Anda di halaman 1dari 10

Bab IX

ORGANISASI PEMANENAN KAYU

Tahap yang esensial dalam kegiatan pemanenan kayu, jenisnya dan dimana
lokasinya akan dibicarakan dalam bab ini. Walaupun dalam kenyataannya bebrapa
jenis kegiatan dalam pemanenan kayu itu berbeda yang disebabkan oleh kondisi
wilayahnya, namun secara prinsip kegiatan pemanenan itu akan sama. Misalanya
pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan, ada yang kegiatannya terkonsentrasi
pada suatu tempat pengumpulan, tetapi ada juga yang kegiatannya terjadi dibeberapa
tempat disepanjang jalan angkutan, karena misalnya lapangannya datar sehingga
disetiap tempat penebangan itu penyaradan bisa langsung kepinggir jalan angkutan.
Berlainan bila lapangannya sulit maka penyaradan harus dikonsentrasikan disatu
tempay pengumpulan.
Pembagian batang juga demikian. biasanya dikerjakan diareal tonggak
(dipetak tebangan), akan tetapi dapat juga dikerjakan ditempat pengumpulan, bahkan
dapat juga dikerjakan ditempat penimbunan besar atau dihalaman pabrik. Pada sistem
pemanenan kayu pendek dimana wilayah hutannya relatif datar, maka kegiatan
pemuatan diadakan diareal tonggak, tidak ada penyaradan karena truk angkutan dapat
langsung menuju keareal tebangan.

Organisasi dalam Tahap Kegiatan Pemanenan


Organmisasi dalam kegiatan pemanenan kayu, biasanya dibagi-bagi
berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakannya. Contoh dibawah menggambarkan
jenis kegiatan dalam suatu operasional pemanenan kayu.
Persiapan penebangan
Pembagian batang ditempat tebangan (areal tonggak)
1. kayu utuh
2. kayu dalam potongan-potongan
3. Produk lain
Pemotongan bagian pucuk. dalam kayu
panjang Dibagi diTPn
1. Dibagi di pabrik
2. Tidak dibagi-bagi

Universitas Gadjah Mada


Penumpukan
1. Di areal tonggak
2. Di TPn
Sistem penyaradan
A. Tidak dirakit atau ditarik secara satu persatu
1. Berupa potongan (log)
2. Pohon sepanjang-panjangnya
3. Pohon utuh
B. Dirakit (dikumpulkan lebih dahulu)
1. Utuh
2. kayu pendek
3. ayu panjang
Lokasi Pemuatan
A. Di tempat tunggak
1. Manual
2. Dengan Mesin
B. Dipinggir jalan atau dipinggir rel
1. Terkumpul disatu tempat
2. Sepanjang jalan
Pengangkutan Darat
A. Ketempat Sementara
1. Dim uat kembali
a. Dengan Truk
b. Dengan rel
2. Tujuan terakhir
3. Disungai
a. Disungai atau di es
b. Ditumpuk
c. Dirakit
(1) Satu sama lain tidak ada ikatan
(2) Dibendel
d. Ditaruh dalam tongkang
e. Dimasukkan kekapal

Universitas Gadjah Mada


B. Alat angkut
1. Truk
2. Re!
Pengangkutan lewat sungai
A. Ketempat pengumpulam sementara
B. Ketempat akhir

Penyiapan Kayu yang Telah Ditebang


Dibeberapa HPH di Indonesia telah melaksanakan pemotongan untuk kayu
sebagai bahan industri pulp; maka dengan sendirinya memerlukan peralatan tambahan
untuk mengangkut bahan baku pulp itu. Biasanya alat penyarad hanya traktor sarad
yang bertenaga besar, akat tetap dalam proses ini ada traktor berban pompa yang
biasanya digunakan untuk penyaradan kayu pulp ini yang kayunya harus diluat lebih
dahulu. Pada industri yanmg besar dimana peralatannya sudah maju, maka ada yang
disebut pemanen yang hanya dengan satu mesin ini dapat melaksanakan seluruh
proses pemanenan, yang biasanya dengan sistem kayu utuh (komplit) dimana seluruh
bag: an pohon itu setelah ditebang sendiri kemudian diangkut sendiri sampai halaman
pabrik sampai pinggir jalan.
Pada sebagian besar HPH di Indonesia diluar Jawa, kayu dipotong dalam
keadan sepanjang mungkin dan diareal tunggak ini hanya dipotong bagian pucuknya
saja. Baru nanti setelah disarad sampai ditempat pengumpulan (yang pada umumnya
terletak dipinggir jalan angkutan) kayu-kayu tersebut dipotong-potong lagi dengan
berbagai ukuran, dengan pertimbangan permintaan, kualitas dan lain-lain.
Pada perusahaan besar yang biasanya hutan tanaman, kayunya
berdeiameter kecil dan lunak (untuk pulp) maka setelah pohon rebah kemudian
dipotong- potong dengan gergaji slasher, yakni bukan chainsaw seperti biasanya, akan
dengan gergaji piringan dimana beberapa batang dapat dipotong sekaligus. Hal ini di
Indonesia belum dijumpai, mungkin nanti apabila industri pulp and paper telah maju
berkembang dengan hutan tanamannya.
Demikianlah dengan berbagai kegiatanma maka selanjutnya kayu dapat ditarik
atau dibawa kepinggir jalan angkutan (dengan istilah penyaradan) atau langsung ke
sungai yang selanjutnya diangkut sampai halaman pabrik pengolahan.

Universitas Gadjah Mada


Sistem Penyaradan
Semua kayu yang telah dibagi-bagi itu kemudian disarad baik secara satu
persatu, beberapa batang ditarik bersamaan atau bahkan dibendel jadi satu. Ditarik
dengan cars sebatang demi sebatang apabila ukuran kayunya sangat besar, namun
harus dengan mesin penyarad. Sedang bila dibagi menjadi potongan pendek-pendek
maka alat penyaradnya bisa demham hewan sarad semacam lembu atau kerbau.
Ada juga sistem penyaradan dimana kayu-kayunya tidak ditarik oleh mesin
penyarad, akan tetapi dimuat lebih dahulu keatas bak, kemudian diangkut sampai
tempat pengumpulan. Dalam hal ini ,mesin penyaradnya disebut Forearder dan sistem
penyaradannya disebut forwarding. Pada saat ini penyaradan dengan model demikian
barn dilaksanakan diperusahaan MHP (Musi Hutan Persada) dan RAPP (Riau Andalan
Pulp and Paper). Bahkan di RAPP penyaradannya juga menggunakan sistem kabel,
satu sistem yang jarang digunakan di Indonesia.
Dengan demikian sistem penyaradan yang digunakan dapat berbagai macam
bergantung kondisi kayunya, topografinya, dan juga kesediaan mesinnya.

Lokasi Pemuatan
Pada umumnya untuk kayu pulp dan kayu pendek dibagi-bagi ditempat
tebangan dan kemudian ada yang langsung dimuat dengan tangan keatas kendaraan
(truk), apabila keadaan lapangannya mengijinkan, misalnya relatif datar, tidak banyak
halangan tumbuhan baeah dan batu dan lain-lain sehingga tanpa disarad lebih dahulu.
Sistem ini disebut bobtail system. Di Indonesia dapat dijumpai hampir disemua wilayah
hutan, alat pengangkutannya da[at masuk kebidang tebangan.
Pemuatan pada umumnya dilakukan ditempat pengumpulan (TPn) yang
biasanya terletak dipingghir jalan angkutan, dimana kayu itu hasil penyaradan dari
tunggak ketempat tersebut. Apabila sistem yang dilakukan demikian, maka terjadilah
pemuasatan pemuatan keatas kendaraan pengangkut, sehingga diperlukan alat
pemuat yang cukup berkapasitas besar dan boleh menetap ditempat. Pemuasatan
tempat pemuatan ini diakibatkan karena lapangan pemanenan tidak rata atau bahkan
bergunung-gunung, sehingga diperlukan satu tempat pengumpulan karena medannya
sangat sulit untuk mengumpulkan disembarang tempat. Berlainan apabila medannya
cukup datar. maka pengumpulan kayu oleh alat penyarad dapat diletakkan
disepanjang jalan angkutan (dibeberapa tempat) sehingga pemuatannya keatas
kendaraan pengangkut jugs dapat dilaksanakan dibeberapa tempat. Disini diperlukan
alat pemuat yang dapat berjalan kesana kemari sesuai dengan keberadaan kayu yang

Universitas Gadjah Mada


akan dimuat. Atau kadang-kadang ada juga truk yang dilengkapi dengan alat pemuat
(self loading truck) sehingga truk tersebut dapat memuat sendin tanpa bantuan alat
pemuat.
Pengangkutan Lewat Daratan
Apabila sistem pengangkutan yang digunakan dengan leeat darat, maka bisa
langsung ketempat penimbunan kayu (TPK), langsung sampai kehalaman pabrik
pengolah, langsung ketempat penjualan kayu, atau dapat pula jarak pengangkutan
karena panjangnya dibagi-bagi menjadi beberapa tahap. Ditempat sementara ini
dilakukan pemuatan kembali keatas kendaraan pengangkut, yang bisa sama jenisnya,
atau bisa juga berbeda jenisnya. Misalnya dari truk ke truk lagi atau dari truk ke jalan
rel (lori ). Atau dapat pula dari truk yang kecil ke truk yang besar atau sebaliknya,
bergantung situasi dan kondisi.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi prestasi kerja pengangkutan lewaqt daratan
misalnya keadaan cuaca, operator yang mangkir, dan beberap faktor yang lain,
sehingga untuk perencanaan produktiyitas pengangkutan per periode harus
memperhatikan hal-hal tersebut. Pengangkutan leeat daratan dapat dibagi menjadi dua
macam ialah pengangkutan lewat daratan dengan menggunakan truk khusus angkutan
kayu dan yang lain adalah lori yang ditarik oleh lokomotif yang biasanya disebut
pengangkutan lewat jalan rel. Pengangkutan dengan truk kadang-kadang hams
ditempuh jarak yang panjang. Bila demikian maka jarak itu biasanya dibagi menjadi
sekurang-kurangnya dua terminal sehingga terjadi dua kali pemuatan. Akan tetapi bila
pengangkutan darast dilakuakan dengan rel, maka jarak yang panjang itu biasanya
tidak menjadi masalah; dan memang salah satu keuntungan pengangkutan dengan rel
adalah dapat membawa muatan sekali dalam perjalanan dalam jumlah yang besar dan
jarak tempuhnya relatih jauh.
Pada awalnya pengangkutan lewat daratan, baik dengan truk maupun dengan
rel belum banyak digunakan, karena hutan yang dipanen masih berada dipinggir
lautan, pinggir danau atau pinggir sungai. Dengan demikian pengangkutannya lewat
sungai karena ternyata beayanya sangat murah dibanding dengan lewat daratan.
Sayangnya kayu-kayu yang bisa diangkut lewat sungai hanyalah terbatas kayu-kayu
yang ringan (floater) sehingga terapung; sedangkan bila lewat daratan baik kayu yang
terapung dan tenggelam (sinker) dapat diangkut.
Karena hutan-hutan dipinggir Taut, danau, atau sungai lama kelamaan habis
maka mau tidak mau perusahaan hams memanen kayu yang agak jauh dari sungai:
dengan demikian maka perusahaan hams membuat jalan angkutannya sendiri, baik

Universitas Gadjah Mada


dengan jalan tanah maupun jalan rel. Beruntung apabila hutannya terletak disuatu
wilayah yang sudah banyak jalan kampungnya, sehingga pengangkutan kayunya bisa
melewati jalan kampung. Tetapi biasanya lokasi hutan yang dipanen itu berada pada
wilayah yang remote, sehingga diperlukan pembuatan jalan oleh perusahaan sendiri.
Beaya transportasi merupakan jumlah beaya yang terbesar (prosentasenya)
diantara komponen beaya pemanenan yang lainnya. Secara kasar beaya transpor
mencapai lebih dari 40% dari total beaya pemanenan kayu. Hal ini disebabkan
pertama karena kayu yang diangkut itu merupakan bends yang berat dan memakan
tempat. Kedua jarak yang ditempuh paling jauh, yaitu minimal dari tempat
pengumpulan dipinggir jalan (dihutan) sampai ketempat dimana kayu itu akan diolah
(pabrik pengolahan) atau ketempat penimbunan besar (sering merupakan tempat
penjualan kayu). Mengingat tingginya beaya transportasi maka ada yang mengatakan
bahwa beaya transport merupakan kunci intensif tidaknya pengusahaan hutan.

Pengangkutan Lewat Air


Sampai sekarang beaya transportasi lewat air adalah yang paling ekonomis
dibanding dengan sistem pengangkutan apapun. Dengan demikian Para pengusaha
hutan selalu memanfaatkan sungai, danau atau lautan untuk pengangkutan kayunya,
baik dari hutan kepabrik pengolahannya, maupun dari hutan ketempat penimbunannya
(TPK). Oleh karena itulah kebanyakan lokasi pabrik pengolahan kayu diluar Jaw
diletakkan disepanjang sungai (merupakan jalan angkutan). Lain dengan di Jawa yang
biasanya lokasi pabrik pengolahan kayu terletak dijalan mobil (lewat daratan)
Kayu sebagai hasil tebangan yang diangkut lewat air bisa berbagai macam
metodenya. Ada yang menggunakan rakit untuk kayu yang terapung (floater) dan ada
yang menggunakan ponton, untuk kayu yang tenggelam (sinker). Kayu-kayu yang
diangkut dengan kapal (didalam kapal) biasanya sudah merupakan kayu gergajian,
atau produk pabrik pengolahan dalam bentuk lain). Ada juga yang memanfaatkan laju
arus sungai yang cepat sehingga pengangkutan kayu bila jaraknya tidak terlalu jauh,
justru paling efisien. Karena cepatnya aliran kayu, maka penampungannya harus
selalu siap dihalaman pabrik pengolahannya. Pada zaman dahulu di Indonesia dikenal
dengan istilah "banjir cup" atau tebang banjir, dimana angkutannya selalu
memanfaatkan besarnya air sungai pada saat banjir. Metode ini angat sulit
pengendaliannya, karena kayu-kayu yang sudah ditebang hanya dihamburkan begitu
saja disungai tanpa ada "tug boat" yang. mengendalikannya. Perjalanannya
diserahkan sepenuhnya terhadap kondisi air yang ada. Dengan demikian apabila ada

Universitas Gadjah Mada


sungai yang digunakan untuk kepentingan ini, praktis kegiatan transportasi yang lain
terhenti. Oleh karena itulah maka sistem ini sekarang dilarang di lndonesia.
Pengangkutan kayu lewat sungai yang hanya dihamburkan begitu saja itu, tanpa diikat
satu dengan yang lain, pasti akan banyak kehilangan kayu, karena banyak kayu yang
berhenti dijalan (keluar dari jalur sungai). Apalagi apabila ukuran panjangnya tidak
diseragamkan, akan lebih sulit lagi untuk menjaga kelancarannya. Oleh karena itu
sebaiknya walaupun rakit itu tidak ada yang mengendalikan harus juga diatur
panjangnya dan kemudian diikat satu sama lain, agar perjalanannya tidak terganggu
dan semua kayu selamat sampai ketujuan.
Rakit pada saat sekarang, walaupun yang diangkut itu ratusan m3 untuk sekali
perjalanan, namun tetap aman sampai tuj uan, karena pertama kayu-kayu itu dipotong
sama panjang (lebih kurang 4 m-an), kedua kayu-kayunya diikatkan satu sama lain
dengan kuat (besi Baja sling), sehingga ealaupun diterjang gelombang tetap saja
bersatu seluruhnya, ketiga rakit itu dikendalikan oleh perahu (tug boat) yang biasanya
dibagian muka dan bagian belakang, sehingga jalannya rakit bisa teratur.
Terhadap kayu-kayu yang tenggelam (sinker), maka biasanya kayunya dimuat
lebih dahulu diatas "ponton" yaitu semacam tanker yang tidak bermesin. Ponton ini
ditarik oleh sebuah kapal penarik yang disebut "Tug boat". Karena kayunya bisa
diceburkan kesungai langsung tenggelam, maka kayu-kayu itu dipersiapka ditebing
sungai. Diatas ponton sudah ada mesin derek (kran) yang mengambil kayu didarat
(pinggir sungai) dan kemudian memuat dan menatanya dipontonnya. Demikian juga
nanti pada saat membongkar muatan, derek atau kran itu mengambil kayu dari ponton
dan kemudian ditaruh didaratan (logyard, halaman pabrik).
Sesungguhnya pengangkutan lewat air yang pertama sudah bisa dimulai
semenjak kayu itu disarad sampai pinggir air. Namun ada juga yang tidak langsung
dari hasil penyaradan, karena letaknya sungai jauh, sehingga harus diangkut didalam
hutan terlebih dahulu.
Organisasi Pemanenan berkaitan dengan Industrinya
Skala kegiatan pemanenan ternyata sangat besar perbedaannya, Untuk itu
maka sebaiknya harus dilakukan peninjauan dari kasus per kasus. Kadang-kadan
dijumpai dua buah kegiatan yang sama besarnya, akan tetapi berhubung adanya
perbedaan topografi dan kondisi kayu yang berbeda, maka bentuk organisasi beserta
crew-nya bisa saja berbeda. Kondisi tenaga kerja yang ada juga dapat mempengaruhi
pemilihan metode dan peralatan yang digunakan.

Universitas Gadjah Mada


Contoh ini diambil dinegara barat.
1. Produksi pulpwood dengan sistem kayu panjang untuk pabrik chip. Prosduksi
hariannya 480 cords; produksi tahunnannya 120.000 cords. Seluruh tenaga
kerjanya dihutan berjumlah enam orangl ada enam truk, ada alat komunikasi, dan
sebanyak 32 semitrailer. Topografinya datar, dan tumbuhan baeah agak lebat.
Penebang dengan chainsaw berjumlah satu orang, tetapi pembersihan ranting dan
pemotongan bagian pucuk oleh orang lain
Penyaradan dilakukan oleh seorang operator traktor kecil dan seorang operator
traktor medium (traktor berban baja). Jarak sarad maksimum 800 fit, rata-ratanya
400 fit. Satu kali penyaradan dapat membawa dari satu batang hingga lima batang
dengan yolume dari setengah hingga tigaperempat cords..
Pengangkutan dilakasankan oleh enam truk. Truk-truk ini dilengkapi dengan
peralatan komunikasi yang dihubungkan dengan kantor pusat dan bengkel. Alat
komunikasi ini melaporkan kegiatan truk pada saat memuat di TPN dan pada
saat membongkar muatan dihalaman pabrik pengolahan kepada kantor pusat..
Dengan demikian jumlah personil dalam satu kegiatan pemanenan terdiri atas :
satu foreman (mandor), satu operator penyarad, satu orang operator pemuat, dua
orang helper traktor, satu penebang dan satu pembersih ranting dan pemotong
bagian pucuk, satu pelepas sling, dan ada pembantu umum dan totalnya
berjumlah 9 personil. Personil pengangkutan untuk seluruh kegiatan dihutan
adalah enam orang driyers (sopir) dan dua orang tenaga bengkel. Pada kantor
manager, ada seorang penjaga radio kontrol dan satu orang manager yang
mengatur seluruh kegiatan
2. Kegiatan pemanenan Pinus untuk bahan Baku industri kayu gergajian. Produksi
hariannya mencapai 125.000 fit dipotontong sepanjang 50 fitnlebih dengan
diameter sebesar 15 inci dan lebih.Volume tebangannya per acre rata-rata 1.500
fit. Tenaganya berjumlah 10 orang seluruhnya.
Penebangan, pembersihan ranting dan pemotongan pucuk dengan diameter
minimum dipucuk. sebesar 7 inci dilaksanakan oleh dua orang tenaga kerja den=
alat chainsaw. Penyaradan dikerjakan oleh dua traktor besar berban pompa
(skidder tractor), dengan masing dibantu oleh seorang choker, dengan jarak sarad
sejauh rata-rata setengah mil.. Setiap tempat pengumpulan (landing) melayani
hutan seluas 40 acre. Pemuatan dikerjaklan oleh traktor pemuat berban pompa
dengan satu orang operator. Loader ini juga mengatur penaikan dan penurunan
trailer sewantu kosong

Universitas Gadjah Mada


dan isi. Pengangkutan kayu panjang memerlukan dua truk trailer dan satu biasa
untuk kayu pendek. Jarak angkutnya sejauh 20 mil.
3. Kegiatan pemanenan untuk bahan baku industri kayu gergajian dan pulp. Diameter
antara 10 hingga 26 inci. Volume tegakan rata-rata sebesar 10 M fit. Produksi
hariannya rata-rata 50 M fit.
Penebangan, pembersihan ranting dan pemotongan bagian pucuk dengan alat
chaisaw Penyaradan oleh satu traktor berban baja (crawler) yang berukuran
sedang dan satu crawler besar. Atau kadang-kadan oleh empat buah traktor
berban pompa, bergantung kepada kondisi tanah dan topografinya.. Jarak sarad
maksimum adalah 1.000 fit. Pembagian batang dilaksanakan dilanding dengan dua
orang gergaji tangan.
Pemuatannya keatas truk and trailer dengan keran (crane) yang stasionary.
Pengangkutan dengan tujuh atau delapan treuk gandengan, bergantung kepada
jarak angkutnya dan kondisi jalan dengan jarak rata-rata sejauh 39 mil.Setiap hari
rata-rata sebanyak 18 trip. Setiap kali memuat sebanyak 6 cord, jadi jumlah
seluruhnya 100 cord atau 50 M fit.
Tenaga yang diperlukan sebanyak 20 orang, terdiri atas : tiga orang penebang, tiga
helper traktor, dua orang pembagi batang di landing, dua orang scalier dilanding,
dua orang perapi bontos, satu orang operator keran pemuat, satu orang mekanik
(bengkel) satu orang tenaga umum, dan satu orang foreman (mandor).

4. Pemanenan kayu keras untuk industri gergajian. Produksinya 25 M fit. Setiap


harinya.Kegiatannya terbatas pada saat musim kering, jadi hanya selama enam
bulan saja setiap tahunnya.Ukuran pohonnya dengan diameter setinggi dafda
antara 14 inci hingga 34 inci.
Penebangan dan pembagian batang oleh tiga orang tenaga. Dua ()rang dengan
chainsaw dan yang satu mengerjakan pembagian batangnya sambil menghitung
yolumenya.
Penyaradan dikerjakan oleh tiga orang tenaga kerja. Dua orang operator dan satu
orang pengikat sling pada batang yang disarad (helper).. Jarak sarad dari hutan
kepinggir jalan angkutan rata-rata dari 300 fit hingga 900 fit.
Pemuatan memerlukan dua orang tenaga. Satu sebagai operator keran dan
satunya bertugas mengatur kayu yang dimuat keatas kendaraan.
Pengangkutan dengan truk sampai kepinggir sungai dan selanjutnya dimuat keatas
ponton dan ditarik oleh tugboat. Truknya berkekuatan 250 Hp dan dipasang

Universitas Gadjah Mada


gandengan. Tenaga yang diperlukan adalah dua orang pengemudi dan satu tenaga
pembongkar dari keran. Jarak pangangkutan sejauh 4 hingga 8 mil dimana setiap
harinya mampu mengangkut sebanyak 6 hingga 8 trip dengan yolume rata-rata
1.800 fit.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai