Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.,Apt
Yayah Siti Juariah, S.Si.,M.Si., Apt
Disusun Oleh :
Annisa Fikry 16330717
Mantili 16330719
Siti Lulu 16330718
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Salep Mata Neomycin Sulfat. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, serta
keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa taat hingga akhir
zaman.
Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Teknologi Semi Solid dan
Liquid. Dalam makalah ini dipaparkan materi tentang : Tinjauan Pustaka (definisi mata,
mekanisme penglihatan, definisi salep mata, cara - cara sterilisasi menurut Farmakope
Indonesia edisi IV, pembuatan salep, pengujian salep mata, wadah salep mata, waktu
penyimpanan, keuntungan dan kelemahan sediaan salep mata), Pra Formulasi (Pra Formulasi
Neomycin Sulfat, lembar pengkajian pra formulasi, data pra formulasi bahan aktif, data pra
formulasi bahan tambahan), Pembuatan dan Formulasi (Formulasi dan penimbangan serta
prosedur pembuatan). Dengan demikian, diharapkan kami mampu mengetahui, memahami
dan menyimpulkan materi-materi tersebut. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan atau kekeliruan, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB V PEMBAHASAN
2
5.1 Hal-hal Yang Diperhatikan Tentang Salep Mata.......................................................33
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan............................................................................................................... 35
6.2 Saran.........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37
DAFTAR GAMBAR
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika
lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di
sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh
otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan
cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada
objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih
lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk
menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat
juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang
paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
3
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat
saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat
di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas
saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri
terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik
posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus
dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi
humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
4
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini
masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
2.1.c Struktur Pelindung Mata
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas
ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur
dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi :
Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan
cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke
seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban
permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak
tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.
Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2
duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di
dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi
yang membantu mencegah terjadinya infeksi.
5
2.2 Mekanisme Penglihatan
Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar
primitive pada permukaan golongan invertebrate. Dalam bungkus pelindungnya, mata
memilki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut dan
sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
6
masuk kedalam kanalis schlemm, suatu saluran venosa di batas antara iris dan kornea. Mata
dalam penjalaran listrik nya ke otak disampaikan olen nervus opticus.
8
6. Bahan Tambahan
10
memakai penggiling. Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang
terbuat dari plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril.
Tube yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan
ujungnya berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal
ini sesuai untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat
yang biasa dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata
(Ansel,2008).
2.3.d Kualitas Basis Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan.
2.3.e Penggolongan Basis Salep
1. Dasar salep berminyak. Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan
silikon.
2. Dasar salep absorpsi
Golongan dasar salep absorpsi meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic
petrolatum dan dasar salep yang baru seperti polysorb. Dasar salep absorpsi ada dua tipe :
Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M
seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap
air yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi
adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
12
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan
lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.
Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering
Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong),
bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
Ciri-ciri pemanasan kering :
- Yang dipanaskan adalah udara kering.
- Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.
- Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150C. Satu gram udara pada suhu 100C,
jika didinginkan menjadi 99C hanya membebaskan 0,237 kalori.
- Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
- Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas
inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik,
kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang
mengandung ion klorida. Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif
dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada
sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan
yang didesain seperti pada otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama
dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut
untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
14
- Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau secara
kimiawi..
6. Sterilisasi dengan cara aseptic
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau
komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau
produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan
terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin. Digunakan untuk
bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau dengan cara
penyaringan.
Caranya :
- Bahan obat: memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.
- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.
- Zat pembantu: disterilkan tersendiri.
- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.
- Ruang kerja: bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara lain
yang sesuai.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam
ruang aseptic hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah secara
aseptic.
Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:
Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana, cepat dan biaya murah.
Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan
kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata.
2.5 Pembuatan Salep
Pembuatan bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril
termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptik dalam tube
steril.
Bahan obat di sterilkan dengan cara yang cocok. Bila bahan tertentu yang digunakan
dalam formula tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan
yang memenuhi syarat Uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik.
Tube disterilkan dalam otoklaf pada suhu antara 115C dan 116C. Selama tidak kurang
dari 30 menit.
15
Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
Homogenitas tidak boleh mengandung bagian yang kasar yang dapat teraba.
Sterilitas memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
Penyimpanan dalam tube steril, di tempat sejuk.
16
permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai
tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya
yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan.
Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam
airaksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh
karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.
Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan serpihan
logam.
2.8 Waktu Penyimpanan
Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval
waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep
mata secara segar.
17
BAB III
PRA FORMULASI
18
5. Penandaan dan kemasan
- Bentuk dan wadah Tube Tube
- Penandaan Warna produk,
komposisi harus
dengan resep
dokter, tanggal
kadaluarsa, logo
kemasan
19
3.2 Lembar Pengkajian Praformulasi
BAHAN AKTIF : NEOMYCIN SULFAT
NO. Aspek / parameter Masalah Alternatif Pemecahan
Keputusan Alasan
Formula Proses QC
1. Bentuk sediaan Bentuk sediaan 1. tetes mata Dibuat sediaan
yang Bagaimana 2. Salep mata steril salep mata
yang cocok 3. Suspensi dari neomycin
dengan sifat sulfat karena
fisika, kimia dari waktu kontak
- - Salep mata
bahan aktif jka salep dengan
dibuat suatu larutan obat mata
sediaan steril jauh lebih lama 2
unuk mata ? -4x
20
sediaan tidak 2. Fenol klorida Karena
cepat rusak yang 3. Klorkresol tidak OTT
dikarenakan 4. Benzalkonium dengan bahan
tumbuhnya Klorida obat lain
mikroba /
pathogen pada
sediaan ?
4. Antioksidan Sediaan mudah 1. Alfa Tokoferol Karena tidak
teroksidasi 2. BHT OTT dengan
sehingga cepat 3. BHA bahan obat dan
menimbulkan dapat bercampur
bau tengik yang - - BHT dengan dasar /
menyebabkan basis salep
salep mata cepat
rusak, bahan apa
yang digunakan?
5. Metode Steilisasi Sediaan salep - Teknik aseptic Karena cara
mata haus steril, - Sterilisasi akhir aseptic lebih
metode sterlisasi - Uap air cocok untuk
- - Aseptik
apa yang cocok mengalir sediaan salep
untuk zat aktif
tersebut?
6. Wadah Wadah apa yang - Pot plastic Agar terlindung
cocok untuk - Tube - - Tube dari cahaya dan
sediaan salep? panas
21
3.3 Data Praformulasi Bahan Aktif
Neomycin Sulfat
Pemerian Serbuk putih sampai agak kuning atau padatan kering mirip es,
tidak berbau atau praktis tidak berbau, higroskopik, larutannya
memutar bidang polarisasi ke kanan.
Kelarutan Mudah laut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter
Indikasi Antibiotik
pH 8-9,5
Kadar Bahan Aktif Salep neomycin sulfat mengandung tidak kurang dari 90% dan
tidak lebih dari 135% neomycin sulfat dari jumlah yang tertera dari
etiket
22
3.4 Data Pra formulasi Bahan Tambahan
1. Basis Salep
a. Adeps Lanae
Sinonim : Adeps Lanae, lemak bulu domba, lanolin, cera lanae, lanolina,
lanolin anhidrat, purifiedlanolin, rafined wool fat, agnolin,
alapurin, argowax, lanesin.
Berat Molekul : 756,0646
Pemerian : Massa seperti lemak , lengket , warna kuning , bau khas, tidak
larut dalam air , dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x
beratnya, agak sukar larut dalam etanol , mudah larut dalam eter
dan dalam kloroform.
Kegunaan : emolien , penstabil emulsi
Bilangan Asam : tidak lebih dari 1,0
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, dalam ruangan dengan suhu tertentu.
b. Paraffin Liquid
23
Gambar 3.3 Struktur Paraffin Liquid
c. Vaselin Flavum
Nama Bahan Aktif : Vaselin Flavum
Pemerian : Kuning / kuning pucat, massa lembut, tidak berbau atau sedikit
berbau, sedikit berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, panas ataudingin,
gliserin dan air,. Larut dalam benzene, karbondisulfida, kloroform,
eter heksana.
Kegunaan : Pelembut, basis salep
% Lazim : hampir 100%
Stabilitas : Tempat yang tidak terlindung dari cahaya akan menyebabkan
oksidasi hilangnya warna vaselin dan menghasilkan bau yang tidak
diinginkan, oksidasi dapat diinhibisi dengan antioksidan seperti
BHA, BHT, atau alfa tokoferol
OTT : Vaselin flavum merupakan bahan inert dengan sedikit OTT
24
2. Benzalkonium klorida
3. Butil Hidroksitoluen
25
Gambar 3.5 Struktur Butil Hidroksitoluen
BAB IV
26
PEMBUATAN DAN FORMULASI
0,0175 g x 5 = 17,5 g
2. BHT
1
3,5 g=0,035 g
100
0,035 g x 5 = 0,175 g
3. Benzalkonium Klorida
0,2
3,5 g=0,007 g
100
0,007 x 5 = 0,035 g
4. Adeps Lanae
2
3,44 g=0,07 g
100
0,07 g x 5 = 0,35 g
5. Paraffin Liquidum
27
0,4
3,44 g=0,014 g
100
0,014 g x 5 = 0,07 g
6. Vaselin Flavum
Pertube ad 3,5g
Perbatch ad 17,5g
28
Prosedur
Tujuan : Karena akan dibuat sediaan steril, agar bahan dan alat yang
digunakan harus juga steril, sehingga kemungkinan tercemarnya mikroba
menjadi kecil
1. Bahan :
Neomycin sulfat
Benzalkonium klorida
BHT
Adeps lanae
Parafin cair
Vaselin Flavum
2. Alat :
Spatel
Mortir + lumpang
Kaca arloji
Kasa steril
Batang pengaduk
Kertas perkamen
Beaker glass
Pinset
Cawan penguap
Tube
1 Oven ( 250 C 15 menit) : Beaker glass,erlenmeyer, tube
2 Api Bunsen : Spatel, batang pengaduk, kaca arloji, cawan penguap,
(disterilisasi dengan melewatkannya pada api bunsen yang berwarna
biru menyala selama 5 detik )
3 Autoklaf ( 121 C 15 menit ): kertas perkamen
4 Dengan gas etilen oksid : Neomycin sulfat
5 Digodok selama 30 menit : Tutup tube salep
29
4.2.b Instruksi Kerja Pembuatan Sediaan Farmasi Pembuatan Basis Salep
Prosedur
Tujuan : Memperoleh basis salep baik dan dengan jumlah yang diinginkan
* Bahan :
Adeps Lanae
Vaselin flavum
Parafin cair
* Alat :
Lumpang dan alu
Cawan penguap
sudip
Batang Pengaduk
No Cara Kerja
1 Vaselin flavum yang telah disterilkan dalam oven disaring melalui kasa
steril masuk kedalam lumpang
2 Parafin cair yang juga telah disterilkan dalam oven disaring melalui kasa
steril masuk kedalam lumpang
3 Kasa steril tersebut diperas, hasil perasan masuk dalam lumpang.
Kemudian digerus hingga menjadi basis salep di dalam lumpang
30
Wadah
Spatel
Beaker glass
N Cara Kerja
o
1 Terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap benzalkonium klorida
dgn cara : Ditimbang 7 mg + basis salep 1g ( lumpang 2) kemudian
digerus homogen.
Kemudian ditimbang 70 mg (dari basis salep 1 g + 7 mg benzalkonium
2 klorida) masukkan kedalam basis salep yang telah dibuat tadi (lumpang 1)
Masukkan Neomycin Sulfat kedalam basis salep, kemudian gerus
homogen.
3
Lalu masukkan BHT, gerus ad homogen
31
PROSEDUR
EVALUASI
1. Uji Organoleptis 4.2.e
Kriteria Yang diinginkan Hasil
Warna Kuning pucat
Bau Tidak berbau
2. Uji pH
- Uji pH menggunakan kertas pH indikator.
- Celupkan pH indikator kedalam sediaan jadi.
- Catat pH yang terjadi
Hasil : pH =
3. Uji Homogenitas
Cara : Oleskan sediaan jadi pada kaca arloji, ratakan dengan spatula. Lihat
apakah ada butiran-butiran halus, bila sudah tidak ada berarti homogen, begitu
sebaliknya
Hasil : Sediaan homogen atau tidak
4. Uji Sterilitas
Cara :
a. Dengan perbenihan, dimana :
- wadah 1 diisi perbenihan steril
- wadah 2 diisi obat
- wadah 3 diisi obat
- wadah 4 tidak diisi apa-apa
b. Lalu keempatnya dibiarkan, lihat apakah terjadi pertumbuhan mikoba atau
tidak pada wadah 2 dan wadah 3. Bila ada berarti sediaan tidak steril dan jika
tidak terjadi maka obat tersebut steril
5. Uji Efektivitas Pengawet
- Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum
suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada wadah asli sediaan.
- Jika wadah tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 25 ml sampel
ke dalam masing-masing 3 tabung bakteriologik tertutup, seukuran, sesuai dan
steril.
- Inokulasi masing-masing wadah atau tabung menggunakan perbandingan
0,10 ml inokulan 20 ml sediaan dan campur mikroba uji dengan jumlah sesuai
harus ditambahkan sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba di dalam sediaan
uji segera setelah diinokulasi adalah antara 1.000.000 per ml.
- Tetapkan jumlah mikroba di dalam tiap suspensi inokulan dan hitung
angka awal mikroba/ tabung di dalam tiap ml sediaan yang diinokulasi pada suhu
200-250C.
- Amati wadah pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 sesudah inokulasi.
Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan jumlah mikroba pada tiap selang waktu
tersebut dengan metode lempeng.
Evaluasi Sediaan Salep Mata Neomycin Sulfat
32
BAB V
PEMBAHASAN
33
5.1 Hal-hal Yang Diperhatikan Tentang Salep Mata
Sediaan salep mata adalah obat yang umum digunakan oleh masyarakat saat mengalami
sakit pada mata. Biasanya obat yang digunakan juga bisa dibeli bebas di apotek atau di toko obat,
tapi tidak semua masyarakat mengetahui cara yang benar untuk memakai sediaan tersebut.
Bukan hanya saat kita membeli obat bebas, saat kita dapat obat salep mata dari dokter
pun, hampir disetiap apotek atau rumah sakit tidak menjelaskan cara pemakaiannya secara detail.
Padahal bisa saja kesalahan itu bisa berakibat fatal.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian sediaan ini antara lain :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum menggunakan salep mata
2. Berdiri atau duduklah didepan cermin
4. Posisikan kepala menengadah (tetes mata) dan tarik kelopak mata bagian bawah ke
bawah sampai terbentuk cekungan
5. Pegang obat tetes mata atau salep mata sedekat mungkin dengan cekungan tetapi tidak
menyentuhnya
6. Tekan botol tetes mata secara perlahan-lahan sehingga jumlah tetesan yang diinginkan
dapat menetes dengan benar, sedangkan untuk salep mata tekan tube secara perlahan-lahan
sehingga keluar salep sepanjang 1 cm (atau sejumlah yang dianjurkan ) dan masukan
kedalam cekungan tersebut
8. Tutup kembali obat tetes mata atau salep mata tersebut tetapi jangan menyentuh ujungnya
dengan apapun.
Perhatian :
1. Untuk tetes mata, setelah tutup botol obat tetes mata dibuka maka obat tersebut disimpan
di tempat yang sejuk dan gelap, jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun
34
2. Jangan menggunakan 1 obat tetes mata atau salep mata untuk bersama-sama
3. Buanglah botol dan salep setelah waktu yang direkomendasikan kecuali ada keterangan
lain biasanya setelah 4 minggu setelah pertama kali botol dibuka
4. Jika menggunakan obat tetes mata lebih dari satu tunggulah sekitar 2 menit sebelum
meneteskan obat yang lain
5. Jika menggunakan lebih dari 1 salep mata tunggu sekitar 30 menit sebelum menggunakan
salep mata berikutnya
6. Jika selain salep mata juga menggunakan tetes mata maka tetes mata digunakan terlebih
dahulu dan tunggu sekitar 5 menit sebelum menggunakan salep mata
35
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus
diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan
perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas.
Tujuan utama pemberian salep mata yaitu untuk memperlama kontak obat dengan
permukaan mata.
Indikasi biasanya obat salep mata digunakan untuk meredakan sementara mata merah akibat
iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa
kontak, alergi atau sehabis berenang, antiseptik dan anti infeksi, radang atau alergi mata.
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu
hubungan antara obat dengan mata, dua sampai empatkali lebih besar apabila dipakai salep
dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi pengggunaan salep mata
adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa
kontak.
Syarat-syarat salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-
benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
Basis salep mata dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus
memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.
36
6.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang berjudul Salep Mata Neomycin Sulfat masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran terhadap makalah yang
bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi
orang lain masyarakat pada umumnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=276000630&escape=false&metadata=
%7B%22context%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform
%22%3A%22web%22%7D
https://www.scribd.com/doc/273507865/adeps-lanae-1
https://www.scribd.com/doc/248595157/Laporan-Emulsi-Paraffin-Liquid
http://kumpulan-farmasi.blogspot.co.id/2010/10/petunjuk-penggunaan-sediaan-tetes-mata.html
38