Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BRONKOPNEUMONIA
BAB I
PENDAHULUAN
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2
juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien dengan
Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap infeksi,
klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada
broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka
diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih
dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan
asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan
yang benar.
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
penyakit broncopneumonia.
1.4 Tujun Khusus
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan salah
satunya broncopneumonia yang telah terjadi di masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
3.) Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)
c. Pneumonia aspirasi
1.) Sering terjadi pada bayi dan anak-anak
1.) Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai
patogenesis yang rendah
a. Pneumonia bakterial
2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal; Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza
1. Pneumonia Atipikal
2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah
2.) Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah
b. Bronchopneumonia
1.) Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki
2.3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
- Pada bayi :
- Pada anak-anak :
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita
lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan
kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
1. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua
keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain
(Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat
sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan
salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status
gizi.
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi
yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular
berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.
1. Faktor Lingkungan
1. Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung
yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna
untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan
individu (WHO, 1989).
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.
1. Status sosioekonomi
Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat
dengan kesehatan masyarakat.
2.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan
oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan
minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit
2.) Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi
hemoptisis
3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi
pleuropneumonia)
4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
mual & muntah.
2.7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dahak
1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
3. aspirasi trakeal
4. memakai bronkosokopi
5. pungsi transtorakal
b. Pemeriksaan darah
1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
4. Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati
2. Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka
ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.
e. Tampilan klinis pneumonia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan
non bacterial (atipikal)
2.8 Penatalaksanaan
3. Pemilihan antibiotik
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko
infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin.
A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan kuman
patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
c. Pecandu alkohol
1. Enterik gram-negative :
5. 3. Pseudomonas aeruginosa :
4. Malnutrisi
B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan etiologi
dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus
mempertimbangkan :
2. usia penderita
1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
1.
anak mencret
Data Objektif
Pernafasan cepat
dan dangkal
pernafasan
cuping hidung
ronchi dan
sianosis
batuk berdahak
sputum purulen
penggunaan otot
Bantu nafas
bunyi nafas
bronchovesikule
r
muntah malaise
penurunan nafsu
makan dan berat
badan
respirasi
meningkat
Mempertahankan
di atas 60 mmHg
Adanya kondisi k
dapat menimbulk
malnutrisi, rendah
tahanan terhadap
atau lambatnya
responterhadap te
Memperbaiki stst
kesehatan