Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perilaku masyarakat Indonesia sehat adalah perilaku proaktif untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta partisipasi aktif

dalam gerakan kesehatan masyarakat. Perilaku terhadap lingkungan

kesehatan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia (Notoatmodjo, 2003).


Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor yaitu : lingkungan,

perilaku,pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan

perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja,sekolah dan tempat

umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi.

Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola

makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya

kesehatan (Depkes RI, 2009).


Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1

milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area

terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air

Besar Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai

negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area

terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia

(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%),

Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)(WHO, 2010).

Proposal Seminar Kesling 1


Praktek buang air besar sembarangan diartikan menjadi buang air

besar sembarang tempat dan membiarkan tinjanya pada tempat terbuka.

Berdasarkan hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program

(ISSDP) tahun 2006, di Indonesia sebanyak 47% masyarakatnya masih

melakukan praktek buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan

tempat terbuka.
Di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila masih banyak yang membuang

air besar sembarang dan tidak memiliki jamban. Sehingga masyarakat yang

tidak memiliki jamban biasanya di malam hari mereka buang air besar di

kebun, sungai dan semak-semak. Adapun hal yang mempengaruhi buang air

besar sembarang yaitu : sosial ekonomi, pendidikan, dan umur.


Berdasarkan uraian di atas dengan berbagai macam pertimbangan, alasan

penulis mengambil masalah buang air besar sembarang, karena masih banyak

masyarakat BABS, sehingga penulis tertarik mengambil masalah tersebut

dengan judul Faktor-Faktro Yang Mempengaruhi Kebiasaan Buang Air

Besar Sembarang (BABS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila


1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di dapat

Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Buang Air Besar

Sembarang (BABS).

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan Umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) diwilayah

kerja Puskesmas Tilongkabila.


1.3.2 Tujuan Khusus

Proposal Seminar Kesling 2


1. Untuk mengetahui sosial ekonomi merupakan faktor penyebab kebiasaan

buang air besar sembrarangan (BABS)


2. Untuk mengetahui pendidikan merupakan faktor penyebab kebiasaan

buang air besar sembrarangan (BABS)


3. Untuk mengetahui umur merupakan faktor penyebab kebiasaan buang air

besar sembrarangan (BABS)


1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep teori

dengan riset dilapangan dan sebagai bahan informasi dalam memperluas

atau memperkaya wawasan bagi peneliti maupun pembaca/pemerhati

kesehatan masyarakat khususnya tentang berperilaku hidup bersih dan

sehat terhadap kebiasaan buang air besar.


2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang pentingnya berperilaku untuk hidup bersih

dan sehat terhadap buang air besar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah

suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri. Secara operasional, perilaku

Proposal Seminar Kesling 3


dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap

rangsangan dari luar subjek tersebut. (Sunaryo, 2004)

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang

dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (Robert dalam Notoatmodjo,

2003)

2.1.2 Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Abraham

Harold Maslow mengungkapkan bahwa manusia memiliki lima

kebutuhan dasar yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis/biologis yang merupakan kebutuhan pokok

utama yaitu O2. H2O, cairan elektrolit, makanan, dan seks.


b. Kebutuhan rasa aman, misalnya: Rasa aman terhindar dari

kejahatan, konflik, atau tawuran, sakit dan penyakit, dan

memperoleh perlindungan hukum.


c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya: Ingin dicintai/mencintai

orang lain, diterima oleh kelompok tempat ia berada dan

mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain.


d. Kebutuhan harga diri, misalnya: Ingin dihargai dan menghargai orang

lain, saling menghargai dalam hidup berdampingan dan adanya

perhatian dari orang lain.


e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya: Ingin dipuja dan disanjung oleh

orang lain, ingin sukses dalam mencapai cita-cita dan ingin menonjol

dan lebih baik dari orang lain.

Tingkat dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat

Proposal Seminar Kesling 4


dipisahkan karena merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan

hidup manusia. Dalam memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisahkan antara

satu dan yang lainnya. (Sunaryo, 2004)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan faktor konsepsi dasar atau modal untuk

kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. faktor genetik

berasal dari individu (endogen), antara lain:

1. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang maka bertambah pula

tingkat pengetahuan seseorang. Seiring dengan pengalaman hidup

yang lebih matang, emosi, pengetahuan dan keyakinan.


Sesuai standar WHO pembagian umur pada suatu penelitian dapat

dibagi berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antara usia 15 tahun

sampai 49 tahun, dimana berada pada tahap dewasa,batas usia dewasa

muda dengan dewasa tua yaitu 32 tahun.


Menurut Hurlock mengatakan, semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena usia dapat menjadi

tolak ukur kesiapan mental dan fisik seseorang dalam menghadapi

masalah (Notoatmojo, 2003).


2. Jenis ras

Proposal Seminar Kesling 5


Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling

berbeda satu dengan lainnya. Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang

spesifik, saling berbeda satu dengan lainya.

3. Jenis kelamin
Perilaku pria dan wanita sangat berbeda, pria berperilaku atas

dasar pertimbangan akal atau rasional. Sedangkan wanita atas dasar

pertimbangan emosional atau perasaan.


b. Faktor eksogen atau faktor luar dari individu
1. Faktor lingkungan

Lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu

baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan sangat berpengaruh

terhadap individu karena lingkungan merupakan lahan perkembangan

perilaku.

2. Pendidikan
Notoatmodjo(2003) mengemukakan bahwa pengetahuan yang

dimilliki seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal dan

non formal, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik

pula tingkat pengetahuan yanng akhirnya mempengaruhi pola pikir

dan daya nalar seseorang. Teori Notoatmodjo (2003) juga

menyebutkan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin

luas wawasan sehingga makin mudah menerima informasi yang

bermanfaat.
3. Sosial ekonomi
Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkunagan

yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial

budaya dan sosial ekonomi. Sosial merupakan variabel yang

Proposal Seminar Kesling 6


menggambarkan tingkat kehidupan seseorang, ekonomi yang tidak

memadai dapat membuat seseorang kurang memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada, misal untuk membeli obat, membayar transport dan

sebagainya. Di dalam budaya yang berbeda, dalam kebiasaan makan,

susunan genetik, gaya hidup dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan

perbedaan (Notoatmojo, 2003).

4. Pekerjaan
sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Masyarakat yang

sibuk bekerja hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh

informasi (Notoatmodjo, 2003).


5. Sarana Informasi (media masa dan media cetak)
Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi

dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan

dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang

akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2.1.4 Pengertian Jamban

`Jamban sehat adalah fasilitas penanganan tinja yang efektif

memutuskan rantai penularan penyakit. Pembuatan jamban merupakan

usaha manusia untuk memelihara kesehatan (Soedjono, 2009).

2.1.5 Manfaat Jamban

Manfaat jamban adalah :

a. Peningkatan martabat dan privasi


b. Kotoran tidak berserakan di sembarang tempat sehingga tidak akan

mengotori sumber air


c. Lingkungan kita menjadi bersih, sehat, dan bebas dari bau
d. Sanitasi dan kesehatan meningkat

Proposal Seminar Kesling 7


e. Menghemat waktu, uang dan menghasilkan kompos untuk kebun

sayur atau sawah


f. Memutuskan siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi
g. Mudah dan aman digunakan setiap saat. (LPPM-ITS, 2009)

2.1.6 Tinja dan Cara Penularan Penyakit

Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau

kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi

sakit dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai

sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari

tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan serangga

lainnya yang menghinggapinya.


b. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya

makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum

oleh manusia.
c. Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat

mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,

demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut.
d. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan

tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga kuman

penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh

manusia.
e. Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari

makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh

manusia.
f. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak baiknya

sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat di

Proposal Seminar Kesling 8


mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau

kontak langsung dengan mulut manusia.

2.2 Kerangka Konsep

Sosial Ekonomi

Pendidikan Kebiasaan Buang


air besar sembarang

Umur

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Proposal Seminar Kesling 9


Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas tilongkabila kabupaten

bone bolango.
3.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur

variabel yang diamati. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan

baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) tinggal

memberikan jawaban atau dengan memberi tanda-tanda tertentu.


3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

Purposive sampling. Teknik pengambilan sampel populasi responden

sebagian masyarakat Tilongkabila.


Penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling yaitu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan dikehendaki peneliti, hinggga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah lebih dikenal sebelumnya


(Nursalam, 2003).
3.4 Teknik Analisis Data
Semua data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan uji statistik deskriptif.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009. Pedoman Teknik Penyehatan


Perumahan. Jakarta : Depertemen Kesehatan RI Direktorat Jendral
PPM & PL. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009. Profil
kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pedoman Nasional Tentang Jamban Sehat. Cetakan : keenam.
Jakarta

Djabu, U. 1991. Pedoman Bidang Studi Pembangunan Tinja dan Air Limbah
Pada Institusi Pendidikan Sanitasi Kesejahteraan Lingkungan. Depkes RI
Pusat Pendidikan Tenaga Kerja Kesehatan : Jakarta

Proposal Seminar Kesling 10


Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sunaryo, Y.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Tarigan, H.G. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga


dalam Penggunaan Jamban di Kota Kalijamben Tahun 2007. Makassar:
Kesehatan Lingkungan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
(STIKMA )

Proposal Seminar Kesling 11

Anda mungkin juga menyukai