Demam 2-7 hari ditandai dgn manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,
ptekie, perdarahan pd gusi, dan epistaksis atau mimisan.
J Tersangka Flu panas >38C, dan ada riwayat kontak dengan unggas sakit/mati mendadak.
Burung pada
Manusia
K Tersangka Campak Demam >38C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk
makulopapular, batuk, pilek atau mata merah (konjungivitis)
L Tersangka Difteri panas >38C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda
selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran
kelenjar leher.
M Tersangka Pertussis batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal),
napas dgn bunyi whoop dan kadang muntah setelah batuk.
N AFP (Lumpuh Layuh Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak
Mendadak) < 15 tahun.
P Kasus Gigitan kasus digitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan
Hewan Penular rabies pada manusia .
Rabies ATAU
Kasus dengan gejala Studium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus
dengan gejala Studium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada
tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik).
Q Tersangka Antrax (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan
kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering,
Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe
regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi,
gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe
daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4
hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis,
dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.
Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
R Demam yg tdk Demam >38oC, berlangusng dalam 48 jam terakhir,(belum dapat diketahui
diketahui sebabnya penyebabnya).
S Tersangka Kolera Diare dengan konsistensi seperti air cucian beras dan berbau amis
T Kluster Penyakit yg Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu
tdk diketahui kelompok masyarakat/ desa dalam satu periode waktu yang sama, yang tidak dapat
dimasukan ke dalam definisi kasus penyakit yang lain.
U Tersangka panas > 38C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan
Meningitis/Encephali kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.
tis
V Tersangka Tetanus setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut mencucu
Neaonatorum dan disertai dengan kejang rangsang.
W Tersangka Tetanus ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat
luka.
6
Format Penyelidikan Epidemiologi Umum
Kabupaten/Kota: Kecamatan:
.
Desa:...
Tanggal:..//.
Nama Petugas : .
Berikan tanda () pada kotak Berikan tanda () pada kotak dibawah ini:
dibawah ini :
[ ] Diare Cair Akut ( suspek Kolera) [ ] BAB lembek
[ ] Diare Akut [ ] BAB cair seperti cucian beras
[ ] Diare Akut Berdarah [ ] BAB Berdarah/ lendir
[ ] Sindrom Akut Joundis [ ] Demam
[ ] Suspek Meningitis / Encephalitis [ ] Hipothermia
[ ] Infeksi Akut Saluran Pernafasan [ ] Kemerahan (rash)
Bawah [ ] Lesi Kulit Lainnya
[ ] Suspek Campak [ ] Batuk
[ ] Demam yang tidak diketahui [ ] Napas berbunyi (stridor)
sebabnya [ ] Dispnoe (sulit bernapas)
[ ] Suspek Malaria [ ] Muntah
[ ] Suspek Demam Dengue [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
[ ] Demam Berdarah Akut [ ] Kaku kuduk
[ ] Kluster Kasus Kematian [ ] Kejang
Penyakit yang [ ] Koma
tidak diketahui sebabnya [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak
[ ] Lumpuh Layuh Mendadak [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh :
(AFP) berkeringat )
[ ] Suspek Tetanus [ ] Perdarahan Gusi
[ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Ptekhie
[ ] Suspek Avian Influenza [ ] Mimisan
[ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Konjungtivitis
[ ] Lainnya ( sebutkan ) : [ ] Sakit kepala
[ ] Lain-Lain (sebutkan):
7
Data Kasus
Nom Usia Alam Jenis Tanggal Jenis Terapi Kondisi Diagnosis
or at Kela Onset Spesi yang Sekara
Kasu min (dd/mm/ men diberi ng
s: YY) yang kan (**)
diambi
l (*)
Pertanyaaan:
8
B. Epidemiologi
1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar
kasus?
2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat
kerja, tempat makan, dan sumber air ?
1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak
makan dan lainnya), minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau
asal dari produk apakah dari distributor tunggal atau dari pabrik?I
5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan
untuk maksud apa digunakan?
6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia
yang digunakan?
9
ALGORITMA DIARE AKUT
Diare Akut
Diare Berdarah
adalah Suspek Kolera*
Diare adalah BAB lebih dari 3 x adalah
BAB dengan frekuensi dalam 24 jam Diare dengan
lebih dari 3 kali dalam disertai dengan konsistensi seperti
24 jam darah ATAU lendir air cucian beras dan
berbau amis
Kemungkinan Etiologi:
Kemungkinan Etiologi:
Viral Gastro
E. Coli Shigella Kemungkinan Etiologi:
Giardiasis Salmonela Vibrio Kolera
Cryptosporidium Amuba
dll dll
10
ALGORITMA RESPONS KLB DIARE, DIARE BERDARAH
TERSANGKA KOLERA, DAN TIFOID
RESPONS KLB
PENYAKIT DIARE, DIARE
BERDARAH,
TERSANGKA KOLERA, TIFOID
Respons
Respons Respons
Pelaporan
Tatalaksanan Kesehatan
Register
Kasus: Masyarakat:
Lakukan Lakukan
Kirim laporan W1
pengobatan Penyelidikan
ke Dinkes
terhadap pasien Epidemiologi.
Kab/Kota.
berupa Surveilans Intensif
tatalaksana Menjamin
Untuk suspek
pencegahan tersedianya
kolera: laporan
dehidrasi dan sumber air bersih
langsung ke
pemberian Penyuluhan
DinKes Kab/Kota
antibiotika secara masyarakat
dan koordinasi
selektif sesuai tentang PHBS
dengan Dinkes
dengan etiologi. meliputi:
Propinsi.
Rujuk pasien ke Cuci tangan
RS apabila dengan sabun
diperlukan sebelum dan
penanganan lebih sesudah makan.
lanjut untuk Membersihkan
suspek kolera, bahan makanan
isolasi pasien di sebelum dimasak
RS Memasak makanan
Spesimen: dan minuman
Pengambilan sampai matang
sample tinja Memberikan
(untuk kasus diare desinfektan
berdarah & (Kaporisasi) pada
suspek kolera) & sumber air diduga
kirim ke lab tercemar
Provinsi Hanya makan
makanan yang
segar
11
Format PE KLB Diare
Puskesmas/RS :
Kabupaten/Kota :
Tanggal Wawancara :
Umur
Penemuan lab
St. pulang
Alamat
Sex
St. rawat
Tgl Mulai Diare
Gejala obat
Nama Penderita
Tgl. Berobat
d.darah
diare
dehidrasi
d.encer
d.lendir
demam
muntah
mules
Lokas, Desa, Keca
matan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Catatan : Setidak-tidaknya ditanyakan pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap atau ke rumah di lokasi KLB diare. Apabila terdapat keragu-raguan dapat ditanyakan pada
beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang diperlukan.
12
ALGORITMA CAMPAK
CAMPAK
Demam >38C selama 3 hari atau lebih
disertai bercak kemerahan berbentuk
makulopapular, batuk, pilek atau mata merah
(konjungivitis)
13
ALGORITMA RESPONS KLB CAMPAK
RESPONS KLB
PENYAKIT CAMPAK
14
15
ALGORITMA SINDROM AKUT NEUROLOGI
Tersangka
Meningitis/ AFP*: Tetanus
Encephalitis*: Kasus lumpuh Neonatorum*: Tersangka
panas > 38C layuh Adalah setiap bayi Tetanus:
mendadak, sakit mendadak, lahir hidup umur 3- ditandai dgn
kepala, kaku bukan 28 hari sulit kontraksi dan
kuduk, kadang menyusu/ kekejangan otot
disebabkan
disertai penurunan menetek, dan mendadak, dan
kesadaran dan
oleh ruda
mulut mencucu sebelumnya ada
muntah. Pada anak paksa/ trauma dan disertai
pada anak < riwayat luka
< 1 tahun ubun- dengan kejang
ubun besar 15 tahun rangsang.
cembung
16
ALGORITMA RESPONS KLB AFP/ POLIO
RESPONS KLB
AFP (LUMPUH LAYUH MENDADAK)
17
Formulir Pelacakan Kasus AFP (FP1)
Kabupaten/kota: Propinsi: Nomor EPID:
Laporan dari : 1. RS: ... 3. Dokter praktek :
2. Puskesmas: .... 4. Lainnya : .
Tanggal laporan diterima: Tanggal pelacakan:
I. Identitas Penderita
18
IV. Riwayat Kontak NO. EPID :
Jumlah dosis
1x 2x 3x 4x Belum pernah Tak
Imunisasi Tahu
rutin Sumber
informasi KMS/catatan Jurim Ingatan responden
Tanda tangan:
19
ALGORITMA RESPONS KLB TETANUS NEONATORUM
RESPONS KLB
TETANUS NEO NATORUM
20
FORMULIR PELACAKAN KESAKITAN/KEMATIAN
TERSANGKA KASUS TETANUS NEONATORUM (T2)
===========================================================================
I. IDENTITAS BAYI
1. Nama bayi :_____________________________Laki-Iaki/Perempuan Anak ke : ____________
5. Bila jawaban no 4 tidak tahu, maka tanyakan apakah terlihat tanda-tanda kehidupan lain dari bayi
(mis. sedikit gerakan) : a. Ya b. Tidak c. Tdk tahu
6. Setelah lahir apakah bayi bisa menetek atau mengisap susu botol dengan baik :
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu bila tidak, stop pelacakan !!!
7. Apakah 3 hari kemudian tiba-tiba mulut bayi mencucu dan tidak bisa menetek :
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu, stop pelacakan !!!
21
1. Apakah ibu pernah mendapat lmunisasi TT pada waktu hamil bayi ini : a. Ya b. tidak
5. Tentukan status TT ibu pada saat kehamilan bayi tersebut berdasarkan jawaban no 3 dan 4 dengan
mempertimbangkan interval waktu pemberian TT :
a. TT1 b. TT2 c. TT3 d. TT4 e.TT5
2. Setelah tali pusat dipotong obat apa saja yang dibubuhkan di tali pusat .
a. Alkohol b. Betadin /Yodium c. Ramuan tradisional :_________________________
3. Siapa yang merawat tali pusat sejak lahir sampai tali pusat puput .
a. Tenaga kesehatan b. Bukan Tenaga kesehatan
Tim Pelacak :
No Nama Jabatan Tanda Tangan
1
2
22
RESPONS KLB TETANUS
RESPONS KLB
TETANUS
23
ALGORITMA SINDROM INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN
Pneumonia:
pada usia <5 thn Difteri*:
ditandai dgn batuk Pertusis:
batuk lebih dari 2 panas >38C,
dan tanda kesulitan sakit menelan, Tersangka Flu
bernapas (adanya nafas minggu disertai Burung*:
dgn batuk yang sesak napas
cepat, kadang disertai disertai bunyi panas >38C, dan
tarikan dinding dada). khas (terus- ada riwayat kontak
menerus/ (stridor) dan ada
<2 bulan: 60/menit tanda selaput putih dengan unggas
2-12 bulan: 50/menit paroxysmal), napas sakit/mati
dgn bunyi whoop keabu-abuan
1-5 tahun: 40/menit (pseudomembran) mendadak.
Dan kadang disertai dan kadang
muntah setelah di tenggorokan dan
demam. pembesaran
Pada usia >5thn batuk.
kelenjar leher.
ditandai dgn demam
>38C, batuk dan
kesulitan bernafas, dan
nyeri dada saat
bernafas
24
RESPONS KLB PERTUSIS
RESPONS KLB
PENYAKIT PERTUSIS
Respons sistem
Respons Respons
pelaporan:
tatalaksana Kesehatan
W1
kasus: Masyarakat:
Hasil pemeriksaan
Lakukan Penyelidikan
penunjang/lab
pengobatan epidemiologi
spesifik.dengan (format PE
antibiotic Umum) dan
eritromicin mencari kontak
terhadap Lakukan karantina
penderita dan terhadap kontak
kontak dekat yang tidak
selama 5-14 hari mendapatkan
Lakukan imunisasi DPT
desinfeksi selama 21 hari
serentak dengan usia < 12
terhadap bulan.
discharge (cairan) Memberikan
hidung dan penyuluhan
tenggorok serta tentang
barang yang pentingnya
dipakai penderita. imunisasi DPT
25
RESPONS KLB DIFTERI
RESPONS KLB
PENYAKIT DIFTERI
26
Formulir PE KLB Difteri
Puskesmas/RS :
Kabupaten/Kota :
Tanggal Wawancara :
Penemuan lab
St. pulang
Alamat
Sex
St. rawat
Gejala obat
Nama Penderita
Tgl. Berobat
Bull Neck
Membrane
Demam
Parau
Kontak
Lokas, Desa, Keca
matan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Catatan : Setidak-tidaknya ditanyakan pada 25 penderita rawat jalan, rawat inap atau ke rumah di lokasi KLB difteri. Apabila terdapat keragu-raguan dapat ditanyakan pada
beberapa lokasi dan ditambahkan beberapa gejala lain yang diperlukan.
27
RESPONS KLB TERSANGKA FLU BURUNG
RESPONS KLB
TERSANGKA FLU BURUNG PADA
MANUSIA
28
Formulir
Penyelidikan Epidemiologi
Kasus Flu Burung pada manusia
I. Identitas Penderita
No. Epid :
29
Perjalanan Penyakit
(waktu timbulnya gejala dan tanda sakit, pemeriksaan pendukung dan pengobatan ke RS/Klinik)
V. Riwayat Kontak/paparan
30
IV. Pelacakan/Identifikasi kontak
Kontak yang dilacak adalah semua orang yang kontak dengan kasus ( 1 m) sejak satu hari sebelum
kasus sakit. (Kontak meliputi kontak serumah, sepermainan, sekerja, tenaga kesehatan yang merawat
dll)
Jenis
kontak
Nama / Jenis Kelamin/umur Alamat (hubungan Tgl kontak terakhir Kondisi kesehatan
dengan
kasus)
1. Konfirmasi
2. Probabel
3. Bukan Flu Burung
31
Formulir
Penyelidikan Epidemiologi
Ke Lokasi Kejadian AI Unggas/hewan tertular lainnya
Lokasi Kejadian
1. Alamat : ________________________________________________________
2. Kabupaten/Kota : _________________ 3. Provinsi : ______________________
4. Tanggal kejadian : awal ___/___/200__ akhir ___/___/200__
5. Jenis hewan yang tertular :
32
RESPONS KLB PNEUMONIA
RESPONS KLB
PENYAKIT PNEUMONIA
33
ALGORITMA DEMAM
DEMAM
DEMAM
DEMAM
34
RESPONS KLB DEMAM DENGUE DAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
RESPONS KLB
PENYAKIT DEMAM DENGUE
DAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Respons sistem
Respons pelaporan: Respons Kesehatan
tatalaksana W1 Masyarakat
kasus: Hasil pemeriksaan Penyelidikan
Beri minum yang penunjang/lab Epidemiologi
banyak, kompres, Surveilans intensif
antipiretik Ambil specimen
golongan dari sebagian
parasetamol. kasus untuk
Rujuk ke Rumah konfirmasi Lab
Sakit bila panas serologi
tidak turun dalam Membentuk posko
2 hari atau pengobatan di
keadaan tambah lapangan
memburuk. Melakukan
pemberantasan
vektor (PSN,
Foging,
Larvasidasi)
KIE
35
FORMAT PE KLB DEMAM BERDARAH DENGUE
Tanggal Penyelidikan : Pukul :
IDENTITAS KEPALA KELUARGA
1. Nama :
2. Umur : Th L/P
3. Alamat :
RT : RW : Kel :
Kec. : Kab./Kota :
4. Pekerjaan :
Alamat Pekerjaan :
5. Hubungan dengan penderita :
(diisi bila responden adalah orang-orang kontak)
a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara)
b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekolah, lainnya sebutkan ,
IDENTITIAS PENDERITA
1. Nama :
2. Umur : Th L/P
3. Pekerjaan/sekolah :
4. Alamat Pekerjaan/sekolah :
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan / gejala utama yang muncul :
2. Kapan mulai muncul (tgl / jam) :
3. Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali ? Sebutkan
a. .
b. .
c. .
4. Gejala lain yang timbul :
No Gejala Kapan Kondisi
No (baik/tetap/kurang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
5. Saat sekarang ini sedang menderita sakit lain (yang sudah didiagnosis oleh tenaga
medis) ?
a. Ya b. Tidak
Bila Ya, sebutkan :
6. Apakah ada anggota serumah juga menderita gejala serupa (tersangka DBD) ?
a. Ada b. Tidak
(Bila ada, lakukan pelacakan dengan form ini)
36
C. SPESIMEN DIPERIKSA
No Jenis Sampel diperiksa Hasil Laboratorium Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
* Ambil darah dari ujung jari teteskan ke paper disc hingga penuh.
D. PEMERIKSAAN JENTIK
No Tempat Pemeriksaan Jentik Hasil Pemeriksaan Keterangan
Dalam Luar
Rumah Rumah
1..
2.
3.
4.
5.
6.
7.
37
RESPONS KLB MALARIA
RESPONS KLB
PENYAKIT MALARIA
38
Form PE KLB Malaria
Provinsi : Kab./Kota :
Kecamatan ; Puskesmas :
Desa : Dusun/RT :
I. IDENTITAS
Nama : Umur : Sex :
Alamat : Pekerjaan
V. VEKTOR
1. Apakah lokasi KLB merupakan daerah pantai atau pegunungan ?
2. Vektor apakah yang sudah ditemukan ?
V. PEMERIKSAAN SPESIMEN
1. Sediaan yang diambil : darah vena , Hasil Lab : + / -
Tanggal Penyelidikan :
39
REPONS KLB
DEMAM DAN KLASTER PENYAKIT YANG TAK
DIKETAHUI
PENYEBABNYA
RESPONS KLB
DEMAM DAN KLASTER PENYAKIT YANG
TIDAK DIKETAHUI PENYEBABNYA
Respons sistem
Respons pelaporan: Respons Kesehatan
tatalaksana
W1 Masyarakat
kasus:
Hasil pemeriksaan Penyelidikan
Lakukan identifikasi
penunjang/lab Epidemiologi
gejala atau sindrom (gunakan format PE
yang terjadi Umum)
Lakukan identifikasi Melakukan kerjasama
periode awal dengan unit
timbulnya gejala pelayanan
sampai menimbulkan kesehatan
kematian untuk ( Puskesmas,
mengetahui perkiraan Rumash Sakit,
masa inkubasi dari Laboratorium )
suatu penyakit terhadap
Lakukan pengambilan kemungkinan
sample dan ditemukannya
pemeriksaan kasus dengan
laboratorium gejala yang sama
berdasarkan gejala dengan penyakit
yang terjadi yang sedang
Melakukan
penyuluhan kepada
masyarakat tentang
bagaimana
menyikapi apabila
ada keluarga atau
masyarakat yang
mengalami gejala
penyakit yang sama
dengan yang
dialami oleh
sekelompok
masyarakat
Melakukan
penyuluhan tentang
upaya pencegahan
yang harus
dilakukan
40
41
ALGORITMA SINDROM JAUNDIS AKUT
Darah lengkap
Serum Blood cultures atau
Urine Darah hapusan
Serum Serum darah
RDT
Upaya Pengendalian
Hepatitis A and E:
Hygiene perorangan Kelambu bagi
KIE ke Pemolesan
Desinfektan seluruh pasien
masyarakat Kelambu bagi
Cuci tangan ketat Pengendalian
tentang sumber seluruh pasien
Pengendalian limbah nyamuk
dan Pengendalian
cair Menghilangkan
pencegahan, dll nyamuk
Sumber air bersih tempat
Hindari kontak Menghilangkan
Menghindari makanan perindukan
kulit dengan air tempat
laut yang nyamuk
banjir, mencuci perindukan
terkontaminasi PSN
semua nyamuk
Sanitasi makanan (Pemberantasa
makanan dgn PSN
Sanitasi lingkunagan n sarang
bersih. Fogging
nyamuk)
KIE Kesmas Larvasiding
Hepatitis B and C: Abatisasi
Pengendalian Surveilans aktif
Melakukan praktek PJB
tikus
secara steril di (Pemeriksaan
APD bagi
puskesmas Jentik Berkala)
pekerja
Sterilisasi alat dan
beresiko
bahan
Promosi Kondom
Mencegah
penggunaan alat
pribadi orang lain
secara bersama
seperti sikat gigi,
maupun alat cukur.
Sreening darah donor
42
ALGORITMA ANTRAX
ANTRAX
(1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel
berisi cairan kemerahan, haemoragik, menjadi jaringan nekrotik, ulsera
ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala
dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam,
konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis,
pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras,
asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.
Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan
respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi
2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
Ambil Spesimen:
swab lesi dikulit
43
RESPONS KLB ANTRAX
RESPONS KLB
ANTRAK
Respons sistem
Respons pelaporan: Respons Kesehatan
tatalaksana W1 Masyarakat:
kasus: Hasil pemeriksaan Dan mencegah
Pengambilan penunjang/lab pencemaran
sample (jaringan
lingkungan oleh spora
mati, tinja)
antraks
Kirim sample ke
Penyelidikan
laboratorium
Epidemiologi dan
Lakukan
koordinasi dengan
pengobatan
dinas peternakan
terhadap pasien
Surveilans Intensif dan
Lakukan
membawa penderita
tatalaksana
kasus baru ke RS
pencegahan
terdekat
dengan
Penyuluhan
memutuskan rantai
masyarakat tentang
penularan hewan
Antraks dan upaya
/tanah tercemar ke
penanggulangannya,
manusia
meliputi
Rujuk pasien ke RS
Konsultasi dengan
apabila diperlukan
petugas kesehatan
penanganan lebih
bila memandikan
lanjut.
tubuh penderita yang
meninggal
Hewan harus
disembelih di rumah
potong hewan
Tidak boleh memotong
dan mengkonsumsi
daging hewan yang
sakit
44
Format PE KLB Antraks
3. Gejala Pernafasan
a. Sesak nafas: Ya / Tidak
b. Batuk-Batuk, apa disertai darah Ya / Tidak
c. Detak jantung lebih cepat Ya / Tidak
4. Gejala Fisik:
a. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak Ya / Tidak
b. Nyeri Tekan perut: Ya / Tidak
c. Pembesaran Hati: Ya / Tidak
Kondisi penderita saat dilakukan wawancara:
45
IV. RIWAYAT KONTAK
1. Apakah pernah kontak dengan hewan (kambing) :
- Memelihara: Ya / Tidak
- Memegang: Ya / Tidak
- Menyembelih: Ya / Tidak
- Makan : Ya / Tidak Kapan : Yang dimakan:
Dimana makan :
Kondisi hewan dimakan : Sehat / Sakit / Tdk Tahu
Kalau kondisi hewan sakit, sebutkan tanda-tandanya :
V. PEMERIKSAAN SPESIMEN
1. Sediaan yang diambil : kulit / rectal swab / dahak / darah vena /eksudat vesicle
Tanggal Penyelidikan :
Pelaksana:
46
ALGORITMA KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR
RABIES
KASUS GIGITAN HEWAN:
Adalah kasus digitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet,
Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia .
ATAU
Kasus dengan gejala Studium Prodromal (demam, mual,
malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Studium Sensoris (rasa
nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka,
cemas dan reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik)
Lakukan Respon
KLB
47
Format PE KLB RABIES
Provinsi : Kab./Kota :
Kecamatan ; Puskesmas :
Desa : Dusun/RT :
I. IDENTITAS
Nama : Umur : Sex :
Alamat : Pekerjaan:
V. PEMERIKSAAN SPESIMEN
1. Sediaan yang diambil : Otak hewan tersangka , Hasil Lab : + / -
48
Tanggal Penyelidikan :
49
ALGORITMA KLUSTER PENYAKIT YANG TIDAK
DIKETAHUI PENYEBABNYA
Ambil Spesimen
sesuai dengan
gejala
50
REPON KLB
DEMAM DAN KLASTER PENYAKIT YANG TAK
DIKETAHUI
PENYEBABNYA
RESPON KLB
DEMAM DAN KLASTER PENYAKIT YANG
TIDAK DIKETAHUI PENYEBABNYA
Respon sistem
Respon pelaporan: Respon Kesehatan
tatalaksana Masyarakat
W1
kasus: Penyelidikan
Lakukan identifikasi Hasil pemeriksaan
penunjang/lab Epidemiologi
gejala atau sindrom (gunakan format PE
yang terjadi Umum)
Lakukan identifikasi Melakukan kerjasama
periode awal dengan unit
timbulnya gejala pelayanan
sampai menimbulkan kesehatan
kematian untuk ( Puskesmas,
mengetahui perkiraan Rumash Sakit,
masa inkubasi dari Laboratorium )
suatu penyakit terhadap
Lakukan pengambilan kemungkinan
sample dan ditemukannya
pemeriksaan kasus dengan
laboratorium gejala yang sama
berdasarkan gejala dengan penyakit
yang terjadi yang sedang
Melakukan
penyuluhan kepada
masyarakat tentang
bagaimana
menyikapi apabila
ada keluarga atau
masyarakat yang
mengalami gejala
penyakit yang sama
dengan yang
dialami oleh
sekelompok
masyarakat
Melakukan
penyuluhan tentang
upaya pencegahan
yang harus
dilakukan
51
Kontributor:
52