Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengantar Manajemen
Pendelegasian Wewenang dan
Jenisnya
1. Pengertian Wewenang dan Kekuasaan
1. Kekuasaan balas-jasa (reward power), berasal dari sejumlah balas jasa positif (uang,
perlindungan, perkembangan karier, dsb) yang diberikan kepada pihak penerima
untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan (coercive power), berasal dari perkiraan yang dirasakan orang
bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dsb) akan diterima bila mereka tidak melaksanakan
perintah pimpinan.
3. Kekuasaan sah (legitimate power) berkembang dari nilai-nilai interen yang
mengemukakan bahwa seorang pimpinan mempunyai hak sah untuk mempengaruhi
bawahan.
4. Kekuasaan pengendalian informasi (controlofinformation power), berasal dari
pengetahuan dimana orang lain tidak mempunyainya. Cara ini digunakan dengan
pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan (referent power), didasarkan atas identifikasi orang-orang
dengan seorang pimpinan dan menjadikan pemimpin itu sebagai panutan atau simbol.
Karisma pribadi, keberanian, simpatik, dan sifat-sifat lain adalah faktor-faktor penting
dalam kekuasaan panutan.
6. Kekuasaan akhli (expert power); merupakan hasil dari keakhlian atau ilmu
pengetahuan seorang pemimpin dalam bidangnya dimana pemimpin tersebut ingin
mempengaruhi orang lain.
Internal Ekternal
Anggaran dasar dan anggaran rumah Undang-undang dan peraturan pe-
Tangga organisasi merintah
Anggaran (budget) Perjanjian kerja kolektif
Deskripsi jabatan
Lingkungan wewenang dan kekuasaan manajerial ini akan semakin luas pada
manajemen puncak suatu organisasi dan semakin menyempit pada tingkatan yang
lebih rendah dari rantai komando seperti terlihat pada gambar batasan-batasan
wewenang dan kekuasaan berikut ini:
Pengaruh
Pengaruh adalah suatu transaksi sosial di mana seseorang atau kelompok
dibujuk oleh seseorang atau kelompok lain umtuk melakukan kegiatan sesuai dengan
harapan mereka yang mempengaruhi. Pengaruh tercermin pada perubahan perilaku
atau sikap yang diakibatkan secara langsung dari tindakan atau keteladanan orang
atau kelompok lain. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan
mengawasi dan menghukum, pemilikan informasi lebih lengkap, ataupun penguasaan
saluran komunikasi yang lebih baik. Proses pengaruh tergantung dari tiga unsur, yaitu
pihak yang mempengaruhi, metoda mempengaruhi dan pihak yang dipenga- ruhi.
2. Wewenang Lini, Staf dan Fungsional
3. Delegasi Wewenang
Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah
(Stoner dalam Handoko, 1984):
1) Prinsip skalar, dalam proses pendelegasian ada garis wewenang yang jelas mengalir
setingkat demi setingkat dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling
bawah.
2) Prinsip kesatuan perintah. Setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor
hanya kepada seorang atasan.
3) Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas. Bagi manajer, selain harus
mempertnggung jawabkan tugas-tugasnya juga harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas bawahannya.
Karena itu, tidak sebarangan delegasi bisa dilakukan. Agar efektif, delegasi
dilakukan harus mempertimbangkan:
(1) Sasaran dan standar yang jelas.
(2) Kejelasan pekerjaan
(3) Keterlibatan bawahan dengan memotivasinya dalam pekerjaan
(4) Kerja yang tuntas
(5) Pelatihan
(6) Umpan balik
Faktor lain dalam pendelegasian adalah tentang sikap atasan pemberi
wewenang. Dalam beberapa kasus, kelemahan manajer adalah tidak mau
mendelegasikan pekerjaan karena merasa tidak akan beres kalau buka ia sendiri yang
mengerjakannya.
Sikap berikut adalah menjadi dasar agar terselenggaranya delegasi dengan baik:
v Penerimaan (receptiveness); Sikap ini adalah menerima fakta, bahwa sebagai manajer
tidaklah mungkin melakukan semua tugas pekerjaannya.
v Dengan demikian ia dapat membiarkan bawahannya tampil dengan gagasan dan
kemampuannya sendiri yang barangkali berbeda, namun merupakan keorisinilan kerja
so bawahan.
v Memberikan hak pada bawahan; Jika tidak demikian berarti atasan tidak percaya
bahwa bawahannya bisa mengambil keputusan seperti dia.
v Keinginan membiarkan orang lain berbuat salah; Tidak semua bawahan bekerja 100%
benar, ada saja kesalahan yang dibuat. Karena itu membuat atau mengawasi bawahan
terhindar sama sekali dari kesalahan bukanlah hal yang bijak. Kesalahan itu normal
hanya saja perlu dijadikan pelajaran untuk pengembangan diri yang bersangkutan.
v Mempercayai bawahan; tidak semua manajer mempercayai bawahannya. Terutama
mereka yang sudah berpengalaman. Ada pula manajwer yang tidak percaya pada
bawahannya karena ia melakukan refleksi atas dirinya. Seseorang yang pada saat
menjadi bawahan sering berbuat curang, akan melihat bawahannya mudah berbuat
curang juga. Bila ketidakpercayaan tidak ada terhadap bawahan, maka delegasi ini
akan sulit berlangsung dengan baik.