Anda di halaman 1dari 15

ACARA IV

PEMBUATAN TEH CELUP MANIS RENDAH KALORI KAYA


ANTIOKSIDAN

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara IV Pembuatan Teh Celup Manis Rendah
Kalori Kaya Antioksidan adalah mahasiswa mengetahui proses pembuatan teh
hijau celup manis rendah kalori, kaya antioksidan dengan pemanfaatan daun
stevia kering sebaga pemanis yang aman dan rendah kalori serta penggunaan
herba sebagai flavoring agent sekaligus fortifikasi antioksidan.
B. Tinjauan Pustaka
Teh (Camellia sinensis .L) merupakan salah satu tanaman minuman
penyegar beverage crop yang disukai orang karena rasa dan aromanya yang
khas. Selain dapat memberikan kesegaran, teh mempunyai banyak manfaat lain
untuk tubuh, karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, asam folat
(karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian
pada orang dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam
jangka panjang dapat menurunkan risiko terhadap penyakit jantung koroner.
Selain itu penelitian lain di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang
biasa minum 100-600 ml teh/hari lebih rendah risiko terserang hipetensi
dibandingkan dengan kelompok yang tidak biasa minum teh, dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat teh bagi kesehatan, maka
diharapkan konsumsi teh di Indonesia akan meningkat dari 288 g/kapita/tahun
menjadi sekitar 600 g/kapita/tahun. Tingkat konsumsi tersebut sama dengan
tingkat konsumsi teh perkapita di negara-negara produsen teh lainnya seperti
India, China dan Srilanka (Adimulya, 2006).
Indonesia memiliki perkebunan teh yang cukup luas. Tanaman teh yang
tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan varietas Assamica yang berasal
dari India. Tanaman teh yang tumbuh di Jepang dan China merupakan varietas
Sinensis. Teh varietas Assamica memiliki kandungan katekin yang lebih besar.
Teh sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi tubuh karena mengandung
polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh
dari radikal bebas. Potensi antioksidan teh lebih kuat dibandingkan dengan
antioksidan yang terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa
manfaat teh yang telah diketahui antara lain menurunkan kolesterol,
menurunkan risiko osteoporosis, sebagai antivirus, penghilang bau, menjaga
kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada
orang dewasa, mencegah penggumpalan darah, mencegah penyakit jantung
koroner, mencegah penyakit liver, serta mencegah pertumbuhan dan
perkembangan kanker, terutama kanker lambung, esofagus, dan kulit.
Meskipun teh diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tetapi teh
juga diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi pada
waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam satu jam setelah makan.
Penghambatan penyerapan ini terjadi karena salah satu jenis polifenol yang
terkandung di dalam teh tersebut, yaitu tanin. Kebiasaan inilah yang menjadi
salah satu penyebab terjadinya anemia defisiensi besi (Wardiyah, 2014).
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat mencegah dan
memperlambat kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas melalui
penghambatan mekanisme oksidatif. Antioksidan dapat mecegah penyakit yang
dihubungkan dengan radikal bebas seperti kanker, kardiovaskuler, dan penuaan
dini. Berdasarkan proses pengolahannya, secara tradisional produk teh dibagi
menjadi 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh bermanfaat
sebagai antioksidan tang dapat menetralisasi radikal bebas karena mengandung
senyawa polifenol yaitu katekin (Jaya et al., 2001).
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camelia
sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan
cara/proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
teh hijau, teh olong, dan hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifkan
enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara
pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi
enzimatik terhadap katekin dapat dicegah (Hartoyo, 2003).
Teh oolong sering juga disebut semi-fermented tea, teh yang mengalami
fermentasi sebagian. Umumnya diproduksi di Taiwan dan China. Untuk
memproduksi teh oolong, daun teh dilayukan dengan cara dijemur dan
diangin-angin. Kemudian, daun teh disiapkan untuk proses oksidasi, seperti
pada proses pembuatan teh hitam. Perbedaannya, pada teh oolong oksidasi
hanya dilakukan sebagian. Lama proses oksidasinya tergantung pada
pembuatnya da akan menghasilkan jenis teh oolong yang berbeda-beda
(Somantri dan Tantri, 2011).
Teh hitam merupakan hasil olahan pucuk daun teh yang mengalami
proses fermentasi. Pengolahan teh ini dikenal tiga cara yaitu tradisional,
konvensional dan modern. Adapun tahap-tahap pengolahannya, yaitu
pengangkutan pucuk segar, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah,
fermentasi, pengeringan, sortasi kering, penyimanan dan pengemasan.
Sementara teh oolong dihsilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan
segera setelah proses rolling/penggilingan daun dengan tujuan untuk
menghentikan proses fermentasi (Daroini, 2006).
Daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) adalah pemanis alami 300 kali
dari sukrosa dengan karakteristik sebagai antibakteri, antivirus, anti-inflamasi,
antifungsi dan antimikroba (Mishra et al., 2010). Stevia banyak digunakan
sebagai alternatif pemanis yang tidak memberikan rasa seperti pemanis gula
atau sakarin yang berpotensi menyebabkan resiko kandung kemih. Pemanis
stevia biasa digunakan sebagai minuman, pemanis meja, makanan olahan,
produk kebersihan pribadi dan berbagai manakan lezat yang populer yang ada
di Asia (Gasmalla et al., 2014). Keuntungan dari daun stevia (Stevia
rebaundiana Bertoni) sebagai suplemen diet yaitu: stabil, non-kalori,dapat
digunakan oleh pasien diabetes, fenilketonuria, obesitas dan dapat
mempertahankan kesehatan gigi dengan mengurangi asupan gula
(Kaushik et al., 2010). Selain itu Thomas dan Glade (2010) menyatakan bahwa
ekstrak daun stevia terbukti memiliki derajat aktivitas antioksidan yang tinggi.
Sebagai pemanis digunakan stevia karena diketahui memiliki kapasitas
antioksidan. Herba yang digunakan terdiri dari jahe, kayu manis dan cengkeh
karena kandungan senyawa fenolik yang dapat berperan sebagai antioksidan
dan secara kultural biasa digunakan dalam minuman. Teh herba manis yang
disukai konsumen berdasarkan warna, aroma, rasa dan kenampakan
keseluruhan seduhan teh adalah formula dengan proporsi teh hijau : stevia 65:
35, proporsi herba 15% terhadap campuran teh hijau-stevia, menggunakan
lebih dari satu macam herba. Teh herba manis ini memperlihatkan kadar
antioksidan yang tinggi, yaitu 157.73 162.67mg fenol/ saji. Total kalori teh
yang diuji jauh lebih rendah dibandingkan gula, yaitu sebesar 30 152 kal/saji.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa teh herba manis ini cukup
prospektif untuk dikembangkan sebagai minuman fungsional berbasis bahan
lokal (Ariviani dan Dwi, 2012).
C. Metodologi
1. Alat
a. Ayakan
b. Blender
c. Kantung teh celup
d. Panci
e. Sealer
f. Sendok
g. Teko
h. Timbangan
2. Bahan
a. Air
b. Cengkeh
c. Daun stevia kering
d. Jahe
e. Kayu manis
f. Teh hijau

3. Cara Kerja
Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan teh celup manis rendah kalori kaya
antioksidan
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Hasil Uji Kesukaan Teh Celup
Sampe Parameter
l Warna Rasa Kenampakan Seduhan
b a
478 3.08 2.36 2.44ab
a a
856 2.32 2.00 2.24a
bc a
913 3.24 2.44 2.96bc
789 3.92d 3.04b 3.28c
cd a
149 3.72 2.00 2.84bc
236 2.28a 2.28a 2.48ab
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
478 : Teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 0,5 gram
856 : Teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram
913 : Teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1,5 gram
789 : Teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 0,5 gram
149 : Teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram
236 : Teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1,5 gram
Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang bercabang-
cabang dan berbatang bulat. Daun teh berbentuk jorong dengan tepi bergerigi.
Helaian daunnya berwarna hijau serta mengkilap. Bunga teh berwarna putih
yang berada di ketiak daun dengan aroma harum. Buahnya berbentuk bulat.
Pada saat masih muda buah berwarna hijau lalu berubah coklat saat sudah
masak. Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut
polifenol, termasuk didalamnya flavonoid. Selain polifenol, teh juga
mengandung kafein. Kandungan kafein dalam teh berkisar antara 2-4% berat
kering daun teh (Daroini, 2006). Ada empat bentuk teh yang merupakan hasil
pengolahan dari daun Camellia sinensis, yaitu teh hitam, teh hijau, teh oolong,
dan teh putih. Teh hitam merupakan teh yang pada pengolahannya mengalami
proses fermentasi yang menyebabkan katekin teroksidasi dan membentuk
theaflavin yang memberi warna kemerahan pada teh. Teh hijau merupakan teh
yang tanpa mengalami atau sedikit saja proses fermentasi untuk menonaktifkan
enzim polifenol oksidase sehingga teh hijau memiliki kandungan ketekin yang
tinggi. Teh oolong merupakan teh semi fermentasi sehingga terbentuk
karakteristik aroma floral pada teh. Berbeda dengan teh hitam, teh hijau, dan
teh oolong yang berasal dari bagian daun Camellia sinensis, teh putih dibuat
dari pucuk daun Camellia sinensis yang tidak mengalami proses oksidasi dan
sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari (Karori et al., 2007).
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan
tanin yang terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena
banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu teh juga
mengandung alkaloid kafein yang bersama sama dengan polifenol teh akan
membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh
diantaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga
keras akan menurun aktivitasnya akibat pengolahan, namun masih dapat
dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung
dalam teh, terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi
(Kustamiyati, 2006). Unsur unsur utama dalam teh adalah kafein, tanin dan
minyak esensial. Unsur pertama memberikan rasa segar yang dapat mendorong
dan meningkatkan kerja jantung manusia, tidak berbahaya karena
kemurniannya rendah. Unsur kedua adalah sebagai pemberi cita rasa dan
warna. Unsur ketiga memberi rasa dan bau harum yang merupakan faktor
faktor pokok dalam menentukan nilai tiap cangkir teh untuk dijual dan
diperdagangkan (Spillane, 1992).
Pada Tabel 4.1 hasil uji kesukaan teh celup terdapat sampel dengan kode
yang berbeda diantaranya kode sampel 478 dengan komposisi teh hijau 6,5
gram, daun stevia kering 2 gram, herba 0,5 gram, kode sampel 856 dengan
komposisi teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram, kode
sampel 913 dengan komposisi teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram,
herba 1,5 gram, kode sampel 789 dengan komposisi teh hijau 6 gram, daun
stevia kering 2 gram, herba 0,5 gram, kode sampel 149 dengan komposisi teh
hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram dan kode sampel 236
dengan komposisi teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1,5 gram.
Pada parameter warna sampel 236 tidak beda nyata dengan sampel 856, tetapi
beda nyata dengan 478, 913, 149 dan 789. Pada parameter warna yang paling
disukai adalah 789 dengan komposisi teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2
gram, herba 0,5 gram dan yang paling tidak disukai adalah 236 dengan
komposisi teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram. Pada parameter rasa
sampel 856 tidak beda nyata dengan sampel 149, 236, 478 dan 913, tetapi beda
nyata dengan 789. Pada parameter rasa yang paling disukai adalah 789 dengan
komposisi teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 0,5 gram dan
yang paling tidak disukai adalah 856 dengan komposisi teh hijau 6,5 gram,
daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram. Pada parameter kenampakan seduhan
sampel 856 tidak beda nyata dengan sampel 478 dan 236, tetapi beda nyata
dengan 149, 913 dan 789. Pada parameter kenampakan seduhan yang paling
disukai adalah 789 dengan komposisi teh hijau 6 gram, daun stevia kering 2
gram, herba 0,5 gram dan yang paling tidak disukai adalah 856 dengan
komposisi teh hijau 6,5 gram, daun stevia kering 2 gram, herba 1 gram.
Terdapat 5 bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan teh celup rendah
kalori kaya antioksidan diantaranya teh hijau,, daun stevia kering, jahe, kayu
manis dan cengkeh. Teh hijau adalah teh yang berasal dari pucuk daun teh yang
pembuatannya tidak melalui proses fermentasi sehingga warnanya masih hijau
dan masih mengandung tanin (katekin) yang relatif tinggi. Katekin merupakan
substansi utama pada teh yang menyebabkan teh memenuhi persyaratan
sebagai minuman fungsional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi teh berperan dalam menurunkan resiko penyakit kanker. Hal ini
dikarenakan senyawa antioksidan dalam teh yakni katekin mampu mencegah
kerusakan DNA oleh radikal bebas (Pambudi 2000). Daun stevia (Stevia
rebaudiana Bertoni) adalah pemanis alami 300 kali dari sukrosa dengan
karakteristik sebagai antibakteri, antivirus, anti-inflamasi, antifungsi dan
antimikroba (Mishra et al., 2010). Stevia banyak digunakan sebagai alternatif
pemanis yang tidak memberikan rasa seperti pemanis gula atau sakarin yang
berpotensi menyebabkan resiko kandung kemih. Pemanis stevia biasa
digunakan sebagai minuman, pemanis meja, makanan olahan, produk
kebersihan pribadi dan berbagai manakan lezat yang populer yang ada di Asia
(Gasmalla et al., 2014). Tanaman jahe merupakan salah satu tanaman rempah-
rempah yang tumbuh baik dan tersebar luas di wilayah Indonesia. Jahe
mengandung senyawa antioksidan digunakan sebagai bahan obat tradisional
untuk penanggulangan maupun pengobatan beberapa penyakit, misalnya
radang tenggorokan, demam, gangguan lambung, dan kurang darah. Jahe
mengandung senyawa gingerol yang mempunyai aktivitas antioksidan yang
tinggi. Gingerol dari ekstrak jahe mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih
tinggi daripada -tokoferol (Rajalakshmi dan Narasimhan, 1996). Kayu manis
merupakan jenis tanaman rempah. Rempah-rempah merupakan bagian yang
penting dari konsumsi makanan manusia. Tidak hanya memperkuat rasa dan
aroma, rempah-rempah juga meningkatkan umur simpan makanan dengan
bertindak sebagai antimikroba dan antioksidan (Daroini, 2006). Menurut
Rismunandar (1993), kayu manis menghasilkan aroma yang berasal dari
minyak atsiri yang terdapat pada seluruh bagian tanaman kayu manis.
Sedangkan cengkeh juga memunculkan aroma yang harum dibandingkan
dengan kayu manis karena mengandung minyak atsiri yang mudah menguap
karena panas. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk dalam family
Myrtaceae. Bagian tanaman yang bernilai komersial adalah bunganya yang
banyak dimanfaatkan dalam industri rokok. Namun pada perkembangannya,
cengkeh juga dimanfaatkan untuk diambil minyak atsirinya. Minyak cengkeh
banyak dimanfaatkan dalam industri makanan sebagai flavour pada kue. Selain
itu, minyak cengkeh juga memiliki aktivitas biologi, seperti antibakteri,
antijamur, insektisida, dan antioksidan, dan digunakan secara tradisional
sebagai agen perasa dan bahan antimikroba dalam makanan
(Nurjannah dkk., 2013).
Teh sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi tubuh karena
mengandung polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan yang mampu
melindungi tubuh dari radikal bebas. Potensi antioksidan teh lebih kuat
dibandingkan dengan antioksidan yang terdapat pada buah-buahan dan sayur-
sayuran. Beberapa manfaat teh yang telah diketahui antara lain menurunkan
kolesterol, menurunkan risiko osteoporosis, sebagai antivirus, penghilang bau,
menjaga kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan kondisi kognitif dan
psikomotor pada orang dewasa, mencegah penggumpalan darah, mencegah
penyakit jantung koroner, mencegah penyakit liver, serta mencegah
pertumbuhan dan perkembangan kanker, terutama kanker lambung, esofagus,
dan kulit. Meskipun teh diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan,
tetapi teh juga diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika
dikonsumsi pada waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam satu
jam setelah makan. Penghambatan penyerapan ini terjadi karena salah satu
jenis polifenol yang terkandung di dalam teh tersebut, yaitu tanin. Kebiasaan
inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia defisiensi besi
(Wardiyah, 2014).
Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat dibedakan menjadi
teh tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi fermentasi (teh oolong),
serta teh fermentasi (teh hitam). Belakangan istilah fermentasi menjadi kurang
populer dan diganti dengan istilah yang lebih tepat, yaitu oksidasi enzimatis
atau disingkat menjadi oksimatis. Bagan proses pengolahan teh secara
sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.2

. Gambar 4.2 Proses pengolahan teh


Semua jenis teh dihasilkan dari bahan baku yang sama yaitu tanaman teh atau
Camellia sinensis. Tanaman teh yang dibudidayakan secara komersial terdiri
dari dua varietas utama, yaitu Camellia sinensis (L.) O. Kuntze var. sinensis
dan Camellia sinensis (Master) Kitamura var. assamica. Camellia sinensis (L.).
O. Kuntze var. sinensis mempunyai daya tahan yang baik terhadap cuaca
dingin maupun panas. Varietas ini banyak dibudidayakan di China dan Jepang
untuk membuat teh hijau. Sedangkan Camellia sinensis (Master) Kitamura var.
assamica mempunyai produktivitas dan kualitas yang lebih baik. Varietas ini
banyak dibudidayakan di negara-negara produsen teh seperti India, Srilanka,
Kenya dan Indonesia (Rohdiana, 2015).
Tanaman stevia (Stevia rebaudiana) memiliki peluang sebagai alternatif
pemanis alami rendah kalori pengganti gula. Salah satu pemanfaatan tanaman
stevia ini yaitu diolah menjadi pemanis alami instan sari stevia karena masih
memiliki rasa manis yang masih kuat dan meningkatkan nilai tambah pada
stevia yang dapat digunakan sebagai bahan konsumsi langsung maupun
sebagai bahan baku/tambahan (Testiningsih, 2015). Karena pada pembuatan
teh celup rendah kalori kaya antioksidan ini menggunakan daunstevia yang
mana daun stevia merupakan alternatif pemanis alami rendah kalori pengganti
gula.
Kantong teh merupakan kantong berpori yang digunakan sebagai sarana
tempat teh saat penyeduhan. Kantong teh yang akan digunakan harus kuat,
tidak mudah robek, dalam keadaan baik, bersih, dan memiliki standar food
grade sehingga aman bagi kesehatan konsumen
(Badan Standardisasi Nasional, 1996). Selain itu dengan menggunakan tea bag
dapat mempermudah proses penyeduhan, lebih sederhana dan teh yang ada
didalam tea bag tidak akan keluar dan bercampur dengan air seduhan.
Pertumbuhan dan produksi teh dipengaruhi oleh tiga faktor utama, antara
lain: (1) tanaman (populasi, umur tanaman, jenis tanaman, umur pangkas, dan
potensi genetik); (2) lingkungan tempat tumbuh (iklim, yang terdiri atas curah
hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, serta panjang penyinaran
matahari); (3) tanah yang meliputi jenis, topografi, elevasi, fisik, kimia dan
biologi tanah. Faktor-faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya
dan interaksi antar faktor sangat berpengaruh terhadap produksi teh
(Adimulya, 2006). Dari tiga faktor diatas dapat berdampak pada mutu teh yang
dihasilkan.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara IV Pembuatan Teh Celup Manis
Rendah Kalori Kaya Antioksidan adalah :
1. Proses pembuatan teh celup manis rendah kalori kaya antioksidan yaitu teh
hijau, daun stevia, cengkeh, kayu manis, dan jahe dicampur sesuai
komposisi dan dimasukkan kedalam kantung teh kemudian kantung teh di
sealer. Setelah itu teh celup manis siap diseduh dan dilakukan uji
organoleptik.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Adimulya, V. 2006. Analisis Produksi Teh (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) di
Kebun Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah. Institut Pertanian
Bogor.
Ariviani, Setyaningrum dan Dwi Ishartani. Formulasi Teh Herba Manis (Teh
Hijau-Stevia-Herba): Organoleptik, Antioksidan dan Total Kalori.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Daroini, Oryza Sativa. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari
Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimang Bangle ( Zingiber
cassumunar) )dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels). Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gasmalla, Mohammed Abdalbasit A., Yang, Ruijin., Amadou, Issoufou and Xiao
Hua. 2014. Nutritional Composition of Stevia rebaudiana Bertoni Leaf:
Effect of Drying Method. Tropical Journal of Pharmaceutical Research,
Vol. 13, No. 01, page 61-65.
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta. Kanisius.
Jaya, I. G. N. I. P., Leliqia, N. P. E., Widjaja, I. N. K. 2001. Uji Aktivitas
Penangkapan Radikal DPPH Ekstrak Produk Teh Hitam Camellia sinensis
(L.) O.K dan Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) Serta Profil KLT-
Densitometernya. Jurnal Farmasi, Vol. 01, No. 01. Hal 86-88.
Karori SM, Wachira FN, Wanyoko JK, Ngure RM. 2007. Antioxidant capacity of
different types of tea products. African Journal of Biotechnology, Vol. 6,
No. 19, page 2287-2296.
Kaushik, R., Pradeep, N., Vamshi, V., Geetha, M., Usha, A., 2010, Nutrient
composition of cultivated stevia leaves and the influence of polyphenols and
plant pigments on sensory andantioxidant properties of leaf extracts.
Journal Food Science Technology, Vol. 47, No. 1, page 2733.
Kustamiyati, B. 2006. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional.
Indonesia
Mishra, Pankaj K., Singh, R., Kumar, U., Piakash, V., 2010, Stevia Rebaundiana-
A Magical Sweetners. Global Journal of Biotech and Biochem, Vol. 5, No.
1, page 62-74.
Nurjannah, Dian Ayu., Retnowati, Rurini dan Unggul P. Juswono. 2013.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI MINYAK BUNGA CENGKEH
(Syzygium aromaticum) KERING BERDASARKAN AKTIVITAS
ANTIRADIKAL YANG DITENTUKAN MENGGUNAKAN Electron Spin
Resonance. Kimia Student Journal, Vol. 1, No. 2, hal 283-288.
Pambudi, J. 2000. Potensi Teh Sebagai Sumber Zat Gizi dan Perannya Dalam
Kesehatan. Prosiding Seminar Sehari Teh Untuk Kesehatan. Pusat
Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung 17 Oktober 2000.
Rajalakshmi D dan S Narasimhan. 1996. Sources and Methods of Evaluation. Di
dalam : DL Madhavi, SS Deshpande & DK Salunkhe, editor. Food
Antioxidants. New York : Marcel Dekker.
Rismunandar. 1993. Kayu Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohdiana, Dadan. 2015. Teh: Proses, Karakteristik & Komponen Fungsionalnya.
FOODREVIEW INDONESIA. Vol. 10, No. 8, hal 34-37.
Somantri, Ratna dan Tantri. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Spillane, J.J. 1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Testiningsih, Riski Farama. 2015. Aktivitas Antioksidan Seduhan Teh Daun
Alpukat dengan Variasi Penambahan Daun Mint dan Daun Stevia. Naskah
Publikasi. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Thomas, Jocelynn E. and Michael J. Glade. 2010. Stevia: Its Not Just About
Calories. The Open Obesity Journal, Vol. 2, page 101-109.
Wardiyah H, Alioes Y, Pertiwi D. 2014. Perbandingan reaksi zat besi terhadap teh
hitam dan teh hijau secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer
uv-vis. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 03, No. 01, Hal 50.
DOKUMENTASI

Gambar 4.3 Penimbangan teh hijau, herba dan pencampuran sesuai komposisi

Gambar 4.4 Pemblenderan dan pemasukan bahan ke dalam kantung teh celup

Gambar 4.5 Proses perebusan teh untuk dilakukan uji organoleptik

Anda mungkin juga menyukai