Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MATA KULIAH SISTEM SOSIAL INDONESIA

SALING KETERGANTUNGAN DALAM TEORI INTERAKSI

OLEH :
KELOMPOK 7

Dewa Ayu Agung Dewi Gili Amritha (1612551025)


Ni Made Sri Pradnya Wati Sudiartha (1612551026)
Jocelyn Williams Savarino (1612551027)
Alexandra (1612551028)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. I . G A Alit Suryawati. S.Sos. MSi

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
merupakan hasil karya penulis dalam mata kuliah Sistem Sosial Indonesia yang berjudul Saling
Ketergantungan Dalam Teori Interaksi.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan maupun dari segi isinya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kepada penulis khususnya.

Denpasar, 10 Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia
yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan,
secara ekterm manusia akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi.
Interaksi sosial bisa didefinisikan sebagai hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok individu yang lainnya. Interaksi sosial merupakan
bentuk dari dinamika sosial budaya yang ada didalam masyarakat. Dengan demikian, dengan
interaksi sosial akan memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan didalam masyarakat yang
akan membentuk hal-hal yang baru yang membuat dinamika masyarakat menjadi hidup.
Perubahan-perubahan ini akan terjadi sambung-menyambung dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya sepanjang zaman. Interaksi sosial itu sifatnya dinamis. Dalam kenyataan sehari-hari
terdapat tiga macam cakupan interaksi dalam definisi interaksi sosial yaitu interaksi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

2 Rumusan Ilmiah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya sebagai
berikut :
a Apa pengertian dari interaksi?
b Apa syarat terjadinya suatu interaksi?
c Bagaimana sebuah interaksi dapat membuat sifat saling ketergantungan?

3 Tujuan Pembuatan Laporan


Tujuan yang terkandung dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
Dapat memahami pengertian dari teori interaksi serta syarat terjadinya suatu interaksi
dan prosesnya yang dapat membuat saling ketergantungan dalam proses interaksi
BAB II
ISI

1 Tinjauan Umum
Teori saling ketergantungan sosial dimulai pada tahun 1990-an, ketika salah satu pendiri
sekolah psikologi aliran Gestalt, Kurt Koffka, menyatakan bahwa kelompok bersifat dinamik
dimana saling ketergantungan antara anggotanya dapat bervariasi. Salah seorang rekan Koffka,
Kurt Lewin, memperbaiki ide Koffka di tahun 1920 dan 1930-an, dan menyatakan bahwa:
1. inti dari kelompok adalah saling ketergantungan antara anggota yang akan
membuat kelompok menjadi "kesatuan yang dinamik" sehingga perubahan pada
anggota atau subkelompok akan merubah kelompok dan subkelompok yang lain.
2. pernyataan intrinsik dalam setiap anggota akan memotivasi perubahan mencapai
tujuan yang diinginkan oleh kelompok.

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dan individu, antara individu
dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai bentuk seperti
kerjasama, persaingan ataupun pertikaian.
1. Interaksi antara individu dengan individu
Adalah individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu
lainnya dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi,
tanggapan atau respon.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa
digambarkan seperti seorang guru yang sedang berhadapan dan mengajari siswa-siswinya
didalam kelas/seorang penceramah yang sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk
interaksi semacam ini juga menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu
berhadapan/bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
3. Interaksi antar kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam
kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam
kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam
kelompok lain.

Ciri-ciri Interaksi Sosial


Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan sosial yang
relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif
lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk
sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas,
kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian
dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender)
dan penerima (receiver).
3. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim
dan penerima.
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi
sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi
perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.

2.1.2 Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial


Faktor Internal
1. Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan.
Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling
tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah
dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang
akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami
kepunahan.
2. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan
orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling
melengkapi kebutuhan hidup.
3. Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dorongan untuk mempertahankan hidup ini terutama dalam menghadapi
ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun
dari serangan binatang buas.
4. Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesame
Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam
rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam
hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan
tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam
satu lingkungan sosial budaya.
Faktor Eksternal
1. Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk
meniru sesuatu yang ada pada orang lain.
2. Identifikasi
Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain.
3. Sugesti
Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada
orang lain dengan cara tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan
atau pengaruh yang diberikan tanpa berpikir panjang.
4. Simpati
Merupakan sikap keterkaitan terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya
kesesuaian antara nilai yang dianut oleh kedua belah pihak.
5. Empati
Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya
adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri
seoang yang lebih daripada simpati.
6. Motivasi
Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang
lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya.

2.1.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Syarat terjadinya interaksi sosial yang pokok ada 3 yaitu :
1. Kontak Sosial
Merupakan awal dari terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling
berinteraksi meskipun tidak saling bersentuhan secara fisik. Jadi kontak tidak
harus selalu berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa
macam kontak sosial yaitu :
a. Menurut cara yang dilakukan
Kontak langsung dan kontak tidak langsung.
b. Menurut proses terjadinya/tingkat hubungannya
Kontak primer dan kontak sekunder.
c. Menurut sifat
Kontak positif dan kontak negatif.
2. Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat
dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.
3. Tindakan Sosial
Adalah tindakan yang mempengaruhi individu yang mempengaruhi individu lain
dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna yaitu tindakan yang
dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain. Berdasarkan cara
dan tujuan yang akan dilakukan, maka tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu :
a. Tindakan rasional instrumental
adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh seorang dengan
memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan lalu tujuan apa yang
hendak dicapai dalam tindakan itu.
b. Tindakan rasional berorientasi nilai
Merupakan tindakan yang begitu memperhitungkan cara.
c. Tindakan tradisional
Merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional.
Tindakan ini dilaksanakan karena pertimbangan adat dan kebiasaan.
d. Tindakan efektif
Tindakan efektif seringkali dilakukan tanpa suatu perencanaan matang dan
kesadaran penuh. Tindakan ini muncul karena dorongan perasaan atau
emosi dalam diri pelaku.

2.1.4 Saling Ketergantungan Sosial


Pada dasarnya Lewin dan Deutsch menyampaikan, saling ketergantungan sosial ada
ketika seseorang bersama-sama mencapai tujuan bersama dan hasil setiap individu
dipengaruhi oleh tindakan orang lain. Saling ketergantungan sosial berbeda
dengan ketergantungan sosial (misalnya, hasil tindakan seseorang yang dipengaruhi oleh
tindakan orang kedua, tetapi bukan tindakan yang buruk) dan saling ketergantungan
sosial (misalnya tindakan seseorang yang tidak dipengaruhi oleh tindakan yang lainnya,
begitu juga sebaliknya). ada tiga cara di mana saling ketergantungan dapat disusun dalam
suatu situasi, yaitu:
1 Saling ketergantungan yang positif (misalnya: kerja sama), Ketika sebuah situasi
disusun sehingga tercapainya tujuan individu mempunyai korelasi yang positif,
setiap individu mempunyai keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan tujuan dari
anggota yang lain dalam kelompok juga tercapai. Jadi, setiap individu mencari
hasil yang menguntungkan bagi semuanya dengan siapa mereka bekerja sama.
2 Saling ketergantungan yang negatif (misalnya: persaingan), Ketika sebuah situasi
disusun sehingga tercapainya tujuan individu mempunyai korelasi yang negatif,
setiap individu berkeyakinan bahwa ketika seseorang telah mencapai tujuannya,
maka anggota lainnya yang bersaing akan gagal mencapai tujuannya. Jadi,
individu mencari manfaat pribadi, tetapi mengganggu yang lainnya.
3 Tidak ada saling ketergantungan (misalnya: individualistik), Ketika situasi disusun
sehingga tidak terdapat korelasi antar pencapaian tujuan anggotanya. Jadi, setiap
individu mencari manfaat pribadi tanpa memperhatikan akibatnya bagi orang lain.

Pemikiran dasar teori saling ketergantungan sosial adalah jenis saling ketergantungan
yang disusun dalam situasi yang menentukan bagaimana individu berinteraksi satu sama lain,
dimana pada akhirnya menentukan hasil. Jadi, ketika tujuan individu mempunyai saling
ketergantungan yang positif, tindakannya akan mendorong keberhasilan orang lain.

Dalam situasi kerja sama, tindakan peserta menggantikan satu sama lain, peserta
menanggapi secara positif tindakan efektif peserta lain, dan anggotanya lebih terbuka dalam
memengaruhi satu sama lain. Ketika tujuan individu mempunyai saling ketergantungan yang
negatif, tindakannya akan menghalangi kesuksesan orang lain. Dalam situasi persaingan
tindakan peserta tidak akan menggantikan satu sama lain, peserta menanggapi secara negatif
tindakan efektif peserta lain, dan peserta menolak dipengaruhi oleh orang lain. Katika tujuan
individu bersifat independen, maka tindakannya tidak akan memengaruhi kesuksesan atau
kegagalan orang lain. Ketika tidak ada interaksi, terdapat sedikit penggantian, tanggapan
emosiaonal, atau pengaruh. Hubungan antara jenis saling ketergantungan sosial dengan pola
interaksi dapat diasumsikan dalam dua arah. Masing-masing dapat menyebabkan yang lainnya.
Pada akhir abad sembilan belas, banyak diadakan penelitian tentang saling ketergantungan
sosial. Penelitian ini berfokus pada pola interaksi yang terdapat dalam situasi kerja sama,
persaingan, dan individualistik dan hasil yang didapat. Saling ketergantungan yang positif
cenderung menghasilkan interaksi yang mendukung. Interaksi yang mendukung muncul ketika
setiap individu saling mendorong dan memfasilitasi untuk mencapai tujuan kelompok.
2.1.5

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://kpoplikemyoxygen.wordpress.com/2010/11/02/makalah-interaksi-sosial/
Diakses tanggal 12 Maret 2017

http://diyo-experience.blogspot.co.id/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html\
Diakses tanggal 12 Maret 2017

http://roasliayuli26.blogspot.co.id/2014/03/saling-ketergantungan-sosial.html
Diakses tanggal 12 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai