Saat ini tes DNA tidak hanya digunakan untuk menentukan hubungan genetik seseorang
seperti pada kasus bayi yang tertukar, kasus ragu ayah, dan kasus ragu ibu. Tes DNA ini kerap
kali digunakan untuk mengidentifikasi kasus non kriminal untuk mengungkap identitas korban
tidak dikenal seperti pada kasus kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta, bencana alam massal,
korban pemboman, korban kebakaran, dan tenggelamnya kapal. Selain itu tes DNA digunakan
pula oleh penegak hukum untuk membantu dalam penyidikan suatu kasus kriminal seperti kasus
mutilasi, pembunuhan, pemerkosaan, ataupun pelecehan seksual. Tes DNA ini digunakan untuk
kepentingan hukum dan keadilan yang dikenal sebagai tes DNA forensik.
Tes DNA forensik dapat digunakan untuk mengidentifikasi identitas pelaku, korban,
penyebab kematian, cara kematian, serta perkiraan waktu kematian. Bukti-bukti yang diperoleh
tersebut akan dilaporkan oleh ahli di pengadilan untuk mengungkap kasus kriminal yang terjadi.
Dengan adanya teknologi DNA dalam bidang forensik tersebut maka analisis DNA dalam
penyelesaian kasus-kasus kriminal semakin meningkat. Diterimanya DNA sebagai bukti dalam
persidangan diberbagai dunia semakin memperkuat analisis DNA dalam sistem peradilan.
Pernahkah anda berfikir bagaimana DNA dapat digunakan untuk identifikasi spesifik
identitas individu?
DNA atau deoxyribose nucleic acid merupakan molekul panjang yang terdapat disetiap inti
sel pada seluruh individu. DNA ini mengandung materi genetik yang mengkode setiap sel dan
mengatur semua proses biologis yang berada didalam tubuh. Informasi yang terdapat di dalam
DNA memiliki karakteristik yang unik serta spesifik untuk masing-masing individu. Sehingga,
tidak mungkin ada orang yang memiliki DNA sama sekalipun kembar identik.
Identifikasi individu dengan metode DNA ditemukan oleh Alec Jeffreys pada tahun 1984 dan
menerbitkannya di Nature pada tahun 1985. Ia berhasil menemukan bahwa DNA memiliki
daerah dengan urutan berulang. Dalam setiap individu, jumlah daerah pengulangan ini bervariasi,
oleh karena itu panjang daerah ini dapat dibandingkan untuk membedakan identitas. Sehingga
sangat rendah kemungkinan seseorang untuk memiliki urutan bagian pengulangan yang sama.
Tes DNA jika dijadikan sebagai bukti memiliki probabilitas hampir 100 % karena tes DNA
dapat secara spesifik menentukan identitas seseorang dibandingkan dengan tes lainnya seperti tes
darah biasa. Bahkan tes DNA saja tanpa bukti pendukung lain sudah cukup untuk
menyelesaikan suatu kasus kriminal karena tes DNA dapat secara spesifik menentukan identitas,
jenis kelamin, dan ras seseorang. Hal ini terjadi karena pada saat pengembangan gamet dan
proses fertilisasi set kromosom individu didistribusikan kepada keturunannya dengan banyak
kemungkinan kombinasi sehingga sangat tidak mungkin bahwa setiap dua individu memiliki
DNA yang sama. (Dari berbagai sumber)
FISSA VIANTINA FAUZAN AZIMA
Mahasiswi KBK Kimia Hayati
UNVIERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
No. HP 085721454136, No. Rek. 0300078385 (BNI)